Anda di halaman 1dari 25

PRESENTASI KASUS

TUMOR LARING

Disusun oleh :

NUR RAHMADINA

NPM 1102014200

Pembimbing :

dr. Irma Suryati, Sp.THT-KL

KEPANITRAAN ILMU TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN

PERIODE 2 SEPTEMBER – 5 OKTOBER 2019

RSUD KOJA, JAKARTA UTARA


BAB I

LAPORAN KASUS

I.1. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn M

Umur : 49 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Tanjung Priok

Agama : Islam

I.2. ANAMNESIS

Aloanamnesis

Keluhan Utama

Sakit tenggorokkan sejak 3 bulan yang lalu

Keluhan Tambahan

Suara serak, sulit menelan, sesak saat aktivitas berat, dan berat badan
menurun. Keluhan mual, muntah dan pusing disangkal.

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke poli THT dengan keluhan sakit tenggorokkan sejak 3 bulan
yang lalu, sakit tenggorokkan dirasakan semakin berat setiap harinya. Sakit
tenggorokkan terasa seperti di tusuk, dirasakan terutama saat sedang makan. Pasien
mengeluhkan sulit menelan sejak 3 bulan SMRS. Pasien sehari-hari masih makan
nasi, namun dibantu dengan air.

Selain itu pasien mengeluhkan suaranya serak sejak 4 bulan SMRS. Keluhan suara
serak tidak mengalami perbaikan sampai sekarang, walaupun pasien sudah berusaha
meminum obat batuk.
Pasien mengeluhkan akhir-akhir ini ada sesak saat melakukan aktivitas berat. Namun
pasien masih dapat naik-turun tangga. Selain itu pasien mengeluhkan berat badannya
menurun sejak 4 bulan SMRS. Awalnnya berat pasien 65 kg turun menjadi 55 kg dalam 3
bulan SMRS.

Keluhan batuk pilek, batuk, pusing, mual dan muntah juga disangkal oleh pasien.

Riwayat Pengobatan

Pasien telah berobat ke puskesmas,, setelahnya pasien dirujuk ke RS Sukmul.


Setelah dari RS Sukmul, pasien mendapat rujukan ke RS Koja.

Riwayat Penyakit Dahulu

Tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat keluarga hipertensi, kencing manis atau diabetes, dan kanker disangkal oleh
pasien. Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien

Riwayat Kebiasaan

Pasien adalah seorang perokok aktif, pasien merokok 1 bungkus setiap harinya sejak
lama. Pasien lupa kapan persisnya dia mulai merokok. Semenjak memberatnya keluhan,
pasien berhenti merokok sejak 1 minggu SMRS.

I.3. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Compos Mentis

Tanda-tanda Vital

Tekanan darah : 130/85 mmHg

Nadi : 113x/menit

Pernafasan : 20x/menit

Suhu : 36,8oC
Status Lokalis
Pemeriksaan telinga
No Area Telinga Kanan Telinga Kiri
.
1. Tragus Nyeri tekan (-), edema (-) Nyeri tekan (-), edema (-)
2. Daun telinga Bentuk dan ukuran dalam batas Bentuk dan ukuran dalam batas
normal, hematoma (-), nyeri tarik normal, hematoma (-), nyeri tarik
aurikula (-) aurikula (-)
3. Liang telinga Serumen (-), hiperemis (-), Serumen (-), hiperemis (-),
furunkel (-), edema (-), sekret (-) furunkel (-), edema (-), sekret(-)

4. Membran timpani Retraksi (-), bulging (-), hiperemi Retraksi (-), bulging (-), hiperemi
(-), edema (-), perforasi (-), (-), edema (-), perforasi (-),
kolesteatom (-), cone of light (+) kolesteatom (-), cone of light (-)

MT intak MT intak
Cone of light (+) Cone of light (+)

Pemeriksaan hidung

Pemeriksaan
Hidung Kanan Hidung Kiri
Hidung
Hidung luar Bentuk normal, hiperemi (-), nyeri Bentuk normal, hiperemi (-), nyeri
tekan (-), deformitas (-) tekan (-),deformitas (-)
Rinoskopi Anterior
Vestibulum nasi Normal, ulkus (-) Normal, ulkus (-)

Cavum nasi Bentuk normal, edema mukosa (-) Bentuk normal, edema mukosa (-)
sekret mukoid (-) sekret mukoid (-)
Meatus nasi media Edema (-) hipertrofi (-) Edema (-) hipertrofi (-)
Konka nasi inferior Hipertrofi (-), kongesti (-) Hipertrofi (-), kongesti (-)
Septum nasi Deviasi (-), benda asing(-), Deviasi (-), benda asing(-),
perdarahan (-), ulkus (-) perdarahan (-), ulkus (-)
Pemeriksaan Sinus Paranasalis
Inspeksi dan Palpasi sinus maksilaris dan sinus frontalis
Tidak ditemukan kelainan pada inspeksi.
Tidak ditemukan kelainan pada palpasi. Tidak terdapat nyeri tekan di area sinus
frontalis, sinus ethmoidalis, sinus sphenoidalis dan sinus maksilaris

Pemeriksaan Tenggorokan

Bibir & mulut Mukosa bibir & mulut basah, berwarna merah muda (N)
Geligi Tidak ada lubang atau tanda infeksi pada gigi rahang atas.
Lidah Tidak ada ulkus, pseudomembrane (-)
Uvula Bentuk normal, hiperemi (-), edema (-), pseudomembran (-)
Palatum mole Ulkus (-), hiperemi (-)
Faring Mukosa hiperemi (-)
Tonsila palatina Kanan: T1, Hiperemi (-), detritus (-), permukaan tidak rata (+), kripte
melebar (-)
Kiri: T1, Hiperemi (-), detritus (-),permukaan tidak rata (+), kripte
melebar (-)

3.4 Pemeriksaan Penunjang


Diagnostik:
 CT Scan Leher (Laring)
Interpretasi : massa laring infraglotis setinggi proyeksi VC 6, menyebabkan
penyempitan airway setinggi C6, invasi keluar dinding dan soft tissur (-),
destruksi kartilago (-)
 Biopsi laring
Hasil menunjukkan karsinoma sel skuamousa berdifferensiasi dengan baik

3.4 Assesment
Ca Laring dengan derajat obstruksi saluran nafas Stadium II

3.5 Planning Terapi


Dalam mengatasi sumbatan laring prinsipnya adalah untuk mengatasi jalan nafas lancar
kembali. Pasien yang telah mengalami sumbatan jalan nafas stadium 2 maka tindakan
yang direncanakan adalah intubasi endotrakea dan trakeostomi.

3.7 KIE
1. Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit yang diderita.
2. Menjelaskan kepada pasien mengenai penyebab terjadinya penyakit ini.
3. Menjelaskan tindakan penanganan yang akan dilakukan.
4. Menjelaskan komplikasi yang dapat terjadi dan bahayanya apabila tidak ditangani dengan
benar
5. Menjelaskan tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya
penyakit ini kembali.

5.4 Prognosis
Quo Ad Vitam : malam

Quo Ad Functionam : malam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Anatomi dan Fisiologi Laring

Laring adalah bagian dari saluran pernafasan bagian atas yang merupakan suatu
rangkaian tulang rawan yang berbentuk corong dan terletak setinggi vertebra cervicalis
IV – VI, dimana pada anak-anak dan wanita letaknya relatif lebih tinggi. Laring pada
umumnya selalu terbuka, hanya kadang-kadang saja tertutup bila sedang menelan
makanan.

Lokasi laring dapat ditentukan dengan inspeksi dan palpasi dimana didapatkannya
kartilago tiroid yang pada pria dewasa lebih menonjol kedepan dan disebut Prominensia
Laring atau disebut juga Adam’s apple atau jakun.

Batas-batas laring berupa sebelah kranial terdapat Aditus Laringeus yang


berhubungan dengan Hipofaring, di sebelah kaudal dibentuk oleh sisi inferior kartilago
krikoid dan berhubungan dengan trakea, di sebelah posterior dipisahkan dari vertebra
cervicalis oleh otot-otot prevertebral, dinding dan cavum laringofaring serta disebelah
anterior ditutupi oleh fascia, jaringan lemak, dan kulit. Sedangkan di sebelah lateral
ditutupi oleh otot-otot sternokleidomastoideus, infrahyoid dan lobus kelenjar tiroid.

Laring berbentuk piramida triangular terbalik dengan dinding kartilago tiroidea di


sebelah atas dan kartilago krikoidea di sebelah bawahnya. Os Hyoid dihubungkan
dengan laring oleh membrana tiroidea. Tulang ini merupakan tempat melekatnya otot-
otot dan ligamenta serta akan mengalami osifikasi sempurna pada usia 2 tahun.

Secara keseluruhan laring dibentuk oleh sejumlah kartilago, ligamentum dan otot-
otot.

1.1 Kartilago laring


Kartilago laring terbagi atas 2 (dua) kelompok, yaitu :
1. Kelompok kartilago mayor, terdiri dari :
Kartilago Tiroidea, 1 buah
Kartilago Krikoidea, 1 buah
Kartilago Aritenoidea, 2 buah
2. Kartilago minor, terdiri dari :
Kartilago Kornikulata Santorini, 2 buah
Kartilago Kuneiforme Wrisberg, 2 buah
Kartilago Epiglotis, 1 buah
Gambar 1. Tulang dan kartilago laring tampak lateral

Gambar 2. Tulang dan Kartilago Laring tampak Sagital

Gambar 3. Tulang dan Kartilago Laring tampak Posterior

1.1 Otot laring


Otot–otot laring terbagi dalam 2 (dua) kelompok besar yaitu otot-otot ekstrinsik dan
otot-otot intrinsik yang masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda.
 Otot-otot ekstrinsik.
Otot-otot ini menghubungkan laring dengan struktur disekitarnya. Kelompok
otot ini menggerakkan laring secara keseluruhan.

Terbagi atas :
1. Otot-otot suprahioid yaitu :
- M. Stilohioideus
- M. Milohioideus
- M. Geniohioideus
- M. Digastrikus
1. Otot-otot infrahioid yaitu :
- M. Omohioideus
- M. Sternohioideus
- M. Tirohioideus

The Extrinsic Muscles

 Otot-otot intrinsik
Menghubungkan kartilago satu dengan yang lainnya. Berfungsi menggerakkan
struktur yang ada di dalam laring terutama untuk membentuk suara dan bernafas.
Otot-otot pada kelompok ini berpasangan kecuali m. interaritenoideus yang
serabutnya berjalan transversal dan oblik. Fungsi otot ini dalam proses pembentukkan
suara, proses menelan dan berbafas. Bila m. interaritenoideus berkontraksi, maka otot
ini akan bersatu di garis tengah sehingga menyebabkan adduksi pita suara.
Yang termasuk dalam kelompok otot intrinsik adalah :
1. Otot-otot adduktor :
M. Krikoaritenoid lateral
M. tiroepiglotika
M. Ariepiglotika
M. aritenoid transversum
Berfungsi untuk menutup pita suara.
2. Otot-otot abduktor :
M. Krikoaritenoideus posterior
Berfungsi untuk membuka pita suara.
3. Otot-otot tensor :
Tensor Internus : M. Tiroaritenoideus dan M. Vokalis
Tensor Eksternus : M. Krikotiroideus
Mempunyai fungsi untuk menegangkan pita suara. Pada orang tua, m. tensor
internus kehilangan sebagian tonusnya sehingga pita suara melengkung ke lateral
mengakibatkan suara menjadi lemah dan serak.
Cavum laring dapat dibagi menjadi sebagai berikut :
1. Supraglotis (vestibulum superior),
yaitu ruangan diantara permukaan atas pita suara palsu dan inlet laring
2. Glotis (pars media),
yaitu ruangan yang terletak antara pita suara palsu dengan pita suara sejati serta
membentuk rongga yang disebut ventrikel laring Morgagni.
3. Infraglotis (pars inferior),
yaitu ruangan diantara pita suara sejati dengan tepi bawah kartilago krikoidea.

Beberapa bagian penting dari dalam laring :


 Aditus Laringeus
Pintu masuk ke dalam laring yang dibentuk di anterior oleh epiglotis, lateral oleh
plika ariepiglotika, posterior oleh ujung kartilago kornikulata dan tepi atas m.
aritenoideus.
 Rima Vestibuli.
Merupakan celah antara pita suara palsu.
 Rima glottis
Di depan merupakan celah antara pita suara sejati, di belakang antara prosesus vokalis
dan basis kartilago aritenoidea
 Vallecula
Terdapat diantara permukaan anterior epiglotis dengan basis lidah, dibentuk oleh plika
glossoepiglotika medial dan lateral.
 Plika Ariepiglotika
Dibentuk oleh tepi atas ligamentum kuadringulare yang berjalan dari kartilago
epiglotika ke kartilago aritenoidea dan kartilago kornikulata.
 Sinus Pyriformis (Hipofaring)
Terletak antara plika ariepiglotika dan permukaan dalam kartilago tiroidea.
 Incisura Interaritenoidea
Suatu lekukan atau takik diantara tuberkulum kornikulatum kanan dan kiri.
 Vestibulum Laring
Ruangan yang dibatasi oleh epiglotis, membrana kuadringularis, kartilago aritenoid,
permukaan atas proc. vokalis kartilago aritenoidea dan m.interaritenoidea.3
 Plika Ventrikularis (pita suara palsu)
Yaitu pita suara palsu yang bergerak bersama-sama dengan kartilago aritenoidea
untuk menutup glottis dalam keadaan terpaksa, merupakan dua lipatan tebal dari
selaput lendir dengan jaringan ikat tipis di tengahnya.
 Ventrikel Laring Morgagni (sinus laringeus)
Yaitu ruangan antara pita suara palsu dan sejati. Dekat ujung anterior dari ventrikel
terdapat suatu divertikulum yang meluas ke atas diantara pita suara palsu dan
permukaan dalam kartilago tiroidea, dilapisi epitel berlapis semu bersilia dengan
beberapa kelenjar seromukosa yang fungsinya untuk melicinkan pita suara sejati,
disebut appendiks atau sakulus ventrikel laring.
 Plika Vokalis (pita suara sejati)
Terdapat di bagian bawah laring. Tiga per lima bagian dibentuk oleh ligamentum
vokalis dan celahnya disebut intermembranous portion, dan dua per lima belakang
dibentuk oleh prosesus vokalis dari kartilago aritenoidea dan disebut
intercartilagenous portion.
1.1 Persarafan Laring

Laring dipersarafi oleh cabang N. Vagus yaitu Nn. Laringeus Superior dan Nn. Laringeus
Inferior (Nn. Laringeus Rekuren) kiri dan kanan.

 Nn. Laringeus Superior


Meninggalkan N. vagus tepat di bawah ganglion nodosum, melengkung ke
depan dan medial di bawah A. karotis interna dan eksterna yang kemudian akan
bercabang dua, yaitu :
- Cabang Interna ; bersifat sensoris, mempersarafi vallecula, epiglotis,
sinus pyriformis dan mukosa bagian dalam laring di atas pita suara sejati.
- Cabang Eksterna ; bersifat motoris, mempersarafi m. Krikotiroid dan m.
Konstriktor inferior.
 N. Laringeus Inferior (N. Laringeus Rekuren).
Berjalan dalam lekukan diantara trakea dan esofagus, mencapai laring tepat di
belakang artikulasio krikotiroidea. N. laringeus yang kiri mempunyai perjalanan
yang panjang dan dekat dengan Aorta sehingga mudah terganggu.
Merupakan cabang N. vagus setinggi bagian proksimal A. subklavia dan berjalan
membelok ke atas sepanjang lekukan antara trakea dan esofagus, selanjutnya akan
mencapai laring tepat di belakang artikulasio krikotiroidea dan memberikan
persarafan:
Sensoris, mempersarafi daerah sub glotis dan bagian atas trakea
Motoris, mempersarafi semua otot laring kecuali M. Krikotiroidea

1.1 Vaskularisasi Laring

Laring mendapat perdarahan dari cabang A. Tiroidea Superior dan Inferior sebagai A.
Laringeus Superior dan Inferior.
 Arteri Laringeus Superior
Berjalan bersama ramus interna N. Laringeus Superior menembus membrana tirohioid
menuju ke bawah diantara dinding lateral dan dasar sinus pyriformis.
 Arteri Laringeus Inferior
Berjalan bersama N. Laringeus Inferior masuk ke dalam laring melalui area Killian
Jamieson yaitu celah yang berada di bawah M. Konstriktor Faringeus Inferior di dalam
laring beranastomose dengan A. Laringeus Superior dan memperdarahi otot-otot dan
mukosa laring.

Darah vena dialirkan melalui V. Laringeus Superior dan Inferior ke V. Tiroidea Superior
dan Inferior yang kemudian akan bermuara ke V. Jugularis Interna.

Laring mempunyai 3 (tiga) sistem penyaluran limfe, yaitu :


Daerah bagian atas pita suara sejati, pembuluh limfe berkumpul membentuk saluran yang
menembus membrana tiroidea menuju kelenjar limfe cervical superior profunda. Limfe ini
juga menuju ke superior dan middle jugular node. Daerah bagian bawah pita suara sejati
bergabung dengan sistem limfe trakea, middle jugular node, dan inferior jugular node.
Bagian anterior laring berhubungan dengan kedua sistem tersebut dan sistem limfe
esofagus. Sistem limfe ini penting sehubungan dengan metastase karsinoma laring dan
menentukan terapinya.

Laring mempunyai 3 (tiga) fungsi dasar yaitu fonasi, respirasi dan proteksi disamping
beberapa fungsi lainnya seperti terlihat pada uraian berikut :
1. Fungsi Fonasi.
Pembentukan suara merupakan fungsi laring yang paling kompleks. Suara dibentuk karena
adanya aliran udara respirasi yang konstan dan adanya interaksi antara udara dan pita suara.
Nada suara dari laring diperkuat oleh adanya tekanan udara pernafasan subglotik dan vibrasi
laring serta adanya ruangan resonansi seperti rongga mulut, udara dalam paru-paru, trakea,
faring, dan hidung. Nada dasar yang dihasilkan dapat dimodifikasi dengan berbagai cara.
Otot intrinsik laring berperan penting dalam penyesuaian tinggi nada dengan mengubah
bentuk dan massa ujung-ujung bebas dan tegangan pita suara sejati.

2. Fungsi Proteksi.
Benda asing tidak dapat masuk ke dalam laring dengan adanya reflek otot-otot yang bersifat
adduksi, sehingga rima glotis tertutup. Pada waktu menelan, pernafasan berhenti sejenak
akibat adanya rangsangan terhadap reseptor yang ada pada epiglotis, plika ariepiglotika, plika
ventrikularis dan daerah interaritenoid melalui serabut afferen N. Laringeus Superior. Sebagai
jawabannya, sfingter dan epiglotis menutup. Gerakan laring ke atas dan ke depan
menyebabkan celah proksimal laring tertutup oleh dasar lidah. Struktur ini mengalihkan
makanan ke lateral menjauhi aditus dan masuk ke sinus piriformis lalu ke introitus esofagus.

3. Fungsi Respirasi.
Pada waktu inspirasi diafragma bergerak ke bawah untuk memperbesar rongga dada dan M.
Krikoaritenoideus Posterior terangsang sehingga kontraksinya menyebabkan rima glotis
terbuka. Proses ini dipengaruhi oleh tekanan parsial CO 2 dan O2 arteri serta pH darah. Bila
pO2 tinggi akan menghambat pembukaan rimaglotis, sedangkan bila pCO2 tinggi akan
merangsang pembukaan rima glotis. Hiperkapnia dan obstruksi laring mengakibatkan
pembukaan laring secara reflektoris, sedangkan peningkatan pO2 arterial dan hiperventilasi
akan menghambat pembukaan laring. Tekanan parsial CO2 darah dan pH darah berperan
dalam mengontrol posisi pita suara.

1. Tumor Jinak Laring

Tumor jinak laring tidak banyak ditemukan, hanya kurang lebih 5% dari semua jenis
tumor laring. Tumor jinak laring dapat berupa :1

 Papiloma laring

 Adenoma
 Kondroma

 Mioblastoma sel granuler

 Hemangioma

 Lipoma

 Neurofibroma

2.1. Anamnesis
Keluhan yang paling umum dikeluhkan dari pasien penderita tumor jinak laring adalah
keluhan disfonia atau adanya gangguan suara. Keluhan gangguan suara dapat berupa suara
parau yaitu terdengar suara terdengar kasar (roughness) dengan nada lebih rendah dari
biasanya, suara lemah (hipofonia), hilang suara (afonia), suara terdiri dari beberapa nada
(diplofonia), nyeri saat bersuara (odinofonia) atau ketidakmampuan mencapai nada tertentu.
Selain itu keluhan lain juga dirasakan seperti suara serak, terasa adanya sesuatu di
tenggorokan, dyspnea, suara napas stridor, disfagia, dan bisa sampai menyebabkan obstruksi
jalan napas.2

1.2 Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan fisik awal pada kasus yang diduga tumor jinak laring dapat dilakukan dengan
laringoskopi indirek. Lokasi tersering dari tumor pada laring berada di supraglotis diikuti
glottis dan subglotis. Informasi yang didapat dari laringoskopi indirek belum dapat
menyimpulkan suatu diagnosis tumor laring sehingga diperlukan pemeriksaan penunjang.

2.3. Diagnosis

1. Papiloma laring

Papiloma adalah tumor jinak epitel yang disebabkan oleh infeksi Human Papilloma
Virus (HPV). Papiloma adalah neoplasma jinak yang paling umum yang
mempengaruhi laring dan saluran pernapasan bagian atas. Degenerasi ganas untuk
karsinoma sel skuamosa dapat terjadi, tapi sangat jarang. Prevalensi keseluruhan
berkisar dari 2 per 100.000 orang dewasa menjadi 4,5 per 100.000 anak. Dengan
demikian, lebih dari 10.000 orang Amerika menderita papiloma pernapasan.

Tumor ini dapat digolongkan dalam 2 jenis :


a. Papiloma laring juvenile, ditemukan pada anak, biasanya berbentuk multiple dan
mengalami regresi pada waktu dewasa. Tumor ini dapat tumbuh pada pita suara
bagian anterior atau daerah subglotik. Dapat pula tumbuh di plika ventrikularis
atau aritenoid. Secara makroskopik bentuknya seperti buah murbei, berwarna
putih kelabu dan kadang – kadang kemerahan, jaringan tumor ini sangat rapuh
dan kalau dipotong tidak menyebabkan perdarahan. Sifat yang menonjol dari
tumor ini ialah sering tumbuh lagi setelah diangkat, sehingga operasi
pengangkatan harus dilakukan berulang – ulang.

b. Pada orang dewasa biasanya berbentuk tunggal, tidak akan mengalami resolusi
dan merupakan prekanker.

Papiloma merupakan neoplasma bukan reaksi dari stimulus inflamasi kronik.


Agen penyebab dari papiloma adalah human papilloma virus (HPV) terutama HPV 6
dan HPV 11. Transformasi papilloma ke bentuk malignansi sangat jarang ditemukan
pada bentuk juvenile tetapi lebih sering ditemukan pada orang dewasa.

Tanda dan gejala utama dari papiloma laring adalah suara parau. Kadang –
kadang terdapat pula batuk. Apabila papiloma telah menutup rima glottis maka timbul
sesak napas dengan stridor.
Tampakkan endoskopik khas dari papiloma laring adalah bahwa adanya
tonjolan lembut, berwarna kemerahan - merah muda, lesi seperti buah raspberry
meliputi area besar glotis dan supraglottis. Umumnya, lesi pertama kali muncul
pada pita suara.

Meskipun papilomas merupakan tumor yang jinak, pertumbuhan yang


cepat mereka dapat menyebabkan obstruksi jalan napas yang dapat menyebabkan
sesak napas jika tidak diobati. Tindakan trakeostomi mungkin diperlukan dalam
beberapa kasus, tetapi dihindari mengingat biaya yang mahal. Papiloma dapat
mempengaruhi pita suara dan/atau epiglotis, dan kadang-kadang dapat menyebar
distal untuk melibatkan trakea atau bronkus. Pengobatan biasanya terdiri dari
melakukan laringoskopi secara berkala dengan operasi pengangkatan
menggunakan karbon dioksida laser (CO2). Karena hidup virus dalam jaringan
muncul normal di sekitarnya papiloma, kekambuhan mungkin terjadi, sehingga
pengangkatan berulang dengan endoskopi sering diperlukan. Beberapa anak
mungkin memerlukan eksisi 1 sampai 2 kali sebulan (biasanya dilakukan sebagai
pasien rawat jalan). Papiloma mungkin bisa terjadi regresi spontan pada masa
pubertas, meskipun banyak anak-anak memerlukan pengobatan seumur hidup.
Tidak dianjurkan untuk memberikan radioterapi, oleh karena papiloma
dapat berubah menjadi ganas.
Karena sifat agresif penyakit pada individu tertentu, terapi ajuvan telah
dicari untuk pengobatan papiloma rekurensi. Pilihan seperti radiasi, vaksinasi, terapi
photodynamic, dan berbagai agen kemoterapi telah dicoba. Sejak diperkenalkannya
terapi laser di - kantor dengan PDL, terapi ajuvan belum diperlukan untuk
pengobatan papiloma. Pilihan seperti radiasi, vaksinasi, terapi photodynamic, dan
berbagai agen kemoterapi telah dicoba.
Interferon secara alami diproduksi zat dalam tubuh yang digunakan untuk
melawan infeksi dan tumor. versi sintetis juga tersedia. Meskipun beberapa peneliti
telah melaporkan keberhasilan dengan penggunaan interferon untuk pengobatan
RRP agresif, efek samping yang sering seperti kelelahan, pusing, malaise, nyeri
tubuh, sakit kepala dan demam, serta kecenderungan untuk papiloma untuk kambuh
setelah interferon yang memiliki dihentikan, telah dicegah yang digunakan tersebar
luas.8
Indole-3-carbinol, turunan alami dari sayuran (kol dan brokoli), telah
ditunjukkan untuk mengubah pola pertumbuhan RRP. Tampaknya menjadi aman
dan ditoleransi dengan baik dan dapat membuktikan menjadi terapi tambahan yang
layak untuk RRP agresif pada pasien tertentu.
Metotreksat milik kelas dari agen kemoterapi yang disebut
antimetabolites. Ini blok obat enzim (dihydrofolate reduktase) yang dibutuhkan oleh
sel-sel tumor untuk hidup. Sejak pertumbuhan sel-sel tubuh yang normal juga akan
terpengaruh, efek samping juga dapat terjadi (masalah darah, hati, atau ginjal, diare,
kehilangan rambut, orang lain). Beberapa peneliti telah melaporkan manfaat klinis
dengan penggunaan adjunctive metotreksat pada pasien tertentu dengan RRP
agresif. Penelitian tambahan diperlukan, namun, untuk selanjutnya menentukan
keberhasilan terapinya.
Sidofovir simerupakan obat antivirus yang digunakan untuk mengobati
infeksi virus. Penggunaan terbaru dari obat ini dalam mengobati RRP telah
menunjukkan beberapa janji. Untuk mengobati RRP, sidofovir telah disuntikkan
langsung ke papilloma (lokal) pada saat endoskopi. Tidak ada dilaporkan efek
samping yang serius untuk pengetahuan kita dan beberapa pasien telah mengalami
regresi papilloma lengkap setelah beberapa suntikan.
2. Hemangioma Laring
Tumor ini lebih sering ditemukan pada anak-anak dibandingkan dengan orang
dewasa. Hemangioma sering ditemukan kuadran posterior lateral kiri dari subglottis
(meskipun bisa muncul dimanapun di daerah laring), plika vokalis.
Kejadian hemangioma laring pada orang dewasa tidak diketahui karena
kelangkaan laporan kasus; Sebaliknya kejadian pada bayi 4-5%. Patogenesis adalah
berhubungan dengan ketidakseimbangan faktor vaskulogenik positif dan negatif yang
berpuncak pada proliferasi haemangioma. Umumnya, hemangioma mengalami
ekspansi (fase proliferasi) pada 5 bulan pertama kehidupan, ini diikuti dengan regresi
(fase involusi) dari lesion. Bila lesi gagal berinvolusi, akan menghasilkan
hemangioma persisten dan membentuk platform untuk proliferasi tanpa hambatan.
Kebanyakan gejala umum termasuk disfagia, disfonia dan sesak napas. Dapat
juga terjadi stridor bifasik, memburuk ketika anak menangis (hemangioma menjadi
penuh dengan darah), juga terjadi perdarahan pada laring.
Endoskopi hampir selalu digunakan untuk mendiagnosis hemangioma laring.
Pemeriksaan lain seperti Magnetic Resonance Imaging (MRI) dengan kontras dan angiografi
biasanya digunakan untuk tumor yang besar dan untuk pasien dengan gejala pernapasan.
Biopsy tidak disarankan karena dapat beresiko memperparah perdarahan.13
Tatalaksana berupa eksisi jaringan tumor, menggunakan bedah laring mikroskopik
dengan CO2 atau Laser YAG. Faringotomi lateral juga dapat dilakukan sebagai terapi pada
hemangioma.

3. Kondroma Laring
Kondroma merupakan lesi yang pertumbuhannya lambat (Slow growing lession) yang
tersusun atas kartilago hialin. Lebih sering ditemukan pada wanita dibandingkan dengan pria
dengan dengan rasio 1 : 4. Tidak ada penyebab definitif dari kondroma laring, umumnya
diakibatkan osifikasi kartilago laring yang ireguler. Faktor penyebab lain yaitu radioterapi.
Pada umumnya, kondroma laring muncul pada internal posterior kartilago krikoid (kartilago
hyaline), juga muncul dari kartilago thyroid, kartilago arytenoids, kartilago epiglottic
(katilago elastic).
Gejala klinis yang sering ditemukan adalah suara serak yang diakibatkan kekakuan
dari pita suara, dyspnea untuk letak lesi di subglotik, disfagia untuk lesi pada posterior
cricoid, dan sensasi globus. Pada pemeriksaan dengan laringoskopi tampak massa yang halus,
lunak,terfiksasi, dan biasanya tertutup oleh mukosa yang normal. Pemeriksaan penunjang
pada kondroma laring dapat dilakukan dengan biopsy dan pada pemeriksaan CT scan leher
ditemukan adanya kalsifikasi
Terapi pada kondroma yaitu tindakan eksisi komplit pada tumor dengan endoskopi.
Jika pengangkatan tumor memerlukan reseksi sebagian dari cricoids ring, meninggalkan
laring tidk stabil dan rawan kolaps, maka total laringektomi biasanya dilakukan.

4. Mioblastoma sel granular


Mioblastoma sel granuler atau Granular Cell Tumor (GCT) merupaka tumor jinak,
tumbuh perlahan yang berasal dari sel Schwann. Dapat tumbuh pada beberapa bagian tubuh
dan 50% kasus terjadi di area kepala dan leher. Pada laring kasus GCT sangat langka dan
dilaporkan hanya 3% dari 10% kasus yang ada. GCT laring merupakan tumor yang
berukuran kecil, berbentuk bulat, berbatas tegas yang dilapisi submukosa berwarna abu- abu
atau kuning, mendatar dan memiliki mukosa yang normal. Trauma laring dihubungkan
dengan etiologi dari GCT, apapun itu dalam bentuk trauma fisik ataupun trauma kimia.
Secara klinis, pita suara sejati adalah lokasi yang paling umum untuk laring
mioblastoma sel granuler, tetapi keterlibatan aritenoid, anterior komisura, pita suara
palsu, subglottis juga pernah dilaporkan. Gejala laring tergantung pada ukuran dan
tempat lesi, dan yang paling sering dysphonia atau suara serak yang kronis gejala
langka termasuk stridor, hemoptisis, disfagia, otalgia, tetapi tumor ini juga mungkin
asimtomatik dan ditemukan hanya selama pemeriksaan fisik rutin.

Prosedur pengangkatan mioblastoma sel granular laring bergantung pada lokasi dan
luasnya lesi. Eksisi local dengan laringoskop atau endoskopi dilakukan pada tumor dengan
ukuran kecil, sedangkan laryngofissure, laringektomi parsial dan irradiasi dilakukan pada
tumor dengan ukuran besar. Eksisi local dapat memberikan hasil yang baik dalam
pemeliharaan struktur normal, tetapi masih memungkinkan terjadinya rekurensi. Mungkin
dapat muncul lesi baru.

5. Lipoma laring
Lipoma merupakan tumor jaringan mesenkimal yang sangat jarang terjadi dalam
bidang THT seperti laring. Presentasi kejadian lipoma laring hanya 0,6% dari semua tumor
jinak pada bidang THT. Penyebab dari lipoma laring belum diketahui. Beberapa peneliti
berpendapat bahwa lipoma dapat muncul dari embriogenetik sel lipoblast atau metaplasia dari
sel otot dan pendapat lain yaitu lipoma mungkin terjadi diakibatkan factor endockrin, trauma,
infeksi atau kondisi iritasi kronik. Pada pemeriksaan fisik, tumor tampak seperti massa
pedunculata, seperti kista dengan permukaan yang halus dan berlobulus, berkapsul, dan
terbungkus mukosa normal berwarna merah muda – kekuningan..
Gejala dari lipoma laring berupa disfagia, disfonia, obstruksi jalan napas akut, suara
serak, dan sensasi adanya sesuatu di dalam tenggorokan. Beberapa pasien hanya
mengeluhkan suara serak dan dyspnea.19
Penggunaan endoskopi pada lipoma laring bervariasi dari masa submukosa sampai
polipoid intraluminal. Diagnosis menjadi lebih mudah dengan pencitraan. Pada CT scan,
lipoma memiliki tampakan lesi homogen dengan densitas lebih rendah dari air. Akurasi CT
scan 75-90%. MRI lebih baik digunakan dari CT scan karena dianggap lebih baik dalam
pemeriksaan jaringan lunak.
Tumor dengan ukuran kecil dapat dihilangkan melalui laringoskop direk dengan
bantuan mikroskop sedangkan untuk tumor yang lebih besar, memerlukan tindakan eksternal
(lateral faringotomi, laringofissura, sub-hyoid faringotomi). Perlu diketahui, eksisi harus
dilakukan tanpa meninggalkan sisa jaringan tumor untuk menghindari terjadinya rekurensi.

6. Adenoma Laring
Adenoma merupakan tumor yang berasal dari glandula saliva. Lesi ini jarang
ditemukan pada laring. Ketika terdapat adenoma pada laring, tempat paling sering ditemukan
yaitu pada epiglottis (beberapa artikel menyebutkan subglotis).20
Gejala yang dapat muncul pada pasien dengan adenoma laring termasuk dispnea,
disfonia, suara serak dan disfagia. Distress pernapasan mungkin belum terlihat pada awal
munculnya tumor, namun selanjutnya dapat muncul seirirng bertambahnya ukuran tumor.
Pemeriksaan laringoskop direk dilakukan untuk menentukan diagnosis.
Pemeriksaan histopatologi dianggap perlu untuk mendiagnosis sebelum dilakukan
eksisi bedah. Terdapat resiko rekurensi atau penyebaran dari adenoma pada laring dan
menjadi pertimbangan dalam melakukan biopsy insisi maupun eksisi. Dengan
penelitian yang dilakukan bertahun – tahun didapat kesimpulan bahwa pilihan
pengobatan adalah dengan eksisi tumor.
Eksisi yang dilakukan pada adenoma laring termasuk faringotomi, laringofisur dan
penggunaan laser. Epiglotektomi melalui faringotomi lateral dilaporkan pada kasus epiglotic
mixed tumor. Terapi radiasi dapat dipertimbangkan pada kasus tumor laring seperti adenoma.
Dapat dilakukan jika ada kontraindikasi pembedahan yang disebabkan kondisi umum pasien.
Tidak ada laporan yang menyatakan bahwa terapi radiasi menyebabkan rekurensi.

7. Neurofibroma laring
Neurofibroma merupakan tumor penyebab obstruksi saluran napas bagian atas yang
jarang ditemukan. Lebih banyak ditemukan pada pasien anak – anak. Tumor ini
berasal dari proliferasi menyimpang sel Schwann, fibroblast dan sel perineural dan
juga memiliki hubungan dengan neurofibromatosis -1 (NF-1) dan Neurofibromatosis-
2 (NF-2).
Tanda dan gejala dari neurofibroma laring bergantung pada lokasi dan ukuran tumor.
Biasanya pasien mengeluhkan benjolan di tenggorokan, disfagia, perubahan suara,
stridor dan dyspnea. Pada umumnya tumor jenis ini tumbuh di region supraglotis
dengan mayoritas melibatkan arytenoids dan aryepiglotic fold diikuti pita suara palsu
karena pada area ini kaya akan plexus saraf terminal. Pemeriksaan menggunakan
laringoskop menunjukkan massa pada submukosa, halus, kaya akan vaskularisasi,
paling umum di daerah supraglotis.
Terapi pilihan untuk neurofibroma laring adalah dengan operasi pengangkatan tumor.
Eksisi tumor menggunakan laringoskop atau melalui eksternal dapat dilakukan.
Faringotomi lateral atau tyrotomi lateral bisa dilakukan untuk membuat akses ke lesi
tumor. Kadang – kadang diperlukan tindakan trakeostomi untuk menjaga jalan napas
ketika prosedur tersebut dilakukan.

Gambar
2.3. Komplikasi
Komplikasi dapat timbul dari penyakit dan tindakan pembedahan seperti stenosis
posterior glottis, stenosis anterior glottis, stenosis subglotis ataupun stenosis trakea.
Komplikasi intraoperatif termasuk pneumotoraks. Dilaporkan juga bahwa kasus pada
anak dapat membuat perubahan suara yang permanen.
2.4. Prognosis
Setelah diagnosis tumor dibuat, prognosis menjadi lebih bervariasi. Harus
dilakukan pengawasan untuk menentukan agresivitas. Beberapa ahli bedah
menindaklanjuti pasien di klinik, menilai kebutuhan untuk prosedur pembedahan
berikutnya berdasarkan gejala pasien seperti obstruksi saluran napas dan pada apa yang
diamati melalui laringoskop.

3. Tumor Ganas Laring

Anda mungkin juga menyukai