Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN KASUS

CORPUS ALIENUM KOIN LOGAM DI


ESOPHAGUS

DISUSUN OLEH:
Mirantika Audina, S. Ked
I4061172033

DOSEN PEMBIMBING KEPANITERAAN KLINIK:

dr. Muslim M Amin, Sp. THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK
ILMU TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN
RUMAH SAKIT DR. ABDUL AZIZ SINGKAWANG
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK
PERIODE 26 NOVEMBER – 22 DESEMBER 2018
LEMBAR PERSETUJUAN

Telah disetujui Laporan Kasus dengan judul:


CORPUS ALIENUM KOIN LOGAM DI ESOPHAGUS

Disusun sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian dalam


Kepaniteraan Klinik Ilmu THT

Pembimbing Referat Singkawang, November 2018

dr. Muslim M Amin, Sp. THT-KL Mirantika Audina, S.Ked


NIM. I4061172033
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Esophagus


Esofagus merupakan bagian saluran cerna yang menghubungkan hipofaring
dengan lambung. Bagian proksimalnya disebut introitus esofagus yang terletak
setinggi batas bawah kartilago krikoid atau setinggi vertebra servikal 6. Di dalam
perjalanannya dari daerah servikal, esofagus masuk ke dalam rongga toraks. Di
dalam rongga toraks , esofagus berada di mediastinum superior antara trakea dan
kolumna vertebra terus ke mediastinum posterior di belakang atrium kiri dan
menembus diafragma setinggi vertebra torakal 10 dengan jarak kurang lebih 3 cm
di depan vertebra. Akhirnya esofagus ini sampai di rongga abdomen dan bersatu
dengan lambung di daerah kardia.
Berdasarkan letaknya esofagus dibagi dalam bagian servikal, torakal dan
abdominal. Esofagus menyempit pada tiga tempat. Penyempitan pertama yang
bersifat sfingter terletak setinggi tulang rawan krikoid pada batas antara esofagus
dengan faring, yaitu tempat peralihan otot serat lintangmenjadi otot polos.
Penyempitan kedua terletak di rongga dada bagian tengah, akibat tertekan
lengkung aorta dan bronkus utama kiri. Penyempitan ini tidak bersifat sfingter.
Penyempitan terakhir terletak pada hiatus esofagus diafragma yaitu tempat esofagus
berakhir pada kardia lambung. Otot polos pada bagian ini murni bersifat sfingter.
Inervasi esofagus berasal dari dua sumber utama, yaitu saraf parasimpatis nervus
vagus dan saraf simpatis dari serabut-serabut ganglia simpatis servikalis inferior,
nervus torakal dan n. splangnikus.
Gambar . Anatomi Esofagus
Seeley, Stephen, Tate. Respiratory System. Anatomy and Physiology.Chapter
23.The McGraw-Hill Companies. 2004.
Ballenger, JJ. Penyakit Telinga Hidung Tenggorok, dan leher. Jilid 1. Jakarta. Bina
Rupa Aksara. 1997.

2.2. Benda Asing di Esophagus


2.3. Definisi
2.4. Epidemiologi
2.5. klasifikasi
2.6. Diagnosis
2.7. Teknik Mengeluarkan Benda Asing di Esophagus
2.8. Komplikasi
2.9. Prognosis
BAB III
PENYAJIAN KASUS

3.1. Anamnesis
3.1.1. Identitas
Nama : An. Sri Wahyuni
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 2 tahun
Pekerjaan : -
Alamat : Sungai Kunyit Hulu RT/RW 009/003
Tanggal Berobat : 1 Desember 2018

3.1.2. Keluhan Utama


Tertelan koin 1 minggu yang lalu

3.1.3. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke Poli THT diantar oleh ibu kandung pasien dengan keluhan
tertelan koin 10 sen pada tanggal 24 Desember 2018. Ibu pasien mengatakan saat
tertelan koin pasien sedang dalam posisi diayun sambil memgang koin 10 sen.
Sesaat setelah tertelah pertolongan pertama yang diberikan oleh ibu pasien adalah
dengan menepuk-nepuk leher pasien, diberi makan bubur, nasi dan air. Saat itu
pasien masih bisa makan dan minum tanpa tersedak.
Selain itu, pasien juga mengeluhkan nyeri saat menelan, batuk dan pilek.
BAK maupun BAB tidak ada keluhan dan hingga saat pemeriksaan ibu pasien
mengatakan tidak terdapat koin tersebut di kotoran pasien. Pasien menyangkal
adanya demam, keluhan di telinga, maupun kesulitan dalam bernapas. Pasien sudah
melakukan rontgen thorax-lateral pada tanggal 25 Desember 2018.
3.1.4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami hal serupa sebelumnya. Pasien menyangkal
adanya penyakit pada telinga, penyakit pada hidung dan tenggorokan. Pasien tidak
pernah dirawat maupun menjalani operasi sebelumnya.

3.1.5. Riwayat Penyakit Keluarga


Ibu pasien menyangkal pernah mengalami hal serupa. Penyakit lain seperti
diabetes melitus dan hipertensi disangkal oleh keluarga.

3.1.6. Riwayat Persalinan


Tidak didapatkan data yang valid mengenai proses persalinan maupun
kondisi pasien sesaat setelah lahir.

3.1.7. Riwayat Pemberian Makan


Pasien mendapatkan ASI ekslusif hingga 1 tahun yang dilanjutkan dengan
MPASI. Hingga saat ini pasien telah makan makanan yang dimakan bersama
keluarga dengan frekuenis 3 kali sehari yang terdiri dari nasi, lauk pauk, susu, buah
dan sayur.

3.1.8. Riwayat Imunisasi


Tidak didapatkan data yang valid mengenai riwayat imunisasi pasien.

3.1.9. Riwayat Tumbuh Kembang


Ibu pasien mengatakan bahwa berat badan dan tinggi pasien bertambah dari
awal pasien lahir hingga sekarang, pertumbuhan pasien selalu di atas garis merah
setiap pasien dibawa untuk ditimbang di Puskesmas. Perkembangan pasien juga
dirasakan sesuai dengan anak sesusianya.
3.1.10. Riwayat Kebiasaan
Pasien memiliki kebiasaan bermain dengan benda-benda lainnya yang ada
dirumahnya. Pasien cenderung sangat aktif sehari-harinya. Pasien juga senang
memasukan benda yang ia dapatkan ke dalam mulut pasien.

3.2. Pemeriksaan Fisik


3.2.1. Keadaan Umum
Kesadaran : Baik
Keadaan Umum : Compos mentis
Tekanan Darah : -
Nadi : 106 kali/menit
Pernapasan : 24 kali/menit
Suhu : 36,7 oC
Berat Badan : 10 kg
Tinggi Badan : 82 cm

3.2.2. Status Generalis


Kulit Ikterik (-), sianosis (-), ptekie (-)
Kepala Normosefal
Mata Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-), injeksi
konjungtiva (-), refleks cahaya langsung (+/+), refleks
cahaya tidak langsung (+/+), pupil isokor (3 mm/3 mm)
Telinga AS : sekret (-), meatus tidak eritem, tidak edem,
membran timpani tidak dinilai
AD : meatus tidak eritem, tidak edem, membran timpani
tidak dinilai
Mulut Stomatitis (-), bibir sianosis (-), bibir kering (-)
Hidung Sekret (-), pernapasan cuping hidung (-)
Tenggorokan Faring hiperemis (-), tonsil (T1/T1) tidak hiperemis,
deritus (-)
Leher Deviasi trakea (-), pembesaran kelenjar tiroid (-),
pembesaran kelenjar getah bening (-), JVP tidak
meningkat
Dada Simetris saat statis dan dinamis, retraksi (-)
Paru Inspeksi: gerakan dinding dada simetris
Palpasi : fremitus kanan=kiri
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : vesikular (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung Inspeksi: iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : SI-SII regular, Gallop(-), Murmur (-)
Abdomen Inspeksi: simetris, hiperemis (-), hematom (-)
Auskultasi: bising usus (+) normal
Perkusi : timpani, pekak hepar (+)
Palpasi : nyeri tekan (-), batas hepar dan lien dalam
batas normal
Ekstremitas Akral hangan,CRT <2 detik

3.2.3. Status Lokalis Tenggorokan


Arcus Faring : Simetris
Uvula : Ditengah
Ukuran Tonsil : T1-T1 tenang
Dinding Faring Posterior : Normal
Tonsil Lingual : Normal

3.3. Pemeriksaan Penunjang


Endoskopi Hidung
Arcus Faring : Simetris
Uvula : Ditengah
Ukuran Tonsil : T1-T1 tenang
Dinding Faring Posterior : Normal
Tonsil Lingual : Normal

3.4. Diagnosis Kerja


Corpus alienum koin logam di esophagus

3.5. Tatalaksana
Pasien dirujuk ke RSUD Dr. Soedarso, Pontianak (dalam proses menunggu
BPJS)

3.6. Prognosis
a. Ad functionam : Dubia
b. Ad sanactionam : Dubia
c. Ad vitam : Dubia
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai