Anda di halaman 1dari 19

BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)

DISUSUN OLEH :

1. MEYLIN WULANSARI IMPAL


2. SISMAWATI KANGO
3. NUR’AIN KANGO
4. WIWIN MUHAMMAD
5. BELLA SINTIA TANTU
6. ADITYA AZIZ

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

MUHAMMADIYAH

MANADO

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Keperawatan Anak II
yang berjudul “ BBLR “. Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mengalami kesulitan
dan hambatan, akan tetapi berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, penulis dapat
menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para
pembaca.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan yang sering
dialami pada sebahagian masyarakat yang ditandai dengan berat lahir kurang dari 2500 gram.
Kejadian BBLR pada dasarnya berhubungan dengan kurangnya pemenuhan nutrisi pada masa
kehamilan ibu dan hal ini berhubungan dengan banyak faktor dan lebih utama pada masalah
perekonomian keluarga sehingga pemenuhan kebutuhan konsumsi makanan pun kurang. Namun
kejadian BBLR juga dapat terjadi tidak hanya karena aspek perekonomian, dimana kejadian
BBLR dapat saja tejadi pada mereka dengan status perekonomian yang cukup. Hal ini dapat
berkaitan dengan paritas, jarak kelahiran, kadar hemoglobin dan pemanfaatan pelayanan
antenatal. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan diabilitas
neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya di
masadepan.

BBLR yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan timbulnya masalah pada
semua sistem organ tubuh meliputi gangguan pada pernafasan (aspirasi mekonium, asfiksia
neonatorum), gangguan pada sistem pencernaan (lambung kecil), gangguan sistem perkemihan
(ginjal belum sempurna), gangguan sistem persyarafan (respon rangsangan lambat). Selain itu
bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik serta tumbuh kembang.
BBLR berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius
pada kualitas generasi mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan
anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan.

Bayi yang lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) memerlukan perawatan yang tepat
agar tidak terjadi hal-hal yang membahayakan bayi seperti yang telah disebutkan diatas. Bidan
dan perawat adalah bagian dari pemberi pelayanan yang ikut berperan penting dalam
memberikan perawatan pada bayi dengan berat lahir rendah (BBLR). Perkembangan bayi dengan
BBLR yang dirawat di RS ini sangat tergantung pada ketepatan tindakan yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan.Oleh karena itu penulis tertarik membahas tentang kasus BBLR pada bayi
B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran dan mampu menerapkan Asuhan keperawatan melalui
pendekatan proses keperawatan pada masalah bayi berat lahir rendah.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan secara tepat pada bayi dengan berat
badan lahir rendah
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas masalah pada
bayi dengan berat badan lahir rendah
c. Mampu merumuskan perencanaan asuhan secara tepat pada bayi dengan berat
badan lahir rendah sesuai dengan hasil pengkajian prioritas masalah keperawatan
dan mampu melaksanakan asuhan keperawatan sehingga dapat mengatasi masalah
yang dihadapi pada bayi dengan berat badan lahir rendah
d. Mampu melakukan evaluasi terhadap tingkat keberhasilan pemberian asuhan
keperawatan pada bayi dengan bayi berat badan lahir rendah
e. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada bayi dengan berat badan
lahir rendah.
BAB II

KONSEP TEORI

A. Definisi

Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang BB < 2.500 gram (sampai
dengan 2.499 gram). BBLR dapt dibagi menjadi 2 golongan :

1. Prematur murni
Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan BB sesuai dengan berat badan untuk masa
gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan.
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan BB kurang dari BB seharusnya untuk masa gestasi itu, berarti bayi
mengalami retardasi pertumbuhan intra uterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa
kehamilannya.

B. Etiologi

1. Faktor Ibu
a. Penyakit, penyakit yang berhubungan langsung dengan pasien misalnya
perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM, toksemia gravidarum,
dan nefritis akut.
b. Usia ibu, angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20 tahun, dan
multi gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat. Kejadian terendah ialah pada usia
antara 26-35 tahun.
c. Keadaan sosial ekonomi, keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya
prematuritas. Kejadian tertinggi teradapat pada golongan social ekonomi rendah.
Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal
yang kurang. Demikian pula kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari
perkawinan yang tidak sah, ternyata lebih tinggi bila dibandingakan dengan bayi
yang lahir perkawinan yang sah.
d. Sebab lain, karena ibu merokok, ibu peminum alkohol dan pecandu obat narkotik.
2. Faktor Janin
Faktor janin diantaranya hidramnion, kehamilan ganda dan kelainan kromosom
3. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan di antaranya tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan zat-zat
tertentu.

C. Patofisiologi

Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup
bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan
(usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa
kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya
gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu
seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang
menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.

Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami
hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal. Dengan kondisi
kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan
gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih
sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi
kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang
tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.

Sistem pernapasan pada dasarnya cenderung kurang berkembang pada bayi prematur.
Kapasitas vital dan kapasitas residual fungsional paru-paru pada dasarnyakecil berkaitan dengan
ukuran bayi. Sebagai akibatnya sindrom gawat napas sering merupakan penyebab umum
kematian. Masalah besar lainnya pada bayi premature adalah pencernaan dan absorpsi makanan
yang inadekuat. Bila prematuritas bayilebih dari dua bulan, system pencernaan dan absorpsi
hampir selalu inadekuat. Absorpsi lemak juga sangat buruk sehingga bayi premature harus
menjalani diet rendah lemak. Lebih jauh lagi, bayi premature memiliki kesulitan dalam absorpsi
kalsium yang tidak lazim dan oleh karena itu dapat mengalami rikets yang berat sebelum
kesulitan tersebut dikenali. Imaturitas organ lain yang sering menyebabkan kesulitan yang berat
pada bayi premature meliputi system imun yang menyebabkan daya tahan tubuh terhadap infeksi
berkurang karena rendahnya kadar IgG gamma globulin, serta bayi premature relatif belum
sanggup membentuk antibody dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan masih
belum baik sehingga bayi premature beresiko mengalami infeksi, system integumen dimana
jaringan kulit masih tipis dan rawan terjadinya lecet, system termoregulasi dimana bayi
premature belum mampu mempertahankan suhu tubuh yang normal akibat penguapan yang
bertambah karena kurangnya jaringan lemak di bawah kulit dan pusat pengaturan suhu yang
belum berfungsi sebagaimana mestinya sehingga beresiko mengalami hipotermi atau kehilangan
panas dalam tubuh.

E. Manifestasi Klinis

Gambaran klinis BBLR secara umum adalah :

1. Berat kurang dari 2500 gram


2. Panjang kurang dari 45 cm
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
6. Kepala lebih besar
7. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
8. Otot hipotonik lemah
9. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea
10. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus
11. Kepala tidak mampu tegak
12. Pernapasan 40 – 50 kali / menit
13. Nadi 100 – 140 kali / menit

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia


2. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan
3. Titer Torch sesuai indikasi
4. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi
5. Pemantauan elektrolit
6. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan ( missal : foto thorax )

G. Komplikasi

Menurut (Potter, 2005) komplikasi pada masa awal bayi berat lahir rendah antara lain yaitu :

1. Hipotermia.
2. Hipoglikemia.
3. Gangguan cairan dan elektrolit.
4. Hiperbilirubinemia.
5. Sindroma gawat nafas (asfiksia).
6. Paten suktus arteriosus.
7. Infeksi.
8. Perdarahan intraventrikuler.
9. Apnea of prematuruty.
10. Anemia

Komplikasi pada masa berikutnya yaitu :

1. Gangguan perkembangan.
2. Gangguan pertumbuhan.
3. Gangguan penglihatan (retionopati).
4. Gangguan pendengaran.
5. Penyakit paru kronis.
6. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit.
7. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan.
H. Penatalaksanaan

Menurut Prawirohardjo (2005), penanganan bayi dengan berat badan lahir rendah adalah sebagai
berikut :

1. Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar perawatan yang
diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan
bayi harus dilakukan didalam incubator
2. Pelestarian suhu tubuh
Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam mempertahankan suhu
tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan, asal suhu rectal dipertahankan antara
35,50 C s/d 370 C. Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana
suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal. Bayi berat
rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan pengendalian
lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus diatas 25 0 C, bagi bayi yang berat
sekitar 2000 gram, dan sampai 300 C untuk bayi dengan berat kurang dari 2000 gram
3. Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur perawatan
dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum memasukkan bayi
kedalam incubator, incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk
bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam
keadaan telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak
tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih mudah.
4. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR, akibat
tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O2yang diberikan sekitar 30- 35 %
dengan menggunakan head box, konsentrasi o2 yang tinggi dalam masa yang panjang
akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan
kebutaan
5. Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang kurang
berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi.
Untuk mencegah infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum
dan sesudah merawat bayi, memakai masker, gunakan gaun/jas, lepaskan semua asessoris
dan tidak boleh masuk kekamar bayi dalam keadaan infeksi dan sakit kulit.
6. Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah terjadinya
hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama, dapat diberikan
melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah.
Bayi berat lahir rendah secara relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan
dengan bayi preterm.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a) Biodata
Terjadi pada bayi prematur yang dalam pertumbuhan di dalam kandungan terganggu
a) Keluhan utama
Menangis lemah,reflek menghisap lemah,bayi kedinginan atau suhu tubuh rendah
b) Riwayat penayakit sekarang
Lahir spontan,SC umur kehamilan antara 24 sampai 37 minnggu,berat badan kurang atau
sama dengan 2.500 gram,apgar pada 1 sampai 5 menit,0 sampai 3 menunjukkan
kegawatan yang parah,4 sampai 6 kegawatan sedang,dan 7-10 normal
c) Riwayat penyakit dahulu
Ibu memliki riwayat kelahiran prematur,kehamilan ganda,hidramnion
d) Riwayat penyakit keluarga
Adanya penyakit tertentu yang menyertai kehamilan seperti DM,TB Paru,Tumor
kandungan,Kista,Hipertensi
e) ADL
1) Pola Nutrisi : reflek sucking lemah, volume lambung kurang, daya absorbsi
kurang/lemah sehingga kebutuhan nutrisi terganggu
2) Pola Istirahat tidur: terganggu oleh karena hipotermia
3) Pola Personal hygiene: tahap awal tidak dimandikan
4) Pola Aktivitas : gerakan kaki dan tangan lemas
5) Pola Eliminasi: BAB yang pertama kali keluar adalah mekonium,produksi urin
rendah
f) Pemeriksaan
1) Pemeriksaan Umum
Kesadaran compos mentis
Nadi : 180X/menit pada menit I kemudian menurun sampai 120-140X/menit
RR : 80X/menit pada menit I kemudian menurun sampai 40X/menit
Suhu : kurang dari 36,5 C
2) Pemeriksaan Fisik
a. Sistem sirkulasi/kardiovaskular : Frekuensi dan irama jantung rata-rata 120
sampai 160x/menit, bunyi jantung (murmur/gallop), warna kulit bayi sianosis atau
pucat, pengisisan capilary refill (kurang dari 2-3 detik).
b. Sistem pernapasan : Bentuk dada barel atau cembung, penggunaan otot aksesoris,
cuping hidung, interkostal; frekuensi dan keteraturan pernapasan rata-rata antara
40-60x/menit, bunyi pernapasan adalah stridor, wheezing atau ronkhi.
c. Sistem gastrointestinal : Distensi abdomen (lingkar perut bertambah, kulit
mengkilat), peristaltik usus, muntah (jumlah, warna, konsistensi dan bau), BAB
(jumlah, warna, karakteristik, konsistensi dan bau), refleks menelan dan megisap
yang lemah.
d. Sistem genitourinaria : Abnormalitas genitalia, hipospadia, urin (jumlah, warna,
berat jenis, dan PH).
e. Sistem neurologis dan musculoskeletal : Gerakan bayi, refleks moro, menghisap,
mengenggam, plantar, posisi atau sikap bayi fleksi, ekstensi, ukuran lingkar
kepala kurang dari 33 cm, respon pupil, tulang kartilago telinga belum tumbuh
dengan sempurna, lembut dan lunak.
f. Sistem thermogulasi (suhu) : Suhu kulit dan aksila, suhu lingkungan.
Sistem kulit : Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir, lesi, pemasangan
infus), tekstur dan turgor kulit kering, halus, terkelupas.
g) Pemeriksaan fisik : Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram, panjang badan
sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33
cm, lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm, lingkar lengan atas, lingkar perut,
keadaan rambut tipis, halus, lanugo pada punggung dan wajah, pada wanita klitoris
menonjol, sedangkan pada laki-laki skrotum belum berkembang, tidak menggantung dan
testis belum turun., nilai APGAR pada menit 1 dan ke 5, kulit keriput.
2. Diagnosa Keperawatan

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat pernafasan, keterbatasan
perkembangan otot, penurunan energi/kelelahan, ketidakseimbangan metabolik.
2. Gangguan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak
mampuan mencerna nutrisi karena imaturitas.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang.

3. Rencana keperawatan

Diagnosa 1 : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat pernafasan,
keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi/kelelahan, ketidakseimbangan metabolik.

Tujuan : Kebutuhan O2 bayi terpenuhi

kriteria hasil :

1. Pernafasan normal 40-60 kali permenit.


2. Pernafasan teratur.
3. Tidak cyanosis.
4. Wajah dan seluruh tubuh Berwarna kemerahan (pink variable).
5. Gas darah normal
PH = 7,35 – 7,45
PCO2 = 35 mm Hg
PO2 = 50 – 90 mmHg
Intervensi Rasional
Letakkan bayi terlentang dengan alas yang Memberi rasa nyaman dan mengantisipasi
data, kepala lurus, dan leher sedikit flexi leher yang dapat mengurangi
tengadah/ekstensi dengan meletakkan bantal kelancaran jalan nafas.
atau selimut diatas bahu bayi sehingga bahu
terangkat 2-3 cm
Bersihkan jalan nafas, mulut, hidung bila Jalan nafas harus tetap dipertahankan bebas
perlu. dari lendir untuk menjamin pertukaran gas
yang sempurna.
Observasi gejala kardinal dan tanda-tanda Deteksi dini adanya kelainan.
cyanosis tiap 4 jam
Kolaborasi dengan team medis dalam Mencegah terjadinya hipoglikemia
pemberian O2 dan pemeriksaan kadar gas
darah arteri

Diagnosa 2 : Gangguan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidak mampuan mencerna nutrisi karena imaturitas.

Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria hasil :

1. Bayi dapat minum pespeen / personde dengan baik.


2. Berat badan tidak turun lebih dari 10%.
3. Retensi tidak ada.
Intervensi Rasional
Lakukan observasi BAB dan BAK jumlah Deteksi adanya kelainan pada eliminasi bayi
dan frekuensi serta konsistensi. dan segera mendapat tindakan / perawatan
yang tepat.
Monitor turgor dan mukosa mulut. Menentukan derajat dehidrasi dari turgor dan
mukosa mulut.
Monitor intake dan out put. Mengetahui keseimbangan cairan tubuh
(balance)
Beri ASI/PASI sesuai kebutuhan. Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara adekuat.
Lakukan control berat badan setiap hari. Penambahan dan penurunan berat badan
dapat di monito
Lakukan control berat badan setiap hari. Penambahan dan penurunan berat badan
dapat di monitor

Diagnosa 3 : Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang.

Tujuan : Selama perawatan tidak terjadi komplikasi (infeksi)

Kriteria hasil :

1. Tidak ada tanda-tanda infeksi.


2. Tidak ada gangguan fungsi tubuh.
Intervensi Rasional
Lakukan teknik aseptik dan antiseptik dalam Pada bayi baru lahir daya tahan tubuhnya
memberikan asuhan keperawatan kurang / rendah
Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan Mencegah penyebaran infeksi nosokomial.
tindakan
Pakai baju khusus/ short waktu masuk ruang Mencegah masuknya bakteri dari baju
isolasi (kamar bayi) petugas ke bayi
Lakukan perawatan tali pusat dengan triple Mencegah terjadinya infeksi dan memper-
dye 2 kali sehari. cepat pengeringan tali pusat karena mengan-
dung anti biotik, anti jamur, desinfektan.
Jaga kebersihan (badan, pakaian) dan Mengurangi media untuk pertumbuhan
lingkungan bayi kuman.
Observasi tanda-tanda infeksi dan gejala Deteksi dini adanya kelainan
kardinal
Hindarkan bayi kontak dengan sakit. Mencegah terjadinya penularan infeksi.
Kolaborasi dengan team medis untuk Mencegah infeksi dari pneumonia
pemberian antibiotik.
Siapkan pemeriksaan laboratorat sesuai advis Sebagai pemeriksaan penunjang
dokter yaitu pemeriksaan DL, CRP.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penulis menguraikan beberapa kesimpulan pada pada bayi dengan berat lahir yaitu : bayi
berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram, tanpa
memandang masa gestasi, berat lahir rendah adalah yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah
bayi lahir

Penanganan bayi dengan berat badan lahir rendah bergantung pada besara kecilnya bayi.
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar perawatan yang
diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi
harus dilakukan didalam incubator. Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam
mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan, asal suhu rectal
dipertahankan antara 35,50 C s/d 370 C..

Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu normal
tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal. Bayi berat rendah yang dirawat
dalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama.
Suhu perawatan harus diatas 25 0 C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 300 C
untuk bayi dengan berat kurang dari 2000 gram. Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat
didalam incubator. Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“.
Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator, incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai
sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi
dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat
bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih mudah.

B. Saran

1. Diharapkan kepada mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan agar dapat mengerti,


memahami dan dapat menjelaskan tentang BBLR baik dari pengertian, patofisiologi,
etiologi, manifestasi klinis maupun pencegahan serta penerapan asuhan keperawatannya.
2. Mahasiswa diharapkan lebih banyak menggali kembali tentang BBLR. Ilmu yang
didapatkan dapat diterapkan dalam kehidupan masyarakat.
3. Diharapkan kepada tim kesehatan maupun mahasiswa keperawatan untuk lebih
meningkatkan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat mengenai pencegahan bayi
BBLR.

DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta : EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. 2005. ILMU KEBIDANAN. Jakarta : YBP-SP.


Judith M. Wilkinson & Nancy R. Ahern. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 9.
Jakarta : EGC.

Suriyadi, Yuliani. 2006. Buku Pegangan Praktik Asuhan Keperawatan Pada Anak. Ed.2. Jakarta :
CV. Agung Seto.

Potter, P. A, Perry, A. G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik. Ed.4 Vol.2. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai