PERITONITIS
GENERALISATA
Disusun Oleh :
Ilham Mahardika (4112021223)
Pembimbing :
Kombes Pol. dr. Sumidi, Sp.B
Keluhan Utama
Nyeri perut yang memberat sejak 1 hari SMRS
Keluhan Tambahan
Batuk kering sejak 2 minggu SMRS
II. ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RS Polri diantar kedua orang tuanya dengan keluhan nyeri
perut yang memberat sejak 1 hari SMRS. Nyeri dirasakan di seluruh perut dengan NPRS
9/10, terus menerus, memburuk ketika pasien beraktivitas, dan tidak ada posisi yang
meringankan nyeri. Keluhan disertai dengan mual dan muntah, muntah cair sebanyak 3
kali per hari, tidak menyemprot, tidak disertai lendir atau darah. Pasien juga mengeluhkan
batuk sejak 2 minggu SMRS, batuk kering dan tidak disertai darah. Pasien belum BAB
sejak 3 hari SMRS. Tidak ada keluhan BAK. Keluhan demam, sesak nafas, penurunan
berat badan, keringat malam disangkal.
II. ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Sekarang (lanjutan)
Keluhan nyeri perut mulai dirasakan pertama kali sejak 1 bulan SMRS. Nyeri
dirasakan di ulu hati dan sempat berpindah ke perut kanan bawah, hilang timbul dengan
NPRS 7/10, memberat ketika pasien beraktivitas, dan membaik ketika pasien
membungkukkan badannya. Pasien sempat dibawa berobat ke klinik, diberikan obat,
namun ibu pasien lupa obat yang dikonsumsi, lalu keluhan dirasakan membaik.
Ibu pasien berusia 49 tahun, G5P4A0, usia gestasi 38 minggu. Riwayat preterm
(-). pemeriksaan kehamilan dengan bidan. Selama kehamilan, riwayat demam (-),
kejang (-), keputihan (-), hipertensi (-), nyeri saat BAK (-), dan keluar cairan dari
vagina (-). Ibu pasien mengonsumsi multivitamin, tidak pernah merokok dan
meminum minuman beralkohol. Pasien lahir dibantu oleh bidan, berat badan lahir
2.800 gram, panjang badan lahir 49 cm.
Riwayat Imunisasi
Hematologi (18/03/2023)
Hemoglobin 10.2
13-16 gr/dL
Hematokrit 31 40-48 %
Elektrolit (18/03/2023)
Kesan : bronkopneumonia
BNO 3 Posisi (18/03/23)
- Preperitoneal fat line kanan-kiri baik
- Psoas line dan kontur kedua ginjal tertutup
udara usus
- Tampak multiple air fluid level disertai
dilatasi lumen usus halus
- Udara lumen usus sangat minimal di distal
- Tidak tampak udara bebas ekstra lumen
Lab 21/03/23:
Hb 4,8 g/dL; Leuk 28.310 uL;
Ht 17%; Tromb 144.000;
Albumin 2,6 g/dL
FOLLOW UP POD-2 (22/03/23)
S O A P
Keluhan: nyeri (+) KU : TSB, Kes : CM Post op laparotomy Advice dr. Maurits,
TTV: HR 108 x/m
eksplorasi- Sp.B:
RR 24 x/m appendectomi ec • Terapi lanjut
S 37,3 ºC app perforasi + • GV luka 1
SpO2 98% on NC 3 perforasi ileum & kali/hari
lpm colon POD-2 • Hitung produksi
drain/24 jam
aff drain jika <20
Abdomen: datar, BU cc
(+), luka perdarahan • Mulai minum
(-), drain produksi besok, 1 jam
(+) 60 cc berwarna kemudian
merah makan bubur
saring
FOLLOW UP POD-3 (23/03/23)
S O A P
Abdomen: datar, BU
(+), luka perdarahan
(-), drain produksi
(+) 240 cc berwarna
kecokelatan
FOLLOW UP POD-4 (24/03/23)
S O A P
Keluhan: nyeri perut KU : TSB, Kes : CM Post op laparotomy Advice dr. Maurits,
dan nyeri di bekas TTV: TD 100/60
eksplorasi- SpB:
luka operasi mmHg appendectomi ec • Terapi lanjut
HR 148 x/m app perforasi + • Rawat luka
RR 24 x/m perforasi ileum & • Drain
S 38 ºC colon POD-4 dipertahankan
SpO2 99% on NC 3 • Pasien puasa
lpm • Rencana OP
ulang
Abdomen: datar, • Rawat inap
tegang, BU (+), luka PICU post-op
rembesan (+), drain
produksi (+) 120 cc
berwarna
kecokelatan
LAPORAN OPERASI
Laporan Operasi Tindakan Operasi
• Dokter bedah : dr. Maurits, Sp.B • Relaparotomi
• Tanggal operasi : 25 Maret 2023 • Adhesiolosis
• Waktu operasi : 11.40 – 14.20 • Fresh wound & primary hecting
• Lama operasi : 2jam 40 menit • Peritoneal toilet
Diagnosis Pre-Operatif
• Peritonitis ec susp perforasi usus halus
Diagnosis Post-Operatif
• Peritonitis ec multiple perforasi
LAPORAN OPERASI
1. Penderita tidur terlentang dengan GA yang tidak bisa dilepaskan kesulitan
2. Asepsis dan antisepsis lapangan operasi dalam mengeksplor seluruh usus
3. Jahitan operasi pertama dibuka kembali 7. Eksplorasi kembali tampak kebocoran di
sampai peritoneum dan keluar colon transversum yang merupakan luka
cairan/feses +/- 150 cc, cairan disuction lama, diputuskan dilakukan fresh wound,
4. Dilakukan eksplorasi, terdapat perforasi jahit primer
(luka baru) di usus halus, dijahit primer 8. Rongga abdomen dicuci (peritoneal toilet)
5. Tampak seluruh usus halus viabel, 9. Kontrol perdarahan, pasang drain
namun rapuh 10. Luka operasi dijahit lapis demi lapis
6. Terdapat juga perlengketan usus halus & 11. Operasi selesai
colon sigmoid dengan dinding abdomen
DOKUMENTASI OPERASI
INSTRUKSI POST OPERASI
1. Pasien rawat di ruang PICU, pemberian cairan disesuaikan dengan TS Sp.A
2. Pasien dipuasakan 4 – 5 hari post op
3. Antibiotik lanjut sesuai instruksi post op tanggal 20/3/23, disesuaikan juga dengan
TS Sp.A
4. Produksi drain dihitung per 24 jam
5. GV luka per hari, jika luka rembes: ganti 2 kali/hari
FOLLOW UP POD-1 (26/03/23)
S O A P
• Syok sepsis
perbaikan
• Bronkopneumonia
FOLLOW UP POD-3 (28/03/23)
S O A P
Foto luka
5 April 2023
Lampiran
<
Peritoneal Layer
Peritoneum : Membran serosa yang mengkilap, licin, dan
transparan yang melapisi rongga abdomen dan organ-organ
abdomen di dalamnya.
Terdiri dari :
● Parietal Peritoneum
○ Melapisi interior dinding abdominopelvic.
○ Sensitif terhadap tekanan, nyeri, panas, dingin dan
laserasi.
○ Nyeri terlokalisir kecuali pada bagian permukaan inferior
diafragma.
● Visceral Peritoneum
○ Melapisi organ internal.
○ Sensitif terhadap stretch dan iritasi kimia.
○ Nyeri tidak terlokalisir.
Peritoneal Cavity
● Rongga peritoneum: antara lapisan peritoneum
parietal dan viseral.
● Berisi cairan peritoneal (terdiri dari air, elektrolit,
dan zat lain yang berasal dari cairan interstisial).
○ Fungsi: melubrikasi permukaan peritoneal,
memungkinkan viscera saling berpindah
tanpa gesekan, memungkinkan terjadinya
pergerakan digestif, mengandung leukosit
dan antibodi untuk melawan infeksi.
● Dibagi menjadi : Greater sac & Lesser sac
(omental bursa)
Organ Peritoneal
● Organ Intraperitoneal : terselubungi oleh
peritoneum baik di anterior dan posterior (ex :
lambung, hati, limfa)
● Organ Retroperotoneal : terselubungi oleh parietal
peritoneum dan hanya di permukaan anterior
○ Primary : perkembangan organ tetap di luar
peritoneum (ex : esofagus, rectum, ginjal)
○ Secondary : awal terletak di intraperitoneal,
selama embryogenesis mesentery bergabung ke
dinding abdomen posterior (ex : kolon ascending
& descending)
Mesenterium menghubungkan organ intraperitoneal
Peritoneal Formation dan dinding abdomen posterior
● Small intestine (mesentery), mesocolon,
mesoappendix
Omentum:
● Greater omentum : four layer visceral
peritoneum
○ Turun dari curvature mayor gaster dan
bagian proksimal duodenum lalu kembali ke
atas dan berlekatan pada permukaan anterior
colon transversum
○ Fungsi proteksi dan Imunitas
● Lesser omentum : double layer visceral
peritoneum
○ Dari curvature minor gaster dan proximal
duodenum lalu ke hepar
○ Membentuk peritoneal ligament :
Hepatogastric ligament & Hepatoduodenal
DEFINISI
● Peritonitis inflamasi yang terjadi pada lapisan ataupun rongga peritoneum dan
merupakan kasus gawat darurat (Harrison)
● Kontaminasi mikroba pada rongga peritoneum disebut peritonitis atau infeksi intra-
abdominal (Schwartz)
Pemeriksaan Abdomen
● Inspeksi: distensi
● Auskultasi: bising usus menurun sampai
dengan hilang
● Palpasi: tenderness, rebound tenderness,
defense muscular
● Perkusi: hipertimpani, redup hepar hilang
SIRS & qSOFA
DIAGNOSIS (Pemeriksaan Penunjang)
Jumlah Sel
○ Fluid criteria (paracentesis) : ↑ pada inflamasi, cloudy fluid, WBC >100/µL, PMN >50% (>250mm3),
culture (+).
○ ↑ leukosit dengan limfosit predominan ↑ kemungkinan ke arah TB atau karsinoma peritoneum, Hct ↑.
Gambaran radiologis pada peritonitis : tampak kekaburan pada cavum abdomen, preperitonial fat
dan psoas line menghilang, dan adanya udara bebas subdiafragma atau intra peritoneal.
Pemeriksaan Patologi
Menggunakan dua sampel : cairan dan jaringan.
Peritonitis dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
• Peritonitis nonspesifik : Sediaan terdiri dari sel radang limfosit yang tersebar, dapat
juga ditemukan sel PMN, histiosit dan mesotel.
• Peritonitis spesifik : Sediaan didominasi oleh sel radang limfosit yang tersebar,
diantaranya dapat ditemukan multinucleated giant cell tipe langhans dengan latar
belakang massa nekrotik. Dapat juga ditemukan sel mesotel dan kadang beberapa
PMN
TATA LAKSANA
PRINSIP FAKTOR KEBERHASILAN
PROGNOSIS
• Prognosa peritonitis lokalisata lebih baik dibanding dengan peritonitis generalisata
• Mortality rate <10% pada peritonitis lokal tanpa komplikasi, dan mencapai 40% untuk orang tua atau
imunokompromais.
• Prognosis buruk sering dijumpai akibat kondisi pasien dengan disfungsi organ berat karena komplikasi
penyebabnya, kegagalan kontrol sumber peritonitis (terlambatnya pembedahan), terapi antibiotika empirik
yang tidak adekuat, serta infeksi nosokomial.
APENDISITIS
<
DEFINISI
Appendicitis inflamasi pada appendix Akut onset < 48 jam
Kronik onset > 48 jam, nyeri abdomen
vermiformis.
yang
hilang timbul
EPIDEMIOLOGI
• Angka kejadian pada usia 5 – 45 tahun mean 28 tahun
• Laki-laki > perempuan (9:7)
ETIOLOGI
Obstruksi lumen dapat disebabkan oleh:
• Dewasa
• Fekalit → paling sering
• Fibrosis
• Benda asing
• Makanan
• Parasit → cacing A. lumbricoides
• Anak
• Hiperplasia limfoid
KLASIFIKASI
Berdasarkan Patologi Secara Klinis
• Katarhalis: stadium • Apendisitis akut
dini, inflamasi terbatas • Apendisitis infiltrate
pada mukosa dan • Ditemukan massa
submucosa pada kanan bawah
• Purulent: seluruh seperti tumor intra
lapisan apendik telah abdomen
• Terapi konservatif
mengalami inflamasi
• Pleghmon: jaringan • Apendikular abses
• Tindakan drainase segera
apendik mengalami
• Apendisitis kronis
peradangan hebat
• Apendisitis kronis
• Gangren
• eksaserbasi akut
Perforasi
PATO
FISIOLOG
I
DIAGNOSIS (Anamnesis)
Gejala Tipikal Gejala Atipikal
• Nyeri perut kanan bawah • Nyeri pinggang appendiks di
• Dari epigastrik periumbilical retroperitoneal
RLQ • Nyeri suprapubik (menyerupai ISK)
• Nausea appendiks di pelvis
• Anoreksia
• Demam
• Diare atau konstipasi
DIAGNOSIS (Differential diagnosis)
Anak Perempuan Lansia Umum
• Mesenteric • Ruptur kista • Diverticulitis • Nefrolitiasis
adenitis ovarium akut • Ureterolitiasis
• GEA • Mittelschmerz • Keganasan • ISK
• Intususepsi (nyeri saat • Gastroenteritis
• Diverticuliti ovulasi) • Demam Tifoid
Meckel • Endometriosis • Dengue fever
• IBD • Torsio ovarium
• Torsio testicular • Kehamilan
(anak laki-laki) ektopik
• PID
DIAGNOSIS (Pemeriksaan Fisik)
Keadaan umum • Perkusi
• Tampak sakit sedang - berat • Nyeri ketuk RLQ (perotinits lokal)
• Nyeri yang diperberat aktivitas (lie still) • Nyeri ketuk >1 regio abdomen
TTV (peritonitis difus/suspek apendiks
• Takikardi (nyeri) & demam perforasi)
Abdomen
• Inspeksi: perut tampak tenang
• Palpasi (peritonitis lokal)
• NT McBurney & rebound tenderness RLQ
• Palpasi peritonitis (peritonitis difus/susp app
perforasi)
• NT pada seluruh lapang abdomen
• Rebound tenderness pada seluruh lapang
abdomen
DIAGNOSIS (Pemeriksaan Fisik)
Pemeriksaan Lainnya
• Rovsing sign
• Dunphy sign
• Psoas sign app retrosekal
• Obturator sign app
pelvik
DIAGNOSIS (Pemeriksaan Fisik)
Rectal Toucher
• Bukan pemeriksaan khas appendicitis
biasanya hasilnya normal
• Nyeri pada arah jam 9 – 11 letak
appendiks di pelvis
Vaginal Toucher
• Eksklusi penyakit rongga pelvis
• Pada appendicitis palpasi nyeri
mirip dengan PID
Alvarado Score
DIAGNOSIS (Pemeriksaan Penunjang)
Hematologi Urinalisis biasanya normal
• Leukositosis > 10.000/mm3 • Bisa digunakan untuk eksklusi
• Differential count shift to the left ureterolitiasis
(akut) • Leukosit esterase/pyuria (+)
• Neutrofil ↑ apendisitis akut inflamasi appendiks terhadap
• Limfosit ↑ apendisitis kronis VU/ureter
• CRP meningkat • Jika hasil (+), tetapi klinis
mendukung appendicitis ISK
tidak bisa dieksklusikan
DIAGNOSIS (Pemeriksaan Penunjang)
Xray Abdomen
• Biasanya dilakukan di IGD
• Eksklusi penyebab lain dari nyeri
akut abdomen
• Tidak membantu diagnosis dari
apendisitis bisa ditemukan
fecalith atau gambaran udara
bebas sekitar appendiks, namun
jarang
DIAGNOSIS (Pemeriksaan Penunjang)
CT Scan Abdomen
• Paling sering digunakan karena
efektivitas dan akurasi yang
tinggi (96%)
• Gambaran Lumen membesar
(diameter > 7mm)
• Double wall thickness (2 mm)
• Periappendicular fluid / air
perforasi
• Target sign
• kontraindikasi kontras alergi
dan gangguan fungsi ginjal
DIAGNOSIS (Pemeriksaan Penunjang)
USG Abdomen
• Sensitivitas dan spesifisitas 85 – 90%
untuk appendicitis
• Nonivasif
• Gambaran appendiks yang
membesar
• Diameter > 6mm
• Penebalan dinding appendix >3mm
• Hiperekoik lemak dan
periappendiceal fluid
• Usg doppler ring of fire
appearance
• Kekurangan bergantung dengan
DIAGNOSIS (Pemeriksaan Penunjang)
MRI Abdomen
• Memiliki sensitivitas (97%) dan
spesifisitas (95%) yang tinggi
• Gambaran
• Pembesaran appendix >7mm
• Penebalan >2 mm
• Periappendiceal fat
• Gambaran inflamasi
• Kekurangan
• Harga yang mahal
• Tidak bisa ditemukan di semua
faskes
DIAGNOSIS (Pemeriksaan Penunjang)
Appendictogram/Barium
Contrast Enema
• Pemeriksaan foto barium
appendix membantu
melihat terjadinya
sumbatan atau adanya
kotoran di dalam lumen
appendix.
• Teknik pemasukan
kontras : oral barium
sulfat 50 g dilakukan
12 jam sebelum • Normal : filling appendix
• Appendicitis : Filling defect, non-filling defect, parsial, irregular, tail
pemeriksaan dimulai.
mouse
TATALAKSANA (Acute Uncomplicated Appendicitis)
Terapi Definitif appendektomi dengan floroquinolone
• Operasi harus segera dilakukan (<12 Jenis operasi
jam) 1. Open appendectomy waktu operasi
Persiapan pre operasi yang cepat dan resiko infeksi
• Resusitasi cairan intrabdominal yang rendah
• Antibiotik spektrum luas gram 2. Laparoscopic appendectomy
negatif dan anaerob pemulihan yang cepat , infeksi bekas
• cefotaxime, luka yang rendah
ampicillin/sulbactam, cefozolin
+ metronidazole
• Pasien dengan alergi B-lactam
kombinasi clindamycin
TATALAKSANA (Acute Complicated Appendicitis)
Terapi Definitif appendektomi • Monoterapi piperacillin/
• Complicated appendicitis perforasi tazobactam
dan gangrene appendix atau • Kombinasi cephalosporin dan
appendicitis dengan abses onset metronidazole
lebih dari 24 jam Jenis operasi
Persiapan pre operasi pasien 1. Open appendectomy waktu operasi
biasanya sakit sedang-berat dan adanya yang cepat dan resiko infeksi
dehidrasi intrabdominal yang rendah
• Resusitasi cairan 2. Laparoscopic appendectomy
• Antibiotik spektrum luas gram pemulihan yang cepat , infeksi bekas
negatif dan anaerob luka yang rendah
TATALAKSANA (Post Operasi)
Uncomplicated Complicated
1. Tidak memerlukan antibiotik 1. Memerlukan antibiotik spektrum
pasca operasi luas selama 4-7 hari
2. Nutrisi per oral dapat langsung 2. Dapat diberikan nutrisi per oral
diberikan / sesuai dengan toleransi saat BU (+) dan flatus (+)
pasien 3. Dapat dipulangkan jika pasien
3. Dapat dipulangkan pada Post sudah bisa makan, afebris, dan
Operative Day 1 leukosit normal
KOMPLIKASI
• Insiden komplikasi parallel dengan
diagnosis klinis
• Komplikasi dini
• Abses subcutis
• Wound dehisense
• Leakage
• Fistel enterocutaneus
• Komplikasi lanjut
• Ileus obstruktif karena adhesive
• Resiudal abses
DAFTAR PUSTAKA
● C. J. Hawkey, Jaime Bosch, Joel E. Richter, Guadalupe Garcia-Tsao, Francis K. L. Chan (2012).
Textbook of Clinical Gastroenterology and Hepatology – 2nd ed. Chapter 67
● Dennis L. Kasper; Anthony S. Fauci; Stephen L. Hauser; Dan L. Longo; J. Larry Jameson;
Joseph Loscalzo (2018). Harrison’s Principles of Internal Medicine - 20th ed. Chapter 324
● Dorland WAN. Kamus Kedokteran Dorland. 28th ed. Jakarta: EGC; 2011. 80 p.
● Jameson, Fauci. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 20th ed. McGraw-Hill; 2018.
Available from: P.2348
● Kenneth R, McQuaid M. Gastrointestinal disorders. Dalam: Papadakis MA, McPhee SJ, Rabow
MW, penyunting. Current medical diagnosis and treatment. Philadelphia: The McGraw-Hill
Companies; 2014. h. 564- 88
● Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor Hk.01.07/Menkes/359/2017
● Liang MK et al, 2015. The Appendix in Schwartz’s Principles of Surgery, 10th ed, Mc Graw Hill
education, New York, United Stated, 1241-59
● Moore KL, Dalley AF II, Agur AM. Clinically oriented anatomy. 8th ed. Baltimore, MD: Wolters
Kluwer Health; 2017.
DAFTAR PUSTAKA
● Phillip R, Dellinger MD. Surviving sepsis campaign: international guidelines for management of
severe sepsis and septic shock.Crit Care Med. 2008;36:296-327.
● Podolsky. Daniel K, Camilleri M, Gregory J. Yamada’s Textbook of Gastroenterology, 6 th ed.
Wiley Blackwell; 2018
● Roses RE, Dempsey DT. Stomach. Brunicardi F, & Andersen DK, & Billiar TR, & Dunn DL, &
Kao LS, & Hunter JG, & Matthews JB, & Pollock RE (Eds.), Schwartz’s Principles of Surgery,
11e.
● Sjamsuhidajat R, Karnadiharja W, Prasetyo T, Rudiman R. Apendiks. In: Buku Ajar Ilmu Bedah.
3rd ed. Jakarta: EGC; 2010. p. 755–60
● Snyder MJ, Guthrie M, Cagle Jr SD. Acute appendicitis: efficient diagnosis and management.
American family physician. 2018 Jul 1;98(1):25-33.
● Snyder MJ, Guthrie M, Cagle S. Acute appendicitis: Efficient diagnosis and management
[Internet]. American Family Physician. 2018 [cited 2023Feb8]. Available from:
https://www.aafp.org/pubs/afp/issues/2018/0701/p25.html
● Townsend, J. C. M., Beauchamp, R. D., Evers, B. M., & Mattox, K. L. (2016). Sabiston textbook
of surgery (20th ed.). Elsevier - Health Sciences Division.
Thanks!
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by Flaticon and infographics & images
Please keep by
thisFreepik
slide for attribution