Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN TENTANG BAYI

DENGAN BB LAHIR RENDAH (BBLR)

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak


Disusun oleh :

Nama : Hidayat Syam Nurmansyah


NIM : P1337420617027
Kelas : 2-A3

D IV KEPERAWATAN SEMARANG
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ Asuhan Keperawatan Anak
Tentang Bayi Dengan BB Lahir Rendah”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini dapat diselesaikan
berkat bimbingan dan bantuan sejumlah pihak. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
 Ibu Ns. Budiayati,Skep, Mkep,SpKepAn selaku dosen pembimbing mata
kuliah Keperawatan Anak
 Kedua Orang Tua yang selalu memberikan motivasi kepada kami
 Teman-teman yang telah memberikan dukungan
Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangunakan
sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat.

Semarang, 25 Februari 2019

Penuli

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah
kesehatan yang sering dialami pada sebahagian masyarakat yang ditandai
dengan berat lahir kurang dari 2500 gram. Kejadian BBLR pada dasarnya
berhubungan dengan kurangnya pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan ibu
dan hal ini berhubungan dengan banyak faktor dan lebih utama pada masalah
perekonomian keluarga sehingga pemenuhan kebutuhan konsumsi makanan
pun kurang. Namun kejadian BBLR juga dapat terjadi tidak hanya karena
aspek perekonomian, dimana kejadian BBLR dapat saja tejadi pada mereka
dengan status perekonomian yang cukup. Hal ini dapat berkaitan dengan
paritas, jarak kelahiran, kadar hemoglobin dan pemanfaatan pelayanan
antenatal. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas,
morbiditas dan diabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak
jangka panjang terhadap kehidupannya di masadepan.
BBLR yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan
timbulnya masalah pada semua sistem organ tubuh meliputi gangguan pada
pernafasan, gangguan pada sistem pencernaan, gangguan sistem perkemihan
(ginjal belum sempurna), gangguan sistem persyarafan (respon rangsangan
lambat). Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental
dan fisik serta tumbuh kembang. BBLR berkaitan dengan tingginya angka
kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius pada kualitas generasi
mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak,
serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan.
Bayi yang lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) memerlukan
perawatan yang tepat agar tidak terjadi hal-hal yang membahayakan bayi
seperti yang telah disebutkan diatas. Bidan dan perawat adalah bagian dari
pemberi pelayanan yang ikut berperan penting dalam memberikan perawatan
pada bayi dengan berat lahir rendah (BBLR). Perkembangan bayi dengan

3
BBLR yang dirawat di RS ini sangat tergantung pada ketepatan tindakan
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran dan mampu menerapkan Asuhan
keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan pada masalah bayi
berat lahir rendah.

2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan secara tepat pada bayi
dengan berat badan lahir rendah
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas
masalah pada bayi dengan berat badan lahir rendah
c. Mampu merumuskan perencanaan asuhan secara tepat pada bayi
dengan berat badan lahir rendah sesuai dengan hasil pengkajian
prioritas masalah keperawatan dan mampu melaksanakan asuhan
keperawatan sehingga dapat mengatasi masalah yang dihadapi pada
bayi dengan berat badan lahir rendah
d. Mampu melakukan evaluasi terhadap tingkat keberhasilan pemberian
asuhan keperawatan pada bayi dengan bayi berat badan lahir rendah
e. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada bayi dengan
berat badan lahir rendah.

4
BAB II

TINJAUANTEORI

A. Definisi
Bayi berat badan lahir rendah ( BBLR ) ialah bayi baru lahir yang BB
< 2.500 gram (sampai dengan 2.499 gram). BBLR dapt dibagi menjadi 2
golongan :
1. Prematur murni
Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan BB sesuai dengan berat badan
untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai
untuk masa kehamilan.
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan BB kurang dari BB seharusnya untuk masa gestasi itu,
berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intra uterin dan merupakan
bayi yang kecil untuk masa kehamilannya.

B. Etiologi
1. Faktor Ibu
a. Penyakit, penyakit yang berhubungan langsung dengan pasien
misalnya perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM,
toksemia gravidarum, dan nefritis akut.
b. Usia ibu, angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20
tahun, dan multi gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat. Kejadian
terendah ialah pada usia antara 26-35 tahun.
c. Keadaan sosial ekonomi, keadaan ini sangat berperan terhadap
timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi teradapat pada golongan
sosial ekonomi rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang
kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang. Demikian pula
kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak
sah, ternyata lebih tinggi bila dibandingakan dengan bayi yang lahir
perkawinan yang sah.

5
d. Sebab lain, karena ibu merokok, ibu peminum alkohol dan pecandu
obat narkotik.
2. Faktor Janin
Faktor janin diantaranya hidramnion, kehamilan ganda dan kelainan
kromosom
3. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan di antaranya tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan
zat-zat tertentu.
C. Patofisiologi

D. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis BBLR secara umum adalah :
1. Berat kurang dari 2500 gram
2. Panjang kurang dari 45 cm
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
6. Kepala lebih besar

6
7. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
8. Otot hipotonik lemah
9. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea
10. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus
11. Kepala tidak mampu tegak
12. Pernapasan 40 – 50 kali / menit
13. Nadi 100 – 140 kali / menit

E. Komplikasi
1. Hipotermia.
2. Hipoglikemia.
3. Gangguan cairan dan elektrolit.
4. Hiperbilirubinemia.
5. Sindroma gawat nafas (asfiksia).
6. Paten suktus arteriosus.
7. Infeksi.
8. Perdarahan intraventrikuler

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia
2. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan
3. Titer Torch sesuai indikasi
4. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi
5. Pemantauan elektrolit
6. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan ( missal : foto thorax )

7
G. Penatalaksanaan
Beberapa tatalaksana yang perlu dipersiapkan dan perlu diantisipasi dalam
merawat bayi yang lahir dengan berat rendah (BBLR) secara umum, antara
lain berikut ini :
1. Tatalaksana Bayi BBLR yang disebabkan oleh Prematuritas di Ruang
Bersalin :
a. Persalinan harus dilakukan dirumah sakit yang memiliki peralatan yang
lengkap dan staf / petugas yang baik/ terlatih.
b. Resusitasi dan stabilisasi memerlukan ketersediaan staf / petugas dan
peralatan yang memadai secara cepat.
c. Oksigenasi yang memadai dan pemeliharaan temperatur sangat penting.
d. Asuhan Ibu
e. Bayi memakai topi
2. Tatalaksana Umum Neonatus BBLR :
a. Pengaturan suhu tubuh bayi
1) Pengaturan temperatur tubuh ditujukan untuk mencapai lingkungan
temperatur netral sesuai dengan protokol
2) Pengaturan suhu tubuh bayi dengan menggunakan inkubator:
Bayi yang diletakkan dalam inkubator dengan suhu :
a) Bayi < 2 kg adalah 35°C
b) Bayi 2 - 2,49 kg adalah 34°C
3) Suhu inkubator dapat diturunkan 1°C per minggu untuk bayi diatas 2
kg.
4) Bila inkubator tidak ada, pemanasan dapat dilakukan dengan
membungkus bayi dan meletakkan botol-botol hangan disekitarnya.
b. Terapi oksigen dan bantuan ventilasi (jika perlu).
c. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit : Terapi cairan
dan elektrolit harus menggantikan IWL (Insensible Water Loss) serta
mempertahankan hidrasi yang baik serta konsentrasi glukosa dan
elektrolit plasma normal.

8
d. Pemberian nutrisi yang cukup :
1) Nutrisi bayi prematur dengan BBLR mungkin memerlukan
pemberian asupan yang seksama, dan bahkan ada BBLR yang
memerlukan asupan dengan sonde atau nutrisi parenteral.
2) Cara pemberian nutrisi pada bayi BBLR :
a) Jumlah cairan yang diberikan pertama kali adalah 1-5 ml/jam
b) Banyaknya cairan yang diberikan adalah 60ml/kg/hari
c) Setiap hari di naikkan sampai 200 ml/kg/hari pada akhir minggu
kedua
3) Hal-hal yang perlu diperhaikan selama pemberian minum untuk
mencegah pneumonia aspirasi :
a) Bayi yang diletakkan di sisi kanan untuk membantu
mengosongkan lambung, atau dalam posisi setengah duduk
dipangkuan.
b) Perawat atau dengan meninggikan kepala dan bahu 30° ditempat
tidur bayi.
c) Pada waktu minum harus diperhatikan apakah bayi menjadi biru,
ada gangguan pernapasan atau perut gembung.
d) Untuk menegah perut gembung , bayi diberi minum sedikit-
sedikit, perlahan dan hati-hati.
e) Penambahan susu tidak boleh lebih dari 30 ml sehari atau boleh
lebih dari 5ml tiap kali pemberian
f) Sesudah minum bayi didudukkan atau diletakkan diatas pundak
selama 10-15 menit untuk mengeluarkan udara di lambung.

e. Pengelolaan hiperbilirubinemia
1) Hiperbilirubinemia biasanya dapat ditangani secara efektif dengan
pemantauan seksama kadar bilirubin dan pelaksanaan terapi sinar.
2) Transfusi tukar mungkin diperlukan dalam berbagai kasus berat.

9
f. Pencegahan dan Penanganan Infeksi
1) Pencegahan Infeksi :
Beberapa pencegahan infeksi pada BBLR yang dapat dilakukan
antara lain :
a) Dipisahkan antara bayi yang kena infeksi dengan bayi yang tidak
infeksi.
b) Mencuci tanan sebelum dan sesudah memegang bayi
c) Membersihkan tempat tidur bayi.
d) Membersihkan ruangan.
e) Memandikan bayi, bersihkan tali pusat.
f) Petugas memakai pakaian yang telah disediakan.
g) Pengunjung hanya boleh melihat dari kaca.
2) Penanganan Infeksi
a) Penanganan infeksi dengan antibiotik yang tepat.
b) Antibiotika spektrum luas dapat diberikan jika ada kecurigaan
kuat adanya infeksi.
c) Pertimbangan antibiotika anti staphilokokus harus telah
mengalami sejumlah besar prosedur atau yang sudah di rawat
dalam waktu lama di rumahh sakit.
g. Pengawasan Terhadap PDA (Patent Ductus Arteriosus / Duktus
Arteriosus Paten) :
1) Tatalaksana awal PDA pada BBLR biasanya bersifat konservatif,
oksigen yang memadai, pembatasan cairan dan diuretika.
2) Pada kasus yang lebih berat, antiprostaglandin seperti indomethacine
mungkin diperlukan.
3) Pada kasus yang sangat berat, ligasi melalui pembedahan mungkin
diperlukan

10
H. Prognosis BBLR
1. Prognosis tergantung berat ringannya masalah prenatal, misalnya masa
gestasi (makin muda masa gestasi / makin rendah berat bayi, maka tinggi
angka kematian),
2. Selain itu juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan
orangtua dan perawatan saat hamil, persalinan dan perawatan post-natal
(pengaturan suhu lingkungan, resusitasi, nutrisi, mencegah infeksi,
mengatasi gangguan pernapasan, asfiksia, hiperbilirubinemia,
hipoglikemia, dll)
3. Mortalitas bayi prematur / BBLR menarik perhatian para sarjana di seluruh
dunia.
a) Angka kematiannya sulit diturunkan.
b) Kadang-kadang ada bayi yang sangat kecil, akan tetapi bisa hidup.
c) Tentang bayi prematur ini perlulah di usahakan kehidupannya, memang
banyak debilitas pada anak prematur (IQ kurang dari 40) tetapi ternyata
ada bayi prematur lebih rendah dengan IQ 160. Secara statistik IQ bayi
prematur lebih rendah sedikit daripada bayi normal (kira-kira 90).
(Arkhanda,S,1986)
4. Pada saat ini harapan hidup bayi dengan berat 1501 – 2500 gr adalah 95%,
tetapi berat bayi kurang dari 1500 gr masih mempunyai angka kematian
yang tinggi.
5. Kematian di duga karena displasia bronkhopulmonal, enterokolitis
nekrotikans, atau infeksi sekunder, asfiksia / iskemia otak, sindroma
gangguan nafas, perdarahan intrafentrikuler, retrolental fibroplasia,
gangguan metabolik (asidosis, hipoglikemia, hiperbilirubinemia).
6. BBLR yang tidak mempunyai cacat bawaan selama 2 tahun pertama akan
mengalami pertumbuhan fisik yang mendekati bayi cukup bulan dengan
berat sesuai masa gestasi.
7. Pada BBLR, makin imatur dan makin rendah berat lahir bayi, makin besar
kemungkinan terjadi kecerdasan berkurang dan gangguan neurologik.

11
I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1. Data biografi : Nama, jenis kelamin, usia, riwayat kehamilan (usia
kehamilan biasanya antara 24 sampai 37 minggu), komplikasi
kehamilan dan persalinan, jenis persalinan.
2. Sistem sirkulasi/kardiovaskular : Frekuensi dan irama jantung rata-rata
120 sampai 160x/menit, bunyi jantung (murmur/gallop), warna kulit
bayi sianosis atau pucat, pengisisan capilary refill (kurang dari 2-3
detik).
3. Sistem pernapasan : Bentuk dada barel atau cembung, penggunaan otot
aksesoris, cuping hidung, interkostal; frekuensi dan keteraturan
pernapasan rata-rata antara 40-60x/menit, bunyi pernapasan adalah
stridor, wheezing atau ronkhi.
4. Sistem gastrointestinal : Distensi abdomen (lingkar perut bertambah,
kulit mengkilat), peristaltik usus, muntah (jumlah, warna, konsistensi
dan bau), BAB (jumlah, warna, karakteristik, konsistensi dan bau),
refleks menelan dan megisap yang lemah.
5. Sistem genitourinaria : Abnormalitas genitalia, hipospadia, urin
(jumlah, warna, berat jenis, dan PH).
6. Sistem neurologis dan musculoskeletal : Gerakan bayi, refleks moro,
menghisap, mengenggam, plantar, posisi atau sikap bayi fleksi,
ekstensi, ukuran lingkar kepala kurang dari 33 cm, respon pupil, tulang
kartilago telinga belum tumbuh dengan sempurna, lembut dan lunak.
7. Sistem thermogulasi (suhu) : Suhu kulit dan aksila, suhu lingkungan.
8. Sistem kulit : Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir, lesi,
pemasangan infus), tekstur dan turgor kulit kering, halus, terkelupas.
9. Pemeriksaan fisik : Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500
gram, panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar
kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan
atau kurang dari 30 cm, lingkar lengan atas, lingkar perut, keadaan
rambut tipis, halus, lanugo pada punggung dan wajah, pada wanita

12
klitoris menonjol, sedangkan pada laki-laki skrotum belum
berkembang, tidak menggantung dan testis belum turun., nilai APGAR
pada menit 1 dan ke 5, kulit keriput.
10. Pemeriksaan penunjang : Pemeriksaan darah lengkap, Pemeriksaan
fungsi hati, Pemeriksaan AGD.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan jalan napas berhubungan dengan penumpukan
cairan di rongga paru

2. Resiko hipotermi berhubungan dengan jaringan lemak subkotis


tipis

3. Resiko tinggi infeksi sekunder berhubungan dengan immaturitas


fungsi imunologik.

4. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan lemahnya daya cerna dan absorbsi makanan.

3. Intervensi
N TUJUAN INTERVENSI
O
1. Setelah mendapat tindakan 1.1. Monitor pernafasan (kedalaman,
keparawatan 3x24 jam tidak terjadi irama, frekuensi )
gangguan jalan nafas(nafas efektif) 1.2. Atur posisi kepala lebih tinggi
Kriteria Hasil : 1.3. Monitor keefektifan jalan nafas,
 Akral hangat kalau kerlu lakukan suction.
 Tidak ada sianosis 1.4. Lakukan auskultasi bunyi nafas tiap
 Tangisan aktif dan kuat 4 jam
 RR : 30-40x/mt 1.5. Pertahankan pemberian O2
 Tidak ada retraksi otot pernafasan 1.6. Pertahankan bayi pada inkubator
dengan penghangat
1.7. Kolaborasii untuk X foto thorax

13
2. Setelah mendapatkan tindakan 2.1. Pertahankan bayi pada inkubator
keperawatan 3x24 jam tidak terjadi dengan kehangatan 37oC
gangguan hipotermi 2.2. Beri popok dan selimut sesuai
Kriteria Hasil : kondisi
 Badan hangat 2.3. Ganti segera popok yang basah oleh
 Suhu : 36,5-37oC urine atau faeces
2.4. Hindarkan untuk sering membuka
penutup karena akan menyebabkan
fluktuasi suhu dan peningkatan laju
metabolisme
2.5. Atur suhu ruangan dengan panas
yang stabil
3. Setelah mendapat tindakan 3.1. Monitor tanda-tanda
keperawatan 3x24 jam tidak terjadi infeksi(tumor,dolor,rubor,calor,fung
infeksi siolaesa)
Kriteria Hasil : 3.2. Lakukan cuci tangan sebelum dan
 Tidak ada tanda-tanda sesudah kontak dengan bayi
infeksi(tumor,dolor,rubor,calor,fu 3.3. Anjurkan kepada ibu bayi untuk
ngsiolaesa) memakai jas saat masuk ruang bayi
 Suhu tubuh normal (36,5-37oC) dan sebelum dan/sesudah kontak
cuci tangan
3.4. Barikan gizi (ASI/PASI) secara
adekuat
3.5. Pastikan alat yang kontak dengan
bayi bersih/steril
3.6. Berikan antibiotika sesuai program
3.7. Lakukan perawatan tali pusat setiap
hari
4. Setelah tindakan keperawatan 3x24 4.1. Kaji refleks menghisap dan menelan
jam tidak terjadi gangguan nutrisi 4.2. Monitor input dan output
Kriteria Hasil : 4.3. Berikan minum sesuai program
 Diet yang diberikan habis tidak lewat sonde/spin
ada residu 4.4. Sendawakan bayi sehabis minum

14
 Reflek menghisap dan menelan 4.5. Timbang BB tiap hari.
kuat
 BB meningkat 100 gr/3hr.

4. Implementasi
Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana
tindakan keperawatan. Dalam melakukan tindakan keperawatan pada klien
dengan BBLR yang harus diperhatikan adalah timbang berat badan setiap
hari dan observasi tanda-tanda vital, memberikan minum, rawat klien
dalam inkubator, berikan posisi semi fowler dan kolaborasi pemberian
oksigen tambahan.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Melalui
evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor ”kealpaan” yang terjadi
selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan dan pelaksanaan tindakan.
Adapun evaluasi yang diharapkan pada bayi dengan berat badan
lahir rendah (BBLR) adalah oksigenisasi klien kembali adekuat, klien
dapat mempertahankan suhu tubuh yang stabil, klien tidak mengalami
infeksi, kebutuhan nutrisi klien kembali terpenuhi, kebutuhan cairan klien
kembali seimbang, integritas kulit klien tetap utuh, klien tidak mengalami
cidera, klien mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang normal,
keluarga klien menunjukkan perilaku kedekatan yang positif.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masa neonatus dan beberapa minggu sesudahnya masih merupakan
masa yang rawan karena disamping kekebalan yang masih kurang juga
gejala penyakit spesifik. Pada periode-periode tersebut tidak dapat
dibedakan/sulit dibedakan dengan penyakit lain sehingga sulit dideteksi
pada usia minggu-minggu pertama kelainanyang timbul banyak yang
berkaitan dengan masa kehamilan/proses persalinan sehingga perlu
penanganan segera dan khusus.
Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah
satu factor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi
khususnya pada masa perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat
mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang
selanjutnya, sehingga membutahkan biaya perawatan yang tinggi.

B. Saran
1. Meningkatkan nutrisi pada ibu hamil
2. Meningkatkan pengawasan pada bayi baru lahir dengan BBLR.
3. Menambah informasi dan pengetahuan tentang asuhan keperawatan
pada bayi baru lahir dengan BBLR.

16
DAFTAR PUSTAKA

__diaksesmelaluihttps://kamuskesehatan.com-
/&ved=2ahUKEwiAlumj5sbcAhUbisKHbZvB7IQFjAAegQIBBA&usg=AO
vVaw2NAYfDoV2uZ9vOgfF7UADb . Pada hari senin tanggal 25 Februari
2019, pukul 13.15
__diakses melalui
https://www.researchgate.net/publication/312303193_mengenai_bayi_dengan
_BBLR_laporan_kasus&ved=2ahUKEwi3mYjM6MbcAhUTVH0KHYLtDB
MQFjAAegQIAhAB&usg=AOvVaw3oki5bVK12gOpg_HyyILcO . Pada
hari Senin tanggal 25 februari 2019, pukul 13.43
__diakses melalui https://www.scribd.com/doc/315999535/ibu-hamil-dengan
BBLR&ved=2ahUKEwj_9YHY6sbcAhXVTn0KHaI7DS4QFjABegQIBhAB
&usg=AOvVaw1eWdtwIUFocbqkXbqEuorv .Pada hari Minggu tanggal 24
Februari 2019, pukul 14.20
__diakses dari Pillitteri,Adele buku saku Asuhan Keperawatan Ibu dan

Anak_jakarta:EGC. Pada hari Senin tanggal 25 February 2019 , pukul 19.00

17

Anda mungkin juga menyukai