Anda di halaman 1dari 31

PREEKLAMPSIA

PEMBIMBING : dr. Alvin, Sp.OG


Irfan Suprahamdani 31.191.037
PENYUSUN: Ita Tazkiatul Izzati M 31.191.038
Maria Imelda T 31.191.047
Dione Chattra 31.191.019 Nabila D 31.191.054
Fiska Fianita 31.191.029 Virna Nabila L 31.191.084
Inesya Salsabila 31.191.035 Ferry Kusmalingga 030.13.079
ANATOMI
FISIOLOGI

2 minggu pertama konsepsi  Trofoblas invasive melakukan penetrasi ke PD endometrium


 Pembentukan sinus intertrofoblastik  Timbul ruangan ruangan interviler dimana
terdapat vili korialis diantaran ruangan tsb hingga plasenta terbentuk  3 minggu pasca
fertilisasi terbentuk vili korialis  Sirkulasi darah janin di caoillary loops di dalam vili korialis
 Akan terbentuk plasentas yang berasal dari vili korialis yang membentuk masaa jaringan
 Desidua basalis tempat plasenta terbentuk
DEFINISI

Preeklampsia adalah hipertensi onset


baru (sistolik ≥140 mmHg atau diastol
≥90 mmHg) setelah 20 minggu
kehamilan yang disertai dengan
proteinuria (>0.3 g/24 jam atau ≥30
mg/mmol)
EPIDEMIOLOGI

• Secara global, hipertensi terjadi pada 5-10% dari


semua kehamilan

• WHO menyatakan bahwa preeklampsia adalah


penyabab utama kematian di negara industri yaitu
16%
• Prevalensi preeklampsia di negara berkembang adalah
1.8-16.7%
• Preeklampsia di Indonesia adalah 128.273/tahun atau
sekitar 5.3%
ETIOLOGI

Etiologi preeklampsia masih belum


diketahui, namun kemungkinan dapat
disebabkan karena :
• Aliran darah tidak mencukupi ke uterus
• Kerusakan pembuluh darah
• Masalah pada sistem imun
FAKTOR RISIKO
• Riwayat preeklampsia
• Hipertensi kronik
• Kehamilan pertama
• New paternity
• Usia
• Ras
• Obesitas
• Kehamilan ganda
• Interval diantara kehamilan
• Riwayat kondisi tertentu
• In vitro fertilization
PATOGENESIS
KLASIFIKASI
Hipertensi Kronik

Timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu / hipertensi pertama kali didiagnosis


setelah kehamilan 20 minggu dan menetap sampai 12 minggu pascapersalinan

Preeklampsia

Hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan


proteinuria

Eklampsia

Preeklamsia yang disertai dengan kejang dan atau koma


KLASIFIKASI

Hipertensi kronik dengan superimposed preelampsia

Hipertensi kronik disertasi tanda-tanda preeklampsia atau hipertensi


kronik disertai proteinuria

Hipertensi gestasional (transient hypertension)

Hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria dan


hipertensi menghilang setelah 3bulan pascapersalinan atau kehamilan
dengan tanda-tanda preeklampsia tetapi tanpa proteinuria
MANIFESTASI

KLINIS
DIAGNOSIS

Tanpa tanda bahaya Dengan tanda bahaya

• Hipertensi
– Sistolik > 160 mmHg atau
– Diastolik > 100 mmHg
• Proteinuria
• Hipertensi – > 3 g/24 jam atau
– Sistolik > 140 mmHg atau – Dipstick +2
– Diastolik > 90 mmHg • atau disertai > 1 gejala
• Proteinuria – Gangguan serebral
– > 300 mg/24 jam atau – Trombositopenia
– Dipstick +1 – Sindroma HELLP
– Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT)
– Peningkatan SGOT/SGPT
– Edema paru disertai sianosis
DIAGNOSIS

ANAMNESIS

• Identitas (usia)
• Nyeri kepala
• Gangguan visus
• Edema tungkai, seluruh tubuh
• Nyeri dada
• Sesak napas
• Nyeri epigastrium
• Riwayat peyait dahulu : hipertensi, DM, penyakit kardiovaskuler,
penyakit ginjal?
• Riwayat preeklampsia dalam keluarga
• Kehamilan : usia, paritas
DIAGNOSIS

PEMERIKSAAN FISIK

• Tanda vital :
-Tekanan darah :
TD ≥140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik pada dua kali Pemeriksaan
berjarak 15 menit menggunakan lengan yang sama

• Status generalis :
- Edema palpebra
- Gangguan visus
- Nyeri dada
- Sesak napas
- Nyeri epigastrium
- Hipereflex/klonus
- Defisit Neurologis
- Edema tungkai
DIAGNOSIS

PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Pemeriksaan darah (Hb, Ht, Leukosit, Trombosit)


• Urin lengkap
• Kardiotokografi
• Ureum/Kreatinin
• SGOT/SGPT
DIAGNOSIS BANDING

• Hipertensi kronik
• Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia
• Hipertensi gestasional (disebur juga transient
lrypertension)
• Sindroma HELLP
TATALAKSANA

• Pada setiap kehamilan disertai penyulit suatu penyakit, maka selalu dipertanyakan, bagaimana:
-sikap terhadap penyakitnya, berarti pemberian obat-obatan, atau terapi medikamentosanya seperti apa
-sikap terhadap kehamilannya, berarti mau diapakan kehamilan ini
• Apakah kehamilan akan diteruskan sampai aterm? Disebut perawatan kehamilan "konservatif" atau "ekspektatif"
• Apakah kehamilan akan diakhiri (diterminasi)? Disebut perawatan kehamilan "aktif" atau "agresif"

Tujuan utama perawatan preeklampsia


Mencegah kejang, perdarahan intrakranial, mencegah gangguan fungsi organ vital, dan
melahirkan bayi sehat.
Manajemen Umum Preeklampsia Ringan

Rawat Jalan
• Istirahat/tirah baring  posisi miring
Pada kehamilan preterm (< 37
• Tidak perlu restriksi garam, diet yang mengandung 2 g Na / 4-6 g
NaCL (garam dapur) adalah cukup minggu), bila tekanan darah
• Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak, garam secukupnya, mencapai normotensif, selama
roboransia prenatal perawatan persalinannya ditunggu
• Tidak diberikan obat-obat diuretik, antihipertensi, dan sedative sampai aterm.
Sementara itu, pada kehamilan
Rawat Inap aterm (> 37 minggu), persalinan
• Kriteria preeklampsia ringan dirawat di rumah sakit, ialah: ditunggu sampai terjadi onset
(a) bila tidak ada perbaikan : tekanan darah, kadar proteinuria persalinan atau dipertimbangkan
selama 2 minggu
(b) (b) adanya satu atau lebih gejala dan tanda-tanda preeklampsia untuk melakukan induksi persali
berat
Manajemen Umum Preeklampsia Berat

• Penderita preeklampsia berat harus segera masuk rumah sakit untuk rawat inap dan dianjurkan tirah
baring miring ke sisi (kiri).
• Perawatan yang penting pada preeklampsia berat ialah pengelolaan cairan karena penderita
preeklampsia dan eklampsia mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya edema paru dan oliguria.
(a) 5 % Ringer-dekstrose atau cairan garam faali jumlah tetesan < 125 cc/jam
(b) Infus Dekstrose 5 % yang tiap 1 liternya diselingi dengan infus Ringer laktat (60 - 125 cc/jam) 500
cc.
• Dipasang Foley catheter untuk mengukur pengeluaran urin.
• Oliguria terjadi bila produksi urin < 30 cc/jam dalam 2 - 3 jam arau < 500 cc/24 jam.
• Diberikan antasida untuk menetralisir asam lambung sehingga bila mendadak kejang, dapat menghindari
risiko aspirasi asam lambung yang sangat asam
Manajemen Umum Preeklampsia Berat

 Pemberian obat antikejang  MgSO44


Magnesium sulfat menghambat atau menurunkan kadar asetilkolin pada rangsangan serat saraf dengan
menghambat transmisi neuromuscular.
Diberikan dengan dosis 4 g IV bolus pelan dalam 20 menit  dilanjutkan dosis rumatan 1-2 g/jam dalam infus RL drip
pelan selama 24 jam.
Selama pemberian harus tersedia antidotum Ca glukonas (10 mL dalam larutan 10%) jika terjadi hipermagnesia.

• Pemberian obat anti hipertensi


Target penurunan tekanan darah sistolik <160 mmHg dan diastolic <105 mmHg. Jangan menurunkan tekanan darah
terlalu rendah  mengganggu suplai darah janin

- Antihipertensi lini pertama


Nifedipin : Dosis 10-20 mg per oral, diulangi setelah 30 menit; maksimum 120 mg dalam 24 jam.
- Antihipertensi lini kedua
Sodium nitoprusside : 0,25 μg i.v./kg/menit, infus; ditingkatkan 0,25 μg i.v./kg/5 menit
PENCEGAHAN

• WHO tetap merekomendasikan pemberian aspirin dalam dosis rendah (60-150


mg/hari) untuk perempuan yang berisiko.

• Cara pencegahan yang dianggap paling efektif untuk dilakukan adalah


pelaksanaan ANC (Antenatal Care) yang baik sehingga kemungkinan
preeklampsia pada seorang ibu hamil dapat diketahui sedini mungkin.
KOMPLIKASI

Pada ibu:
Pada janin:
• Kejang pada eklampsia
• Intrauterine groth restriction
• Sistem saraf pusat : Perdarahan intrakranial
(IUGR)
• Gastrointestinal-hepatic : Subskapular hematoma hepar
• Oligohidramnion
• Ginjal : Gagal ginjal akut
• Prematuritas
• Hematologik : DIC
• Solusio plasenta
• Kardiopulmonar : edema paru kardiogenik atau
• Sindroma distres napas
nonkardiogenik
• Kematian janin intrauterin
• Lain-lain: asites, edema laring, hipertensi yang tidak
terkendalikan.
PROGNOSIS

• Kebanyakan wanita dengan preeklamsia ringan memiliki hasil kehamilan


yang baik.
• Hanya 5% sampai 7% wanita dengan preeklamsia ringan akan mengalami
preeklamsia pada kehamilan berikutnya.
• Wanita dengan preeklamsia berat yang mengalami kondisi awal kehamilan
memiliki risiko kekambuhan lebih tinggi 25% hingga 65%

• Ad vitam : Dubia ad bonam


• Ad functionam : Dubia ad bonam
• Ad Sanationam : Dubia ad bonam
DAFTAR PUSTAKA

• Fox R, Kitt J, Lesson P, Aye CYL, Lewandowski AJ. Preeclampsia: Risk Factors, Diagnosis, Management, and The Cardiovascular
Impact on the Offspring. Journal of Clinical Medicine. 2019; (8): 1-22.
• Youssef GS. Hypertension in pregnancy. European Society of Cardiology. 2019; 22(17).
• Belay AS, Wudad T. Prevalence and associated factors of pre-eclampsia among pregnant women attending anti-natal care at Mettu
Karl referal hospital, Ethiopia: cross-sectional study. Clinical Hypertension. Springer Nature. 2019; 25 (14).
• POGI. Diagnosis dan tatalaksana pre-eklamsia. Pedoman nasional pelayanan kedokteran. Perkumpulan obstetri dan Ginekologi
Indonesia. Himpunan Kedokteran Feto Maternal. 2016.
• Prawirohardjo Sarwono. Hipertensi dalam kehamilan dalam Ilmu Kandungan. Ed. 4. Cet. 3. Jakarta: PT Bina Pustaka. 2010:530
• Gerungan, JC. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan kejadian Asfiksia Neonatorum di RSUP Prof. Dr. R. Kandou Manado.
Jurnal Ilmiah Bidan Poltekes Manado. 2014;2(1).66-72.
• Cunningham FG, et.al., editor. William’s Obstetric Textbook. 24th ed. New York: Mc Graw Hill; 2014.
• WHO. Recommendations for Prevention and treatment of pre-eclampsia and eclampsia. 2011
• August P, Sibai BM. Preeclampsia: clinical features and diagnosis [internet]. UpToDate; 2020 [updated 2020 Jun 26; cited 2020 Aug
30]. Available from: https://www.uptodate.com/contents/preeclampsia-clinical-features-and-diagnosis#H935333926
• ACOG Committee on Practice Bulletins—Obstetrics. Gestational Hypertension and Preeclampsia: ACOG Practice Bulletin, Number
222. Obstet Gynecol. 2020;135(6):e237.  
• Prawirohardjo Sarwono. Hipertensi dalam kehamilan dalam Ilmu Kandungan. Ed. 4. Cet. 3. Jakarta: PT Bina Pustaka. 2010:530.

Anda mungkin juga menyukai