DISUSUN OLEH
Rahmat safriansyah
030.12.219
PEMBIMBING
Dr. Eko P.A.W, Sp.OT
RSAL DR MINTOHARDJO
1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
Disusun oleh :
Rahmat Safriansyah
030.12.219
Telah diterima dan disetujui oleh dr. Eko P.A.W ,Sp.OT selaku dokter pembimbing
Jakarta, 2018
.................................................................
2
BAB I
LAPORAN KASUS
Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara Autoanamnesis pada tanggal 23 Agustus 2018 jam
13.00 WIB (Post Debridement + Drainage abses)di bangsal Sangiang RSAL dr.
Mintohardjo.
Identitas Penderita
Nama : Tn. A
Tempat/Tanggal lahir : 12 September 1993
Umur : 24 tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Anggota TNI Angkatan Laut
Jabatan : ANGG KRI BAC – 953
Kesatuan : KOLINLAMIL
Pangkat : KLD
Agama : Islam
Alamat : Jl. GG Spoor 4 RT 08/04 No.25 Kemayoran Jakarta
Pusat
Status Perkawinan : Belum menikah
Tanggal Masuk : 21 Agustus 2018
No.RM : 180070
Keluhan Utama
Nyeri pada paha kanan
Keluhan Tambahan
-
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli bedah Orthopedi pada hari selasa tanggal (21/8/18)
dengan keluhan nyeri pada paha kanan sejak satu bulan SMRS dan memberat sejak
satu minggu terakhir. Os mengeluh nyeri dirasakan terus menerus dan bertambah
berat apabila berjalan dan disentuh serta makin lama makin membengkak. Rasa
3
nyeri ,kesemutan di bagian telapak kaki kanan disangkal. Demam , batuk pilek, cepat
lelah, nyeri sendi gangguan BAK dan BAB juga disangkal.
Pada hari kamis tanggal (23/8/18) os dilakukan operasi Debridemant dan
Drainage abses pada regio femur dextra.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Operasi : Post ORIF Fracture Femur Dextra 1 tahun yang lalu
di Papua
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
Riwayat Asma : disangkal
Riwayat Penyakit ginjal : disangkal
Riwayat Maag : disangkal
Riwayat Alergi : disangkal
Riwayat Kebiasaan
Pasien sering mengkonsumsi kopi. Konsumsi alkohol dan merokok disangkal
4
Kepala dan wajah Rambut Distribusi rambut merata, dan tidak mudah dicabut
Kulit Lesi (-), rash (-), deformitas (-), sianotik (-), ikterik
(-).
Mata Konjungtiva tidak anemis, ptosis (-), sclera ikterik (-), mata
cekung (-), pupil bulat, isokor, diameter 3mm/3mm, refleks pupil
langsung dan tidak langsung (+/+).
Hidung Bentuk dan ukuran normal, deviasi (-), septum nasal normal
berada di tengah, mukosa hiperemis (-), benda asing (-), secret
(-), deformitas (-).
Telinga Kedua telinga tampak simetris, serumen (+), hiperemis (-), liang
telinga lapang, deformitas (-), nyeri tekan (-) benda asing (-).
Mulut Sianosis (-) deviasi lidah (-), atrofi lidah (-) lidah kotor (-).
Mukosa mulut tidak hiperemis.
Faring normal tidak hiperemis, letak uvula di tengah. Tonsil
normal, T1/T1.
Leher Pembesaran tiroid (+), pembesaran KGB leher dan
supraklavikular (+), pembesaran kelenjar parotis (-) keras (+),
hangat (+), hiperemis (+) mobile (-).
Thorax
Jantung Inspeksi Ictus Cordis tidak terlihat
Palpasi Ictus cordis (+) pada ICS V linea midclavicular
sinistra
Perkusi Batas jantung kanan : ICS III - V , linea sternalis
dextra
Batas jantung kiri : ICS V , 1 cm medial dari
linea midklavikularis sinistra
Batas atas jantung : ICS II linea sternalis sinistra
Auskultasi S1 S2 regular, murmur (-), gallop (-).
Paru Inspeksi Gerakan napas simetris tanpa adanya bagian
yang tertinggal, lesi (-), pernapasan
abdominothoracal, retraksi (-).
Palpasi Gerak simetris, vocal fremitus sama kuat pada
kedua hemithorax
Perkusi Sonor pada kedua hemithorax, batas paru-hepar
pada sela iga VI pada linea midklavikularis
dextra, dengan peranjakan 2 jari pemeriksa,
batas paru-lambung pada sela iga ke VIII pada
5
linea axilatis anterior sinistra
Auskultasi Vesikuler +/+, Ronki -/-, Wheezing -/-
Abdomen Inspeksi Smiling Umbilicus (-) caput medusae (-), spider
navy (-).
Auskultasi Bising usus normal (2x/menit)
Palpasi Supel, hepar dan lien tidak teraba, mc burney
sign (-), psoas sign (-)
Perkusi Timpani di seluruh lapang abdomen
Ekstremitas Superior dextra dan sinistra
Inspeksi Simetris, kelemahan anggota gerak (-),
Palpasi Edem (-)/(-), nyeri tekan (-)/(-)
Inferior dextra dan sinistra
Inspeksi Asimetris, kelemahan anggota gerak (-),
Palpasi Edem (+)/(-), nyeri tekan (+)/(-)
Deformitas (-), Oedem (+), Tanda peradangan (+), Hiperemis (+), sinus (-)
, perdarahan aktif (-)
Feel :
Nyeri tekan (+), Suhu lebih hangat dari sekitarnya, krepitasi (-) ,CRT <
2detik, pulsasi a. Dorsalis pedis teraba , rasa baal (-), Sensoris baik
Move :
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium Darah tanggal 21 Agustus 2018 :
6
Hemostasis
Masa 2’00’ Menit 1-3
Pendarahan /BT
Masa 10’30’ Menit 5-15
Pembekuan/CT
KIMIA KLINIK
GDS 136 mg/dL <200
7
Kesan :
Tampak multiple fraktur os femur dextra dengan terpasang plate dan
secrew dengan kedudukan baik,
Kloaka (+), pembentukan callus (+), penebalan periosteum (+),
Involukrum (+)
Resume
8
Pasien datang ke Poli bedah Orthopedi pada hari selasa tanggal (21/8/18)
dengan keluhan nyeri pada paha kanan sejak satu bulan SMRS dan memberat sejak
satu minggu terakhir. Os mengeluh nyeri dirasakan terus menerus dan bertambah
berat apabila berjalan dan disentuh serta makin lama makin membengkak. Rasa
nyeri ,kesemutan di bagian telapak kaki kanan disangkal. Riwayat operasi Post ORIF
Fracture Femur Dextra 1 tahun yang lalu di Papua . Pada hari kamis tanggal
(23/8/18) os dilakukan operasi Debridemant dan Drainage abses pada regio femur
dextra. Pada pemeriksaan tanda vital dalam batas normal, pada pemeriksaan fisik
pada pemeriksaan status lokalis pada regio femur dextra ditemukan ; Look :
Deformitas (-), Oedem (+), Tanda peradangan (+), Hiperemis (+), sinus (-),
perdarahan aktif (-) , Feel : Nyeri tekan (+), Suhu lebih hangat dari sekitarnya,
krepitasi (-) ,CRT < 2detik, pulsasi a. Dorsalis pedis teraba , rasa baal (-), Sensoris
baik, Move : Terdapat keterbatasan pergerakan aktif sendi coxae dan genu, gerakan
pasif (-). Pada pemeriksaan Laboratorium : Eritrosit (4.55 juta/uL), Hemaglobin (10.8
g/dL), Hematrokit (34%). Pada pemeriksaan rontgen foto femur dextra AP/L tanggal
(8/5/18) : Tampak multiple fraktur os femur dextra dengan terpasang plate dan
secrew dengan kedudukan baik, Kloaka (+), pembentukan callus (+), penebalan
periosteum (+),Involucrum (+)
Diagnosis
- Osteomyelitis kronis femur dextra
Diagnosis Banding
- Selulitis
- Osteosarcoma
Penatalaksanaan
9
a) Non-operatif
Bed rest
IVFD RL
Antibioti (Inj. Ceftriaxone 2x1 gr iv & Inj.Garamycin 2x 80 mg)
Analgetik & Anti inflamasi (Inj.Ketorolac 3x1 amp)
Rencana kultur
b)Operatif
Debridement dan drainage abses
Prognosis
Ad vitam : Dubia ad Bonam
Ad sanationam : ad Malam
Ad fungsionam : Dubia ad Bonam
BAB II
10
TINJAUAN PUSTAKA
Tulang berasal dari embryonic hyaline cartilage yang mana melalui proses
osteogenesis menjadi tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut osteoblast.
Proses mengerasnya tulang akibat penimbunan garam kalsium. 3
Lapisan-lapisan tulang: 5
Periosteum:
Bagian luar lebih banyak mengandung sabut – sabut jaringan pengikat,
pembuluh darah, dan saraf dengan sedikit sel. Lapisan ini dinamakan
11
stratum fibrosum. Bagian dalam lebih banyak mengandung sel – sel
pipih yang mampu berdiferensiasi menjadi osteoblas, sabut – sabut
elastis, dan kolagen tersusun lebih longgar. Bagian ini disebut stratum
germinativum.
Endosteum :
Mempunyai struktur dan komponen yang sama dengan periosteum
tetapi lebih tipis dan tidak memperlihatkan 2 lapisan seperti pada
periosteum. Ke arah luar bersifat osteogenik, ke arah dalam bersifat
hemopoetik.
12
c. Lempeng epifisis: Daerah pertumbuhan longitudinal pada anak-anak, dan
bagian ini akan menghilang pada tulang dewasa.
d. Epifisis: Epifisis langsung berbatasan dengan sendi tulang panjang yang
bersatu dengan metafisis sehingga pertumbuhan memanjang tulang
panjang berhenti.
1. Os Femur
Femur, tulang terpanjang dan terberat dalam tubuh. Caput femoris
menganjur kearah kraniomedial dan agak ke ventral sewaktu bersendi dengan
acetabulum. Ujung proksimal terdiri dari sebuah caput femoris, collum
femoris dan dua trochanter. Caput femoris dan collum femoris membentuk
sudut (115-140o) terhadap poros panjang corpus femoris, sudut ini bervariasi
dengan umur dan jenis kelamin. Jika sudut ini berkurang disebut coxa vara
dan jika sudut bertambah disebut coxa valga. Corpus femoris berbentuk
lengkung yakni cembung kearah anterior. Ujung distal femur berakhir menjadi
13
dua condylus yaitu epicondylus medialis dan epicondylus lateralis yang
melengkung. 6
Os femur
2. Os Tibia
Tibia yang besar dan merupakan penyangga beban, proksimal besendi
dengan condylus femur dan distal dengan talus. Foramen nutriens tibia yang
paling besar pada seluruh kerangka, terletak pada permukaan posterior bagian
sepertiga proksimal tulang tersebut. 6
14
Os tibia
3. Os Fibula
Fibula yang ramping, terletak posterolateral dari tibia dan terutama
berguna sebagai tempat lekat untuk otot dan tidak atau hanya sedikit berguna
untuk menopang berat tubuh. Corpus tibiae dan corpus fibulae dihubungkan
oleh selembar membrane interossea cruris. 6
15
Os fibula
4. Os Humerus
Humerus bersendi dengan scapula pada articulatio humeri, dan dengan
radius pada articulatio cubiti. Caput humerus yang menyerupai bola, bersendi
pada cavitas glenoidalis scapulae. Sulcus intertubercularis membatasi
tuberculum mayor dan tuberculum minor. Tepat distal dari caput humerus,
collum anatomicum membatasi caput humerus terhadap kedua tuberculum.
Distal dari kedua tuberculum terdapat collum chirurgicum yang merupakan
tempat humerus menyempit untuk menjadi corpus humeri. 6
Pada kedua corpus humeri, terdapat dua ciri yang mencolok, yakni
tuberositas deltoidea disebelah lateral dan sulcus nervi radialis di sebelah
posterior. Ujung distal humerus memiliki dua permukaan artikular, sebuah
capitulum humeri di sebelah lateral untuk bersendi dengan caput radii dan
sebuah trochlea di sebelah medial untuk bersendi dengan ulna. 6
16
Os humerus
5. Os Ulna
Antara kedua tulang lengan bawah ulna adalah yang lebih panjang dan
lebih medial. Pada ujung proksimal ulna terdapat olecranon di sebelah
belakang dan processus coronoideus di sebelah depan. Pada permukaan
anterior olecranon terdapat incisura trochlearis yang menampung trochlea
humeri. Pada sisi lateral processus coronoideus terdapat tuberositas ulnae. Di
sebelah proksimal corpus ulnae berbentuk gemuk, tetapi pada ujung distal
menjadi sempit. Pada ujung distal terdapat sebuah kepala yang membulat dan
sebuah processus styloideus yang kecil dan berbentuk kerucut.6
17
Os ulna
6. Os Radius
Radius adalah tulang yang lebih pendek dan terletak lebih ke lateral
antara kedua tulang lengan bawah. Ujung proksimal radius terdiri dari sebuah
kepala yang menyerupai cakram, sebuah leher yang pendek dan sebuah
tuberositas. Ke arah proksimal caput radii berwujud cekung untuk bersendi
pada capitulum humeri. Collum radii ialah bagian yang menyempit distal dari
caput radii. Tuberositas radii yang terletak tepat distal dari collum radii,
membatasi ujung proksimal radius terhadap corpus radii. Ujung distal radius
memiliki sebuah incisura ulnaris di sebelah medial, sebuah processus
styloideus di sebelah lateral dan sebuah tuberculum dorsale. 6
18
Os radius
Fisiologi tulang: 3
1. Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh
2. Melindungi organ tubuh dan jaringan lunak
3. Memberikan pergerakan
4. Membentuk sel-sel darah merah di dalam sum-sum tulang belakang
5. Menyimpan garam mineral (kalsium dan fosfor)
Definisi Ostemyelitis
Osteomielitis adalah infeksi pada tulang dan medula tulang baik karena infeksi
piogenik atau non piogenik misalnya mikobacterium tuberculosa. Ini dapat tetap
terlokalisasi atau dapat tersebar melalui tulang, melibatkan sumsum, korteks, jaringan
kanselosa, dan periosteum. Hal ini dapat bersifat akut maupun kronik.1
19
Etiologi
20
Epidemiologi dan Insiden Osteomyelitis
Morbiditas
Prevalensi keseluruhan di Amerika adalah 1 kasus per 5000 anak, sedangkan
neonatus adalah sekitar 1 kasus per 1000 kejadian. Sedangkan kejadian pada
pasien dengan anemia sel sabit adalah sekitar 0,36%. Prevalensi osteomielitis
setelah trauma pada kaki sekitar 16% (30-40% pada pasien dengan DM).
Insiden osteomielitis vertebral adalah sekitar 2,4 kasus per 100.000 penduduk.
Morbiditas dapat signifikan dan dapat termasuk penyebaran infeksi lokal ke
jaringan lunak yang terkait atau sendi; berevolusi menjadi infeksi kronis,
dengan rasa nyeri dan kecacatan; amputasi ekstremitas yang terlibat; infeksi
umum; atau sepsis. Sebanyak 10-15% pasien dengan osteomielitis vertebral
mengembangkan temuan neurologis atau kompresi corda spinalis. Sebanyak
30% dari pasien anak dengan osteomielitis tulang panjang dapat berkembang
menjadi trombosis vena dalam (DVT). Perkembangan DVT juga dapat
menjadi penanda adanya penyebarluasan infeksi. Komplikasi vaskuler
tempaknya lebih umum dijumpai dengan Staphylococcus Aureus yang resisten
terhadap methacilin yang didapat dari komunitas (Community-Acquired
Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus / CA-MRSA) dari yang
sebelumnya diakui.2 Faktor-faktor pasien seperti perubahan pertahanan
netrofil, imunitas humoral, dan imunitas selular dapat meningkatkan resiko
osteomielitis. 1,8
Mortalitas
Tingkat mortalitas rendah, kecuali yang berhubungan dengan sepsis atau
keberadaan kondisi medis berat yang mendasari.
Jenis kelamin
Kejadian pada anak laki-laki lebih sering dibandingkan dengan anak
perempuan dengan perbandingan 4:1.
Usia
Osteomielitis sering ditemukan pada usia dekade I-II, tetapi dapat pula
ditemukan pada bayi dan neonatus. Pada keseluruhan insiden terbanyak pada
negara berkembang. Osteomielitis vertebral lebih sering pada orang tua usia ≥
45 tahun. Osteomielitis pada anak-anak sering bersifat akut dan menyebar
secara hematogen, sedangkan osteomielitis pada orang dewasa merupakan
21
infeksi subakut atau kronik yang berkembang secara sekunder dari fraktur
terbuka dan meliputi jaringan lunak. Post traumatik osteomielitis insidennya
47% dari kasus osteomielitis.8
Lokasi
Lokasi yang tersering ialah tulang-tulang panjang, misalnya femur, tibia,
humerus, radius, ulna dan fibula. Namun tibia menjadi lokasi tersering untuk
osteomielitis post trauma karena pada tibia hanya terdapat sedikit pembuluh
darah.9,10
Patofisiologi
22
Pathway Oateomyelitis
23
daerah infeksi. Abses subperiosteal kemudian akan menstimulasi pembentukan
involukrum periosteal (fase kronis). Apabila pus keluar dari korteks, pus tersebut akan
dapat menembus soft tissues disekitarnya hingga ke permukaan kulit, membentuk
suatu sinus drainase.
Faktor-faktor sistemik yang dapat mempengaruhi perjalanan klinis
osteomielitis termasuk diabetes mellitus, immunosupresan, penyakit imundefisiensi,
malnutrisi, gangguan fungsi hati dan ginjal, hipoksia kronik, dan usia tua. Sedangkan
faktor-faktor lokal adalah penyakit vaskular perifer, penyakit stasis vena, limfedema
kronik, arteritis, neuropati, dan penggunaan rokok.
Klasifikasi ostemyelitis
24
1. Osteomielitis Hematogen Akut
Etiologi
25
Patologi dan Patogenesis
Penyebaran osteomielitis terjadi melalui dua cara, yaitu :
1. Penyebaran umum
o Melalui sirkulasi darah berupa bakterimia dan septikemia
o Melalui embolus infeksi yang menyebabkan infeksi multifokal pada
daerah – daerah lain.
2. Penyebaran lokal
o Subperiosteal abses akibat penerobosan abses melalui periost
o Selulitis akibat abses subperiosteal menembus sampai dibawah kulit
o Penyebaran ke dalam sendi sehingga terjadi artritis septik
o Penyebaran ke medula tulang sekitarnya sehingga sistem sirkulasi
dalam tulang terganggu. Hal ini menyebabkan kematian tulang lokal
dengan terbentuknya tulang mati yang disebut sekuestrum.
A. Fokus infeksi pada lubang akan berkembang dan pada tahap ini
menimbulkan edema periosteal dan pembengkakan jaringan lunak.
26
B. Fokus kemudian semakin berkembang membentuk jaringan eksudat
inflamasi yang selanjutnya terjadi abses subperiosteal serta selulitis
dibawah jaringan lunak
C. Selanjutnya terjadi elevasi periosteum diatas daerah lesi, infeksi
menembus periosteum dan terbentuk abses pada jaringan lunak dimana
abses dapat mengalir keluar melalui sinus pada permukaan kulit. Nekrosis
tulang akan menyebabkan terbentuknya sekuestrum dan infeksi akan
berlanjut kedalam kavum medula.
Gambaran Klinis
27
Osteomielitis hematogen akut berkembang secara progresif atau cepat.
Pada keadaan ini mungkin dapat ditemukan adanya infeksi bakterial pada kulit
dan saluran napas atas. Gejala lain dapat berupa nyeri yang konstan pada
daerah infeksi, nyeri tekan dan terdapat gangguan fungsi anggota gerak yang
bersangkutan.
o Nyeri tekan
o Gangguan pergerakan sendi oleh karena pembengkakan sendi dan
gangguan akan bertambah berat bila terjadi spasme lokal.
Pemeriksaan Radiologis
28
Gambar 2. Proyeksi AP pada tibia terlihat gambaran sklerotik di lateral
diametafisis tibia.
29
Gambar 4.Ultrasound image of the left hip shows a large joint effusion
Pengobatan
30
Gambar 5. skematis drainase bedah. Sebuah kateter dimasukkan kedalam tabung
pengisap ( suction ) yang lebih besar. Antibiotik dimasukkan melalui kateter dan
diisap melalui suction.
Etiologi
Patologi
Gambaran Klinis
Pemeriksaan Radiologis
31
Gambar 6. radiologik dari abses Brodie yang dapat ditemukan pada osteomielitis
sub akut/kronik. Pada gambar terlihat kavitas yang dikelilingi oleh daerah sclerosis.
Pengobatan
3. Osteomielitis Kronis
Etiologi
32
tulang. Sekuestrum ini merupakan benda asing bagi tulang dan mencegah
terjadinya penutupan kloaka ( pada tulang ) dan sinus ( pada kulit ).
Sekuestrum diselimuti oleh involucrum yang tidak dapat keluar/dibersihkan
dari medula tulang kecuali dengan tindakan operasi. Proses selanjutnya terjadi
destruksi dan sklerosis tulang yang dapat terlihat pada foto rontgen.
Gambaran Klinis
Pemeriksaan Radiologis
1. Foto polos
Pada foto rontgen dapat ditemukan adanya tanda – tanda porosis dan
sklerosis tulang, penebalan periost, elevasi periosteum dan mungkin
adanya sekuestrum.
33
Gambar 7. Proyeksi AP wrist terlihat gambaran lesi osteolitik dan
sclerosis extensive dibagian distal metafisis pada radius
2. CT dan MRI
34
B. Coronal reformatted image.
Pengobatan
1. Pemberian antibiotik
2. Tindakan operatif
Tindakan operatif dilakukan bila fase eksaserbasi akut telah reda setelah
pemberian dan pemayungan antibiotik yang adekuat.
1. Tengkorak
35
Biasanya osteomielitis pada tulang tengkorak terjadi sebagai akibat
perluasan infeksi di kulit kepala atau sinusitis frontalis. Proses destruksi bisa
setempat atau difus. Reaksi periosteal biasanya tidak ada atau sedikit sekali.
Dibawah ini adalah gambaran CT-SCAN kepala pada pasien dengan
Osteomielitis Tuberkulosis.
2. Mandibula
Biasanya terjadi akibat komplikasi fraktur, abses gigi, atau ekstraksi gigi.
Namun, infeksi osteomielitis juga dapat menyebabkan fraktur pada mulut.
Infeksi terjadi melalui kanal pulpa merupakan yang paling sering dan diikuti
hygiene oral yang buruk dan kerusakan gigi.
36
Pelvis
37
Osteomielitis Pada Tulang Belakang
Vertebra adalah tempat yang paling umum pada orang dewasa terjadi
osteomielitis secara hematogen. Organisme mencapai badan vertebra yang
memiliki perfusi yang baik melalui arteri tulang belakang dan menyebar
dengan cepat dari ujung pelat ke ruang diskus dan kemudian ke badan
vertebra. Sumber bakteremia termasuk dari saluran kemih (terutama di
kalangan pria di atas usia 50), abses gigi, infeksi jaringan lunak, dan suntikan
IV yang terkontaminasi, tapi sumber bakteremia tersebut tidak tampak pada
lebih dari setengah pasien. Banyak pasien memiliki riwayat penyakit sendi
degeneratif yang melibatkan tulang belakang, dan beberapa melaporkan
terjadinya trauma yang mendahului onset dari infeksi. Luka tembus dan
prosedur bedah yang melibatkan tulang belakang dapat menyebabkan
osteomielitis vertebral nonhematogeno atau infeksi lokal pada diskus vertebra.
38
yang menderita penyakit ini sering memiliki riwayat infeksi kulit atau pelvis.
Penyebaran infeksi biasanya menuju badan vertebra daripada bagian yang
lainnya, dan pada bagian yang mengandung banyak darah. Badan vertebrae
memiliki banyak pembuluh darah, khususnya di bawah end plate dimana
terdapat sinusoid yang besar dengan aliran pelan sehingga berpotensi untuk
terjadi infeksi.
Diagnosis
Berbagai gejala klinis di atas perlu ditanyakan dalam anamnesis. Selain itu, dari
pemeriksaan fisik mungkin didapatkan tanda-tanda sebagai berikut:
- demam
- edema
- hangat pada tungkai yang terlibat
- nyeri tekan
- fluktuasi
- luas gerak sendi berkurang
39
- fistula dengan pengaliran pus
40
Gambar 1. Contoh hasil foto Röntgen osteomielitis kronis pada kaki kiri. Tampak
kerusakan korteks dan sekuester intramedular. Didapati osteopenia dan osteoporosis
pada bagian distal.
Penatalaksanaan
Osteomielitis akut
Begitu diagnosis secara klinis ditegakkan, ekstremitas yang terkena
diistirahatkan (bila perlu menggunakan bidai atau traksi) dan segera berikan
antibiotik. Antibiotik spektrum luas yang efektif terhadap gram positif maupun gram
negatif diberikan langsung sambil menunggu hasil biakan kuman. Antibiotik
diberikan selama 3-6 minggu dengan melihat keadaan umum dan laju endap darah
penderita. Bila dengan terapi intensif selama 24 jam tidak didapati perbaikan,
dianjurkan untuk mengebor tulang yang terkena / drainase bedah (chirurgis).1
Bila ada cairan yang keluar perlu dibor di beberapa tempat untuk mengurangi
tekanan intraosteal. Cairan tersebut perlu dibiakkan untuk menentukan jenis kuman
dan resistensinya. Drainase dilakukan selama beberapa hari dengan menggunakan
cairan NaCl 0,9% dan dengan antibiotik. Bila terdapat perbaikan, antibiotik parenteral
diteruskan sampai 2 minggu, kemudian diteruskan secara oral paling sedikit 4
minggu. 1
41
Gambar skematis drainase bedah.
Sebuah kateter dimasukkan kedalam
tabung pengisap ( suction ) yang lebih
besar. Antibiotik dimasukkan melalui
kateter dan diisap melalui suction.1
Osteomielitos subakut
Pengobatan osteomyelitis subakut tergantung dari diagnosis. Kebanyakan 1/3
kasus tidak dapat dibedakan dari keganasan primer dari tumor tulang. Biopsi dan
kuretase diperlukan untuk penegakan diagnosis pada kasus-kasus ini. Pada saat
diagnosis ditegakkan, pemberian antibiotik yang sesuai dengan kelompok gram,
kultur, dan sensitivitas harus sudah dimulai secara intravena selama 2-7 hari, diikuti
dengan antibiotik oral selama 6 minggu. 8
Kegagalan gejala untuk timbulnya perbaikan setelah 6 minggu pengobatan
dengan antibiotik atau perburukan kondisi selama pengobatan harus dipikirkan untuk
mengevaluasi ulang dan mendiagnosis secara bakteriologis, diikuti penatalaksanaan
operasi dan antibiotik yang sesuai. Indikasi lain untuk operasi adalah perubahan
bentuk sinus yang selanjutnya dan drainase ke dalam sendi sinovial. Tanda-tanda
klinis dari pus subperiosteal atau sinovitis mengindikasikan bahwa infeksi subakut
42
telah berubah menjadi komponen akut, dan ini harus dilakukan drainase secara bedah.
8
Osteomielitis kronik
Pengobatan Osteomielitis Kronik : 1
1. Pemberian antibiotik
Osteomielitis kronis tidak dapat diobati dengan antibiotik semata-mata
Pemberian antibiotik ditujukan untuk:
Mencegah terjadinya penyebaran infeksi pada tulang sehat lainnya
Mengontrol eksaserbasi
2. Tindakan operatif
Tindakan operatif dilakukan bila fase eksaserbasi akut telah reda setelah
pemberian dan pemayungan antibiotik yang adekuat.
43
a. Pemberian antibiotik yang tidak sesuai dengan mikroorganisme penyebab
b. Dosis tidak adekuat
c. Lama pemberian tidak cukup
d. Timbulnya resistensi
e. Kesalahan hasil biakan (laboratorium)
f. Antibiotik antagonis
g. Pemberian pengobatan suportif yang buruk
h. Kesalahan diagnostik
Antibiotic(s) of first
Organism choice Alternative antibiotics
Staphylococcus aureus Nafcillin (Unipen), 2 g First-generation
or coagulase-negative IV every 6 hours, or cephalosporin or
(methicillin-sensitive) clindamycin phosphate vancomycin (Vancocin)
staphylococci (Cleocin Phosphate), 900
mg IV every 8 hours
S. aureus or coagulase- Vancomycin, 1 g IV Teicoplanin (Targocid),*
negative (methicillin- every 12 hours trimethoprim-
resistant) staphylococci sulfamethoxazole
(Bactrim, Septra) or
minocycline (Minocin)
plus rifampin (Rifadin)
Various streptococci Penicillin G, 4 million Clindamycin,
(groups A and B b- units IV every 6 hours erythromycin,
hemolytic organisms or vancomycin or
penicillin-sensitive ceftriaxone (Rocephin)
Streptococcus
pneumoniae)
44
Intermediate penicillin- Cefotaxime (Claforan), 1 Erythromycin or
resistant S. pneumoniae g IV every 6 hours, or clindamycin
ceftriaxone, 2 g IV once
daily
Penicillin-resistant S. Vancomycin, 1 g IV Levofloxacin (Levaquin)
pneumoniae every 12 hours
Enterococcus species Ampicillin, 1 g IV every Ampicillin-sulbactam
6 hours, orvancomycin, 1 (Unasyn)
g IV every 12 hours
Enteric gram-negative Fluoroquinolone (e.g., Third-generation
rods ciprofloxacin [Cipro], cephalosporin
750 mg orally every 12
hours)
Serratia species or Ceftazidime (Fortaz), 2 g Imipenem (Primaxin
Pseudomonas IV every 8 hours (with I.V.), piperacillin-
aeruginosa an aminoglycoside given tazobactam (Zosyn) or
IV once daily or in cefepime (Maxipime;
multiple doses for at least given with an
the first 2 weeks) aminoglycoside)
Anaerobes Clindamycin, 600 mg IV For gram-negative
or orally every 6 hours anaerobes: amoxicillin-
clavulanate (Augmentin)
or metronidazole (Flagyl)
Mixed aerobic and Amoxicillin-clavulanate, Imipenem
anaerobic organisms 875 mg and 125 mg,
respectively, orally every
12 hours
IV = intravenous.
*--Currently available only in Europe.
Adapted with permission from Lew DP, Waldvogel FA. Osteomyelitis. N Engl J Med
1997;336:999-1007, and Mader JT, Shirtliff ME, Bergquist SC, Calhoun J.
Antimicrobial treatment of chronic osteomyelitis. Clin Orthop 1999;(360):46-65.
45
Diagnosis banding
Diagnosis banding pada masa akut adalah demam reumatik dan selulitis. Pada
demam reumatik, nyeri cenderung berpindah dari satu sendi ke sendi lainnya. Bisa
terdapat carditis, nodul-nodul rematik, atau erythema marginatum. Pada selulitis,
terdapat kemerahan superfisial yang melebar, terjadi limfangitis. Arthritis supuratif
akut dibedakan dari osteomielitis hematogen akut berdasarkan adanya nyeri yang
difus , dan semua pergerakan sendi terbatas karena adanya spasme otot.
Pada Gaucher’s Disease. Pseudo-osteitis dapat timbul dengan manifestasi
klinis yang sangat mirip dengan osteomielitis. Diagnosis ditegakkan terutama dengan
adanya pambesaran hati dan lien.
Gambaran Radiologik osteomielitis dapat menyerupai gambaran penyakit-
penyakit lain pada tulang, diantaranya yang terpenting adalah tumor ganas primer
tulang. Destruksi tulang, reaksi periosteal, pembentukan tulang baru, dan
pembengkakan jaringan lunak, dijumpai juga pada osteosarkoma dan Ewing sarkoma.
1
Komplikasi
46
Infeksi yang bersifat metastatik
Infeksi dapat bermetastatik ke tulang / sendi lainnya, otak, dan paru-paru,
dapat bersifat multifokal dan biasanya terjadi pada penderita dengan status gizi
yang jelek.
Artritis Supuratif
Artritis Supuratif dapat terjadai pada bayi muda karena lempeng epifisis bayi
(yang bertindak sebagai barier) belum berfungsi dengan baik. Komplikasi
terutama terjadi pada osteomielitis hematogen akut di daerah metafisis yang
bersifat intra-kapsuler (misalnya pada sendi panggul) atau melalui infeksi
metastatik.
Gangguan Pertumbuhan
Osteomielitis hematogen akut pada bayi dapat menyebabkan kerusakan
lempeng epifsisis yang menyebabkan gangguan pertumbuhan, sehingga tulang
yang terkena akan menjadi lebih pendek. Pada anak yang lebih besar akan
terjadi hiperemi pada daerah metafisis yang merupakan stimulasi bagi tulang
untuk bertumbuh. Pada keadaan ini tulang bertumbuh lebih cepat dan
menyebabkan terjadinya pemanjangan tulang.
Osteomielitis Kronik
Apabila diagnosis dan terapi yang tepat tidak dilakukan, maka osteomielitis
akut akan berlanjut menjadi osteomielitis kronik
Fraktur Patologis
Ankilosis
3. 11 PROGNOSIS
47
Terapi yang dimulai dalam 3 hari pertama adalah yang paling ideal karena pada
tahap ini area lokal dari osteomielitis masih belum menjadi iskemi. Dengan
pengobatan dini, organisme penyebab akan lebih sensitif terhadap obat yang
dipilih dan dapat mengontrol infeksi sehingga osteolisis, nekrosis tulang dan
pembentukan tulang baru akan dihambat. Dengan keadaan seperti ini maka
perubahan gambaran radiologik tidak akan muncul kemudian pengobatan dalam
tiga sampai tujuh hari akan mengurangi infeksi baik sistemik maupun lokal,
namun terlalu lambat untuk mencegah kerusakan tulang. Pengobatan yang
dimulai setelah satu minggu infeksi hanya dapat mengontrol septikemia dan
menyelamatkan jiwa, tetapi memiliki efek yang kecil dalam mencegah
kerusakan tulang lebih lanjut.
2. Keefektifan obat antimikroba dalam melawan kuman penyebab
Hal ini bergantung pada jenis kuman penyebab yang bersangkutan apakah
kuman tersebut resisten atau sensitif terhadap antibiotik yang digunakan.
3. Dosis dari obat antimikroba
Faktor lokal dari vaskularisasi tulang yang terganggu memerlukan dosis
antibiotik yang lebih besar untuk osteomielitis daripada infeksi jaringan lunak.
4. Durasi terapi antimikroba
Penghentian terapi yang terlalu awal terutama bila kurang dari empat minggu
akan mengakibatkan terjadinya infeksi kronik dan rekuren dari osteomielitis.
BAB III
ANALISA KASUS
Seorang laki-laki berumur 24 tahun datang dengan dengan keluhan nyeri pada
paha kanan sejak satu bulan SMRS dan memberat sejak satu minggu terakhir. Os
mengeluh nyeri dirasakan terus menerus dan bertambah berat apabila berjalan dan
disentuh serta makin lama makin membengkak. Gejala-gejala klinis yang dikeluhkan
penderita merupakan gejala-gejala osteomielitis, tetapi diagnosis lain seperti
keganasan masih belum dapat disingkirkan.
Pasien memiliki riwayat operasi Post ORIF Fracture Femur Dextra 1 tahun
yang lalu di Papua. Pada penyakit Osteomyelitis, salaha satu faktor resiko
48
Osteomielitis kronis juga dapat terjadi setelah fraktur terbuka atau setelah tindakan
operasi pada tulang.
Dari pemeriksaan fisik status generalis didapatkan tanda vital dalam batas
normal, sedangkan pada pemeriksaan status lokalis pada regio femur dextra
ditemukan ; Look : Oedem (+), Tanda peradangan (+), Hiperemis (+), sinus (-),
perdarahan aktif (-)pada pemeriksaan ini sinus belum terbentuk dimana bila terdapat
drainage abses menandakan bahwa penyakit ini merupakan osteomyelitis bersifat
kronis. Feel : Nyeri tekan (+), Suhu lebih hangat dari sekitarnya, krepitasi (-) ,CRT <
2detik, pulsasi a. Dorsalis pedis teraba , rasa baal (-), Sensoris baik, menandakan pada
pemeriksaan ini neuro vaskular distal pasien masih berfungsi dengan baik , dan tidak
ditemukan adanya kerusakan pada daerah tungkai bawah kaki kanan pasien. pada
Move : Terdapat keterbatasan pergerakan aktif sendi coxae dan genu, gerakan pasif
(-), gangguan ini disebabkan karena penumpukan abses pada paha kanan pasien yang
menyebabkan timbulnya reaksi inflamasi .
49
DAFTAR PUSTAKA
50
5. Waldvogel, F. A., Medoff G., Swartz M. N. 1970. Osteomyelitis: A Review of
Clinical Features, Therapeutic Considerations and Unusual Aspects. North
England Journal of Medicine; January 22nd, 1970; 282 (4): 198-206.
6. Cierny G., Mader J. T. 1984. Adult Chronic Osteomyelitis. Orthopaedics
1984; 7:1557.
7. Kelly, P. J. 1984. Infected Nonunion of the Femur and Tibia. Orthopaedics
Clinical Journal of North America; July 1984; 15(3): 481-490.
8. Weiland A. J., Moore J. R., Daniel R. K. 1984. The Efficacy of Free Tissue
Transfer in The Treatment of Osteomyelitis. American Journal of Bone and
Joint Surgery; February 1984; 66(2): 181-193.
9. May J. W. Jr., Jupiter J. B., Weiland A. J., et al. 1989. Clinical Classification
of Post-traumatic Tibial Osteomyelitis. American Journal of Bone and Joint
Surgery; October 1989; 71(9): 1422-1428.
10. Gordon L., Chiu E. J. 1988. Treatment of Infected Non-unions and Segmental
Defects of The Tibia with Staged Microvascular Muscle Transplantation and
Bone-grafting. American Journal of Bone and Joint Surgery; March 1988;
70(3): 377-386.
51
1