Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peristiwa kelahiran merupakan waktu dinamik yang berpusat di sekitar kebutuhan
segera bayi baru lahir. Walaupun sebagian proses persalinan terfokus pada ibu tetapi
proses tersebut merupakan proses pengeluaran hasil kehamilan (bayi), maka
penatalaksanaan suatu persalinan dikatakan berhasil apabila selain ibunya, bayi yang
dilahirkan juga berada dalam kondisi yang optimal. Memberikan pertolongan dengan
segera, aman dan bersih adalah bagian essensial dari asuhan bayi baru lahir. Sebagian
besar kesakitan dan kematian bayi baru lahir disebabkan karena asfiksia, hipotermia dan
atau infeksi. Kesakitan dan kematian bayi baru lahir dapat dicegah bila asfiksia segera
dikenali dan ditatalaksana secara adekuat, dibarengi pula dengan pencegahan hipotermia
dan infeksi (Kurniarum, Ari, 2016).
Berdasarkan data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), angka kematian bayi di
Indonesia pada 2019 lalu adalah 21,12. Angka ini menurun dari catatan pada 2018 ketika
angka kematian bayi di Indonesia masih mencapai 21,86 atau pada 2017 yang mencapai
22,62. Menurunnya angka kematian bayi di Indonesia banyak dipengaruhi oleh
meningkatnya penyediaan fasilitas kesehatan di berbagai daerah. Hal ini diikuti dengan
menurunnya penyakit infeksi dan meluasnya cakupan imunisasi pada bayi. Meski terus
mengalami peningkatan yang signifikan, angka kematian bayi di Indonesia masih
tergolong tinggi dibanding negara Asia Tenggara lainnya. Pada 2019, negara Asia
Tenggara dengan angka kematian bayi paling rendah adalah Singapura (2,26), disusul
Malaysia (6,65), Thailand (7,80), Brunei Darussalam (9,83), dan Vietnam (16,50) (Lestari,
Karlina dalam https://www.sehatq.com/artikel/angka-kematian-bayi-di-indonesia-masih-
tertinggal)
Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan
berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Dahulu neonatus
dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau sama 2500 gram disebut prematur.
Pada tahun 1961 oleh WHO semua bayi yang baru lahir dengan berat kurang dari 2500
gram disebut Low Birth WeightInfants (Proverawati, 2010 dalam Suprapti, 2018). Angka
kematian BBLR di Indonesia masih tinggi yaitu berkisar 27 per 1000 kelahiran hidup.

1
Penyebab pasti bayi dilahirkan BBLR belum diketahui. Tetapi diduga penyebabnya
dinegara berkembang seperti Asia dan Afrika adalah gizi pada saat ibu hamil, sedangkan
penyebab dari negara maju diduga adalah faktor usia ibu yang melahirkan diatas usia 35
tahun. Dinegara berkembang seperti Asia dan afrika tingginya angka kematian bayi BBLR
diakibatkan karena fasilitas untuk perawatan bayi prematur atau BBLR belum memadai,
sedangkan dinegara Eropa kesempatan hidup pada bayi BBLR dapat lebih tinggi karena
sarana dan prasarana untuk perawatan nya telah memadai dengan baik (WHO, 2015).
Bayi dengan BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitufaktor ibu, faktor
janin, dan faktor lingkungan. Faktor ibu meliputi penyakit yang diderita ibu, usia ibu saat
hamil kurang dari 16 tahun atau lebih dari 35 tahun, dan keadaan sosial ekonomi. Faktor
janin meliputi hidramnion, kehamilan ganda, serta kelainan kromosom. Faktor lingkungan
meliputi tempat tinggal, radiasi, dan zat-zat beracun. Faktor-faktor tersebut dapat
menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim sehingga
mengalami gangguan dan suplai makanan ke bayi jadi berkurang. Hal tersebut dapat
mengakibatkan bayi lahir prematur atau dismatur dengan berat badan lahir kurang dari
2500 gram. Jika hal tersebut terjadi, maka bayi dituntut untuk beradaptasi pada kehidupan
ekstrauterin sebelum organ dalam tubuhnya berkembang secara optimal (Suprapti, 2018).

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari bayi BBLR?
2. Apa patofisiologi dari BBLR?
3. Bagaimana klasifikasi dari BBLR?
4. Apa yang menjadi penyebab dari BBLR?
5. Apa saja tanda dan gejala BBLR?
6. Apa saja komplikasi pada bayi BBLR?
7. Apakah masalah jangka panjang yang disebabkan BBLR?
8. Bagaimana manajemen pendokumentasian kebidanan untuk kondisi patologi bayi
dengan BBLR?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari makalah ini adalah untuk mengetahui penatalaksanaan
kondisi patologi BBL dengan BBLR dan manajemennya.

2
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian dari BBLR
b. Untuk mengetahui patofisiologi dari BBLR
c. Untuk mengetahui klasisfikasi dari BBLR
d. Untuk mengetahui penyebab dari BBLR
e. Untuk mengetahui tanda dan gejala BBLR
f. Untuk mengetahui komplikasi pada bayi BBLR
g. Untuk mengetahui masalah jangka panjang yang disebabkan BBLR
h. Untuk mengetahui manajemen pendokumentasian kebidanan untuk kondisi
patologi bayi dengan BBLR

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Dapat menambah keilmuan dalam mengembangkan teknologi dan penerapan
teknologi pembelajaran secara lebih lanjut. Selain itu juga menjadi sebuah nilai
tambah pengetahuan penatalaksanaan keadaan patologi bayi baru lahir dengan BBLR.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi mahasiswa
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam proses pembelajaran
baik teori maupun praktik tentang penatalaksanaan kondisi patologi bayi dengan
BBLR.
b. Bagi Politeknik Kesehatan Kemenkes Jambi
Dapat digunakan sebagai tambahan refensi serta menambah bahan
bacaan bagi mahasiswa, dan sebagai tambahan masukan untuk pengembangan
materi yang telah diberikan baik dalam proses perkuliahan maupun praktik
lapangan.
c. Bagi Petugas Kesehatan
Dapat menambah wawasan dan menerapkan secara langsung teori-teori
yang didapat tentang penatalaksanaan kondisi patologi bayi dengan BBLR

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Penatalaksanan Patologi Bayi Dengan BBLR


1. Pengertian BBLR
Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir
dengan berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa kehamilan.
Dahulu neonatus dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau sama 2500
gram disebut prematur. Pada tahun 1961 oleh WHO semua bayi yang baru lahir
dengan berat kurang dari 2500 gram disebut Low Birth WeightInfants (Proverawati,
2010 dalam Suprapti, 2018).

2. Patofisilogi BBLR
Patofisiologi bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) antara lain
(Suprapti, 2018):
a. Menurunnya simpanan zat gizi
Hampir semua lemak, glikogen, danmineral, seperti zat besi, kalsium,
fosfor dan seng dideposit selama 8 minggu terakhir kehamilan. Dengan demikian
bayi preterm mempunyai peningkatan potensi terhadap hipoglikemia, rikets dan
anemia. Meningkatnya kkal untuk bertumbuh. BBLR memerlukan sekitar 120
kkal/ kg/hari, dibandingkan neonatus aterm sekitar 108 kkal/kg/hari. Belum
matangnya fungsi mekanisdari saluran pencernaan. Koordinasi antara isap dan
menelan, denganpenutupan epiglotis untuk mencegah aspirasi pneumonia, belum
berkembangdengan baik sampai kehamilan 32-42 minggu. Penundaan
pengosongan lambung dan buruknya motilitas usus sering terjadi pada bayi
preterm.
b. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan
Bayi preterm mempunyai lebih sedikit simpanan garam empedu, yang
diperlukan untuk mencerna dan mengabsorbsi lemak, dibandingkan bayi aterm.
Produksi amilase pankreas dan lipase, yaitu enzim yang terlibat dalam pencernaan
lemak dan karbohidrat juga menurun. Kadar laktase juga rendahsampai sekitar
kehamilan 34 minggu. Paru-paru yang belum matang dengan peningkatan kerja
bernafas dan kebutuhan kalori yang meningkat. Masalah pernafasan juga akan

4
mengganggu makanan secara oral. Potensial untuk kehilangan panas akibat
luasnya permukaan tubuh dibandingkan dengan beratbadan, dan sedikitnya lemak
pada jaringan bawah kulit memberikan insulasi.

3. Klasifikasi BBLR
BBLR dapat diklasifikasikan berdasarkan umur kehamilan dan berat badan lahir
rendah (Suprapti, 2018) yaitu :
1. Menurut Sarwono Prawiharjo (2007), diklasifikasikan berdasarkan berat badan
waktu lahir, yaitu:
a. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), yaitu bayi yang lahir dengan berat lahir
1.500- 2.500 gram.
b. Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR), yaitu bayi yang lahir < 1.500
gram
c. Berat Badan Lahir Ekstrem Rendah (BBLER), yaitu bayi yang lahir dengan
berat lahir < 1000 gram.

2. Menurut Pantiawati (2010),


BBLR dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu:
a. Prematuritas murni
Prematuritas murni adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37
minggu dengan berat badan sesuai dengan berat badan untuk usia kehamilan
atau disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan.
b. Dismaturitas
Dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa kehamilannya, yaitu berat badan dibawah
persentil pada kurva pertumbuhan intra uterin, biasanya disebut dengan bayi
kecil untuk masa kehamilan.

3. WHO (1979) membagi umur kehamilan menjadi tiga kelompok, yaitu :


a. Pre-term: kurang dari 37 minggu lengkap (kurang dari 259 Hari).
b. Aterm: mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42 minggu lengkap (259-
293 hari).
c. Post-term: 42 minggu lengkap atau lebih (294 hari atau lebih)

5
4. Penyebab Bayi BBLR
Bayi BBLR disebabkan oleh factor ibu, factor janin, dan factor lingkungan
(Suprapti 2018), yaitu :
a. Faktor ibu
1) Penyakit seperti malaria, anaemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain.
2) Komplikasi pada kehamilan seperti perdarahan antepartum, pre-eklamsia
berat, eklamsia, dan kelahiran preterm.
3) Kebiasaan ibu
4) Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok, ibu pecandu
alkohol dan ibu pengguna narkotika.
5) Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan pada usia< 20 tahun
atau lebih dari 35 tahun.
b. Faktor Janin
Penyebab BBLR yang berasala dari factor janin yaitu Prematur,
hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom.
c. Faktor Lingkungan
Yaitu Tempat tinggal di dataran tinggi, radiasi, sosio-ekonomi dan
paparan zat-zat racun.

5. Tanda dan Gejala BBLR


a. Tanda dan gejala bayi Prematur
1) Kulit tipis dan mengkilap
2) Tulang rawan elinga sangat lunak, karena belum terbentuk dengan sempurna
3) Lanugo (rambut halus/lembut) masih banyak ditemukan terutama pada
punggung
4) Jaringan payudara belum terlihat, puting masih berupa titik
5) Pada bayi perempuan labia mayora belum menutupi labia minora sedangkan
pada bayi laki-laki skrotum belum banyak lipatan, testis kadang belum turun
6) Rajah telapak kaki kurang dari 1/3 bagian belum terbentuk
7) Kadang disertai dengan pernapasan tidak teratur
8) Aktifitas dan tangisnya lemah
9) Refleks menghisap dan menelan tidak efektif/lemah

6
b. Tanda dan gejala bayi dismaturitas
1) Gerakan cukup aktif, tangis cukup kuat
2) Kulit keriput, lemak bawah kulit tipis
3) Bila kurang bulan jaringan payudara kecil, puting kecil. Bila cukup bulan
payudara dan puting sesuai masa kehamilan
4) Bayi perempuan bila cukup bulan labia mayora menutupi labia minora
sedangkan bayi laki-laki testis mungkin telah turun
5) Rajah telapak kaki lebih dari 1/3 bagian
6) Menghisap cukup kuat

6. Komplikasi Bayi dengan BBLR


Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah yaitu:
a. Hipotermi
Hipotermia adalah penurunan suhu tubuh di bawah 360C.Suhu normal
bayi, baru lahir berkisar 36,50C – 37,50C (suhu Axilla). Mekanisme kehilangan
panas pada bayi baru lahir :
1) Radiasi: dari objek ke panas bayi
Contoh : timbangan bayi dingin tanpa alas
2) Evaporasi : karena penguapan cairan yang melekat pada kulit.
Contoh : air ketuban pada tubuh bayi, baru lahir, tidak cepat dikeringkan.
3) Konduksi : panas tubuh diambil oleh suatu permukaan yang melekat ditubuh.
Contoh : pakaian bayi yang basah tidak cepat diganti.
4) Konveksi : penguapan dari tubuh ke udara.
Contoh : angin dari tubuh bayi baru lahir

b. Hipoglikemia
Kadar gula darah bayi secara bermakna dibawah rata-rata bayi seusia dan
berat badan yang sama. Sebagai batasannya pada bayi aterm (cukup bulan)
dengan berat badan 2500 gram atau lebih, kadar glukosa plasma darah lebih
rendah dari 30 mg/dl dalam 72 jam pertama dan 40 mg/dl pada hari berikutnya,
sedangkan pada berat badan lahir rendah dibawah 25 mg/dl.
Glukosa merupakan sumber energi utama selama kehidupan janin,
walaupun asam amino dan laktat ikut berperan pada kehamilan lanjut. Kecepatan

7
glukosa yang diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu, kadar gula darah
janin sekitar dua pertiga dari kadar gula darah ibu. Karena terputusnya hubungan
plasenta dan janin, maka terhenti pula pemberian glukosa. Bayi aterm dapat
mempertahankan kadar gula darah sekitar 50-60 mg/dl selama 72 jam pertama,
sedangkan bayi berat lahir rendah (BBLR) dalam kadar 40 mg/dl.
Dikatakan juga hipoglikemi apabila kadar gula darah kurang dari 30 mg/dl
pada semua neonatus tanpa menilai masa gestasi atau ada tidaknya gejala
hipoglikemi. Biasanya terdapat pada bayi makrosomia. Umumnya hipoglikemi
terjadi pada neonatus berumur 1-2 jam. Hal ini disebabkan oleh karena bayi tidak
lagi mendapatkan glukosa dari ibu, sedangkan insulin plasma masih tinggi dengan
kadar glukosa darah yang menurun. Hipoglikemi jarang terjadi pada ibu yang
dipantau glukosa darahnya dengan baik.
c. Gangguan cairan dan elektrolit
Gangguan cairan dan elektrolit pada BBLR mengakibatkan dehidrasi.
d. Hiperbilirubinemia
Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam
darah mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan kern
ikterus jika tidak ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan
keadaan yang patologis
e. Sindroma gawat napas
Sindroma gawat napas juga disebut penyakit membran hialin yaitu terjadi
akibat pematangan paru yang kurang sempurna akibat kekurangan surfaktan
terjadi pada bayi kurang bulan.
f. Paten duktus arteriosus
Patent Duktus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus
(arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu pertama
kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari aorta tang bertekanan
tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah.
g. Infeksi
Karena antibodi pada BBLR belum berkembang memungkinkan bakteri,
virus atau jamur mudah menginfeksi bayi tersebut

8
h. Perdarahan Intraventrikuler
Yaitu terdapatnya darah hanya dalam sistem ventrikuler, tanpa adanya
ruptur ataulaserasi dinding ventrikel. Disebutkan pula bahwa PIVH merupakan
perdarahan intraserebral nontraumatik yang terbatas pada sistem ventrikel
i. Apnea of prematurity
Penghentian bernapas dengan seorang prematur bayi yang berlangsung
selama lebih dari 15 detik dan / atau ini disertai dengan hipoksia atau bradycardia.
j. Anemia
Anemia sering terjadi pada bayi prematur, ditandai oleh penurunan nilai
hematokrit, retikulosit dan kadar eritropoetin endogen rendah.
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi dengan berat
lahir rendah (BBLR) antara lain :
k. Gangguan perkembangan
Kadang bayi prematur rentan mengalami kelainan pada otak ayng
mengakibatkan kesulitan belajar, gangguan pendengaran, dan penglihatan

7. Masalah Jangka Panjang


Masalah jangka panjang yang diakibatkan BBLR menurut Proverawati (2010)
dalam Suprapti (2018) adalah:
a. Masalah psikis
1) Gangguan perkembangan dan pertumbuhan Pada bayi BBLR pertumbuhan
dan perkembangan lebih lambat berkaitan dengan maturitas otak.
2) Gangguan bicara dan komunikasi Perhatian longitudinal menunjukkan
perbedaan kecepatan bicara yang menarik antara BBLR dan berat lahir
normal. Pada bayi BBLR kemampuan bicaranya akan terlambat
dibandingkan dengan berat lahir normal sampai usia 6 1/2 tahun.
3) Gangguan neurologi dan kognisi Gejala neurologis yang paling sering adalah
cerebral palsy, makin kecil usia kehamilan bayi makin tinggi risikonya.
Gejala neurologi lain adalah retardasi mental, MMR (motor, mental retardasi)
dan kelainan EEF (dengan atau tanpa epilepsi).
4) Gangguan belajar/masalah pendidikan. Hasil penelitian longitudinal
menunjukkan bahwa lebih banyak anak dengan BBLR dimasukan ke sekolah
khusus.

9
5) Gangguan atensi dan hiperaktif. Bayi BBLR mengalami gangguan atensi dan
hiperaktif yang disebut dengan Attention Deficit Hiperactivity Disorder
(ADHD) merupakan gangguan neuorologis.

b. Masalah Fisik
1) Penyakit paru kronis Penyakit ini dapat disebabkan karena infeksi, kebiasaan
ibu merokok selama kehamilan dan radiasi udara di lingkungannya.
2) Gangguan penglihatan (retinopati) dan pendengaran Sering dikeluhkan
gangguan penglihatan meskipun telah diberikan oksigen terapi terkendali.
3) Kelainan bawaan (konginental) Kelainan bawaan adalah suatu kelainan pada
struktur, fungsi maupun metabolism tubuh yang ditemukan pada bayi ketika
dia dilahirkan. Cacat bawaan lebih sering ditemukan pada bayi BBLR
daripada bayi lahir hidup lainnya.

8. Penanganan BBLR
a. Mempertahankan Suhu Tubuh Dengan Ketat
Karena bayi BBLR mudah mengalami hipotermi, maka itu suhu tubuhnya
harus di pertahankan dengan ketat. Cara mempertahankan suhu tubuh bayi BBLR
dan penangannya jika lahir di puskesmas atau petugas kesehatan yaitu :
1) Keringkan badan bayi BBLR dengan handuk hangat, Kering dan Bersih.
2) Kain yang basah secepatnya di ganti dengan yang kering dan hangat dan
pertahankan tubuhnya dengan tetap
3) Berikan lingkungan hangat dengan cara kontak kulit ke kulit dan bungkus
bayi BBLR dengan kain hangat
4) Beri lampu 60 watt denga jarak minimal 60 cm dari bayi
5) Beri oksigen
6) Tali pusat dalam keadaan bersih
b. Mencegah infeksi dengan ketat
Bayi BBLR sangat rentan akan infeksi, maka prinsip–prinsip pencegahan
infeksi termasuk cuci tangan sebelum memegang bayi.
c. Pengawasan Nutrisi
Refleks menelan bayi BBLR belum sempurna dan sangat lemah, sehingga
pemberian nutrisi harus di lakukan dengan cermat. Sebagai langkah awal jika bayi

10
BBLR bisa menelan adalah tetesi ASI dan jika bayi BBLR belum bisa menelan
segera rujuk (rujuk ke rumah sakit jika bayi BBLRnya di tangani di puskesmas).
d. Penimbangan ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi / nutrisi bayi dan erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan
harus dilakukan dengan ketat. Kebutuhan cairan untuk bayi baru lahir adalah 120-
150 ml/kg/hari atau 100-120cal/kg/hari. Pemberian dilakukan secara bertahap
sesuai dengan kemampuan bayi untuk segera mungkin mencukupi kebutuhan
cairan/kalori. 23 Selain itu kapasitas lambung bayi BBLR sangat kecil sehingga
minum harus sering di berikan tiap jam. Perhatikan apakah selama pemberian
minum bayi menjadi cepat lelah, menjadi biru atau perut membesar / kembung
(Rukiah, dkk, 2013: 245-246).
Pada BBLR terdapat pula perawatan Menggunakan Perawatan Bayi Lekat
(Kangaroo Mother Care), perawatan bayi lekat ini merupakan cara yang murah,
aman dan mudah diterapkan yaitu dengan cara mempertahankan suhu tubuh bayi
dengan cara kontak ke kulit seawal mungkin, mendukung ibu untuk memberikan
Asi, Manfaat KMC ini yaitu dapat menjaga ikatan emosi ibu dan bayi, dapat
melatih ibu cara menyusui yang baik dan benar, melatih bayi untuk menghisap
dan menelan secara teratur dan terkoordinasi.
Ada beberapa langkah-langkah dalam perawatan bayi lekat yaitu:
1) Letakkan Bayi diantara payudara ibu dengan kaki bayi di bawah payudara
ibu dan tangan bayi di atasnya.
2) Kulit bayi harus melekat pada dada ibu (kontak kulit-kulit) dengan kepala
bayi menoleh pada satu sisi (kiri/kanan).
3) Gunakan baju kanguru/selendang/kain panjang untuk membungkus bayi dan
ibu dengan nyaman, caranya yaitu, letakkan bagian tengah kain menutupi
bayi di dada ibu, bungkus dengan kedua ujung kain mengelilingi ibu di
bawah lengannya ke punggung ibu, silangkan ujung kain di belakang
ibu,bawa kembali ujung kain ke depan, ikat ujung kain untuk mengunci di
bawah bayi, topang kepala bayi dengan menarik pembungkus ke atas hanya
sampai telinga bayi.

11
9. Pelaksanaan Praktek Perawatan Bayi BBLR
a. Perawatan Metode Kanguru
Perawatan Metode Kanguru (PMK) pertama kali diperkenalkan oleh Ray
dan Martinez di Bogota, Columbia pada tahun 1979 sebagai cara alternatif
perawatan BBLR ditengah tingginya angka BBLR dan terbatasnya fasilitas
kesehatan yang ada. Metode ini meniru binatang berkantung kanguru yang
bayinya lahir memang sangat prematur, dan setelah lahir disimpan di kantung
perut ibunya untuk mencegah kedinginan sekaligus mendapatkan makanan berupa
air susu induknya (Endyarni, Bernie, 2013).
Dewasa ini sudah banyak sekali penelitian yang menunjukkan bahwa ibu
dan bayi harus berdekapan, kulit ke kulit segera setelah lahir, juga setelahnya.
Bayi lebih bahagia, suhu tubuh bayi lebih stabil dan lebih normal, detak jantung
bayi dan pernafasannya lebih stabil dan lebih normal. Tidak hanya itu kontak
kulit segera setelah lahir membuat bayi dikolonisasi oleh bakteri yang sama
seperti ibunya. Hal ini ditambah menyusu dari ibu, dipandang penting untuk
mencegah penyakit-penyakit alergi (Marmi, 2012).
Prinsip metode kanguru adalah menggantikan perawatan bayi baru lahir
dalam inkubator dengan meniru kanguru. Ibu bertindak seperti ibu kanguru yang
mendekap bayinya dengan tujuan mempertahankan suhu bayi stabil dan optimal
(36,6℃- 37℃). Suhu optimal diperoleh dengan kontal langsung kulit bayi secara
terus menerus. Bayi yang dapat bertahan dengan cara ini adalah yang keadaan
umumya baik, suhu tubuhnya stabil dan mampu menetek. Metode ini dihentikan
jika bayi telah mencapai berat badan minimal 2500 gram dan suhu tubuh optimal
37°C dan bias menetek kuat (Marmi, 2012).
Perawatan Metode Kanguru (PMK) adalah asuhan kontak kulit dengan
kulit yang merupakan metode khusus asuhan bagi Bayi Berat Lahir Rendah (bayi
dengan berat lahir <2500 gram)(Perinasea, 2012). PMK ini diindikasikan untuk
bayi dengan berat BBLR 1500-2000 gram. Tujuan PMK adalah:
1. Mencegah terjadinya hipotermia pada bayi BBLR
2. Mempromosikan pemberian ASI eksklusif pada bayi BBLR
3. Mencegah infeksi nosokomial akibat penuhnya bayi yang dirawat di ruang
bayi
4. Membuat ibu lebih percaya diri merawat bayinya yang BBLR

12
5. Memperpendek masa perawatan bayi BBLR di RS

Ketentuan BBLR yang dapat dilakukan PMK meliputi hal berikut ini:
1. BBLR yang bisa langsung PMK
a) Berat lahir > 2000 gram
b) Napas adekuat, frekuensi denyut jantung > 120 kali /menit, tonus otot baik
c) Dilakukan IMD lalu dilanjutkan dengan PMK di ruang nifas/rawat gabung
2. BBLR 1500 – 2000 gram dengan kondisi bugar
a) Observasi di ruang bayi sakit sampai kondisi bayi stabil
b) Dilakukan PMK intermiten
c) Sebelum pulang diusahakan PMK kontinu
3. BBLR < 1500 gram
a) Perawatan di kamar bayi sakit, tunggu sampai kondisi bayi stabil
b) Dilakukan PMK intermiten
c) Sebelum pulang diusahakan PMK kontinu di ruang PMK

Persiapan PMK yang perlu dilakukan baik untuk bayi maupun untuk ibu adalah:
1. Persiapan bayi untuk PMK
a. Kondisi umum stabil
b. Tidak perlu dimandikan, cukup dibersihkan dengan kain bersih dan hangat
c. Bayi dipakaikan topi untuk menjaga agar kepalanya tetap hangat dan
popok. Perhatikan bahwa popok bayi harus segera diganti setiap kali basah
karenabuang air besar atau kecil.
2. Persiapan ibu/pengganti
a. Memahami PMK
b. Membersihkan daerah dada dan perut dengan cara mandi memakai sabun
(kecuali daerah mamae tidak disabun), dilakukan 2 – 3 kali sehari,
tergantung kondisi setempat.
c. Memotong kuku
d. Mencuci tangan dengan cara yang benar menggunakan sabun dan
mengeringkannya

13
Pelaksanaan PMK meliputi hal berikut ini (Perinasea, 2012):
1. Posisi: Ajari ibu memegang bayi dengan satu tangan diletakkan di belakang
leher sampai punggung bayi, topang bagian bawah rahang bayi dengan ibu
jari dan jari-jari lainnya agar kepala bayi tidak tertekuk dan tidak menutupi
saluran napas ketika bayi berada pada posisi tegak, tempatkan tangan lainnya
di bawah bokong bayi.
2. Bayi diletakkan dalam posisi tegak, dapat di tengah, di antara kedua payudara
dan dimiringkan ke kanan/kiri saat akan disusukan. Kaki dan tangan bayi pada
posisi fleksi atau seperti kodok.
3. Ibu dibantu petugas/keluarga untuk mengikatkan kain gendongan dari arah
depan ke belakang. Kain gendongan diikat cukup kencang lalu ditarik lagi ke
depan untuk diikat di bawah bokong bayi. Kalau kain gendongan kurang
panjang untuk diikatkan di bagian depan (bawah bokong bayi), pakai
gendongan PMK dengan model segi empat yang bertali panjang.
4. Sesudah memasang gendongan, ibu memakai baju longgar.
5. Ketika menempatkan bayi dalam gendongan PMK, pastikan:
a) Kepala bayi dipalingkan ke kanan atau ke kiri, sedikit tengadah,
b) Dada bayi menempel ke dada ibu (kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu)
c) Tangan bayi diposisikan terbuka
d) Pangkal paha bayi seperti posisi kodok
e) Kain penggendong diikatkan, cukup kuat, tidak terlalu ketat, tidak
longgar, kain penggendong menopang leher bayi, tepi atas gendongan
berada dibatas bawah kuping bayi, pastikan kepala bayi sedikit tengadah
f) Periksa jalan napas bayi, pastikan tidak terganggu
6. Saat ibu duduk atau tidur, posisi bayi tetap tegak.
7. Ibu diajari menyusui bayinya dalam gendongan PMK. Ketika menyusui,
pastikan gendongan PMK tidak menghalangi bayi menyusu. Kalau bayi masih
belum bisa menyusu, langsung ajari ibu memerah ASI dan memberikan
dengan sendok/pipet/cangkir.
8. Ibu diajari memerhatikan tanda yang perlu diwaspadai karena menunjukkan
bayi sakit dan karenanya harus segera meminta pertolongan tenaga kesehatan
yaitu:
a) Napas bayi: terlalu pelan, terlalu cepat, henti napas

14
b) Bermasalah ketika menyusu: tidak mau menyusu, muntah ketika menyusu,
tidak menyusu dengan baik
c) Diare
d) Teraba dingin meskipun dihangatkan dengan PMK
e) Teraba panas atau demam
f) Kejang
g) Kulit menjadi kuning atau biru
9. Ibu diminta melakukan ASI eksklusif
10. Ibu memerhatikan tumbuh kembang bayi
11. Ibu membawa bayi untuk imunisasi

b. Perawatan Bayi Dalam Incubator


Inkubator merupakan suatu kotak yang dirancang untuk
mempertahankan suatu suhu internal yang konstan dengan menggunakan suatu
thermostat guna menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi.Indikasi
perawatan bayi dalam incubator yaitu:
1. Bayi baru lahir dengan berat badan rendah
2. Hipotermi
3. Bayi premature

Tujuan perawatan bayi dalam incubator yaitu:


1. Penghangatan berkelanjutan bayi (mempertahankan suhu)
2. Dengan berat badan <1500 gram yang tidak dapat dilakukan kangaroo
mother care/KMC
3. Bayi sakit berat: sepsis, gangguan nafas berat
4. Membantu melakukan pengamatan pada bayi
5. Memungkinkan bayi bergerak tanpa dibatasi oleh pakaian
6. Memungkinkan observasi yang lebih mudah terhadap pernafasan
7. Memudahkan penyediaan oksigen
8. Menghindarkan terjadinya penanganan secara berlebihan ketika mengenakan
pakaian (bayi dapat dalam keadaan telanjang bila diperlukan)

15
B. Manajemen Kebidanan
1. Pengertian
Manajemen Kebidanan adalah suatu metode atau bentuk pendekatan yang
digunakan oleh bidan dalam memberi asuhan kebidanan. Manajemen kebidanan adalah
metode dan pendekatan pemecahan masalah kesehatan ibu dan anak yang khusus
dilakukan oleh bidan di dalam memberikan asuhan 27 kebidanan kepada individu,
keluarga dan masyarakat. Manajemen kebidanan bagi bidan dapat juga diartikan
sebagai alat yang digunakan seorang bidan untuk memecahkan masalah kesehatan ibu
dan anak (Hani dkk, 2011: 85).

2. Langkah manajemen kebidanan


Menurut (Varney, 2007:26-28) proses manajemen kebidanan terdiri atas
langkah-langkah berikut ini:
a. Langkah 1: Pengumpulan data dasar
Langkah pertama adalah mengumpulkan data dasar yang menyeluruh untuk
mengevaluasi ibu dan bayi baru lahir. Data dasar ini meliputi pengkajian riwayat,
pemeriksaan fisik dan pelvic sesuai indikasi, meninjau kembali proses
perkembangan keperawatan saat ini atau catatan rumah sakit terdahulu, dan
meninjau kembali data hasil laboratorium dan laporan penelitian terkait secara
singkat, data dasar yang diperlukan adalah semua data yang berasal dari sumber
informasi yang berkaitan dengan konsisi ibu dan bayi baru lahir.
b. Langkah 2 : Interprestasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi dan analisa yang benar terhadap
diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interprestasi yang benar
atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan
dikembangkan sehingga ditemukan masalah yang muncul atau diagnosa yang
spesifik.
c. Langkah 3: Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan mengantisipasi
penanganannya
Langkah ketiga mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial
berdasarkan masalah dan diagnosa saat ini berkenaan dengan tindakan antisipasi,
pencegahan jika memungkinkan, menunggu dengan waspada penuh, dan persiapan

16
terhadap semua keadaan yang mungkin muncul. Langkah ini adalah yang sangat
penting dalam memberikan keperawatan kesehatan yang aman.
d. Langkah 4 : Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera
Dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah atau
kebutuhan yang dihadapi klien. Setelah merumuskan tindakan yang dilakukan
untuk mengantisipasi diagnosa potensial pada langkah sebelumnya harus
merumuskan tindakan segera/emergency. Dalam rumusan ini termasuk tindakan
segera yang mampu dilakukan secara mandiri, secara kolaborasi atau bersifat
rujukan.
e. Langkah 5: Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Langkah kelima mengembangkan sebuah rencana keperawatan yang
menyeluruh (berkesinambungan) dari manajemen kebidanan. Identifikasi dan
menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan dan dokter atau untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama anggota tim kesehatan lain sesuai dengan
kondisi klien. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa saja yang
sudah dilihat dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan.
f. Langkah 6: Melaksanakan perencanaan
Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan pada klien
dan keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara diagnosa.
g. Langkah 7: Mengevaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam manajemen kebidanan untuk
kegiatannya dilakukan terus menerus dengan melibatkan klien, bidan, dokter, dan
keluarga. Pada langkah ini evaluasi dari asuhan kebidanan yang sudah diberikan
meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi
sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi dalam diagnosa.

17
3. Kerangka konsep manajemen kebidanan
Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang dapat
diaplikasikan dalam situasi apapun. Untuk lebih jelasnya mengenai kerangka konsep
manajemen kebidanan dapat dilihat pada bagan sebagai berikut:

C. Manajemen Kebidanan Pada Bayi dengan BBLR


1. Langkah 1: Identifikasi data dasar
Identifikasi Data Dasar Pada langkah pertama ini semua informasi akurat dan
lengkap dikumpulkan dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk
memperoleh data di lakukan:
Anamnese meliputi: melakukan tanya jawab kepada ibu untuk memperoleh
data meliputi: riwayat kesehatan, riwayat reproduksi: riwayat haid, riwayat obstetri,
riwayat kehamilan, persalinan dan nifas, riwayat ginekologi, riwayat KB, riwayat
pemenuhan kebutuhan dasar, data sosial ekonomi dan psikologi.
Pada Anamnese akan didapatkan kemungkinan bayi berat badan lahir rendah
pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu, Namun dapat juga terjadi pada
kehamilan aterm,atau pada usia kehamilan 42 minggu. Dan pada Anamnesis akan
didapatkan pula riwayat kehamilan yang berpengaruh terhadap berat badan janin
seperti usia ibu waktu hamil kurang dari 20 tahun,atau lebih dari 35 tahun, Perdarahan
anterpartum. Penyakit-penyakit yang diderita oleh ibu termasuk penyakit jantung,
TBC, hipertensi dan penyakit ginjal dapat pula berpengaruh terhadap berat badan
janin.

18
Bayi berat badan lahir rendah juga bisa terjadi karena adanya riwayat ibu
bekerja terlalu berat dan adapula faktor lain yang menyebabakan BBLR seperti
plasenta previa, Kebiasaan Keluarga di rumah seperti pekerjaan yang melelahkan dan
merokok.
Pada pemeriksaan fisik akan didapatkan berat badan bayi kurang dari 2500
gram bayi bisa preterm atau aterm, jaringan lemak bawah kulit sedikit,tulang
tengkorak pada bayi lunak mudah bergerak, kulit tipis, merah dan transparan, verniks
kaseosanya sedikit/ tidak ada,menangis lemah.
Bayi berat lahir sangat rendah mempunyai tanda-tanda vital: pernapasan
sekitar 45 sampai 50 denyut per menit (pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea
(gagal napas), frekuensi nadi 100 sampai 140 denyut per menit, dan suhu dibawah
36,5 . Ukuran antropometri: berat badan kurang dari 2500 gram, panjang kurang dari
45 cm, lingkaran dada kurang dari 30 cm, lingkaran kepala kurang dari 33 cm, dan
LILA dibawah dari 9,5 cm. Kepala: relatif lebih besar, tidak mampu tegak dan tulang
tengkorak lunak mudah bergerak. Kulit: kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak,
dan lemak kulit kurang.
Genetalia, bayi perempuan: klitoris yang menonjol dengan labia mayora yang
belum berkembang, bayi laki-laki: skrotum yang belum berkembang sempurna dengan
ruga yang kecil, testis tidak turun kedalam skrotum, ekstremitas: paha abduksi, sendi
lutut/kaki fleksi-lurus dan kuku jari tangan dan kaki belum mencapai ujung jari.
Refleks menelan dan menghisap yang lemah, menangis lemah dan otot hipotonik
lemah.
Tahap ini merupakan langkah yang menentukan langkah berikutnya.
Kelengkapan data yang sesuai dengan kasus yang dihadapi akan menentukan proses
interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya, sehingga dalam
pendekatan ini harus komprehensif meliputi data subjektif, objektif dan hasil
pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi atau masukan klien yang
sebenarnya.
2. Langkah 2 : Identifikasi diagnose/masalah aktual
Masalah BBLR ditegakkan berdasarkan interprestasi data dasar yang di
kumpulkan bahwa BBLR akan menimbulkan masalah-masalah seperti suhu tubuh
yang tidak stabil atau masalah dalam pengaturan temperature pada bayi, Terjadinya

19
Gangguan pernafasan pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah,dan gangguan
persyarafan.
3. Langkah 3: Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan mengantisipasi
penanganannya
a. Pada bayi berat badan lahir rendah maka perlu di lakukan antisipasi terjadinya
hipotermia, dimana hipotermi terjadi karena hanya sedikit lemak tubuh dan
pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir belum matang. Sindrom gangguan
pernapasan idiopatik (penyakit membrane hialin), sering terjadi pada BBLSR
kurang bulan yaitu pernafasan yang tidak teratur, merintih waktu ekspirasi, thoraks
yang lunak dan otot respirasi yang lemah, resiko aspirasi akibat belum
terkoordinirnya refleks menghisap dan reflex menelan.
b. Hipoglikemia adalah sedikitnya simpanan energi pada bayi sehingga BBLR
membutuhkan ASI sesegera mungkin setelah lahir dan berikan ASI setiap 2 jam
sekali pada minggu pertama.
c. Hiperbilirubinemia Terjadi karena fungsi hati belum matang.
4. Langkah 4 : Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera
Pada kondisi BBLR, dengan usia kehamilan aterm dan tidak mengalami
gangguan nafas atau cacat yang harus dilakukan tindakan segera, maka tidak
diperlukan tindakan emergency, namun jika terjadi gagal nafas, sianosis, hipotermi,
kejang, gemetar atau tremor, pernafasan cepat, kulit dingin, refleks moro menurun
atau tidak ada, kegagalan menetek demgan baik, muntah yang kuat, Tonus otot
menurun atau tidak ada. Maka perlu dilakukan tindakan emergency.
5. Langkah 5: Merencanakan asuhan yang menyeluruh
a. Pertahankan suhu tubuh dengan ketat, karena bayi BBLR mudah mengalami
hipotermi, maka suhu tubuhnya harus di pertahankan dengan ketat.
b. Pencegahan infeksi dengan ketat pada BBLR sangat rentan akan infeksi, maka
prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk cuci tangan sebelum memegang bayi.
c. Pengawasan nutrisi refleks menelan bayi BBLR belum sempurna dan sangat
lemah, sehingga pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat.
d. Penimbangan ketat perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi
dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbanagn berat
badan harus dilakukan dengan ketat.
e. Perawatan bayi lekat (Kangaroo Mother Care)

20
Perawatan bayi lekat ini merupakan cara yang murah, aman dan mudah
diterapkan yaitu dengan cara mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara
kontak ke kulit seawal mungkin, mendukung ibu untuk memberikan Asi, manfaat
KMC ini yaitu dapat menjaga ikatan emosi ibu dan bayi, dapat melatih ibu cara
menyusui yang baik dan benar, melatih bayi untuk menghisap dan menelan secara
teratur dan terkoordinasi.
6. Langkah 6: Melaksanakan perencanaan
Pada kondisi dimana bayi berat lahir rendah dilakukan pengukuran
antropometri, pengukuran tanda-tanda vital, pemeriksaan fisik, rawat gabung. Maka
dapat dilakukan penatalaksanaan secara umum. Kecuali apabila bayi mengalami tanda
dan gejala seperti gagal nafas, hipotermia, kejang, gemetar atau tremor, pucat dan
sianosis, dll. Maka dapat dilakukan penatalaksanaan secara khusus.
7. Langkah 7: Mengevaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang di
berikan. Meliputi apakah pemenuhan kebutuhan untuk bayi dengan BBLR telah
terpenuhi sesuai diagnosa atau masalah serta perencanaan yang telah dibuat.

21
BAB III
PEMBAHASAN JURNAL

Pelaksanaan praktek perawatan bayi BBLR dapat dilakukan dengan perawatan dengan
metode kangguru dan perawatan bayi dalam incubator. Perawatan Metode Kangguru (PMK)
memiliki beberapa manfaat untuk bayi dan ibu diantara nya mencegah terjadinya hipotermia
pada bayi BBLR, mempromosikan pemberian ASI eksklusif pada bayi BBLR, mencegah
infeksi nosokomial akibat penuhnya bayi yang dirawatdi ruang bayi, membuat ibu lebih
percaya diri merawat bayinya yang BBLR dan memperpendek masa perawatan bayi BBLR di
RS (Suprapti, 2018).
Ini adalah intervensi komprehensif yang diberikan kepada semua bayi baru lahir
terutama bayi prematur dan bayi berat lahir rendah (BBLR). Perawatan ibu kanguru adalah
intervensi yang paling layak, tersedia, dan lebih disukai untuk mengurangi morbiditas dan
mortalitas neonatal di negara maju dan berkembang, dan cocok untuk digunakan di semua
pengaturan (Tharashree, Shravani MR, Srinivasa S, 2018).
Dewasa ini sudah banyak sekali penelitian yang menunjukkan bahwa ibu dan bayi
harus berdekapan, kulit ke kulit segera setelah lahir, juga setelahnya. Bayi lebih bahagia, suhu
tubuh bayi lebih stabil dan lebih normal, detak jantung bayi dan pernafasannya lebih stabil dan
lebih normal. Tidak hanya itu kontak kulit segera setelah lahir membuat bayi dikolonisasi oleh
bakteri yang sama seperti ibunya. Hal ini ditambah menyusu dari ibu, dipandang penting untuk
mencegah penyakit-penyakit alergi (Marmi, 2012).
Menurut penelitian yang dilakukan Rasaily, Reeta, dkk tahun 2015 yang melakukan
Kangaroo Mother Care (KMC) ke beberapa populasi suku pedesaan, perkotaan dan pedesaan
di di tiga lokasi di Negara Bagian Odisha, Gujarat dan Maharashtra di India, didapatkan hasil
bahwa KMC diberikan kepada 101 bayi dengan berat 1500-2000 g; 57,4 persen adalah
prematur. Secara keseluruhan, 80,2 persen ibu menerima pendidikan kesehatan tentang KMC
selama periode antenatal, anggota keluarga (68,3%) juga menghadiri sesi KMC bersama
dengan wanita hamil dan 55,4 persen perempuan memulai KMC dalam 72 jam setelah
kelahiran. KMC diberikan rata-rata selama lima jam per hari. Data survei kualitatif
menunjukkan bahwa metode tersebut dapat diterima oleh ibu dan anggota keluarga; tinggal di
keluarga inti, pekerjaan rumah tangga, kehamilan kembar, cuaca panas, dan lain-lain, dikutip
sebagai alasan tidak bisa berlatih KMC untuk durasi yang lebih lama.

22
Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari penerimaan KMC dalam pengaturan
komunitas yang berbeda. Penelitian dengan menggunakan metode studi percontohan berbasis
komunitas ini diprakarsai oleh Indian Council of Medical Research (ICMR) dan dilakukan oleh
staf Lab Pemberdayaan Masyarakat di Lucknow, Uttar Pradesh. Staf proyek yang terlatih
bersama dengan penyelidik proyek memberikan pelatihan kepada petugas kesehatan, bidan dan
perawat, Anganwadi Workers (AWWs), aktivis sosial dan kesehatan terakreditasi (ASHA) dan
penolong kelahiran tradisional (dukun bayi). Pelatihan orientasi untuk petugas medis
Puskesmas dan petugas proyek perkembangan anak juga diadakan. Petugas kesehatan terlatih
memberikan KIE (informasi, pendidikan dan komunikasi) di KMC selama periode antenatal
bersama dengan pesan penting perawatan bayi baru lahir. Pesan-pesan ini diperkuat selama
periode postnatal. Ukuran hasil adalah proporsi wanita yang menerima KMC, durasi KMC
perharinya dan jumlah hari melanjutkan KMC. Diskusi kelompok terfokus dan wawancara
mendalam juga dilakukan. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa KMC dapat
disediakan dengan menggunakan infrastruktur yang ada, dan metode tersebut dapat diterima
oleh sebagian besar ibu dengan bayi lahir rendah.
Hasil penelitian diatas juga sesuai dengan hasil jurnal penelitian yang dilakukan oleh
Thapa, Kusum, dkk tahun 2018 di Nepal disimpulkan bahwa keterlibatan ibu dan keluarga
dengan pemberian ergonomic baby warp menunjukkan peningkatan dalam Kangaroo Mother
Care (KMC) atau praktik perawatan ibu kanguru selama tinggal di rumah sakit dan di rumah.
Studi penelitian implementasi ini bertujuan untuk mengeksplorasi preferensi dan penerimaan
konsumen terhadap cara lilitan tradisional dan ergonomic baby warp baru pada perawatan
metode kanguru di fasilitas dan masyarakat dirumah. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah mixed method feasibility study. Penelitian ini dilakukan terhadap sembilan puluh
enam keluarga bayi baru lahir BBLR stabil dengan berat badan 1.800 hingga 2.499 gram
diberikan penyuluhan dan diajari praktik pengasuhan ibu kanguru menggunakan kedua lilitan
tersebut. Mereka diacak menjadi dua kelompok yang terdiri dari 48 orang dengan satu
kelompok mencoba lilitan tradisional selama enam jam pertama dan ergonomic baby warp
baru untuk enam jam berikutnya, dan sebaliknya. Para ibu diperbolehkan memilih antara lilitan
mana yang akan digunakan untuk kelanjutan perawatan metode kanguru di fasilitas dan pasca
pemulangan. Mereka ditindaklanjuti melalui telepon setiap minggu selama 28 hari pascapartum
untuk memastikan praktik perawatan metode kanguru. Wawancara mendalam dengan ibu (n =
12) dan diskusi kelompok terfokus dengan petugas kesehatan (n = 16) mengevaluasi intervensi
lebih lanjut. Statistik deskriptif disajikan untuk bagian kuantitatif penelitian.

23
Menurut penelitian didapatkan hasil bahwa Ibu dalam dua kelompok memilih
ergonomic baby warp baru tanpa perbedaan yang signifikan (81,3% vs. 89,6%, p = 0,24). Dari
96 ibu yang diacak, 85% memilih lilitan yang baru. Selama tinggal di rumah sakit, enam ibu
putus sekolah dan 90 ibu sisanya dipulangkan dengan tujuan melanjutkan Perawatan Metode
Kangguru, 78 dan 12 ibu melakukannya dengan lilitan baru dan tradisional. Pengguna lilitan
baru (429,1 jam, interval kepercayaan 95% [CI]: 351,7–470.3) melakukan kontak kulit-ke-kulit
selama 77,4 jam lebih secara keseluruhan daripada lilitan tradisional (351,7 jam, 95% CI:
259,3–444) pengguna dari hari pertama hingga 28 hari pascapartum. Petugas kesehatan dan ibu
melaporkan pengalaman positif dengan ergonomic baby warp baru karena mudah dipakai
tanpa bantuan, aman dan fleksibel untuk bergerak dalam posisi perawatan metode kanguru.
Ibu dari bayi BBLR dan anggota keluarga lainnya nyaman dan percaya diri dalam
melakukan perawatan pada bayinya saat sudah pulang kerumah. Hal ini sesuai dengan manfaat
pemakaian metode kanguru menurut (Perinasea, 2012) dalam Suprapti (2018) yang
menyatakan bahwa manfaat dari penggunaan metode kanguru adalah membuat ibu lebih
percaya diri merawat bayinya yang BBLR dan memperpendek masa perawatan bayi BBLR di
RS. Ibu yang diteliti juga melaporkan bahwa metode kanguru membuat bayi baru lahir tetap
hangat, rileks, memberikan lebih banyak kesempatan untuk menyusui dan meningkatkan berat
badan. Beberapa ibu melaporkan bahwa metode kanguru juga mengurangi kemungkinan
infeksi pada bayi baru lahir, karena tidak memungkinkan orang lain atau kerabat untuk
menyentuh dan menggendong bayi saat ibu melakukan metode kanguru pada bayi. Ibu juga
merasa lebih puas dan bahagia dalam merawat bayi dengan BBLR dirumah. Hal ini sesuai
dengan manfaat-manfaat metode kanguru secara teori menurut Perinasea (2012).
Menurut sebuah studi literature tentang efek perawatan meteode kanguru pada saat
inisiasi menyusui dini (IMD) pada bayi premature dan BBR di Ethiopia, dapat disimpulkan
bahwa perawatan metode kanguru mendorong inisiasi menyusui dini dibandingkan dengan
metode perawatan konvensional. Oleh karena itu, fasilitas kesehatan perlu melaksanakan
perawatan ibu kanguru pada bayi prematur dan bayi berat lahir rendah. Latar belakang dari
penelitian in adalah perawatan metode kanguru merupakan intervensi komprehensif yang
diberikan kepada semua bayi baru lahir khususnya bayi prematur dan bayi berat lahir rendah.
Ini adalah intervensi yang paling layak dan disukai untuk menurunkan morbiditas dan
mortalitas neonatal. Meskipun waktu untuk mulai menyusui telah diperiksa dengan uji coba
terkontrol secara acak, berbagai temuan telah dilaporkan. Tujuan utama dari meta-analysis of

24
published studies ini adalah untuk memperkirakan waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk
mulai menyusui pada bayi prematur dan berat lahir rendah.
Peneliti ini melakukan studi uji coba terkontrol secara acak yang dilakukan tentang efek
perawatan metode kanguru pada waktu inisiasi menyusu dini pada bayi prematur dan berat
lahir rendah. Artikel yang diterbitkan diidentifikasi melalui pencarian database elektronik
terkomputerisasi yang mencakup MEDLINE melalui PubMed, EMBASE, CINAHL dan
CENTRAL. Istilah pencarian adalah perawatan ibu kanguru atau (kulit ke kulit), atau
perawatan konvensional, bayi baru lahir, bayi prematur, bayi berat lahir rendah dan uji coba
terkontrol secara acak. Sebanyak 467 judul yang memenuhi syarat diidentifikasi dan delapan
studi memenuhi kriteria inklusi. Data yang diekstraksi dimasukkan dan dianalisis
menggunakan Cochrane Review Manager-5-3 software. Heterogenitas di seluruh studi
dievaluasi dengan Chi tes dan indeks inkonsistensi. Bias publikasi dinilai menggunakan funnel
plot. Model efek acak diterapkan untuk memperkirakan waktu rata-rata yang dikumpulkan
untuk mulai menyusui dengan interval kepercayaan 95%. Dari penelitian ini dapatkan hasil
bahwa waktu rata-rata keseluruhan untuk mulai menyusui adalah 2,6 hari (95% CI 1,23, 3,96).
Bayi prematur dan berat lahir rendah yang menerima intervensi perawatan metode kanguru
mulai menyusu 2 hari 14 jam 24 menit lebih awal daripada perawatan konvensional dengan
metode penghangat/ metode incubator. Hal ini sesuai dengan teori bahwa Perawatan Metode
Kanguru (PMK) mempermudah pemberian ASI, sehingga meningkatkan lama dan jumlah
pemberian ASI (Endyarni, Bernie, 2013).
Dari beberapa penelitian diatas dapat disimpulan bahwa penelitian tentang Perawatan
Metode Kanguru (PMK) yang telah dilakukan mendapatkan hasil yang sejalan dan sesuai
dengan manfaat dari PMK secara teori. Menurut penelitian, didapatkan hasil bahwa ibu bayi
BBLR mau untuk melakukan PMK dan PMK bermanfaat untuk mendorong inisiasi menyusu
dini dan mempermudah bayi untuk mendapat ASI. Ibu juga merasa bahwa bayi baru lahir tetap
hangat, rileks, memberikan lebih banyak kesempatan untuk menyusui dan meningkatkan berat
badan. Beberapa ibu juga melaporkan bahwa metode kanguru juga mengurangi kemungkinan
infeksi pada bayi baru lahir, karena tidak memungkinkan orang lain atau kerabat untuk
menyentuh dan menggendong bayi saat ibu melakukan metode kanguru pada bayi. Hal ini
sesuai dengan teori mengenai efek dan manfaat dari Perawatan Metode Kanguru (PMK).
 

25
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan
berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Dahulu neonatus
dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau sama 2500 gram disebut prematur.
Pada tahun 1961 oleh WHO semua bayi yang baru lahir dengan berat kurang dari 2500
gram disebut Low Birth Weight Infants (Proverawati, 2010 dalam Suprapti, 2018).
BBLR dapat diklasifikasikan berdasarkan umur kehamilan dan berat badan lahir
rendah. Perawatan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dapat dilakukan
dengan Perawatan Metode Kanguru (PMK) dan perawatan di incubator.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa Perawatan Metode Kanguru (PMK)
memberikan manfaat yang baik untuk ibu dan bayi dan didapatkan hasil yang sejalan dan
sesuai dengan manfaat dari PMK secara teori. Menurut penelitian, didapatkan hasil bahwa
ibu bayi BBLR mau untuk melakukan PMK dan PMK bermanfaat untuk mendorong
inisiasi menyusu dini dan mempermudah bayi untuk mendapat ASI. Ibu juga merasa
bahwa bayi baru lahir tetap hangat, rileks, memberikan lebih banyak kesempatan untuk
menyusui dan meningkatkan berat badan. Beberapa ibu juga melaporkan bahwa metode
kanguru juga mengurangi kemungkinan infeksi pada bayi baru lahir, karena tidak
memungkinkan orang lain atau kerabat untuk menyentuh dan menggendong bayi saat ibu
melakukan metode kanguru pada bayi.

B. SARAN
1. Bagi Mahasiwa
Diharapkan dapat menerapkan teori penatalaksanaan kondisi patologi bayi
dengan BBLR yang didapat dari makalah ini dilahan praktik.
2. Bagi Politeknik Kesehatan Kemenkes Jambi
Agar menerapkan asuhan kebidanan dalam pemecahan masalah dapat lebih
ditingkatkan dan dikembangkan mengingat metode ini sangat bermanfaat dalam
membina tenaga bidan guna menciptakan sumber daya manusia yang lebih profesional.

26
3. Bagi Petugas Kesehatan
Perlu bimbingan dan informasi kepada ibu dan keluarga dari petugas kesehatan
agar ibu dapat menerapkan penatalaksanaan kondisi patologi bayi dengan BBLR
dengan cara yang benar dan tepat untuk hasil yang optimal.

27

Anda mungkin juga menyukai