Anda di halaman 1dari 36

Laporan Kasus

BENDA ASING (TULANG IKAN) DI TONSIL PALATINA SINISTRA

Disusunoleh:

Ha Sakinah Se, S.Ked 04054821719029


Ma’rifahtul Khasanah, S. Ked 04054821820074

Pembimbing:

dr. Puspa Zuleika, Sp.T.H.T.K.L (K), M.Kes, FICS

BAGIAN ILMU KESEHATAN THT-KL


RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. MOHAMMAD HOESIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus

BENDA ASING (TULANG IKAN) DI TONSIL PALATINA SINISTRA

Oleh:

Ha Sakinah Se, S.Ked 04054821719029


Ma’rifahtul Khasanah, S. Ked 04054821820074

Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/


Rumah Sakit Umum Mohammad Hoesin Palembang periode 04 Juni – 08 Juli
2018.

Palembang, Juni 2018

dr. Puspa Zuleika, Sp.T.H.T.K.L (K), M.Kes, FICS

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan berkah, rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikanLaporan Kasus yang berjudul “Benda Asing pada Tonsil Palatina
Sinistra”. Laporan Kasus ini disusun sebagai salah satu syarat Kepaniteraan Klinik
Senior Departemen Ilmu Kesehatan THT-KL RSMH Palembang.Pada
kesempatan ini, penulis mengucapkan banyakterima kasih kepada dr. Puspa
Zuleika, Sp.T.H.T.K.L (K), M.Kes, FICS selaku pembimbing yang telah
memberikan bimbingan selama penulisan dan penyusunan referat ini, serta semua
pihak yang telah membantu hingga selesainya laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan
laporan kasus ini.Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari seluruh pihak agar laporan kasus ini menjadi lebih baik.
Semoga laporan kasus ini dapat memberikan manfaat dan tambahan pengetahuan
bagi penulis dan pembaca.

Palembang, Juni 2018

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 5

BAB II STATUS PENDERITA ..................................................................... 7

BAB III TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 22

BAB IV ANALISIS KASUS ............................................................................ 32

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................37

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Benda asing atau yang disebut juga dengan korpus alienum
merupakan kondisi terperangkapnya suatu benda yang dalam keadaan normal
tidak ada pada bagian tubuh tersebut.1 Pada orofaring, benda asing dapat
terperangkap di tonsil, fossa tonsilaris, dinding posterior faring, uvula maupun
pangkal lidah.2 Benda asing yang berasal dari luar tubuh disebut benda asing
eksogen, sedangkan yang berasal dari dalam tubuh disebut benda asing
endogen. Benda asing eksogen zat organik seperti kacang-kacangan (yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan), tulang (berasal dari kerangka binatang) dan
zat anorganik seperti paku, jarum, peniti, batu dan lain-lain. Benda asing
endogen dapat berupa sekret kental, darah atau bekuan darah, nanah, krusta,
perkijuan, membran difteri, dsb.3
Benda asing pada orang dewasa sering terjadi pada saat makan.3
Angka kejadian benda asing / korpus alienum dapat dikatakan tinggi, yakni
sekitar 11% dari total kasus emergensi di bagian THT.4 Laki-laki lebih sering
mengalami korpus alienum daripada wanita.5 Lebih dari setengah kasus
korpus alienum, terjadi pada anak dengan usia dibawah 10 tahun.4 Korpus
alienum di tenggorok merupakan kasus korpus alienum yang paling jarang
terjadi dan menempati urutan ketiga setelah korpus alienum di telinga dan
hidung.5 Pada kasus korpus alienum tenggorok, kejadian tersering ditemukan
pada orofaring dengan persentase sebesar 83%.6
Korpus alienum di daerah orofaring dapat disebabkan berbagai macam
benda, seperti potongan plastik, pin, logam, biji-bijian, kacang-kacangan,
tulang, dan koin. Akan tetapi penyebab tersering adalah sisa makanan seperti
tulang ikan dan ayam.6 Gejala yang terlihat pada pasien dengan korpus
alienum orofaring akan tergantung pada usia, lokasi, dan pengaruh korpus
alienum terhadap jalan nafas. Korpus alienum yang mengakibatkan sumbatan
jalan nafas total merupakan kegawatan dalam THT dan harus dilakukan

5
intervensi segera. Korpus alienum yang tidak menyumbat jalan napas atau
hanya menyumbat sebagian biasanya memiliki gejala disfagia, odinofagia,
disfonia, dan ada riwayat tersedak.7 Komplikasi utama dari benda asing
orofaring adalah sumbatan jalan napas.8

6
BAB II
STATUS PENDERITA

2.1 Identifikasi
Nama : An. RAA
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 20 November 2007
Umur : 10 tahun
Alamat : JL. Skip Jaya, Palembang
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Suku : Sumatera
Bangsa : Indonesia
No. Rekam Medik : 0854399
Tanggal Berobat : Klinik THT-KL RSMH (14 Juni 2018)

2.2 Anamnesis
(Alloanamnesis pada tanggal 14 Juni 2018 pukul 11.00 WIB)
Keluhan Utama :
Rasa nyeri dan menusuk di tenggorokan ± 3 jam sebelum berobat ke
RSMH.
Keluhan Tambahan :
Rasa mengganjal pada tenggorokan
Riwayat Perjalanan Penyakit :
± 3 jam yang lalu pasien tertelan tulang ikan saat sedang makan.
Kemudian pasien mencoba mengeluarkannya namun tidak bisa. Pasien
meminum banyak air mineral dan makan nasi kepal, keluhan masih
dirasakan. Pasien kemudian berobat ke IGD RSMH Palembang. Nyeri saat
menelan tidak ada, sulit menelan tidak ada, rasa mengganjal pada tenggorok

7
ada, tersedak tidak ada, rasa tercekik tidak ada, mual dan muntah tidak ada,
batuk tidak ada, sesak nafas tidak ada, demam tidak ada, bengkak pada leher
tidak ada.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Riwayat sakit tenggorokan dan nyeri menelan 6 bulan yang lalu.

Riwayat Penyakit dalam Keluarga :


Tidak ada

2.3 Pemeriksaan Fisik


Status Generalis
Keadaan Umum : tampak sakit ringan BB : 29 kg
Kesadaran : compos mentis TB: 130 cm
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Pernafasan : 20 kali/menit
Suhu : 36,50C
Pemeriksaan Khusus
Kepala : normocephali
Mata : konjungtiva palpebra pucat (-/-), sklera ikterik (-/-)
Jantung : batas jantung normal, HR 120x/m, regular, murmur
(-), gallop (-)
Paru-paru : simetris kanan dan kiri, sonor di kedua lapangan
paru, vesikuler (+/+), ronkhi basah sedang di kedua
apeks lapangan paru, wheezing (-)
Abdomen : datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba, timpani,
bising usus (+) N
Ekstremitas : akral pucat (-) pedema pretibia (-)

8
Status Lokalis
Telinga
I. Telinga Luar Kanan Kiri
Regio Retroaurikula
-Abses - -
-Sikatrik - -
-Pembengkakan - -
-Fistula - -
-Jaringan granulasi - -
Regio Zigomatikus
-Kista Brankial Klep - -
-Fistula - -
-Lobulus Aksesorius - -

Aurikula
-Mikrotia - -
-Efusi perikondrium - -
-Keloid - -
-Nyeri tarik aurikula + -
-Nyeri tekan tragus + -

Meatus Akustikus Eksternus


-Lapang/ sempit Lapang Lapang
-Oedema - -
-Hiperemis - -
-Pembengkakan - -

-Erosi - -
-Krusta - -

9
-Sekret (serous/ seromukus/ - -
mukopus/ pus) - -
-Perdarahan - -
-Bekuan darah - -
-Cerumen plug - -
-Epithelial plug - -
-Jaringan granulasi - -
-Debris -
-Banda asing -
-Sagging -
-Exostosis -
II.Membran Timpani
-Warna (putih/suram/hiperemis/ Putih Putih
hematoma)
-Bentuk (oval/ bulat) Oval Oval
-Pembuluh darah Pelebaran (-) Pelebaran (-)
-Refleks cahaya + +
-Retraksi - -
-Bulging - -
-Bulla - -
-Ruptur - -
-Perforasi - -
(sentral/perifer/marginal/attic) - -
(kecil/besar/subtotal/total)
-Pulsasi - -
-Sekret (serous/ seromukus/ - -
mukopus/ pus) - -
-Tulang pendengaran - -
-Kolesteatoma - -
-Polip - -
-Jaringan granulasi

10
Gambar Membran Timpani

III. Tes Khusus Kanan Kiri


1.Tes Garpu Tala
Tes Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes Weber Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes Scwabach Tidak dilakukan Tidak dilakukan

2.Tes Audiometri Tidak dilakukan Tidak dilakukan

3.Tes Fungsi Tuba Kanan Kiri


-Tes Valsava Tidak dilakukan Tidak dilakukan
-Tes Toynbee Tidak dilakukan Tidak dilakukan
4.Tes Kalori Tidak dilakukan Tidak dilakukan
-Tes Kobrak Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Hidung
I.Tes Fungsi Hidung Kanan Kiri
-Tes aliran udara Cukup Cukup
-Tes penciuman

11
Teh Tidak Tidak
Kopi dilakukan dilakukan
Tembakau

II.Hidung Luar Kanan Kiri


-Dorsum nasi Normal Normal
-Akar hidung Normal Normal
-Puncak Hidung Normal Normal
-Sisi hidung Normal Normal
-Ala nasi Normal Normal
-Deformitas - -
-Hematoma - -
-Pembengkakan - -
-Krepitasi - -
-Hiperemis - -
-Erosi kulit - -
-Vulnus - -
-Ulkus - -
-Tumor - -
-Duktus nasolakrimalis (tersumbat/ tidak Tidak Tidak
tersumbat) tersumbat tersumbat
III.Hidung Dalam Kanan Kiri

1. Rinoskopi Anterior
a.Vestibulum nasi
-Sikatrik - -
-Stenosis - -
-Atresia - -
-Furunkel - -
-Krusta - -
-Sekret (serous/ seromukus/ mukopus/ - -

12
pus)
b.Kolumela
-Utuh/tidakutuh Utuh Utuh
-Sikatrik - -
-Ulkus - -
c. Kavum nasi
-Luasnya (lapang/ cukup/ sempit) Lapang Lapang
-Sekret (serous/ seromukus/ mukopus/ - -
pus)
-Krusta - -
-Bekuan darah - -
-Perdarahan - -
-Benda asing - -
-Rinolit - -
-Polip - -
-Tumor - -
d. Konka Inferior
-Mukosa (eutropi/ hipertropi/atropi) Eutropi Eutropi
(basah/kering) Basah Basah
(licin/tak licin) Licin Licin
-Warna (merah muda/ hiperemis/ pucat/ Merah muda Merah muda
livide)
-Tumor - -
e. Konka media
-Mukosa (erutopi/ hipertropi/atropi) Sulit dinilai Sulit dinilai
(basah/kering)
(licin/tak licin)
-Warna (merah
muda/hiperemis/pucat/livide)
-Tumor

13
f. Konka superior
-Mukosa (erutopi/ hipertropi/atropi) Sulit dinilai Sulit dinilai
(basah/kering)
(licin/tak licin)
-Warna (merah
muda/hiperemis/pucat/livide)
-Tumor
g. Meatus Medius
-Lapang/ sempit Sulit dinilai Sulit dinilai
-Sekret (serous/ seromukus/ mukopus/
pus)
-Polip
-Tumor
h. Meatus inferior
-Lapang/ sempit Sulit dinilai Sulit dinilai
-Sekret (serous/ seromukus/ mukopus/
pus)
-Polip
-Tumor
i. Septum Nasi
-Mukosa (eutropi/ hipertropi/atropi) Eutropi Eutropi
(basah/kering) Basah Basah
(licin/tak licin) Licin Licin
-Warna (merah muda/ hiperemis/ pucat/ Merah muda Merah muda
livide)
-Tumor - -
-Deviasi (ringan/sedang/berat) - -
(kanan/kiri)
(superior/inferior)
(anterior/posterior)

14
(bentuk C/bentuk S)
-Krista - -
-Spina - -
-Abses - -
-Hematoma - -
-Perforasi - -
-Erosi septum anterior - -

Gambar Dinding Lateral Hidung Dalam

Gambar Hidung Dalam Potongan Frontal

2.Rinoskopi Posterior Kanan Kiri


-Postnasal drip Tidak dilakukan Tidak dilakukan
-Mukosa (licin/tak licin)
(merah muda/hiperemis)

15
-Adenoid
-Tumor
-Koana (sempit/lapang)
-Fossa Russenmullery (tumor/tidak)
-Torus tobarius (licin/tak licin)
-Muara tuba (tertutup/terbuka)
(sekret/tidak)

IV.Pemeriksaan Sinus Paranasal Kanan Kiri


-Nyeri tekan/ketok
-infraorbitalis - -
-frontalis - -
-kantus medialis - -
-Pembengkakan - -
-Transiluminasi Tidak Tidak
-regio infraorbitalis dilakukan dilakukan
-regio palatum durum
Tenggorok
I.Rongga Mulut Kanan Kiri
-Lidah (hiperemis/udem/ulkus/fissura) Normal Normal
(mikroglosia/makroglosia)
(leukoplakia/gumma)
(papilloma/kista/ulkus)
-Gusi (hiperemis/udem/ulkus) Normal Normal
-Bukal (hiperemis/udem) Normal Normal
(vesikel/ulkus/mukokel)
-Palatum durum (utuh/terbelah/fistel) Utuh Utuh
(hiperemis/ulkus)
(pembengkakan/abses/tumor)
(rata/tonus palatinus)

16
-Kelenjar ludah (pembengkakan/litiasis) Normal Normal
(striktur/ranula)
-Gigi geligi (mikrodontia/makrodontia) Normal Normal
(anodontia/supernumeri)
(kalkulus/karies)

II.Faring Kanan Kiri


-Palatum molle (hiperemis/udem/asimetris/ulkus) Normal Normal
-Uvula (udem/asimetris/bifida/elongating) Tengah Tengah
-Pilar anterior (hiperemis/udem/perlengketan) Normal Normal
(pembengkakan/ulkus)
-Pilar posterior (hiperemis/udem/perlengketan) Normal Normal
(pembengkakan/ulkus)
-Dinding belakang faring (hiperemis/udem) Normal Normal
(granuler/ulkus)
(secret/membran)
-Lateral band (menebal/tidak) Normal Normal
-Tonsil Palatina (derajat pembesaran) T2 T2
(permukaan rata/tidak) Rata Rata
(konsistensi kenyal/tidak) Kenyal Kenyal
(lekat/tidak) Lekat Lekat
(kripta lebar/tidak) Detritus (-) Detritus (-)
(dentritus/membran) - -
(hiperemis/udem) - -
(ulkus/tumor) - -

Gambar rongga mulut dan faring

17
Rumus gigi-geligi

III.Laring Kanan Kiri


1.Laringoskopi tidak langsung (indirect)
-Dasar lidah (tumor/kista)
-Tonsila lingualis (eutropi/hipertropi)
-Valekula (benda asing/tumor)
-Fosa piriformis (benda asing/tumor)
-Epiglotis (hiperemis/ udem/ ulkus/
membran) Tidak Tidak

18
-Aritenoid (hiperemis/ udem/ ulkus/ dilakukan dilakukan
membran)
-Pita suara (hiperemis/udem/menebal)
(nodus/polip/tumor)
(gerak simetris/asimetris)
-Pita suara palsu (hiperemis/udem)
-Rima glottis (lapang/sempit)
-Trakea
2.Laringoskopi langsung (direct) Tidak Tidak
dilakukan dilakukan

2.4 Diagnosa Kerja


- Benda Asing (Tulang Ikan di Tonsil Palatina Sinistra)
2.5 Diagnosa Tambahan
Tonsilitis Kronis

2.6 Tatalaksana
Nonmedikamentosa : ekstraksi benda asing dan evaluasi
Medikamentosa:
- Amoksisilin sirup 3x250 mg selama 5 hari
- Paracetamol sirup 3x250 mg prn

2.7 Pemeriksaan Tambahan


Tidak dilakukan

VIII. Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam

19
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Anatomi Orofaring9

Orofaring terletak di belakang cavum oris dan terbentang dari


palatum molle sampai ke pinggir atas epiglotis. Orofaring mempunyai
atap, dasar, dinding anterior, dinding posterior, dan dinding lateral. Atap
orofaring dibentuk oleh permukaan

bawah palatum molle dan isthmus pharyngeus. Kumpulan kecil jaringan


limfoid terdapat di dalam submucosa permukaan bawah palatum mole.
Dasar orofaring dibentuk oleh sepertiga posterior lidah (yang hampir
vertical) dan celah antara lidah dan permukaan anterior epiglottis.

Gambar 1. Anatomi Orofaring

20
Membrana mukosa yang meliputi sepertiga posterior lidah
berbentuk irregular, yang disebabkan oleh adanya jaringan limfoid di
bawahnya, disebut tonsila linguae. Membrana mucosa melipat dari lidah
menuju epiglotis. Pada garis tengah terdapat elevasi, yang disebut plica
glossoepiglottica mediana, dan dua plica glossoepiglottica

Dinding anterior terbuka ke dalam rongga mulut melalui isthmus


orofaring (isthmus faucium). Di bawah isthmus ini terdapat pars
pharyngeus linguae. Dinding posterior orofaring disokong oleh corpus
vertebra cervicalis kedua dan bagian atas corpus vertebra cervicalis
ketiga.

Pada kedua sisi dinding lateral terdapat arcus palatoglossus dan


arcus palatopha ryngeus dengan tonsila palatina di antaranya. Arcus
palatoglossus adalah lipatan membrane mukosa yang menutupi
m.palatoglosss yang terdapat di bawahnya. Celah diantara kedua arcus
palatoglossus merupakan batas atas rongga mulut dan orofaring disebut
isthmus faucium. Arcus palatopharyngeus adalah lipatan membrane
mucosa pada dinding lateral orofaring di belakang arcus palatoglossus.
Fossa tonsilaris adalah sebuah recessus berbentuk segita pada
dinding lateral orofaring dan di anatara arcus palatoglossus di depan dan
arcus palatopharyngeus di belakang. Fossa ini di tempati oleh tonsila
palatina. Tonsila palatina merupakan dua massa jaringan limfoid yang
terletak pada dinding lateral orofaring di dalam fossa tonsilaris. Setiap
tonsil diliputi oleh membran mukosa dan permukaan medialnya yang
bebas menonjol ke dalam faring. Pada permukaannya terdapat banyak
lubang kecil, yang membentuk crypta tonsillaris. Permukaan lateral
tonsillaris palatina ini di liputi oleh selapis jaringan fibrosa yang disebut
capsula. Tonsila mencapai ukuran terbesarnya pada masa anak-anak,
tetapi sesudah pubertas akan mengecil dengan jelas.

21
Batas anterior dari tonsila palatina adalah arcus palatoglossus. Di
posterior terdapat arcus palatopharyngeus. Pada superior terdapat
palatum molle, disini tonsila palatina dilanjutkan oleh jaringan limfoid di
permukaan bawah palatum molle. Diinferior dari tonsila palatina terdapat
sepertiga posterior lidah. Di sebelah medial dari tonsila palatina terdapat
orofaring. Dan batas lateral tonsila palatine adalah kapsula yang
dipisahkan dari m.constrictor pharyngis superior oleh jaringan alveolar
jarang.

Pendarahan arteri yang mendarahi tonsila adalah a. tonsilaris,


cabang dari arteri afacialis.Sedangkan aliran vena-vena menembus
m.constrictor pharyngissuperior dan bergabung dengan v.palatine
externa, v.pharyngealis, atau v. facialis. Pada aliran limfe, pembuluh-
pembuluh limfe bergabung dengan nodi lymphoidei profundi. Nodus
yang terpenting dari kelompok ini adalah nodus nodus jugulodigastricus,
yang terletak di bawah dan belakang angulus mandibula.

2.2 Korpus Alienum Orofaring

2.2.1 Epidemiologi

Penelitian oleh Tiago, dkk pada tahun 2003 sampai 2005,


menemukan bahwa kejadian benda asing di orofaring sekitar 13,58%.
Benda asing orofaring ini sendiri sering terjadi pada usia lebih dari 20
tahun (81,82%). Sementara untuk daerah orofaring mana yang terkena,
didapatkan 36,36% kasus pada tonsil kanan, 36,36% kasus di tonsil kiri,
dan 27,27% di dasar lidah10. Temuan ini sejalan dengan penlitian oleh
Wai, PM, dkk (2001) yang menemukan bahwa Lokasi benda asing
orofaring yang sering tersangkut terbanyak adalah di tonsil (72,2%),
kemudian di dasar lidah (13%), dinding faring (3,4%), krikofaringeus
(6,8%), uvula (0,9%)11.

22
2.2.2 Etiologi

Penelitian Higo R, dkk (2006) menemukan bahwa jenis benda


asing yang sering ditemukan pada traktus aerodigestivus adalah tulang
ikan, disusul oleh mainan, koin, makanan, permen, kacang, potonga
kertas, dan baterai2. Hal ini sejalan dengan penelitian Tiago,dkk (2006)
yang mengatakan bahwa benda asing yang paling sering terjadi di
orofaring adalah tulang ikan (54,55%). Selanjutnya diikuti.

Penelitian oleh sonkhya, dkk (2006) mengatakan bahwa benda


asing penyebab biasanya termasuk koin, potongan tulang , tulang ikan ,
kuku , potongan tombol , kaca , gigi palsu ,cincin telinga , rantai , pin dan
jarum12.

2.2.3 Manifestasi Klinis

Benda asing yang masuk melalui mulut dapat terhenti di


orofaring, hipofaring, tonsil, dasar lidah, sinus piriformis, esofagus atau
dapat juga tersedak masuk ke laring, trakea dan bronkus. Benda asing di
orofaring dan hipofaring dapat tersangkut antara lain di tonsil, dasar
lidah, valekula, sinus piriformis yang menimbulkan rasa nyeri pada
waktu menelan (odinofagia), baik makanan maupun ludah, terutama jika
benda asing tajam seperti tulang ikan, tulang ayam. Untuk memeriksa
dan mencari benda itu di dasar lidah, valekula dan sinus piriformis
diperlukan kaca tenggorok yang besar (no. 8-10)13.

Gejala utama benda asing orofaring adalah odinofagia (90,91%).


Hal ini membuat pasien sangat termotivasi untuk berobat ke layanan
medis dengan segera10. Gejala orofaring lain biasanya terdapat sensasi
benda asing terutama setelah memakan ayam ataupun ikan. Rasa tidak
nyaman dari ringan sampai berat. Pasien biasanya mengeluh sulit
menelan atau tidak dapat mengontrol air liur. Biasanya pasien dapat
melokalisir benda asing tersebut.17 Ketidaknyamanan pada epigastrium
menandakan bahwa benda asing terperangkap pada LES. Disfagia biasa

23
dikeluhkan oleh pasien dewasa dengan ketidakmampuan mengendalikan
sekresi air liur.

Pada pasien anak biasanya tidak terdapat gejala yang khas. Orang
tua biasanya yang memberitahu kepada dokter bahwa anaknya telah
menelan sesuatu. Rasa tersumbat ditenggorok, muntah, dan sakit
tenggorokan biasanya muncul. Jika benda asing berlangsung lama maka
biasanya anak menjadi tidak ingin makan, rewel, gagal tumbuh, demam,
stridor, gejala pulmonal seperti pneumonia yang berulang yang berasal
dari aspirasi. Benda asing esophagus yang besar pada UES dapat
mendesak trakea sehingga menyebabkan stidor dan membahayakan
pernafasan.(17)

2.2.4 Diagnosis

Riwayat tertelannya benda asing , ketidakmampuan untuk


menelan air liur dan odynophagia adalah kriteria diagnostik yang paling
penting12.

Dalam mendiagnosis korpus alienum orofaring ditegakkan


berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dan jika diperlukan dapat
dilakukan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis, dokter harus
menemukan gejala-gejala dari korpus alienum. Manifestasi klinis pada
pasien dengan korpus alienum di orofaring beragam, tergantung pada
usia, lokasi korpus alienumnya, dan pengaruh korpus alienum tersebut
terhadap jalan nafas. Pada pemeriksaan fisik, perlu dilakukan
pemeriksaan oral cavity dan laringoskopi indirek untuk melihat korpus
alienum. Korpus alienum yang dapat terlihat dengan mudah melalui
pemeriksan fisik, tidak membutuhkan lagi pemeriksaan penunjang
sehingga pasien dapat ditatalaksana segera di layanan primer.8

Pada regio orofaring, lokasi tersering untuk menempelnya


tulang ikan adalah di fossa tonsilaris. Seringkali tulang ikan menempel
lebih ke arah distal sehingga pemeriksaan penunjang sangat dibutuhkan.

24
Pemeriksaan penunjang disarankan pada pasien yang yakin telah masuk
tulang ikan berukuran besar, masih ada keluhan nyeri atau mengganjal,
namun tidak terlihat dari pemeriksaan fisik sederhana. Tulang ikan yang
secara keseluruhan telah menembus mukosa akan sulit dideteksi dan
sering kali luput saat pemeriksaan fisik.13

Pasien berpikir ia baru saja menelan tulang ikan atau ayam, tutup
botol, atau sesuatu semacam itu, dan masih bisa merasakan sensasi benda
asing di tenggorokan, terutama (mungkin menyakitkan) saat menelan.
Dia mungkin yakin bahwa ada tulang atau benda lain terjebak di
tenggorokan. Dia mungkin dapat melokalisasi sensasi benda asing
tepatnya di atas kartilago tiroid (menyiratkan benda asing di hipofaring
yangmana Anda mungkin dapat melihat), atau ia mungkin hanya samar-
samar melokalisasi sensasi benda asing ke kedudukan suprasternal (yang
bisa menyiratkan benda asing di mana saja di kerongkongan). Selama
menelan, dasar lidah mendorong bolus makanan ke posterior, benda
tajam yang tersembunyi di bolus makanan itu dapat tertanam dalam
tonsil, pilar tonsil, dinding faring ,atau dasar lidah itu sendiri. Dalam
sebuah penelitian, mayoritas pasien yang ada gejala dampak dari tertelan
tulang ikan tidak menunjukkan adanya patologi, dan gejala mereka akan
hilang dalam 48 jam. Dua puluh persen tidak memiliki gejala tertelannya
tulang ikan, dan mayoritasnya mudah diidentifikasi dan dikeluarkan pada
kunjungan awal14.

2.2.5 Tata Laksana

Untuk dapat menanggulangi kasus aspirasi benda asing dengan


cepat dan tepat perlu diketahui dengan sebaik-baiknya gejala di tiap
lokasi tersangkutnya benda asing tersebut. Secara prinsip benda asing di
orofaring diatasi dengan pengangkatan segera dalam kondisi yang paling
aman dan trauma yang minimum.15

25
Benda asing pada orofaring biasanya dapat terlihat dan mudah
diambil. Pada pasien yang kooperatif dapat dilakukan laringoskopi
indirect atau nasofaringoskopi serat optik. Foto Rontgen polos esophagus
servikal dan torakal anteroposterior dan lateral dilakukan pada pasien
yang menelan benda asing terutama logam. Sehingga dapat diketahui
letak dari benda asing di esophagus. Endoscopi dilakukan pada pasien
dimana jalan nafas ikut terlibat dan sudah timbul komplikasi. Jika belum
jelas maka dapat dilakukan CT scan sebelum endoskopi.17

Korpus alienum di daerah orofaring merupakan korpus alienum


yang paling berbahaya di antara korpus alienum lainnya karena
berpotensi menyumbat jalan nafas. Akan tetapi, kasus benda asing
orofaring ini tetap dapat ditatalaksana dengan melakukan ekstraksi oleh
dokter umum, kecuali terdapat indikasi merujuk. Indikasi merujuk pasien
dengan korpus alienum menurut American Academy of Phamily
Physicians adalah sebagai berikut:7

1. Korpus alienum yang tidak terlihat dengan jelas


2. Membutuhkan anestesi untuk ekstraksinya
3. Terdapat tanda gangguan jalan nafas
Penelitian pada 405 pasien yang dilakukan Chiu dan Chung di
Hongkong menemukan bahwa 4.3 % kasus benda asing orofaring dapat
diangkat melalui laringoskopi indirek. Pengangkatan hanya
membutuhkan alat berupa spatula lidah dan klem panjang atau pinset
bayonet.16

Ketika menelan, bagian dasar lidah akan mendorong bolus


makanan ke arah posterior. Setiap benda asing tajam yang tersembunyi di
dalam bolus makanan berkemungkinan menempel pada tonsil, fossa
tonsilaris, dinding faring posterior dan pangkal lidah. Pada pasien yang
tertelan tulang ikan berukuran sangat kecil, umumnya hanya
mengeluhkan gejala ringan yang hilang sendiri dalam waktu 48 jam.

26
Keluhan dapat hilang karena tulang ikan berukuran sangat kecil tersebut
didorong keluar oleh mukosa secara perlahan dan bagian yang luka dapat
sembuh dengan sendirinya.14

Akan tetapi jika tulang yang tertelan berukuran cukup besar /


lebih dari 1 cm, gejala berupa nyeri dan mengganjal akan tetap dirasakan
selama tulang tersebut masih menempel. Kebanyakan gejala akan dirasa
semakin memburuk dalam waktu 12 jam. Kondisi ini harus ditatalaksana
segera dan benda asing harus dikeluarkan. Mekanisme pengambilan
benda asing yang menempel pada tonsil, fossa tonsilar, batang lidah
posterior atau dasar lidah adalah:14

1. Identifikasi benda yang tertelan secara detail (bentuk, jenis, perkiraan


ukuran, jumlah benda), waktu tertelan, serta progresifitas gejala yang
muncul setelahnya. Pasien biasanya bisa mengatakan dengan jelas
apakah benda asing tersebut berada di sisi kiri atau kanan.
2. Jika gejala yang muncul ringan, tes kemampuan pasien dalam
menelan. Cara pertama minta pasien untuk minum air, kemudian
dilanjutkan dengan menelan roti tawar dalam potongan kecil. Amati
gejala yang ditimbulkan setelahnya, apakah keluhan berkurang atau
menetap.
3. Jika keluhan berkurang setelah minum air, pasien diminta untuk
banyak minum. Kemungkinan benda asing yang tertelan adalah
tulang-tulang dalam ukuran kecil. Setelah keluhan benar-benar dirasa
hilang, arahkan pasien untuk berkumur 3 – 5 kali.
4. Apabila keluhan masih ada setelah pasien minum banyak air dan
berkumur, lakukan kembali pemeriksaan orofaring. Minta pasien
duduk di kursi, gunakan spatula lidah, kemudian cari keberadaan
benda asing. Amati seluruh dinding posterior faring, tonsil, fossa
tonsilaris, uvula, dan pangkal lidah. Gunakan lampu kepala dan
pencahayaan yang bagus ketika mengamati. Maksimalkan
pengamatan dengan meminta pasien membuka mulut lebar-lebar,

27
menjulurkan lidah sambil dipegangi pemeriksa pada bagian
ujungnya. Jika pasien gampang sekali muntah, berikan anestesi pada
palatum dengan menyemprotkan xilocaine bercampur air
perbandingan 1:1 sebelum pemeriksaan dilakukan. Lakukan
pengambilan benda asing menggunakan alat yang tersedia, seperti
klem bengkok, pinset bayonet, dsb.
5. Khusus benda asing di dasar lidah, pengambilan dilakukan dengan
menggunakan kaca tenggorok berukuran besar. Pasien diminta
menjulurkan dan menarik lidahnya sendiri. Tangan kiri pemeriksa
memegang kaca sedangkan kanan memegang cunam untuk
mengeluarkan benda tersebut. Tindakan ini agak sulit dilakukan oleh
dokter layanan primer dan sangat membutuhkan kemahiran.
Disarankan menyemprotkan xilocaine atau obat anestesi sejenis pada
pasien sebelum tindakan agar memudahkan proses pengambilan.
6. Apabila benda asing tidak terlihat dari pemeriksaan orofaring, perkusi
dan auskultasi mulai dari leher hingga dada pasien. Sensasi benda
asing di tenggorok (laring/trakea) dapat dirasakan pasien akibat
getaran perkusi. Melalui auskultasi dapat terdengar suara seperti
pneumotoraks jika benda berukuran cukup besar. Lakukan rontgen
pada leher dan dada untuk memastikan posisi benda asing.
7. Jika hasil inspeksi dan rontgen negatif namun pasien masih
merasakan ketidaknyamanan dalam skala minimal, maka pasien
dipulangkan terlebih dahulu dengan catatan diminta sering minum air
dan kembali lagi setelah 2 hari. Saat pulang berikan antibiotik kepada
pasien untuk mencegah infeksi dari luka yang ditimbulkan benda
asing. Apabila dalam 1 atau 2 hari keluhan memburuk, lakukan
rujukan untuk pemeriksaan endoskopi, laringoskopi direk, dan
tindakan lainnya yang menjadi kompetensi dokter spesialis THT.

28
2.2.6 Komplikasi

Benda asing organik, seperti tulang mempunyai sifat


higroskopik, mudah menjadi lunak dan mengembang oleh air, serta
menyebabkan iritasi pada mukosa. Di saluran pencernaan, sebuah benda
asing yang bersarang akan ada sedikit efek yang menyebabkan
peradangan lokal sehingga dapat timbul nyeri, perdarahan, jaringan parut,
dan obstruksi, atau mengikis melalui saluran pencernaan.4

2.2.7 Prognosis

Meskipun termasuk kegawatan dalam bagian THT, tetapi


prognosis pada kasus korpus alienum orofaring adalah bonam. Sebagian
besar kasus dapat dilakukan ekstraksi langsung tanpa bantuan anestesi,
dengan angka kejadian yang membutuhkan anestesi umum sekitar 4,4-
5,8%. Angka kejadian komplikasi pada korpus alienum THT dilaporkan
hanya 4,5-5,9%.5,6

29
BAB IV

ANALISIS KASUS

4.1 Laporan Kasus

Seorang anak usia 10 tahun pada tanggal 14 Juni 2018 datang ke IGD
RSMH dengan keluhan utama tertelan tulang ikan sejak ± 3 jam yang lalu.
Anamnesis didapatkan saat os tiba di IGD RSMH, os mengeluh tertelan tulang
ikan saat sedang makan. Untuk mengurangi keluhan pasien meminum banyak air
mineral dan makan nasi kepal, keluhan masih dirasakan. sulit menelan tidak ada,
rasa mengganjal pada tenggorok ada, tersedak tidak ada, rasa tercekik tidak ada,
mual dan muntah tidak ada, batuk tidak ada, sesak nafas tidak ada, demam tidak
ada, bengkak pada leher tidak ada.
Tidak ada batuk, sesak napas, mengeluarkan suara seperti mengorok, rasa
panas di dada, nyeri di dada, dan demam. Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan
umum tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, tekanan darah 110/70
mmHg, nadi 80 x/menit, temperatur 36,5 ºC, dan frekuensi pernafasan 20x/menit.
Pemeriksaan tenggorokan didapatkan faring hiperemis. Pemeriksaan hidung dan
telinga dalam batas normal. Penegakkan diagnosis berdasarkan hasil anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang didapatkan benda asing (Tulang
Ikan) di Tonsil palatina Sinistra.

30
Gambar 5. Identifikasi Pasien

Gambar 6. Pemeriksaan Tonsil dan Faring

31
Dari keterangan di atas, pasien didiagnosis dengan benda asing (corpus alineum)
di Tonsil palatina sinistra. Pada penatalaksanaan dilakukan ekstraksi benda asing
dan evaluasi.

4.2 Diskusi

Seorang pasien laki-laki berusia 10 tahun datang ke IGD RSUP Moh


Hussein pada tanggal 14 Juni 2018 dengan keluhan utama rasa nyeri dan rasa
menusuk di tenggorok sejak 3 jam yang lalu. Dari anamnesis selanjutnya
didapatkan pasien mengeluhkan rasa nyeri dan menusuk ini setelah memakan
ikan pada saat sahur. Awalnya pasien sedang makan gulai ikan saat sahur, tiba-
tiba terasa ada yang menusuk dan mengganjal di tenggorok. Berdasarkan
pengakuan pasien tersebut kita bisa memikirkan kemungkinan diagnosis ke arah
korpus alienum orofaring et causa tulang ikan.

Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengkonfirmasi kemungkinan


diagnosis benda asing dalam tenggorok. Pada pasien ini ditemukan dari
pemeriksaan orofaring dan mulut tampak adanya benda asing yang menempel
pada tonsil palatina sinistra. Benda asing tersebut sangat kecil, tampak tulang ikan
halus dengan panjang kira-kira 1,5 cm.

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat ditegakkan diagnosis


benda asing fossa tonsilaris. Benda asing / korpus alienum bisa berasal dari luar
atau dalam tubuh. Dalam keadaan normal benda tersebut tidak ada pada rongga
orofaring. Benda asing orofaring bisa terjadi pada tonsil, fossa tonsilaris, pangkal
lidah, uvula maupun dinding posterior faring. Benda asing / korpus alienum
merupakan salah satu dari kasus emergensi di bagian THT dengan angka kejadian
cukup tinggi, yakni sekitar 11% dari total kasus emergensi di bagian THT. Korpus
alienum di tenggorok merupakan kasus korpus alienum yang paling jarang terjadi
diantara kasus korpus alienum lainnya. Benda asing tenggorok menempati urutan
ketiga setelah benda asing di telinga dan hidung. Pada tenggorok kasus benda
asing tersering ditemukan pada orofaring dengan persentase sebesar 83%.

32
Korpus alienum dapat disebabkan oleh berbagai macam benda, seperti
potongan plastik, pin logam, biji-bijian, kacang-kacangan, tulang, dan koin.
Penyebab tersering adalah sisa makanan seperti tulang ikan dan ayam. Pada kasus
ini korpus alienum disebabkan oleh tulang ikan.

Manifestasi klinis pada pasien dengan korpus alienum di orofaring cukup


beragam tergantung usia, lokasi korpus alienum dan pengaruhnya tersebut
terhadap jalan nafas. Korpus alienum yang mengakibatkan sumbatan jalan nafas
total merupakan kegawatan dalam bidang THT dan harus dilakukan intervensi
segera. Korpus alienum yang tidak menyumbat jalan nafas atau hanya menyumbat
sebagian biasanya memiliki gejala disfagia, odinofagia, disfonia, dan ada riwayat
tersedak. Pasien-pasien dengan gejala batuk, stridor, atau suara serak yang tidak
diketahui apa penyebabnya juga harus dipikirkan akan adanya korpus alienum di
orofaring.

Penegakan diagnosis benda asing orofaring didapatkan dari anamnesis,


pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Melalui anamnesis dokter harus
menemukan gejala-gejala dari korpus alienum orofaring. Pada pemeriksaan fisik,
perlu dilakukan pemeriksaan oral cavity dan laringoskopi indirek untuk melihat
keberadaan dan lokasi korpus alienum. Pada kasus korpus alienum yang dapat
terlihat dengan mudah melalui pemeriksan fisik, pemeriksaan penunjang tidak lagi
dibutuhkan. Pasien dapat langsung ditatalaksana segera di layanan primer berupa
tindakan ekstraksi oleh dokter umum. Indikasi merujuk pasien dengan korpus
alienum tenggorok menurut American Academy of Phamily Physicians adalah;
korpus alienum yang tidak terlihat dengan jelas, korpus alienum yang
membutuhkan anestesi untuk ekstraksi, serta terdapat tanda gangguan jalan nafas.

Benda asing harus dikeluarkan dalam waktu 24 jam untuk mengurangi


risiko komplikasi baik itu berupa erosi maupun perforasi. Pada kasus benda asing
akibat benda tajam, seperti jarum, tulang, tusuk gigi, umumnya dapat
menimbulkan komplikasi sekitar 35%. Meskipun termasuk kegawatan dalam

33
bagian THT, prognosis korpus alienum tenggorok adalah bonam. Sebagian besar
kasus dapat dilakukan ekstraksi secara langsung tanpa bantuan anestesi.

34
DAFTAR PUSTAKA

1. Emergency Departement Factsheet. Eye Injury (Foreign Body). Victoria


Government Melbourne. Melbourne. 2010: 1.
2. Higo R, Matsumoto Y, IchimuraK, KagaK. Foreign bodies in the
aerodigestive tract in pediatric patients. Auris Nasus Larynx. 2013
Dec;30(4):397-401.
3. Siegel L.G. Penyakit Jalan Nafas Bagian Bawah. Dalam : Adam GL,Boies LR,
H Bahasa: Wijaya C. BOIES Fundamental of Otolaryngology. Jakarta:
Penerbit EGC; 1997. Hal 467-480.
4. Shresta I, Shresta BL, Amatya RCM. Analysis of Ear, Nose and Throat
Foreign Bodies in Dhulikhel Hospital. Kathmandu University medical
Journal.2012; Vol 11(2): 4-8.
5. Gandhi P, Sharma S, Gandhi P, Salve R. Epidemiological Profile of Foreign
Bodies seen at tertiary Hospital Emergency unit. International Journal of
Scientific Research.2014; Vol 3: 482-4.
6. Gomes JM, Andrade JSC, Matos RC, Kosugi EM, Penido NO. ENT Foreign
Bodies : Profile of the Cases Seen at a Tertiary Hospital Emergency care Unit.
Braz J. Otolarhyngology. 2013;79(6): 699-703.
7. Heim SW, Maughan KL. Foreign Bodies in the Ear, Nose, and Throat.
American Family Physician. 2007; 76(8): 1187-9.
8. Hadiwikarta A, Rusmarjono, Soepardi EA. Sumbatan Laring. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi VII. Badan
penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.2012: 221-31.
9. Beahrs, OH, dkk. Pharynx including base of tongue, soft palate and uvula. In:
American Joint Committee on Cancer.: AJCC Cancer Staging Manual. 6th ed.
New York, NY: Springer, 2002.
10. Tiago, RSL, dkk. Foreign body in ear, nose and oropharynx: experience from a
tertiary hospital. Revista Brasileira de Otorrinolaringologia Vol 72 (2). 2006.
11. Wai, PM, dkk. A prospective study of foreign-body ingestion in 311 children.
IntJ PediatrOtorhinolaryngol. Apr 6 Vol 58(1). 2001.

35
12. Sonkhya,N, dkk. Clinical report Retained, Incarcerated oropharyngeal foreign
bodies. Indian Journal of Otolaryngology and Head and Neck Surgery Vol. 58
(1). 2006.
13. Soepardi, EA, dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala dan Leher. Edisi VII. Jakarta: Badan penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2012.
14. Feied C, Smith M, Handler J, Gillam M. Foreign Body in Throat. Common
Simple Emergencies: Longwood Information. Diakses dari
http://www.ncemi.org pada 21 Juni 2018.
15. Munir M, Hadiwikarta A, Hutauruk SM. Trauma Laring. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telingan Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi VI. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta 2012: 186-8.
16. Chiu HS, Chung CH. Management of Foreign Bodies in Throat : An
Emergency Department’s Perspective. Hongkong Journal of Emergency
Medicine. 2002: 9(3).

36

Anda mungkin juga menyukai