Pengertian
• Preeklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, oedema, dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan.Penyakit ini biasanya timbul pada
trimester III kehamilan tetapi dapat juga timbul sebelumnya
Patofisiologi Preeklamsia
• Hingga saat ini etiologi dan patafisiologi dari preeklamsia masih belum diketahui dengan
pasti.Telah banyak hipotesis yang diaujukan untuk mencari etiologi dan patofisiologinya dari
kasus preeklamsia namun kini belum memuaskan sehingga preeklamsia sebagai “the
diseases of theories”.
Diagnosis
• Preeklamsia Ringan • Tekanan darah > 160/110 mmHg pada usia kehamilan
Preeklamsia Berat
> 20 minggu
• Kenaikan tekanan darah ≥ • Proteinuria >5gr/24 jam atau tes celup urin ≥2+
Preeklamsia Ringan
140/90 mmHg dan ≤ 160/110 • Produksi urin<400-500 ml/24 jam dan kenaikan
kreatinin serum
mmHg • Oedema paru dan sianosi
• Pemeriksaan tes celup urin • Nyeri epigastrium dan nyeri kuadran atas abdomen:
dengan proteinuria menunjukkan • Perubahan kesadaran, nyeri kepala, skotomata dan
pandangan kabur.
≥ 300 mg/24 jam atau +1
• Kenaikan berat badan 1kg dalam • Gangguan fungsi hepar.
• Hemolysis mikroangiopatik
seminggu • Trombositopenia berat :<100.000 sel atau penurunan
• Bengkak pada wajah atau tungkai trombosit dengan cepat.
(Nugroho, Taufan, 2012: 05 ). • Pertumbuhan janin intrauterine yang terhambat
• Sindrom HELLP
Penatalaksanaan
Preeklamsia Berat
dilakukan rawat jalan dengan
menganjurkan pasien untuk melakukan
• Tirah baring miring kesatu sisi.
Preeklamsia Ringan
Pengertian
• Eklamsia merupakan satu atau lebih bangkitan kejang yang
berhubungan dengan preeklamsia. Hal ini dapat terjadi sekalipun
tekanan darah masih dalam batas normal
MANIFESTASI KLINIS
• Stadiun invasi (tingkat awal atau aura)
• Stadium kejang tonik
• Stadium klonik
• Stadium koma
EKLAMSIA
Etiologi
Hamil pada usia remaja atau diatas usia 40 tahun.
Obesitas
Mengalami hipertensi
kehamilan yang dilakukan melalui donor sel telur atau inseminasi buatan
Keluhan utama : Ibu datang dengan surat rujukan dari puskesmas masuk ke Poli KIA RSUD Raden
Mattaer dengan keluhan sakit kepala, pusing dan pembengkakan pada kaki.
Pemeriksanaan Fisik :
Keadaan umum ibu baik
Kesadaran komposmentis
Pemeriksaan tanda-tanda vital Tekanan darah : 150/100 mmHg
Nadi : 86x/menit Pernafasan : 20x/menit Suhu: 36,8ºC
TB : 158 cm, LiLA : 26 cm, BB sebelum hamil 68 kg, BB sekarang 77 kg.
Pemeriksaan penunjang :
Protein urine : (+)
Diagnosa
• G4P3A0, gestasi 34-35 minggu, situs memanjang,
intrauteri, tunggal, hidup, keadaan janin baik dan
keadaan ibu dengan preeklamsia ringan.
Diagnosa Potensial
• Masalah potensial preeklamsia pada masa
kehamilan akan mengakibatkan terjadinya
kelahiran prematur, resiko terjadinya Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR), abrupsio plasenta, resiko
terajdinya kematian bayi (KJDR) dan apabila
preeklamsia ringan tidak tertangani dengan cepat
maka preeklamsia berada di tingkat berat atau
menjadi preeklamsia berat
Penatalaksanaan
• Menyampaikan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa
ibu dalam keadaan preeklamsia ringan
• Memberikan dukungan psikologis dan spiritual
pada ibu dengan melibatkan suami dan keluarga
dalam perawatan klien.
• Memberikan KIE
• Memberikan ibu pendidikan kesehatan tentang
preeklamsia ringan
• Menganjurkan ibu untuk menghitung pergerakan
janinnya untuk memantau kesehatan janin
• Menjelaskan pada ibu tentang 9 tanda bahaya
pada kehamilan
• Mendiskusikan dengan ibu tentang persiapan
persalinan dan kelahiran bayinya
• Menganjurkan ibu untuk melakukan USG
• Memberikan obat nefedipin 10 ml (2x1)
• Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan
ANC secara teratur
KASUS EKLAMSIA
Anamnesis
Seorang pasien wanita usia 29 tahun, datang ke IGD RSUD Raden Mattaher pada
tanggal 12 Agustus 2022 pukul 23.15 WIB rujukan dari Puskesmas dengan diagnosis
penurunan kesadaran ec eklampsia antepartum pada G5P4A0H3 gravid preterm 33-
34 minggu + IUFD.
Keluhan Utama
Pasien awalnya mengeluhkan sakit kepala hebat yang diikuti oleh kejang selama
sekitar 5 menit, kejang seluruh tubuh dan pasien tidak sadar setelah kejang.
Pemeriksaan Fisik
Dari pemeriksaan didapatkan TD 200/110 mmHg. DJJ tidak ditemukan. Pemeriksaan
fisik didapatkan kesadaran Sopor dan Tekanan Darah 190/140 mmHg.
KASUS EKLAMSIA
Pemeriksaan Laboratorim
Pemeriksaan laboratorium ditemukan leukositosis, trombositopenia, tanda- HELLP
sindrom, pada urin ditemukan protein positif 3, hematuri (eritrosit400-600/LPB).
Diagnosa
Penurunan kesadaran ec eklampsia antepartum pada G5P4A0H3 gravid preterm 33-
34 minggu + IUFD.
Pemberian Terapi
Pasien kemudian dikonsultasi ke Penyakit Dalam, Jantung, Mata dan Neurologi.
Pasien dirawat di ROI dan diberi terapi: oksigen 10 l/menit, IVFD RL 20 tpm, Lanjut
regimen MgSO4, Drip Morphin 0,5 mg/jam, Drip sedacum 1 mg/jam, Injeksi
meropenem 3 x 1 gr, Infus levofloxacine 1x500 mg, Injeksi vitamin K 3x1 amp,
Injeksi asam tranexamat 3x1 amp, Injeksi omeprazol 1x1 amp, Metildopa tab 500
mg (p.o) via NGT, Transfusi trombosit 10 unit.
Perencanaan
Pasien direncanakan diterminasi kehamilan pervaginam dengan induksi →
pematangan serviks dengan misoprostol 100 mcg tiap 6 jam pervaginam (mulai
pukul 22.00 WIB). Setelah didapatkan skor Bishop 6 (dilatasi 1, konsistensi 1,
panjang serviks 2, posisi serviks 1, station 1), kemudian pasien diberi Drip oksitosin 5
unit dalam 500 cc RL mulai 5 tetes per menit, dinaikan 5 tetes setiap 30 menit
sampai his adekuat atau maksimal 60 tetes per menit.
Hari kedua rawatan (14 Agustus 2022) didapatkan pasien mengalami anuria, anemia
sedang, trombositopenia, peningkatan magnesium, ureum dan kreatinin. Sehingga
pada pasien di stop regimen MgSO4, dilakukan transfusi trombosit 10 unit dan PRC 2
unit, dan Drip oksitosin 10 unit dalam 500 cc RL 30 tetes per menit. Setelah selama 7
jam di drip oksitosin pembukaan lengkap, ketuban (+), teraba kepala H3-4, dilakukan
Amniotomi → bantu kala II dengan forcep ekatraksi. lahir bayi laki-laki, BB : 2300
gram, PB : 48cm, A/S : 0/0,Plasenta lahir lengkap 1 buah ukuran 15x12x2 cm,
Panjang tali pusat 50 cm berat 450 gram, insersi parasentralis dan Perdarahan 100
cc.
Pada hari ke 5 rawatan (17 Agustus 2022) fungsi ginjal pasien semakin memburuk,
sehingga diputuskan dilakukan hemodialisis. Saat dilakukan hemodialisis tiba-tiba
tekanan darah pasien tidak terukur, nadi tidak teraba. maka pasien dinyatakan
meninggal dunia.
BAB III
KESIMPULAN