Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN

TRIMESTER II DAN III

Noviyanty Ningsih (PO71241220134)


Ria Harmonis (PO71241220214)
Sugiarti (PO71241220168)
Monica Ratih Pratiwi (PO71241220154)
Purwati (PO71241220167)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES


JAMBI
JURUSAN KEBIDANAN
BAB I
PENDAHULUAN

Salah satu penyebab kematian maternal di Indonesia adalah


preeklampsia-eklampsia. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh
Angsar (1993), insiden preeklampsia-eklampsia di Indonesia berkisar
10- 13% dari keseluruhan ibu hamil. Sementara itu di dua rumah sakit
pendidikan di Makasar insidensi preeklampsia berat 2,61%, eklampsia
0,84% dan angka kematian akibatnya 22,2% (Lukas dan Rambulangi,
1995). Sedangkan selama periode 1 Januari-31 Desember 2000 di RSU
Tarakan mencatat dari 1431 persalinan terdapat 74 kasus
preeklampsiaeklampsia (5,1%), preeklampsia 61 kasus (4,2%) dan
eklampsia 13 kasus (0,9%). Kasus preeklampsia terutama dijumpai pada
primigravida dan usia 20-24 tahun
PREEKLAMSIA

Pengertian
• Preeklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, oedema, dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan.Penyakit ini biasanya timbul pada
trimester III kehamilan tetapi dapat juga timbul sebelumnya

Patofisiologi Preeklamsia
• Hingga saat ini etiologi dan patafisiologi dari preeklamsia masih belum diketahui dengan
pasti.Telah banyak hipotesis yang diaujukan untuk mencari etiologi dan patofisiologinya dari
kasus preeklamsia namun kini belum memuaskan sehingga preeklamsia sebagai “the
diseases of theories”.
Diagnosis

• Preeklamsia Ringan • Tekanan darah > 160/110 mmHg pada usia kehamilan

Preeklamsia Berat
> 20 minggu
• Kenaikan tekanan darah ≥ • Proteinuria >5gr/24 jam atau tes celup urin ≥2+
Preeklamsia Ringan

140/90 mmHg dan ≤ 160/110 • Produksi urin<400-500 ml/24 jam dan kenaikan
kreatinin serum
mmHg • Oedema paru dan sianosi
• Pemeriksaan tes celup urin • Nyeri epigastrium dan nyeri kuadran atas abdomen:
dengan proteinuria menunjukkan • Perubahan kesadaran, nyeri kepala, skotomata dan
pandangan kabur.
≥ 300 mg/24 jam atau +1
• Kenaikan berat badan 1kg dalam • Gangguan fungsi hepar.
• Hemolysis mikroangiopatik
seminggu • Trombositopenia berat :<100.000 sel atau penurunan
• Bengkak pada wajah atau tungkai trombosit dengan cepat.
(Nugroho, Taufan, 2012: 05 ). • Pertumbuhan janin intrauterine yang terhambat
• Sindrom HELLP
Penatalaksanaan

• Pada kasus preeklamsia ringan cukup • Segera masuk ke rumah sakit

Preeklamsia Berat
dilakukan rawat jalan dengan
menganjurkan pasien untuk melakukan
• Tirah baring miring kesatu sisi.
Preeklamsia Ringan

kunjungan antenatal setiap minggu. Tanda vital diperiksa setiap 30


• jika perawatan jalan tidak mengalami menit, memeriksa refleks patella
perubahan maka akan dilakukan rawat setiap jam.
inap dengan kriteria bahwa setelah 2 • Memasang infus dengan cairan
minggu pengobatan rawat jalan tidak
mengalami perubahan, kenaikan berat dextrose 5% dimana setiap 1
badan ibu 1 kg atau lebih per minggu liter diselingi dengan cairan
selama 2 minggu berturut-turut, ataupun infus RL (60-125cc/jam) 500cc.
timbul salah satu atau lebih gejala • Pemberian anti kejang/anti
preeklamsia berat
konvulsan magnesium sulfat
(MgSO4) sebagai pencegahan
dan terapi kejang.
EKLAMSIA

Pengertian
• Eklamsia merupakan satu atau lebih bangkitan kejang yang
berhubungan dengan preeklamsia. Hal ini dapat terjadi sekalipun
tekanan darah masih dalam batas normal

MANIFESTASI KLINIS
• Stadiun invasi (tingkat awal atau aura)
• Stadium kejang tonik
• Stadium klonik
• Stadium koma
EKLAMSIA

Etiologi
Hamil pada usia remaja atau diatas usia 40 tahun.

Memiliki riwayat preeklamsia atau eklamsia

Obesitas

Mengalami hipertensi

kehamilan yang dilakukan melalui donor sel telur atau inseminasi buatan

Mengalami kehamilan berganda

Mengalami anemia sel sabit

Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah


PENATALAKSANAAN
Jika terjadi kejang maka obat antikejang
seperti magnesium sulfat segera diberikan
untuk mengurangi kejang eklampsia. Cairan
ini diberikan dengan infus atau suntikan dan
dipantau selama 24 jam saat kejang pertama.
Terapi dilanjutkan dengan obat penurun
tekanan darah seperti nifedipine atau
labelatol untuk menurunkan hipertensi
dengan cepat.

Pengeluaran bayi harus diperhatikan masa


kehamilan ibu. Apabila sudah mencapai 34
minggu dan timbul kejang, maka perlu
tindakan operasi caesar. Apa bila usia
kehamilan mencukupi, pemberian oksitosin
dapat membantu mempersingkat kelahiran
bayi.
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL PADA NY”S”
DENGAN PREEKLAMSIA RINGAN

Keluhan utama : Ibu datang dengan surat rujukan dari puskesmas masuk ke Poli KIA RSUD Raden
Mattaer dengan keluhan sakit kepala, pusing dan pembengkakan pada kaki.

Riwayat keluhan utama


Ibu mengatakan telah mengalami pusing dan sakit kepala serta pembengkakan pada kaki sejak 2
minggu terakhir.

Pemeriksanaan Fisik :
Keadaan umum ibu baik
Kesadaran komposmentis
Pemeriksaan tanda-tanda vital Tekanan darah : 150/100 mmHg
Nadi : 86x/menit Pernafasan : 20x/menit Suhu: 36,8ºC
TB : 158 cm, LiLA : 26 cm, BB sebelum hamil 68 kg, BB sekarang 77 kg.

Pemeriksaan penunjang :
Protein urine : (+)
Diagnosa
• G4P3A0, gestasi 34-35 minggu, situs memanjang,
intrauteri, tunggal, hidup, keadaan janin baik dan
keadaan ibu dengan preeklamsia ringan.

Diagnosa Potensial
• Masalah potensial preeklamsia pada masa
kehamilan akan mengakibatkan terjadinya
kelahiran prematur, resiko terjadinya Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR), abrupsio plasenta, resiko
terajdinya kematian bayi (KJDR) dan apabila
preeklamsia ringan tidak tertangani dengan cepat
maka preeklamsia berada di tingkat berat atau
menjadi preeklamsia berat
Penatalaksanaan
• Menyampaikan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa
ibu dalam keadaan preeklamsia ringan
• Memberikan dukungan psikologis dan spiritual
pada ibu dengan melibatkan suami dan keluarga
dalam perawatan klien.
• Memberikan KIE
• Memberikan ibu pendidikan kesehatan tentang
preeklamsia ringan
• Menganjurkan ibu untuk menghitung pergerakan
janinnya untuk memantau kesehatan janin
• Menjelaskan pada ibu tentang 9 tanda bahaya
pada kehamilan
• Mendiskusikan dengan ibu tentang persiapan
persalinan dan kelahiran bayinya
• Menganjurkan ibu untuk melakukan USG
• Memberikan obat nefedipin 10 ml (2x1)
• Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan
ANC secara teratur
KASUS EKLAMSIA
Anamnesis
Seorang pasien wanita usia 29 tahun, datang ke IGD RSUD Raden Mattaher pada
tanggal 12 Agustus 2022 pukul 23.15 WIB rujukan dari Puskesmas dengan diagnosis
penurunan kesadaran ec eklampsia antepartum pada G5P4A0H3 gravid preterm 33-
34 minggu + IUFD.  

Keluhan Utama
Pasien awalnya mengeluhkan sakit kepala hebat yang diikuti oleh kejang selama
sekitar 5 menit, kejang seluruh tubuh dan pasien tidak sadar setelah kejang.  

Pemeriksaan Fisik
Dari pemeriksaan didapatkan TD 200/110 mmHg. DJJ tidak ditemukan. Pemeriksaan
fisik didapatkan kesadaran Sopor dan Tekanan Darah 190/140 mmHg.
KASUS EKLAMSIA
Pemeriksaan Laboratorim
Pemeriksaan laboratorium ditemukan leukositosis, trombositopenia, tanda- HELLP
sindrom, pada urin ditemukan protein positif 3, hematuri (eritrosit400-600/LPB).  

Diagnosa
Penurunan kesadaran ec eklampsia antepartum pada G5P4A0H3 gravid preterm 33-
34 minggu + IUFD.  
 
Pemberian Terapi
Pasien kemudian dikonsultasi ke Penyakit Dalam, Jantung, Mata dan Neurologi.
Pasien dirawat di ROI dan diberi terapi: oksigen 10 l/menit, IVFD RL 20 tpm, Lanjut
regimen MgSO4, Drip Morphin 0,5 mg/jam, Drip sedacum 1 mg/jam, Injeksi
meropenem 3 x 1 gr, Infus levofloxacine 1x500 mg, Injeksi vitamin K 3x1 amp,
Injeksi asam tranexamat 3x1 amp, Injeksi omeprazol 1x1 amp, Metildopa tab 500
mg (p.o) via NGT, Transfusi trombosit 10 unit.
Perencanaan
Pasien direncanakan diterminasi kehamilan pervaginam dengan induksi →
pematangan serviks dengan misoprostol 100 mcg tiap 6 jam pervaginam (mulai
pukul 22.00 WIB). Setelah didapatkan skor Bishop 6 (dilatasi 1, konsistensi 1,
panjang serviks 2, posisi serviks 1, station 1), kemudian pasien diberi Drip oksitosin 5
unit dalam 500 cc RL mulai 5 tetes per menit, dinaikan 5 tetes setiap 30 menit
sampai his adekuat atau maksimal 60 tetes per menit.

Hari kedua rawatan (14 Agustus 2022) didapatkan pasien mengalami anuria, anemia
sedang, trombositopenia, peningkatan magnesium, ureum dan kreatinin. Sehingga
pada pasien di stop regimen MgSO4, dilakukan transfusi trombosit 10 unit dan PRC 2
unit, dan Drip oksitosin 10 unit dalam 500 cc RL 30 tetes per menit. Setelah selama 7
jam di drip oksitosin pembukaan lengkap, ketuban (+), teraba kepala H3-4, dilakukan
Amniotomi → bantu kala II dengan forcep ekatraksi. lahir bayi laki-laki, BB : 2300
gram, PB : 48cm, A/S : 0/0,Plasenta lahir lengkap 1 buah ukuran 15x12x2 cm,
Panjang tali pusat 50 cm berat 450 gram, insersi parasentralis dan Perdarahan 100
cc.
 
Pada hari ke 5 rawatan (17 Agustus 2022) fungsi ginjal pasien semakin memburuk,
sehingga diputuskan dilakukan hemodialisis. Saat dilakukan hemodialisis tiba-tiba
tekanan darah pasien tidak terukur, nadi tidak teraba. maka pasien dinyatakan
meninggal dunia.
BAB III
KESIMPULAN

Asuhan kebidanan telah dilakukan mulai dari Pengumpulan data dasar


pada Ny”S” dengan preeklamsia ringan pada masa kehamilan seperti
tekanan darah sebelum dan setelah hamil, pembengkakan pada kaki atau
wajah sejak kapan dan pemeriksaan proteinuria di Rumah Sakit Umum
Raden Mattaher Jambi

Hingga Mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilaksanakan pada Ny”S”


dengan preeklamsia ringan di Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Jambi
dengan hasil yaitu asuhan yang telah diberikan berhasil dengan ditandai
perubahan tekanan darah dari 150/100 mmHg menjadi 130/90 mmHg dan
proteinuria yang awalnya +1 dan akhirnya berubah menjadi Negatif (-) dan
oedema belum hilang namun sudah berkurang dan akan menghilang setelah
beberapa minggu setelah persalinan.
Kasus ini merupakan sebuah kasus terminal dari eklampsia yang disertai
HELLP Syndrome yang disertai kegagalan multiorgan. Kasus seperti ini
merupakan sebuah contoh kasus kegagalan dalam penanganan pasien sejak
prekonsepsi, ANC, serta penatalaksaan di pelayanan kesehatan. Morbiditas dan
mortalitas pada pasien terjadi karena adanya keterlambatan dalam
penanganan pasien, yaitu: Keterlambatan dalam melakukan deteksi dini pasien
sehingga pasien jatuh kedalam kondisi eklampsia, Keterlambatan dalam
melakukan terminasi kehamilan serta pemilihan metode terminasi,
Keterlambatan dalam pemutusan melakukan hemodialisis.

Anda mungkin juga menyukai