Anda di halaman 1dari 43

Laporan Kasus

SKABIES
Disusun Oleh :
Ilham Mahardika (4112021223)

Pembimbing :
dr. Lusiana, Sp.DV

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
RUMAH SAKIT YARSI
BAB I. STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. R
Usia : 18 tahun
Tanggal lahir : 11 Januari 2005
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Cakung, Jakarta Timur
Nomor rekam medis : 00052***
Tanggal Masuk RS : 4 Mei 2023
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis di IGD RS YARSI pada tanggal 4 Mei
2023

Keluhan Utama
Benjolan-benjolan yang terasa gatal di kedua kaki sejak 1 minggu SMRS

Keluhan Tambahan
Demam
II. ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RS YARSI dengan keluhan muncul benjolan yang terasa
gatal di kedua kaki yang memberat sejak 1 minggu SMRS. Benjolan muncul di tungkai
atas, tungkai bawah, punggung kaki, sela-sela jari tangan, dan sela-sela jari kaki, berisi
nanah dan terasa gatal terutama ketika malam hari yang menyebabkan pasien kesulitan
untuk tidur. Awalnya benjolan muncul sejak 2 minggu SMRS, berwarna kemerahan dan
terasa gatal. Pasien juga mengeluhkan demam dan nyeri ketika pasien berjalan. Demam
dirasakan sejak 1 minggu SMRS terutama di malam hari. Nyeri dirasakan pasien sejak 1
minggu SMRS dan membuat pasien hanya dapat berbaring di kamarnya.
II. ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Sekarang (lanjutan)
Sebelumnya pasien sempat memiliki keluhan serupa yaitu benjolan yang terasa
gatal di area kepala, leher, dan kedua kaki pada bulan Januari 2023. Pasien berobat ke
klinik, lalu diberikan obat minum dan salep tetapi pasien lupa nama obat dan salep yang
diberikan. Setelah itu, keluhan dirakan membaik.

Pasien memiliki adik laki-laki dan kakak perempuan yang mempunyai keluhan
serupa. Pasien sering tidur di kasur yang sama dengan adik pasien. Diketahui adik pasien
merupakan seorang santri di sebuah pesantren, memiliki kebiasaan sering menggunakan
kasur yang sama dengan teman-temannya. Diketahui pula bahwa teman adik pasien
memiliki keluhan benjolan yang terasa gatal di tubuhnya.
II. ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Sekarang (lanjutan
Pasien tinggal dengan ayah, ibu, satu adik, dan satu kakak. Ketika
membersihkan rumah dan mencuci baju, tidak ditemukan serangga, kutu, maupun telur
pada serat kain pakaian pasien dan keluarganya. Pasien dan keluarganya mempunyai 4
kucing peliharaan. Pasien memiliki riwayat alergi terhadap telur dan udang.
Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat keluhan serupa (+) pada adik dan


kakak pasien
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat asma (-)
Riwayat keluhan serupa (+) Riwayat TB (-)
pada bulan Januari 2023 Riwayat alergi (-)
Riwayat alergi (+) Riwayat penyakit paru (-)
Riwayat diabetes (-)
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat keganasan (-)
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status Lokalis
Status Generalis
KU : Sakit sedang KEPALA
Kesadaran : CM Bentuk : Normosefal
Rambut : hitam, tidak mudah dicabut
Tanda Vital Mata : CA -/-, SI -/-
Tekanan darah : 125/85 mmHg Telinga : Normotia, simetris, sekret (-)
Nadi : 115 x/menit Hidung : Bentuk normal, deviasi septum (-
Pernafasan : 20 x/menit ), sekret (-)
Suhu : 37 ⁰C Mulut : Bibir tidak kering, sianosis (-)
SpO2 : 98% room air Leher : Tidak ada pembesaran KGB
Paru Jantung

Inspeksi Bentuk dbn, pergerakan Inspeksi Tidak tampak iktus kordis


dada simetris, retraksi (-)
Palpasi Iktus kordis teraba
Palpasi Pergerakan simetris

Perkusi -
Perkusi Sonor di seluruh lapang
Auskultasi BJ I dan II reguler, murmur
paru
(-), gallop (-)
Auskultasi SNV, ronkhi -/-, wheezing -
/-
Abdomen Ekstremitas

Inspeksi Datar Superior Inferior


(dx/sin) (dx/sin)
Auskultasi BU (+) Akral +/+ +/+
hangat
Palpasi Nyeri tekan (-),
organomegaly (-) CRT dbn dbn

Perkusi Timpani seluruh lapang


abdomen
Status Dermatologikus

Efflorosensi :
• Pada regio interphalang pedis, dorsum
pedis, cruris bilateral, femoralis bilateral,
interphalang manus tampak papul dan
plak eritematosa, multiple, lenticular-
nummular, sirkumskrip, disertai eff
sekunder berupa pustule, ekskoriasi
dengan krusta kehitaman dan kekuningan
Status Dermatologikus
Status Dermatologikus
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG (4/5/23)
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

Hemoglobin 12.8 13 – 16 gr/dL

Hematokrit 41 40 – 48 %

Eritrosit 5.83 4.45 – 5.84 10^6/μL

MCV 70.30 82.00 – 98.00 fL

MCH 22.00 27.00 – 33.00 pg

MCHC 31.20 32.00 – 36.00 g/dL

RDW 15.9 11.5 – 14.5 %

Trombosit 686 150.000 – 400.000 10^3/μL

Leukosit 13.1 5.000 – 10.000 10^3/μL


Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

Hitung Jenis

Basofil 0.50 0.00 – 1.49 %

Eosinofil 2.0 1.5 – 4.49 %

Neutrofil 71.4 49.5 – 70.49 %

Limfosit 19.3 20.0 – 40.0 %

Monosit 6.8 2.0 – 9.0 %

Laju Endap Darah 26.00 0.00 – 20.49 mm


V. RESUME
Nn. R, 18 tahun, datang ke IGD RS YARSI dengan keluhan benjolan yang terasa gatal pada
kedua kaki yang memberat sejak 1 minggu SMRS. Benjolan juga muncul di kedua tungkai dan sela
jari tangan, benjolan berisi nanah dan terasa nyeri. Gatal dirasakan terutama saat malam hari,
diperingan dengan garukan. Riwayat keluhan serupa (+) pada 4 bulan SMRS. Riwayat berobat (+) ke
klinik. Pasien juga mengeluhkan demam sejak 1 minggu SMRS. Adik dan kakak pasien juga
mempunyai keluhan yang serupa. Pemeriksaan fisik: KU tampak sakit sedang, Kesadaran CM,
status generalis TD: 125/85 mmHg, N: 115 x/menit, RR: 20 x/menit, S: 37 ⁰C, SpO2: 98% RA. Eff:
pada regio interphalang pedis, dorsum pedis, cruris bilateral, femoralis bilateral, interphalang manus
tampak papul dan plak eritematosa, multiple, lenticular-nummular, sirkumskrip, disertai eff sekunder
berupa pustule, ekskoriasi dengan krusta kehitaman dan kekuningan. Pemeriksaan lab: leukositosis
(13.100 uL), trombositosis (686.000 uL), neutrofilia (71%), limfopenia (19,3%), dan peningkatan LED
(26 mm).
VI. DIAGNOSIS BANDING
- Skabies dengan infeksi sekunder
- Pedikulosis korporis
- Insect bites reaction dengan infeksi sekunder

VII. DIAGNOSIS KERJA


- Skabies dengan infeksi sekunder
VIII. PENATALAKSANAAN
1. IVFD RL 0,9% 1500 cc/24 jam
2. Ranitidin 1 x 50 mg IV
3. Ketorolac 1 x 30 mg IV
4. Ceftriaxone 1 x 2 g IV
5. Cetirizine 1 x 10 mg PO
6. Kompres NaCl 0,9% pada pustule dan luka bernanah
7. Mupirocin ointment 2% dioles 2x sehari pada luka
8. Permetrin cream 5% dioles 1x langsung habis dalam 1x pemakaian, biarkan selama
8 jam
IX. PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad functionam : ad bonam
Ad sananctionam : dubia ad bonam
BAB II. TINJAUAN
PUSTAKA
SKABIES

<
DEFINISI
● Skabies à suatu penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var, hominis, dan produknya.
● Kata scabies berasal dari bahasa Latin scabere, yang memiliki arti
menggaruk/scratch.
● Ditandai dengan adanya gatal pada malam hari, mengenai sekelompok
orang, dan tempat predileksi berada di lipatan-lipatan tubuh.
EPIDEMIOLOGI
● Kasus skabies menjadi permasalahan di beberapa negara berkembang (Amerika
Selatan, Amerika Tengah, Indonesia)
● Hal ini didukung dengan beberapa faktor risiko: sosial ekonomi yang rendah,
higenitas yang buruk, berhubungan seksual, dan kepemilikan hewan peliharaan
● Scabies dapat menyerang seseorang pada segala usia, suku, dan tingkatan sosial
ekonomi.
ETIOLOGI
● Penyebaran atau transmisi primer skabies melalui kontak erat dengan penderita.
Terkadang penularan juga dapat melalui hubungan seksual.
● Penularan melalui benda mati juga dapat terjadi (tempat tidur, lantai di kamar,
kursi, sofa, dan handuk serta pakaian penderita)
● Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima,
superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var hominis.
SIKLUS HIDUP
● Seluruh siklus hidup mulai dari telur sampai
bentuk dewasa memerlukan waktu antara
8-12 hari
● Morfologi à berbentuk bulat, punggung
cembung, bagian perut yang rata, dan
mempunyai 8 kaki, (2 pasang kaki di depan
dan 2 pasang kaki di belakang). Berukuran
~330 – 450 micron x 250 – 350 mikron
(betina) & ~200 – 240 mikron x 150 – 200
mikron.
Pato-
fisiologi
DIAGNOSIS (Anamnesis)
Cardinal sign : Predileksi lesi:
○ Pruritus nokturna ○ Berbeda antara dewasa dan anak
○ Gejala dialami oleh sekelompok orang (keluarga, ○ Dewasa: area fleksor tangan, sela-sela jari, dorsum
teman-teman asrama) pedis, aksila, siku, pinggang, bokong, area genital
○ Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat- ○ Bayi dan anak: seringkali acak dan lebih sering pada
tempat predileksi wajah, kepala, leher, palmar manus, dan plantar
○ Ditemukannya minimal satu tungau hidup pedis

Diagnosis scabies dapat ditegakkan jika ditemukan 2 Progresivitas gejala: meningkat secara progresif selama
dari 4 gejala klinis utama scabies 2 – 3 minggu

Karakteristik gatal: Aspek anamnesis lain:

○ Dirasakan memberat saat malam hari ○ Riwayat penyakit sebelumnya à rekurensi?

○ Lebih nyaman atau lebih ringan jika digaruk ○ Riwayat penyakit keluarga à keluhan serupa?

○ Dapat bertambah seiring waktu ○ Riwayat sosioekonomi dan nutrisi à factor resiko?
DIAGNOSIS (Pemeriksaan Fisik)
Tampak ekskoriasi dan dermatitis eczema pada Lesi patognomonik: adanya terowongan, yang
jaringan interdigitalis, sisi jari, pergelangan merupakan struktur tipis, seperti benang, linier,
tangan dan telapak tangan lateral, siku, aksila, atau sering berbentuk J dengan panjang 1 – 10
skrotum, penis, labia, dan areola pada wanita. mm, paling baik terlihat di jaringan interdigital
dan pergelangan tangan.
Bayi, orang tua, dan pasien imunokompromais:
semua permukaan kulit rentan. Bayi dan anak kecil: liang dapat diidentifikasi
pada telapak tangan dan telapak kaki serta
Bayi dan anak: Nodul berkrusta dan indurasi di area intertriginosa dan batang tubuh.
area intertriginosa serta pada batang tubuh.

Skabies berkrusta: plak hiperkeratosis difus


pada area palmar dan plantar, dengan
penebalan dan distrofi kuku jari kaki dan kuku
tangan.
Predilection Sites

Liang scabies pada


telapak tangan anak
usia 3 tahun

Lesi nodul pada penis


dan skrotum
DIAGNOSIS (Pemeriksaan Penunjang)
Burrow ink test Mikroskopi
○ Papul scabies diolesi tinta India ○ Dilakukan dengan menempatkan setetes
menggunakan pena lalu dibiarkan selama 20 minyak mineral di atas liang dan kemudian
– 30 menit kemudian dihapus dengan alcohol. menggores secara longitudinal dengan pisau
○ Positif jika membentuk gambar khas berupa bedah no. 15 di sepanjang liang, papul, atau
garis zig zag. vesikel yang tidak mengalami ekskoriasi.
Kerokan kemudian diterapkan pada slide kaca
Uji tetrasiklin à mengoleskan tetrasiklin ke lesi kulit dan diperiksa di bawah mikroskop
kemudian diperiksa dengan lampu Wood untuk ○ Tiga temuan diagnostic scabies: tungau
mencari terowongan
skabies, telur, atau pelet tinja (skibala)
Dermoskopi
○ Temuan dermoskopi klasik adalah delta wing Dermatopatologi/Biopsi
sign dari bagian kepala dan tubuh skabies
yang padat, telur, dan liang
PEMERIKSAAN BURROW INK TEST & DERMOSKOPI

”triangle sign” Post BIT: tampak liang Gambaran dermoskopi:


berbentuk huruf S tampak scabies betina
dan telur skabie
GAMBARAN DERMOSKOPI

Pembersaran 20x: Tampak lesi


S-shaped, triangle sign/delta-
wing jet sign (panah merah
panjang), badan scabies (panah
hitam), telur scabies (panah
merah pendek)
DERMATOPATOLOGI

Tampak tungau scabies di


stratum corneum
DIAGNOSIS (Differential diagnosis)
Most Likely Pertimbangkan

• Dermatitis atopic •Dermatitis


• Dyshidrotic eczema herpetiformis
• Pioderma •Psoriasis
• Dermatitis kontak •Pemfigoid bulosa
• Insect bite reaction •Linear IgA dermatosis
• Varicella •Drug eruption
• Miliaria •Pruritus sistemik
•Delusions of
parasitosis
TATA LAKSANA
MEDIKAMENTOSA NON-MEDIKAMENTOSA
• Tatalaksana Dapat berupa • Terapi non medikamentosa
pemberian obat topikal dan berupa edukasi pada pasien
sistemik. dan keluarga
• Secara prinsip, pengobatan
skabies harus dapat mengatasi
semua stadium scabies.
• Pengobatan juga harus
dilakukan secara tepat dan
bersama-sama antara pasien
dan orang yang kontak dengan
pasien agar mencegah
fenomena ping-pong
Terapi Medikamentosa
Topikal
● Krim permetrin 5% dioleskan pada kulit dan dibiarkan selama 8 – 14 jam, satu kali
pemakaian. Dapat diulang setelah 1 pekan.
● Krim lindane 1% dioleskan pada kulit dan dibiarkan selama 8 jam. Dapat diulangi kembali bila
dalam 1 minggu tidak mengalami perbaikan. KI: bayi, anak-anak, dan ibu hamil.
● Salep sulfur 5-10%, dioleskan selama 8 jam untuk tiga hari berturut-turut.
● Krim krotamiton 10% dioleskan selama. 8 jam pada hari ke-1,2,3, dan 9
● Emulsi benzil benzoat 10% dioleskan selama 24 jam penuh.
Terapi Medikamentosa
Sistemik
● Antihistamin sedatif (oral) untuk mengurangi gatal
● Antibiotik untuk infeksi sekunder
● Pada skabies krustosa diberikan ivermectin (oral) 0.2 mg/kg dosis tunggal, 2-3 dosis setiap
8-10 hari. Tidak boleh diberikan pada anak-anak dengan berat badan kurang dari 15 kg, wanita
hamil dan menyusui.
Terapi Non-Medikamentosa

● Menjaga kebersihan individu dan lingkungan


● Dekontaminasi pakaian dan alas tidur dengan mencuci pada suhu 60 ⁰ C setelah pemakaian
krim permetrin 5% setelah 8 jam, atau disimpan dalam kantong plastik tertutup selama 3
hari.
● Karpet, kasur, bantal, tempat duduk terbuat dari bahan busa atau berbulu perlu dijemur di
bawah terik matahari setelah dilakukan penyedotan debu
● Alat-alat furniture harus dilakukan pemvakuman
KOMPLIKASI
• Impetiginisasi sekunder dapat terjadi
• Dapat terjadi glomerulonefritis pasca-streptokokus yang disebabkan pioderma akibat skabies yang
disebabkan oleh Streptococcus pyogenes.
• Limfangitis dan septikemia juga telah dilaporkan pada skabies krusta.
• Skabies juga dapat memicu pemfigoid bulosa.
PROGNOSIS
• Prognosis sangat baik bila dilakukan tata laksana dengan tepat.

• Pruritus dapat bertahan beberapa minggu setelah pengobatan akibat reaksi hipersensitif terhadap

antigen tungau.
• Skabies nodular dapat bertahan beberapa bulan setelah pengobatan.

• Skabies krustosa relatif sulit diobati


DAFTAR PUSTAKA
● Wheat CM et al. Scabies, Other Mites, and Pediculosis. In: Kang S et al. Fitzpatrick’s. Dermatology. Ed
9. Vol 1. United States. McGrwa-Hill Education. 2019;1(9):3274-82
● Wolff K et al. Disease Caused by Microbial Agents. Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of Clinical
Dermatology. 8th edition. McGrawHill. 2017;1(8):732-8
● Boediardja SA, Handoko RP. Skabies. In: Menaldi S et al. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 2021:137-40
● Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Scabies. Global Health, Division of Parasitic
Diseases and Malaria. 2010
● Adhi, Djuanda, 2021. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi 7 Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
● Widati S et al. Skabies. Dermatologi Infeksi. Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan
Kelamin di Indonesia. PERDOSKI. Jakarta. 2017:131-2
Thanks!

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by Flaticon and infographics & images by Freepik
Please keep this slide for attribution

Anda mungkin juga menyukai