TUMOR LARING
Disusun oleh :
NUR RAHMADINA
NPM 1102014200
Pembimbing :
LAPORAN KASUS
Nama : Tn M
Umur : 49 tahun
Agama : Islam
I.2. ANAMNESIS
Aloanamnesis
Keluhan Utama
Keluhan Tambahan
Suara serak, sulit menelan, sesak saat aktivitas berat, dan berat badan
menurun. Keluhan mual, muntah dan pusing disangkal.
Pasien datang ke poli THT dengan keluhan sakit tenggorokkan sejak 3 bulan
yang lalu, sakit tenggorokkan dirasakan semakin berat setiap harinya. Sakit
tenggorokkan terasa seperti di tusuk, dirasakan terutama saat sedang makan. Pasien
mengeluhkan sulit menelan sejak 3 bulan SMRS. Pasien sehari-hari masih makan
nasi, namun dibantu dengan air.
Selain itu pasien mengeluhkan suaranya serak sejak 4 bulan SMRS. Keluhan suara
serak tidak mengalami perbaikan sampai sekarang, walaupun pasien sudah berusaha
meminum obat batuk.
Pasien mengeluhkan akhir-akhir ini ada sesak saat melakukan aktivitas berat. Namun
pasien masih dapat naik-turun tangga. Selain itu pasien mengeluhkan berat badannya
menurun sejak 4 bulan SMRS. Awalnnya berat pasien 65 kg turun menjadi 55 kg dalam 3
bulan SMRS.
Keluhan batuk pilek, batuk, pusing, mual dan muntah juga disangkal oleh pasien.
Riwayat Pengobatan
Tidak ada
Riwayat keluarga hipertensi, kencing manis atau diabetes, dan kanker disangkal oleh
pasien. Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien
Riwayat Kebiasaan
Pasien adalah seorang perokok aktif, pasien merokok 1 bungkus setiap harinya sejak
lama. Pasien lupa kapan persisnya dia mulai merokok. Semenjak memberatnya keluhan,
pasien berhenti merokok sejak 1 minggu SMRS.
Tanda-tanda Vital
Nadi : 113x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 36,8oC
Status Lokalis
Pemeriksaan telinga
No Area Telinga Kanan Telinga Kiri
.
1. Tragus Nyeri tekan (-), edema (-) Nyeri tekan (-), edema (-)
2. Daun telinga Bentuk dan ukuran dalam batas Bentuk dan ukuran dalam batas
normal, hematoma (-), nyeri tarik normal, hematoma (-), nyeri tarik
aurikula (-) aurikula (-)
3. Liang telinga Serumen (-), hiperemis (-), Serumen (-), hiperemis (-),
furunkel (-), edema (-), sekret (-) furunkel (-), edema (-), sekret(-)
4. Membran timpani Retraksi (-), bulging (-), hiperemi Retraksi (-), bulging (-), hiperemi
(-), edema (-), perforasi (-), (-), edema (-), perforasi (-),
kolesteatom (-), cone of light (+) kolesteatom (-), cone of light (-)
MT intak MT intak
Cone of light (+) Cone of light (+)
Pemeriksaan hidung
Pemeriksaan
Hidung Kanan Hidung Kiri
Hidung
Hidung luar Bentuk normal, hiperemi (-), nyeri Bentuk normal, hiperemi (-), nyeri
tekan (-), deformitas (-) tekan (-),deformitas (-)
Rinoskopi Anterior
Vestibulum nasi Normal, ulkus (-) Normal, ulkus (-)
Cavum nasi Bentuk normal, edema mukosa (-) Bentuk normal, edema mukosa (-)
sekret mukoid (-) sekret mukoid (-)
Meatus nasi media Edema (-) hipertrofi (-) Edema (-) hipertrofi (-)
Konka nasi inferior Hipertrofi (-), kongesti (-) Hipertrofi (-), kongesti (-)
Septum nasi Deviasi (-), benda asing(-), Deviasi (-), benda asing(-),
perdarahan (-), ulkus (-) perdarahan (-), ulkus (-)
Pemeriksaan Sinus Paranasalis
Inspeksi dan Palpasi sinus maksilaris dan sinus frontalis
Tidak ditemukan kelainan pada inspeksi.
Tidak ditemukan kelainan pada palpasi. Tidak terdapat nyeri tekan di area sinus
frontalis, sinus ethmoidalis, sinus sphenoidalis dan sinus maksilaris
Pemeriksaan Tenggorokan
Bibir & mulut Mukosa bibir & mulut basah, berwarna merah muda (N)
Geligi Tidak ada lubang atau tanda infeksi pada gigi rahang atas.
Lidah Tidak ada ulkus, pseudomembrane (-)
Uvula Bentuk normal, hiperemi (-), edema (-), pseudomembran (-)
Palatum mole Ulkus (-), hiperemi (-)
Faring Mukosa hiperemi (-)
Tonsila palatina Kanan: T1, Hiperemi (-), detritus (-), permukaan tidak rata (+), kripte
melebar (-)
Kiri: T1, Hiperemi (-), detritus (-),permukaan tidak rata (+), kripte
melebar (-)
3.4 Assesment
Ca Laring dengan derajat obstruksi saluran nafas Stadium II
3.7 KIE
1. Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit yang diderita.
2. Menjelaskan kepada pasien mengenai penyebab terjadinya penyakit ini.
3. Menjelaskan tindakan penanganan yang akan dilakukan.
4. Menjelaskan komplikasi yang dapat terjadi dan bahayanya apabila tidak ditangani dengan
benar
5. Menjelaskan tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya
penyakit ini kembali.
5.4 Prognosis
Quo Ad Vitam : malam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Laring adalah bagian dari saluran pernafasan bagian atas yang merupakan suatu
rangkaian tulang rawan yang berbentuk corong dan terletak setinggi vertebra cervicalis
IV – VI, dimana pada anak-anak dan wanita letaknya relatif lebih tinggi. Laring pada
umumnya selalu terbuka, hanya kadang-kadang saja tertutup bila sedang menelan
makanan.
Lokasi laring dapat ditentukan dengan inspeksi dan palpasi dimana didapatkannya
kartilago tiroid yang pada pria dewasa lebih menonjol kedepan dan disebut Prominensia
Laring atau disebut juga Adam’s apple atau jakun.
Secara keseluruhan laring dibentuk oleh sejumlah kartilago, ligamentum dan otot-
otot.
Terbagi atas :
1. Otot-otot suprahioid yaitu :
- M. Stilohioideus
- M. Milohioideus
- M. Geniohioideus
- M. Digastrikus
1. Otot-otot infrahioid yaitu :
- M. Omohioideus
- M. Sternohioideus
- M. Tirohioideus
Otot-otot intrinsik
Menghubungkan kartilago satu dengan yang lainnya. Berfungsi menggerakkan
struktur yang ada di dalam laring terutama untuk membentuk suara dan bernafas.
Otot-otot pada kelompok ini berpasangan kecuali m. interaritenoideus yang
serabutnya berjalan transversal dan oblik. Fungsi otot ini dalam proses pembentukkan
suara, proses menelan dan berbafas. Bila m. interaritenoideus berkontraksi, maka otot
ini akan bersatu di garis tengah sehingga menyebabkan adduksi pita suara.
Yang termasuk dalam kelompok otot intrinsik adalah :
1. Otot-otot adduktor :
M. Krikoaritenoid lateral
M. tiroepiglotika
M. Ariepiglotika
M. aritenoid transversum
Berfungsi untuk menutup pita suara.
2. Otot-otot abduktor :
M. Krikoaritenoideus posterior
Berfungsi untuk membuka pita suara.
3. Otot-otot tensor :
Tensor Internus : M. Tiroaritenoideus dan M. Vokalis
Tensor Eksternus : M. Krikotiroideus
Mempunyai fungsi untuk menegangkan pita suara. Pada orang tua, m. tensor
internus kehilangan sebagian tonusnya sehingga pita suara melengkung ke lateral
mengakibatkan suara menjadi lemah dan serak.
Cavum laring dapat dibagi menjadi sebagai berikut :
1. Supraglotis (vestibulum superior),
yaitu ruangan diantara permukaan atas pita suara palsu dan inlet laring
2. Glotis (pars media),
yaitu ruangan yang terletak antara pita suara palsu dengan pita suara sejati serta
membentuk rongga yang disebut ventrikel laring Morgagni.
3. Infraglotis (pars inferior),
yaitu ruangan diantara pita suara sejati dengan tepi bawah kartilago krikoidea.
Laring dipersarafi oleh cabang N. Vagus yaitu Nn. Laringeus Superior dan Nn. Laringeus
Inferior (Nn. Laringeus Rekuren) kiri dan kanan.
Laring mendapat perdarahan dari cabang A. Tiroidea Superior dan Inferior sebagai A.
Laringeus Superior dan Inferior.
Arteri Laringeus Superior
Berjalan bersama ramus interna N. Laringeus Superior menembus membrana tirohioid
menuju ke bawah diantara dinding lateral dan dasar sinus pyriformis.
Arteri Laringeus Inferior
Berjalan bersama N. Laringeus Inferior masuk ke dalam laring melalui area Killian
Jamieson yaitu celah yang berada di bawah M. Konstriktor Faringeus Inferior di dalam
laring beranastomose dengan A. Laringeus Superior dan memperdarahi otot-otot dan
mukosa laring.
Darah vena dialirkan melalui V. Laringeus Superior dan Inferior ke V. Tiroidea Superior
dan Inferior yang kemudian akan bermuara ke V. Jugularis Interna.
Laring mempunyai 3 (tiga) fungsi dasar yaitu fonasi, respirasi dan proteksi disamping
beberapa fungsi lainnya seperti terlihat pada uraian berikut :
1. Fungsi Fonasi.
Pembentukan suara merupakan fungsi laring yang paling kompleks. Suara dibentuk karena
adanya aliran udara respirasi yang konstan dan adanya interaksi antara udara dan pita suara.
Nada suara dari laring diperkuat oleh adanya tekanan udara pernafasan subglotik dan vibrasi
laring serta adanya ruangan resonansi seperti rongga mulut, udara dalam paru-paru, trakea,
faring, dan hidung. Nada dasar yang dihasilkan dapat dimodifikasi dengan berbagai cara.
Otot intrinsik laring berperan penting dalam penyesuaian tinggi nada dengan mengubah
bentuk dan massa ujung-ujung bebas dan tegangan pita suara sejati.
2. Fungsi Proteksi.
Benda asing tidak dapat masuk ke dalam laring dengan adanya reflek otot-otot yang bersifat
adduksi, sehingga rima glotis tertutup. Pada waktu menelan, pernafasan berhenti sejenak
akibat adanya rangsangan terhadap reseptor yang ada pada epiglotis, plika ariepiglotika, plika
ventrikularis dan daerah interaritenoid melalui serabut afferen N. Laringeus Superior. Sebagai
jawabannya, sfingter dan epiglotis menutup. Gerakan laring ke atas dan ke depan
menyebabkan celah proksimal laring tertutup oleh dasar lidah. Struktur ini mengalihkan
makanan ke lateral menjauhi aditus dan masuk ke sinus piriformis lalu ke introitus esofagus.
3. Fungsi Respirasi.
Pada waktu inspirasi diafragma bergerak ke bawah untuk memperbesar rongga dada dan M.
Krikoaritenoideus Posterior terangsang sehingga kontraksinya menyebabkan rima glotis
terbuka. Proses ini dipengaruhi oleh tekanan parsial CO 2 dan O2 arteri serta pH darah. Bila
pO2 tinggi akan menghambat pembukaan rimaglotis, sedangkan bila pCO2 tinggi akan
merangsang pembukaan rima glotis. Hiperkapnia dan obstruksi laring mengakibatkan
pembukaan laring secara reflektoris, sedangkan peningkatan pO2 arterial dan hiperventilasi
akan menghambat pembukaan laring. Tekanan parsial CO2 darah dan pH darah berperan
dalam mengontrol posisi pita suara.
Tumor jinak laring tidak banyak ditemukan, hanya kurang lebih 5% dari semua jenis
tumor laring. Tumor jinak laring dapat berupa :1
Papiloma laring
Adenoma
Kondroma
Hemangioma
Lipoma
Neurofibroma
2.1. Anamnesis
Keluhan yang paling umum dikeluhkan dari pasien penderita tumor jinak laring adalah
keluhan disfonia atau adanya gangguan suara. Keluhan gangguan suara dapat berupa suara
parau yaitu terdengar suara terdengar kasar (roughness) dengan nada lebih rendah dari
biasanya, suara lemah (hipofonia), hilang suara (afonia), suara terdiri dari beberapa nada
(diplofonia), nyeri saat bersuara (odinofonia) atau ketidakmampuan mencapai nada tertentu.
Selain itu keluhan lain juga dirasakan seperti suara serak, terasa adanya sesuatu di
tenggorokan, dyspnea, suara napas stridor, disfagia, dan bisa sampai menyebabkan obstruksi
jalan napas.2
2.3. Diagnosis
1. Papiloma laring
Papiloma adalah tumor jinak epitel yang disebabkan oleh infeksi Human Papilloma
Virus (HPV). Papiloma adalah neoplasma jinak yang paling umum yang
mempengaruhi laring dan saluran pernapasan bagian atas. Degenerasi ganas untuk
karsinoma sel skuamosa dapat terjadi, tapi sangat jarang. Prevalensi keseluruhan
berkisar dari 2 per 100.000 orang dewasa menjadi 4,5 per 100.000 anak. Dengan
demikian, lebih dari 10.000 orang Amerika menderita papiloma pernapasan.
b. Pada orang dewasa biasanya berbentuk tunggal, tidak akan mengalami resolusi
dan merupakan prekanker.
Tanda dan gejala utama dari papiloma laring adalah suara parau. Kadang –
kadang terdapat pula batuk. Apabila papiloma telah menutup rima glottis maka timbul
sesak napas dengan stridor.
Tampakkan endoskopik khas dari papiloma laring adalah bahwa adanya
tonjolan lembut, berwarna kemerahan - merah muda, lesi seperti buah raspberry
meliputi area besar glotis dan supraglottis. Umumnya, lesi pertama kali muncul
pada pita suara.
3. Kondroma Laring
Kondroma merupakan lesi yang pertumbuhannya lambat (Slow growing lession) yang
tersusun atas kartilago hialin. Lebih sering ditemukan pada wanita dibandingkan dengan pria
dengan dengan rasio 1 : 4. Tidak ada penyebab definitif dari kondroma laring, umumnya
diakibatkan osifikasi kartilago laring yang ireguler. Faktor penyebab lain yaitu radioterapi.
Pada umumnya, kondroma laring muncul pada internal posterior kartilago krikoid (kartilago
hyaline), juga muncul dari kartilago thyroid, kartilago arytenoids, kartilago epiglottic
(katilago elastic).
Gejala klinis yang sering ditemukan adalah suara serak yang diakibatkan kekakuan
dari pita suara, dyspnea untuk letak lesi di subglotik, disfagia untuk lesi pada posterior
cricoid, dan sensasi globus. Pada pemeriksaan dengan laringoskopi tampak massa yang halus,
lunak,terfiksasi, dan biasanya tertutup oleh mukosa yang normal. Pemeriksaan penunjang
pada kondroma laring dapat dilakukan dengan biopsy dan pada pemeriksaan CT scan leher
ditemukan adanya kalsifikasi
Terapi pada kondroma yaitu tindakan eksisi komplit pada tumor dengan endoskopi.
Jika pengangkatan tumor memerlukan reseksi sebagian dari cricoids ring, meninggalkan
laring tidk stabil dan rawan kolaps, maka total laringektomi biasanya dilakukan.
Prosedur pengangkatan mioblastoma sel granular laring bergantung pada lokasi dan
luasnya lesi. Eksisi local dengan laringoskop atau endoskopi dilakukan pada tumor dengan
ukuran kecil, sedangkan laryngofissure, laringektomi parsial dan irradiasi dilakukan pada
tumor dengan ukuran besar. Eksisi local dapat memberikan hasil yang baik dalam
pemeliharaan struktur normal, tetapi masih memungkinkan terjadinya rekurensi. Mungkin
dapat muncul lesi baru.
5. Lipoma laring
Lipoma merupakan tumor jaringan mesenkimal yang sangat jarang terjadi dalam
bidang THT seperti laring. Presentasi kejadian lipoma laring hanya 0,6% dari semua tumor
jinak pada bidang THT. Penyebab dari lipoma laring belum diketahui. Beberapa peneliti
berpendapat bahwa lipoma dapat muncul dari embriogenetik sel lipoblast atau metaplasia dari
sel otot dan pendapat lain yaitu lipoma mungkin terjadi diakibatkan factor endockrin, trauma,
infeksi atau kondisi iritasi kronik. Pada pemeriksaan fisik, tumor tampak seperti massa
pedunculata, seperti kista dengan permukaan yang halus dan berlobulus, berkapsul, dan
terbungkus mukosa normal berwarna merah muda – kekuningan..
Gejala dari lipoma laring berupa disfagia, disfonia, obstruksi jalan napas akut, suara
serak, dan sensasi adanya sesuatu di dalam tenggorokan. Beberapa pasien hanya
mengeluhkan suara serak dan dyspnea.19
Penggunaan endoskopi pada lipoma laring bervariasi dari masa submukosa sampai
polipoid intraluminal. Diagnosis menjadi lebih mudah dengan pencitraan. Pada CT scan,
lipoma memiliki tampakan lesi homogen dengan densitas lebih rendah dari air. Akurasi CT
scan 75-90%. MRI lebih baik digunakan dari CT scan karena dianggap lebih baik dalam
pemeriksaan jaringan lunak.
Tumor dengan ukuran kecil dapat dihilangkan melalui laringoskop direk dengan
bantuan mikroskop sedangkan untuk tumor yang lebih besar, memerlukan tindakan eksternal
(lateral faringotomi, laringofissura, sub-hyoid faringotomi). Perlu diketahui, eksisi harus
dilakukan tanpa meninggalkan sisa jaringan tumor untuk menghindari terjadinya rekurensi.
6. Adenoma Laring
Adenoma merupakan tumor yang berasal dari glandula saliva. Lesi ini jarang
ditemukan pada laring. Ketika terdapat adenoma pada laring, tempat paling sering ditemukan
yaitu pada epiglottis (beberapa artikel menyebutkan subglotis).20
Gejala yang dapat muncul pada pasien dengan adenoma laring termasuk dispnea,
disfonia, suara serak dan disfagia. Distress pernapasan mungkin belum terlihat pada awal
munculnya tumor, namun selanjutnya dapat muncul seirirng bertambahnya ukuran tumor.
Pemeriksaan laringoskop direk dilakukan untuk menentukan diagnosis.
Pemeriksaan histopatologi dianggap perlu untuk mendiagnosis sebelum dilakukan
eksisi bedah. Terdapat resiko rekurensi atau penyebaran dari adenoma pada laring dan
menjadi pertimbangan dalam melakukan biopsy insisi maupun eksisi. Dengan
penelitian yang dilakukan bertahun – tahun didapat kesimpulan bahwa pilihan
pengobatan adalah dengan eksisi tumor.
Eksisi yang dilakukan pada adenoma laring termasuk faringotomi, laringofisur dan
penggunaan laser. Epiglotektomi melalui faringotomi lateral dilaporkan pada kasus epiglotic
mixed tumor. Terapi radiasi dapat dipertimbangkan pada kasus tumor laring seperti adenoma.
Dapat dilakukan jika ada kontraindikasi pembedahan yang disebabkan kondisi umum pasien.
Tidak ada laporan yang menyatakan bahwa terapi radiasi menyebabkan rekurensi.
7. Neurofibroma laring
Neurofibroma merupakan tumor penyebab obstruksi saluran napas bagian atas yang
jarang ditemukan. Lebih banyak ditemukan pada pasien anak – anak. Tumor ini
berasal dari proliferasi menyimpang sel Schwann, fibroblast dan sel perineural dan
juga memiliki hubungan dengan neurofibromatosis -1 (NF-1) dan Neurofibromatosis-
2 (NF-2).
Tanda dan gejala dari neurofibroma laring bergantung pada lokasi dan ukuran tumor.
Biasanya pasien mengeluhkan benjolan di tenggorokan, disfagia, perubahan suara,
stridor dan dyspnea. Pada umumnya tumor jenis ini tumbuh di region supraglotis
dengan mayoritas melibatkan arytenoids dan aryepiglotic fold diikuti pita suara palsu
karena pada area ini kaya akan plexus saraf terminal. Pemeriksaan menggunakan
laringoskop menunjukkan massa pada submukosa, halus, kaya akan vaskularisasi,
paling umum di daerah supraglotis.
Terapi pilihan untuk neurofibroma laring adalah dengan operasi pengangkatan tumor.
Eksisi tumor menggunakan laringoskop atau melalui eksternal dapat dilakukan.
Faringotomi lateral atau tyrotomi lateral bisa dilakukan untuk membuat akses ke lesi
tumor. Kadang – kadang diperlukan tindakan trakeostomi untuk menjaga jalan napas
ketika prosedur tersebut dilakukan.
Gambar
2.3. Komplikasi
Komplikasi dapat timbul dari penyakit dan tindakan pembedahan seperti stenosis
posterior glottis, stenosis anterior glottis, stenosis subglotis ataupun stenosis trakea.
Komplikasi intraoperatif termasuk pneumotoraks. Dilaporkan juga bahwa kasus pada
anak dapat membuat perubahan suara yang permanen.
2.4. Prognosis
Setelah diagnosis tumor dibuat, prognosis menjadi lebih bervariasi. Harus
dilakukan pengawasan untuk menentukan agresivitas. Beberapa ahli bedah
menindaklanjuti pasien di klinik, menilai kebutuhan untuk prosedur pembedahan
berikutnya berdasarkan gejala pasien seperti obstruksi saluran napas dan pada apa yang
diamati melalui laringoskop.