LAPORAN PENDAHULUAN
HYALINE MEMBRAN DISEASE (HMD)
Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners Departemen Pediatrik di
RSUD Ngudi Waluyo Wlingi
Oleh:
GADIS MUTIARA PUSPITA IKA
0910723026
LAPORAN PENDAHULUAN
HYALINE MEMBRAN DISEASE (HMD)
A. DEFINISI
Hyaline Membrane Disease (HMD) atau disebut juga Respiratory Distress
Syndrome (RDS)merupakan hasil dari ketidakmaturan dari paru-paru dimana terjadi
gangguan pertukaran gas. Berdasarkan perkiraan 30% dari kematian neonatus
diakibatkan oleh HMD atau komplikasi yang dihasilkannya (Behrman, 2004 didalam Leifer
2007).
Hyaline membrane disease merupakan keadaan akut yang terutama ditemukan
pada bayi prematur saat lahir atau segera setelah lahir, lebih sering pada bayi dengan
usia gestasi dibawah 32 minggu yang mempunyai berat badan dibawah 1500 gram.
Pada HMD dapat menyebabkan hipoksia yang menimbulkan kerusakan endotel
kapiler dan epitel duktus alveolus. Kerusakan ini menyebabkan terjadinya transudasi ke
dalam alveolus dan terbentuk fibrin. Fibrin bersama-sama dengan jaringan epitel yang
nekrotik membentuk suatu lapisan yang disebut membran hialin.
Secara klinis bayi dengan HMD menunjukkan takipnea (>60 kali/menit),
pernapasan cuping hidung, retraksi interkosta dan subkosta, expiratory grunting
(merintih) dalam beberapa jam pertama kehidupan. Tanda-tanda klinis lain, seperti,
hipoksemia dan polisitema. Tanda-tanda lain RDS meliputi hipoksemia, hiperkabia, dan
asidosis respiratory atau asidosis campuran (Bobak, 2005).
Jadi, Hyaline membrane disease merupakan hal yang paling sering terjadi pada
bayi premature yang disebabkan karena defisiensi surfaktan akibat perkembangan imatur
pada system pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru.
B. ANATOMI FISIOLOGI PARU-PARU
sebenarnya
merupakan
kumpulan
Fungsi Paru-Paru
Paru-paru merupakan organ yang sangat vital bagi kehidupan manusia karena
tanpa paru-paru manusia tidak dapat hidup. Dalam Sistem Ekskresi, paru-paru berfungsi
untuk mengeluarkan karbondioksida (CO2) dan uap air (H2O).
Didalam
paru-paru
terjadi
proses
pertukaran
antara
gas
oksigen
dan
Secara singkat dapat diterangkan bahwa dalam tubuh terjadi lingkaran setan
yang terdiri dari: atelektasis hipoksia asidosis transudasi penurunan aliran
darah paru hambatan pembentukan substansi surfaktan atelektasis. Hal ini akan
berlangsung terus sampai terjadi penyembuhan atau kematian bayi.
F. MANIFESTASI KLINIS
Bayi penderita HMD biasanya bayi kurang bulan yang lahir dengan berat badan
antara 1200 2000 g dengan masa gestasi antara 30 36 minggu. Jarang ditemukan
pada bayi dengan berat badan lebih dari 2500 g dan masa gestasi lebih dari 38 minggu.
Gejala klinis biasanya mulai terlihat pada beberapa jam pertama setelah lahir terutama
pada umur 6 8 jam. Gejala karakteristik mulai timbul pada usia 24 72 jam dan setelah
itu keadaan bayi mungkin memburuk atau mengalami perbaikan. Apabila membaik gejala
biasanya menghilang pada akhir minggu pertama.
Gangguan pernafasan pada bayi terutama disebabkan oleh atalektasis dan
perforasi paru yang menurun. Keadaan ini akan memperlihatkan keadaan klinis seperti :
1. Dispnea atau hiperpnea
2. Sianosis
3. Retraksi suprasternal, epigastrium, intercostals
4. Rintihan saat ekspirasi (grunting)
5. Takipnea (frekuensi pernafasan . 60 x/menit)
6. Melemahnya udara napas yang masuk ke dalam paru
7. Mungkin pula terdengar bising jantung yang menandakan adanya duktur arteriosus
yang paten
8. Kardiomegali
9. Bradikardi (pada HMD berat)
10. Hipotensi
11. Tonus otot menurun
12. Edem.
Gejala HMD biasanya mencapai puncaknya pada hari ke-3. Sesudahnya terjadi
perbaikan perlahan-lahan. Perbaikan sering ditunjukan dengan diuresis spontan dan
kemampuan oksigenasi bayi dengan kadar oksigenasi bayi yang lebih rendah.
Kelemahan jarang pada hari pertama sakit biasanya terjadi antara hari ke-2 dan
ke-3
dan
disertai
dengan
kebocoran
udara
alveolar
(emfisema
interstisial,
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Gambaran Rontgen
Berdasarkan foto thorak, menurut kriteria Bomsel ada 4 stadium HMD yaitu :
Stadium 4: Seluruh thorax sangat opaque ( white lung ) sehingga jantung tak dapat
dilihat
2. Laboratorium
Kimia darah :
PaO2 menurun
PaCO2 meninggi.
3. Echocardiografi
Echocardiografi dilakukan untuk mendiagnosa PDA dan menentukan arah dan
derajat
pirau.
Juga
berguna
untuk
mendiagnosa
hipertensi
pulmonal
dan
+1 : gelembung sangat kecil pada meniskus (< 1/3) 20 % resiko terjadi HMD
+3 :
gelembung
satu
deret
pada
seluruh
permukaan
dan
beberapa
+4 : gelembung pada dua deret atau lebih pada seluruh permukaan neonatus
matur
5. Amniosentesis
Berbagai macam tes dapat dilakukan untuk memprediksi kemungkinan terjadinya
HMD, antara lain mengukur konsentrasi lesitin dari cairan amnion dengan melakukan
amniosentesis (pemeriksaan antenatal). Rasio lesitin-spingomielin
H. PENATALAKSANAAN
Dasar tindakan ialah mempertahankan bayi dalam suasana fisiologis sebaikbaiknya,agar bayi mampu melanjutkan perkembangan paru dan organ lain sehingga
dapat mengadakan adaptasi sendiri terhadap sekitarnya
Tindakan yang perlu dikerjakan ialah:
1. Memberikan lingkungan yang optimal. Suhu tubuh bayi harus selalu diusahakan agar
tetap dalam batas normal (36,5 37C) dengan meletakkan bayi di dalam inkubator.
Humiditas ruangan juga harus adekuat (70 80%).
2. Pemberian oksigen harus berhati-hati.
Prinsip: Oksigen mempunyai pengaruh yang kompleks terhadap bayi yang baru lahir.
Pemberian O2 yang terlalu banyak dapat menimbulkan komplikasi yang tidak
diinginkan seperti fibrosis paru (bronchopulmonary dysplasia (BPD)), kerusakan retina
(fibroplasi retrolental / retinopathy of prematurity (ROP)) dan lain-lain.1Untuk
mencegah timbulnya komplikasi ini, pemberian O2 sebaiknya diikuti dengan
pemeriksaan saturasi oksigen, sebaiknya diantara 85 93% dan tidak melebihi 95%
untuk mengurangi terjadinya ROP dan BPD.
Terapi Oksigen sesuai dengan kondisi:
Nasal kanul atau head box dengan kelembaban dan konsentrasi yang cukup untuk
mempertahankan tekanan oksigen arteri antara 50 70 mmHg untuk distres
pernafasan ringan.
Jika PaO2 tidak dapat dipertahankan diatas 50 mmHg pada konsentrasi oksigen
inspirasi 60% atau lebih, penggunaan NCPAP (Nasal Continuous Positive Airway
Pressure) terindikasi. NCPAP merupakan metode ventilasi yang non-invasif.
Penggunaan NCPAP sedini mungkin (early NCPAP) untuk stabilisasi bayi dengan
berat lahir sangat rendah (1000 1500gram) di ruang persalinan juga
direkomendasikan untuk mencegah kolaps alveoli.Penggunaan humidified high
Ventilator mekanik digunakan pada bayi dengan HMD berat atau komplikasi yang
menimbulkan apneu persisten. Ventilator mekanik dihubungkan erat dengan
terjadinya bronchopulmonary dysplasia (BPD) dan juga meningkatkan risiko
terjadinya trauma dan infeksi. Indikasi rasional untuk penggunaan ventilator adalah
pH darah arteri <7,2
pCO2 darah arteri 60mmHg atau lebih
pO2 darah arteri 50mmHg atau kurang pada konsentrasi oksigen 70 100% dan
tekanan CPAP 6 10 cm H2O
Apneu persisten
3. Pemberian cairan, glukosa dan elektrolit sangan berguna pada bayi yang menderita
penyakit membrane hialin.
Prinsip:
Pada fase akut, harus diberikan melalui intravena. Cairan yang diberikan harus
cukup untuk menghindarkan dehidrasi dan mempertahankan homeostasis tubuh yang
adekuat. Pada hari-hari pertama diberiksan glukosa 5 10 % dengan jumlah yang
disesuaikan dengan umur dan berat badan (60 125 ml/kgbb/ hari). Asidosis
metabolik yang selalu terdapat pada penderita, harus segera diperbaiki dengan
pemberian NaHCO3 secara intravena. Pemeriksaan keseimbangan asam-basa tubuh
harus diperiksa secara teratur agar pemberian NaHCO3 dapat disesuaikan dengan
mempergunakan rumus : kebutuhan NaHCO3 (mEq) = deficit basa x 0,3 x berat badan
bayi. Kebutuhan basa ini sebagian dapat langsung diberikan secara intravena dan
sisanya diberikan secara tetesan. Pada pemberian NaHCO3 ini bertujuan untuk
mempertahankan pH darah antara 7,35 7,45. Bila fasilitas untuk pemeriksaan
keseimbangan asam-basa tidak ada, NaHCO3 dapat diberikan dengan tetesan. Cairan
yang dipergunakan berupa campuran larutan glukosa 5- 10% dengan NaHCO 3 1,5%
dalam perbandingan 4:1. Pada asidosis yang berat, penilaian klinis yang teliti harus
dikerjakan untuk menilai apakah basa yang diberikan sudah cukup adekuat.
Analisis gas darah dilakukan berulang untuk manajemen respirasi. Tekanan
parsial O2 diharapkan antara 50 70 mmHg. PaCO2 diperbolehkan antara 45 60
mmHg (permissive hypercapnia). pH diharapkan tetap diatas 7,25 dengan saturasi
oksigen antara 88 92%.
4. Pemberian antibiotika.
Setiap penderita penyakit membran hialin perlu mendapat antibiotika untuk mencegah
terjadinya infeksi sekunder. Pemberian antibiotik dimulai dengan spektrum luas,
biasanya dimulai dengan ampisilin 50mg/kgBB intravena setiap 12 jam dan gentamisin
3mg/kgBB untuk bayi dengan berat lahir kurang dari 2 kilogram. Jika tak terbukti ada
infeksi, pemberian antibiotika dihentikan.
5. Surfaktan
Surfaktan diberikan dalam 24 jam pertama jika bayi terbukti mengalami penyakit
membran hialin, diberikan dalam bentuk dosis berulang melalui pipa endotrakea setiap
6 12 jam untuk total 2 - 4 dosis, tergantung jenis preparat yang dipergunakan
Bagan. Algoritma untuk penanganan distres pernafasan pada bayi kurang bulan
I.
KOMPLIKASI
Komplikasi jangka pendek (akut ) dapat terjadi :
1. Ruptur
alveoli
Bila
dicurigai
terjadi
kebocoran
udara
pneumothorak,
2. Dapat timbul infeksi yang terjadi karena keadaan penderita yang memburuk dan
adanya perubahan jumlah leukosit dan thrombositopeni. Infeksi dapat timbul karena
tindakan invasiv seperti pemasangan jarum vena, kateter, dan alat2 respirasi.
3. Perdarahan intrakranial dan leukomalacia periventrikular : perdarahan intraventrikuler
terjadi pada 20-40% bayi prematur dengan frekuensi terbanyak pada bayi RDS
dengan ventilasi mekanik.
4. PDA dengan peningkatan shunting dari kiri ke kanan merupakan komplikasi bayi
dengan RDS terutama pada bayi yang dihentikan terapi surfaktannya.
Komplikasi jangka panjang dapat disebabkan oleh toksisitas oksigen, tekanan
yang tinggi dalam paru, memberatnya penyakit dan kurangnya oksigen yang menuju ke
otak dan organ lain. Komplikasi jangka panjang yang sering terjadi :
1. Bronchopulmonary
Dysplasia
(BPD):
merupakan
penyakit
paru
kronik
yang
disebabkan pemakaian oksigen pada bayi dengan masa gestasi 36 minggu. BPD
berhubungan dengan tingginya volume dan tekanan yang digunakan
pada waktu
J. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1) Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama, tanggal
pengkajian.
2) Riwayat Kesehatan
Riwayat Maternal
Menderita penyakit seperti diabetes mellitus, kondisi seperti perdarahan
plasenta, tipe dan lamanya persalinan, stress fetal atau intrapartus.
Status Infant Saat Lahir
Prematur, umur kehamilan, apgar score (apakah terjadi asfiksia), bayi lahir
melalui operasi caesar.
3) Data dasar pengkajian
Cardiovaskuler
-
Murmur sistolik
Integumen
-
Neurologis
-
Immobilitas, kelemahan
Pulmonary
-
Nafas grunting
Pernapasan dangkal
Sianosis
Status Behavioral
-
Letargi
4) Pemeriksaan Diagnostik
a. Set rontgen dada : untuk melihat densitas atelektasi dan elevasi diafragma
dengan over distensi duktus alveolar
b. Bronchogram udara : untuk menentukan ventilasi jalan napas
c. Data laboratorium :
-
Level potassium : meningkat sebagai hasil dari release potassium dari sel
alveolar yang rusak.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakadekuatan kadar surfaktan,
ketidakseimbangan perfusi ventilasi.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energi atau kelelahan,
keterbatasan, dan pengembangan otot.
3. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan lemak subkutan, dan peningkatan
upaya pernapasan sekunder akibat HMD.
4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan
menghisap, penurunan motilitas usus.
5. Resiko tinggi deficit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan sensible dan
insensible
6. Koping keluarga inefektif berhubungan dengan ansietas, perasaan bersalah, dan
perpisahan dengan bayi sebagai akibat situasi krisis
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Diagnosa
Keperawatan
Kerusakan
pertukaran
gas
berhubungan
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi 3x24 jam pertukaran gas adekuat
Kriteria Hasil :
Sianosis (-)
Bayi tampak tenang
dengan
Ronchi (-)
RR : 30-60 kali/menit
GDA dalam batas normal : PaO280-100 mmHg, PaCO235-45 mmHg, pH 7,357,45.
Nadi : 120-140 kali/menit
Intervensi
Rasional
Mandiri
Mandiri
penggunaan energi.
4. Observasi terhadap tanda dan
lokasi sianosis
Kolaborasi :
Kolaborasi
vascular pulmonal.
pemberian
2. Diagnosa Keperawatan: Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energi
atau kelelahan, keterbatasan, dan pengembangan otot.
-
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam pola nafas efektif.
Kriteria Hasil :
Bayi tampak tenang
Apnea (-)
Pernafasan efektif
Intervensi
Rasional
Mandiri
1. Kaji frekuensi pernapasan dan pola
hiperekstensi.
kontak orangtua.
4. Hipokalsemia mempredisposisikan
bayi pada apnea
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi 2x24 jam termoregulasi adekuat
-
Kriteria hasil :
Suhu tubuh normal (36,5-37,70C)
Sianosis (-)
Bradikardia (-)
Hipoglikemia (-)
Apnea (-)
Intervensi
Mandiri
Rasional
Mandiri
metabolisme anaerobic
Kolaborasi :
Kolaborasi :
bilirubin
Rasional
Untuk menggantikan kalori yang tidak
saluran pernafasan
berikut :
Rasional
Penggantian cairan secara adekuat untuk
mencegah ketidakseimbangan
Mempertahankan asupan cairan sesuai
cairan
Untuk mencegah kelebihan atau kekurangan
keadaan fatal.
Catatan intake dan output cairan penting untuk
output
Tentukan jumlah BAB
Monitor jumlah asupan cairan infus setiap hari
Lakukan pemeriksaan sodium dan potassium
Rasional
Hal ini akan membantu mengidentifikasi dan
mekanisme
Bantu orangtua mengungkapkan perasaannya
kecemasan
Informasi dapat mengurangi kecemasan
komunitas
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Lowdermik. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC.
Doenges
dan
Moorhouse.
2001.
Rencana
Perawatan
Maternal
Pedoman
untuk
Bayi Prematur
Asidosis Metabolik
Pernafasan berat
Kurang cadangan
Shunting intrapulmonal
digunakan untuk
menghasilkan energi
meningkat
Bayi kelelahan
Atelektasis
Gangguan Pertukaran
berkurang
Gas
Bayi kehilangan
Mengeluarkan CO2
panas tubuh