OLEH
Pendamping
dr. Astriana
BANDAR LAMPUNG
2020
BAB I
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama : Ny. S
Usia : 50 Tahun
No. RM : 01.12.20
Keluhan Utama
Gatal disertai bintil-bintil merah berisi air sejak 7 hari yang lalu
Keluhan Tambahan
Pasien datang ke poli umum puskesmas kupang kota dengan keluhan gatal-gatal, yang berupa
bintil bintil merah berisi air pada pergelangan tangan kanan dan kiri, sela-sela jari tangan,
leher, perut, dan pergelangan kaki, sela jari jari kaki sejak 7 hari yang lalu. Keluhan tersebut
awal nya dirasakan mulai dari pergelangan tangan lalu bertambah ke sela sela jari, leher,
menjalar ke perut dan kaki. Pasien mengatakan gatal dirasakan terutama pada malam hari
sehingga sering terbangun dari tidur karena merasa sangat gatal, pasien sudah minum obat
yang dibeli sendiri di apotik namun hanya sembuh gatal nya sebentar lalu muncul lagi,
pasien sering menggaruk bintil-bintil tersebut sehingga banyak bintil-bintil tersebut yang
sudah pecah dan lecet. Keluhan lain seperti demam disangkal, batuk disangkal, pilek
disangkal, Riwayat alergi makanan ataupun obat pada pasien maupun keluarga (-), riwayat
asma pada pasien ataupun keluarga (-), riwayat minum obat sebelum keluhan muncul (-),
riwayat di gigit serangga (-), Pasien mengatakan anak dan suami nya juga mengeluhkan hal
yang sama, dan mereka setiap malam tidur bersama, awal nya yang mengeluh kan ini adalah
suami nya, namun beberapa hari kemudian pasien dan anak nya juga mengeluhkan hal yang
sama, pasien belum pernah mengeluh hal yang sama sebelum nya, pasien jarang sekali
mengganti alas kasur, dan memakai anduk bergantian dengan suami, pasien rajin mandi 2
kali sehari dan berganti baju.
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Komposmentis
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 76x/ menit
Nafas : 20x/menit
Suhu : 36,9oC
BB : 69 kg
TB : 160 cm
Status Lokalis
Lokasi : leher, pergelangan tangan kanan dan kiri, sela sela jari tangan
kanan dan kiri, perut, dan kedua pergelangan kaki, sela jari jari
kaki
Efloresensi : Tampak papula dan vesikel dengan dasar eritema ukuran miliar-
lentikuler disertai ekskoriasi.
Pemeriksaan Penunjang
Tidak Dilakukan
Diagnosis Banding
1. Skabies
2. Insect Bite
3. Prurigo Nodularis
Diagnosis Kerja
Skabies
Tatalaksana
- Pemberian antihistamin : Cetirizin 1x10 mg, Permethrin 5%
- Edukasi penggunaan obat
- Edukasi mengenai penyakit Skabies
- Edukasi mengenai cara penularan dan pencegahannya
- Edukasi mengenai higiene / kebersihan diri dan lingkungan
- Edukasi keluarga yang terkena juga harus diobati
Prognosis
Quo Ad Vitam : Dubia ad bonam
Quo Functionam : Dubia ad bonam
Quo Ad Sanationam : Dubia ad malam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Scabies merupakan infeksi ektoparasit pada manusia yang disebabkan oleh tungau
Sarcoptes scabiei var hominis (Currie, 2013). Infeksi ini terjadi akibat kontak langsung
dari kulit ke kulit maupun kontak tidak langsung (melalui benda misalnya pakaian
2.2 Epidemiologi
Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain: kebersihan yang
seksual yang berganti-ganti pasangan juga dapat meningkatkan angka kejadian scabies
(Currie, 2013).
Scabies paling sering ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda, tetapi dapat
menyerang semua umur. Populasi yang padat, yang umum terjadi di negara-negara
terbelakang dan hampir selalu terkait dengan kemiskinan dan faktor kebersihan yang
2.3 Etiologi
Scabies disebabkan oleh parasit kutu Sarcoptes scabiei var hominis. Kutu scabies
memiliki 4 pasang kaki dan berukuran 0,3 mm, yang tidak dapat dilihat dengan
oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini berwarna putih kotor,
dan tidak bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350
mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron.
Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang didepan sebagai alat untuk melekat
dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada jantan
pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat dengan alat perekat (Stone,
2018).
Gambar 4 Gambaran morfologi Sarcoptes scabiei(Chosidow, 2016)
2.4 Patogenesis
Kutu scabies betina menggali terowongan pada stratum corneum dengan kecepatan 2
mm per hari, dan meletakkan 2 atau 3 telur-telurnya setiap harinya. Telur-telur ini akan
menetas setelah 3 hari dan menjadi larva, yang akan membentuk kantung dangkal di
stratum corneum dimana larva-larva ini akan bertrasnformasi dan menjadi dewasa dalam
waktu 2 minggu. Kutu ini kawin di dalam kantongnya, dimana kutu jantan akan mati
tetapi kutu betina yang telah dibuahi menggali terowongan dan melanjutkan siklus
hidupnya. Setelah invasi pertama dari kutu ini, diperlukan 4 hingga 6 minggu untuk
timbul reaksi hipersensitivitas dan rasa gatal akibat kutu ini (Trozak, 2016).
Gambar 5 Siklus hidup Sarcoptes scabiei (Granholm, 2015)
Siklus hidup ini menjelaskan mengapa pasien mengalami gejala selama bulan pertama
setelah kontak dengan individu yang terinfeksi. Setelah sejumlah kutu (biasanya kurang
dari 20) telah dewasa dan telah menyebar dengan cara bermigrasi atau karena garukan
pasien, hal ini akan berkembang dari rasa gatal awal yang terlokalisir menjadi pruritus
Tungau skabies lebih suka memilih area tertentu untuk membuat terowongannya dan
menghindari area yang memiliki banyak folikel pilosebaseus. Biasanya, pada satu
dimana individu bisa didiami lebih dari sejuta tungau. Orang tua dengan infeksi virus
immunodefisiensi dan pasien dengan pengobatan immunosuppresan mempunyai risiko
Jalur utama daritransmisi penularan yaitu kontak langsung antara kulit-ke-kulit. Namun
transmisi dengan carapa kaian bersama atau metode tidak langsung lainnya sangat langka
2.5 Diagnosis
Terdapat 4 tanda utama atau cardinal sign pada infestasi skabies, tetapi diagnosis
a. Pruritus nocturna
Setelah pertama kali terinfeksi dengan tungau skabies, kelainan kulit seperti
menyebabkan ruam dan gatal yang timbul hanya dalam beberapa hari. Gatal
terasa lebih hebat pada malam hari. Hal ini disebabkan karena meningkatnya
aktivitas tungau akibat suhu yang lebih lembab dan panas. Sensasi gatal yang
Burns, 2014).
oleh karena itu parasit sangat menyukai bagian kulit yang memiliki stratum
Lesi yang timbul berupa eritema, krusta, ekskoriasi papul dan nodul yang
sering ditemukan di daerah sela-sela jari, pergelangan tangan bagian depan dan
lateral telapak tangan, siku, aksilar, skrotum, penis, labia dan pada areola
wanita (Currie, 2014).Bila ada infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi
antigen tungau. Lesi yang patognomonis adalah terowongan yang tipis dan
kecil seperti benang, berstruktur linear kurang lebih 1 hingga 10 mm, berwarna
putih abu-abu, pada ujung terowongan ditemukan papul atau vesikel yang
Terowongan ini terlihat jelas kelihatan di sela-sela jari, pergelangan tangan dan
daerah siku. Namun, terowongan tersebut sukar ditemukan di awal infeksi
Gambar 8 Distribusi makro lesi primer scabies pada orang dewasa (Trozak,
2016)
Gambar 9 Distribusi makro lesi primer scabies pada anak (Burns, 2014)
d. Menemukan Sarcoptes scabiei
besar kita dapat menemukan tungau dewasa, larva, nimfa maupun skibala dan
ini merupakan hal yang paling diagnostik. Akan tetapi, kriteria yang keempat
ini agak susah ditemukan karena hampir sebagian besar penderita pada
umumnya datang dengan lesi yang sangat variatif dan tidak spesifik. Diagnosa
steril, tungau ini mayoritas dapat ditemukan pada tangan, pergelangan tangan
dan lebih kurang pada daerah genitalia, siku, bokong dan aksila. Pada anak-
Selain bentuk skabies yang klasik, terdapat pula bentuk-bentuk yang tidak
antara lain :
Klinis ditandai dengan lesi berupa papula dan kanalikuli dengan jumlah
yang sangat sedikit, kutu biasanya hilang akibat mandi secara teratur
(Amiruddin, 2013).
Pada anak yang kurang dari dua tahun, infestasi bisa terjadi di wajah dan
kulit kepala sedangkan pada orang dewasa jarang terjadi. Nodul pruritis
eritematous keunguan dapat ditemukan pada aksila dan daerah lateral badan
pada anak-anak. Nodul-nodul ini bisa timbul berminggu-minggu setelah
eradikasi infeksi tungau dilakukan. Vesikel dan bula bisa timbul terutama
pada telapak tangan dan jari (Stone, 2018).Lesi skabies pada anak dapat
telapak kaki dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima,
Pada bayi, lesi terdapat di wajah.Lesi yang timbul dalam bentuk vesikel,
pustul, dan nodul, tetapi distribusi lesi tersebut atipikal. Eksematisasi dan
atau acropustulosis. Rasa gatal bisa sangat hebat, sehingga anak yang
3. Skabies nodular
Skabies nodular adalah varian klinik yang terjadi sekitar 7% dari kasus
pada genitalia, inguinal dan aksila. Pada nodul yang lama tungau sukar
dengan penggunaan steroid, keluhan gatal tidak hilang dan dalam waktu
bahkan lebih buruk. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena penurunan
berambut, telinga, bokong, telapak tangan, kaki, siku, lutut dapat pula
disertai kuku distrofik bentuk ini sangat menular tetapi gatalnya sangat
sedikit. Dapat ditemukan lebih dari satu juta populasi tungau dikulit.
(Stone, 2018).
Gambar 12Norwegian scabies yang bermanifestasi sebagai kulit yang
terekskoriasi, likenifikasi, hiperkeratosis (Stone, 2018)
Diagnosis paling akurat scabies yaitu jika ditemukan adanya Sarcoptes scabiei
pada kulit pasien. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk menemukan tungau
a. Kerokan kulit
Papul atau kanalikuli yang utuh ditetesi dengan minyak mineral atau KOH 10%
lalu dilakukan kerokan dengan meggunakan skalpel steril yang bertujuan untuk
gelas objek dan ditutup dengan kaca penutup lalu diperiksa dibawah mikroskop
(Amiruddin, 2003).
kemudian dikeluarkan. Bila positif, tungau terlihat pada ujung jarum sebagai
parasit yang sangat kecil dan transparan. Cara ini mudah dilakukan tetapi
Papul skabies dilapisi dengan tinta cina, dibiarkan selama 20-30 menit.Setelah
Dilakukan dengan cara menjepit lesi dengan ibu jari dan telunjuk kemudian
dibuat irisan tipis, dan dilakukan irisan superfisial menggunakan pisau dan
diletakkan di atas kaca objek dan ditetesi dengan minyak mineral yang
Hematoksilin-Eosin(Amiruddin, 2013).
e. Uji tetrasiklin
Pada lesi dioleskan salep tetrasiklin yang akan masuk ke dalam kanalikuli.
kanalikuli(Amiruddin, 2013).
f. Dermoskopi
Dermoskopi awalnya dipakai oleh dermatolog sebagai alat yang berguna untuk
menjadi alat yang berguna dalam mendiagnosis scabies secara in vivo. Alat ini
kaki(Amiruddin, 2013).
tersebar di seluruh tubuh, sedangkan tungau skabies lebih suka memilih area tertentu
yaitu menghindari area yang memiliki banyak folikel pilosebaseus (Burns, 2014;
Elston, 2018). Pada gigitan dan sengatan serangga rea lesinya hanya terbatas pada
daerah gigitan dan sengatan serangga saja sedangkan skabies ditemukan lesi berupa
terowongan yang tipis dan kecil seperti benang berwarna putih abu-abu, pada ujung
2. Prurigo nodularis
Merupakan tanda klinik yang kronis yaitu nodul yang gatal dan secara histologi
2.7 Penatalaksanaan
Pada pasien dewasa, skabisid topikal harus dioleskan di seluruh permukaan tubuh kecuali
area wajah dan kulit kepala,dan lebih difokuskan di daerah sela-sela jari, inguinal,
genital, area lipatan kulit sekitar kuku, dan area belakang telinga. Pada pasien anak dan
skabies berkrusta, area wajah dan kulit kepala juga harus dioleskan skabisid topikal.
Pasien harus diinformasikan bahwa walaupun telah diberikan terapi skabisidal yang
adekuat, ruam dan rasa gatal di kulit dapat tetap menetap hingga 4 minggu. Jika tidak
diberikan penjelasan, pasien akan beranggapan bahwa pengobatan yang diberikan tidak
berhasil dan kemudian akan menggunakan obat anti skabies secara berlebihan. Steroid
topikal, anti histamin maupun steroid sistemik jangka pendek dapat diberikan untuk
menghilangkan ruam dan gatal pada pasien yang tidak membaik setelah pemberian terapi
2. Pengobatan meliputi seluruh bagian dari kulit tanpa terkecuali baik yang yang
5. Ganti pakaian, handuk, sprei, yang digunakan, selalu cuci dengan teratur dan bila
1. Permethrin
Permethrin merupakan sintesa dari pyrethtoid, sifat skabisidnya sangat baik. obat
akibat salah dalam penggunaannya sangat kecil. Hal ini disebabkan karena hanya
sedikit yang terabsorbsi dan cepat dimetabolisme di kulit dan deksresikan di urin.
Tersedia dalam bentuk krim 5 % dosis tunggal digunakan selama 8-12 jam,
digunakan malam hari sekali dalam 1 minggu selama 2 minggu, apabila belum
tidak dapat diberikan pada bayi yang kurang dari 2 bulan, wanita hamil, dan ibu
menyusui. Efek samping jarang ditemukan berupa rasa terbakar, perih, dan gatal.
M. Preparat sulfur yang tersedia dalam bentuk salep (2% -10%) dan umumnya
salep konsentrasi 6% lebih disukai. Cara aplikasi salep sangat sederhana, yakni
mengoleskan salep setelah mandi ke seluruh kulit tubuh selama 24 jam tiga hari
berturut-turut. Keuntungan penggunaan obat ini adalah harganya yang murah dan
Bila kontak dengan jaringan hidup, preparat ini akan membentuk hidrogen sulfida
dan pentathionic acid (CH2S5O6) yang bersifat germisid dan fungisid. Secara
umum sulfur bersifat aman bila digunakan oleh anak-anak, wanita hamil dan
menyusui serta efektif dalam konsentrasi 2,5% pada bayi. Kerugian pemakaian
obat ini adalah bau tidak enak, mewarnai pakaian dan kadang-kadang
3. Benzyl benzoate
Benzyl benzoate adalah ester asam benzoat dan alkohol benzilyang merupakan
bahan sintesis balsam peru. Benzyl benzoate bersifat neurotoksik pada tungau
skabies. Digunakan sebagai 25% emulsi dengan periode kontak 24 jam dan pada
usia dewasa muda atau anak-anak, dosis dapat dikurangi menjadi 12,5%. Benzyl
benzoate sangat efektif bila digunakan dengan baik dan teratur dan secara
kosmetik bisa diterima. Efek samping dari benzyl benzoate dapat menyebabkan
dermatitis iritan pada wajah dan skrotum, karena itu penderita harus diingatkan
dan menyusui, bayi, dan anak-anak kurang dari 2 tahun. Tapi benzyl benzoate
2015).
insektisida yang bekerja pada sistem saraf pusat tungau. Lindane diserap masuk
bagian tubuh tungau dengan konsentrasi tinggi pada jaringan yang kaya lipid dan
bawah selama 12-24 jam dalam bentuk 1% krim atau losion. Setelah pemakaian
dicuci bersih dan dapat diaplikasikan lagi setelah 1 minggu.Hal ini untuk
sudah efektif. Dianjurkan untuk tidak mengulangi pengobatan dalam 7 hari, serta
Efek samping lindane antara lain menyebabkan toksisitas sistem saraf pusat,
kejang, dan bahkan kematian pada anak atau bayi walaupun jarang terjadi. Tanda-
tanda klinis toksisitas SSP setelah keracunan lindane yaitu sakit kepala, mual,
Tingkat keberhasilan bervariasi antara 50% dan 70%. Hasil terbaik telah
diperoleh bila diaplikasikan dua kali sehari selama lima hari berturut-turut setelah
mandi dan mengganti pakaian dari leher ke bawah selama 2 malam, kemudian
dicuci setelah aplikasi kedua. Efek samping yang ditimbulkan berupa iritasi bila
6. Ivermectin
avermitilis, anti parasit yang strukturnya mirip antibiotik makrolid, namun tidak
mempunyai aktifitas sebagai antibiotik, diketahui aktif melawan ekto dan endo
parasit. Digunakan secara meluas pada pengobatan hewan, pada mamalia, pada
Diberikan secara oral, dosis tunggal, 200 ug/kgBB dan dilaporkan efektif untuk
skabies. Digunakan pada umur lebih dari 5 tahun. Juga dilaporkan secara khusus
(Amiruddin, 2013).
7. Monosulfiran
Tersedia dalam bentuk lotion 25% sebelum digunakan harus ditambahkan 2-3
bagian air dan digunakan setiap hari selama 2-3 hari (Amiruddin, 2013).
8. Malathion
Malathion 0,5% adalah dengan dasar air digunakan selama 24 jam, pemberian
berikutnya beberapa hari kemudian. Namun saat ini tidak lagi direkomendasikan
2015).
BAB III
PEMBAHASAN
Diagnosis skabies ditegakkan berdasarkan terpenuhinya 2 dari 4 tanda kardinal kriteria
diagnosis pada skabies, antara lain pruritus nokturna, community infection, menemukan
terowongan (kanalikuli), dan menemukan tungau Sarcoptes scabiei. Pasien ini sudah dapat
didiagnosis dengan skabies karena memenuhi dua kriteria, yaitu pruritus nokturna dan
community infection. Diagnosis diperkuat dengan pemeriksaan fisik yaitu ditemukannya lesi
pada tempat predileksi yaitu sering ditemukan di daerah sela-sela jari, pergelangan tangan
bagian depan dan lateral telapak tangan, siku, aksilar, skrotum, penis, labia dan pada areola
wanita (pada bagian-bagian kulit yang tipis) (Currie, 2014). Pada pasien ini di dapatkan
pergelangan tangan lalu bertambah ke sela sela jari, leher, menjalar ke perut dan pergelangan
Erupsi eritematous dapat tersebar di badan sebagai reaksi hipersensitivitas pada antigen
tungau. Lesi yang patognomonis adalah terowongan yang tipis dan kecil seperti benang,
berstruktur linear kurang lebih 1 hingga 10 mm, berwarna putih abu-abu, pada ujung
terowongan ditemukan papul atau vesikel yang merupakan hasil dari pergerakan tungau di
dalam stratum korneum. Terowongan ini terlihat jelas kelihatan di sela-sela jari, pergelangan
tangan dan daerah siku. Namun, terowongan tersebut sukar ditemukan di awal infeksi karena
aktivitas menggaruk pasien yang hebat (Stone, 2018). Pada pasien didapatkan pampak papula
Diagnosis Banding Insect Bite, karakteristik lesi berupa urtikaria papul eritematous 1-4 mm
berkelompok dan tersebar di seluruh tubuh, sedangkan tungau skabies lebih suka memilih
area tertentu yaitu menghindari area yang memiliki banyak folikel pilosebaseus (Burns, 2014;
Elston, 2018). Pada gigitan dan sengatan serangga rea lesinya hanya terbatas pada daerah
gigitan dan sengatan serangga saja sedangkan skabies ditemukan lesi berupa terowongan
yang tipis dan kecil seperti benang berwarna putih abu-abu, pada ujung terowongan
Diagnosis Banding Prurigo Nodularis, Merupakan tanda klinik yang kronis yaitu nodul yang
gatal dan secara histologi ditandai adanya hiperkeratosis dan akantosis hingga ke bawah
epidermis. Sedangkan pada skabies ditemukan Sarcoptes scabiei di bagian teratas epidermis
Diagnosis pasti pasien ini ditegakkan dengan menemukan terowongan (kanalikulus) serta
menemukan tungau dewasa, telur, larva, dan skibala sarcoptes scabiei, namun karena
keterbatasan alat yang ada di puskesmas, pemeriksaan ini tidak dapat dilakukan. Berdasarkan
dua tanda cardinal yang telah ditemukan, pasien ini diterapi dengan pengobatan skabies.
Pengobatan scabies pada orang dewasa meliputi pemberian scabisid topical, anti histamin,
dan boleh juga diberikan steroid untuk menghilangkan ruam ruam kemerahan, edukasi
mengenai kebersihan diri dan lingkungan (Stone, 2018). Pada pasien diberikan permethrin
5%, antihistamin yaitu cetirizine 1x10 mg, edukasi mengenai kebersihan tubuh dan
lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin MD. Skabies. In. Amiruddin MD, editor. Ilmu Penyakit Kulit. Ed 1. Makassar:
Bagian ilmu penyakit kulit dan kelamin fakultas kedokteran universitas hasanuddin;
2013. p. 5-10.
Badri M. 2017. Hygiene Perseorangan Santri Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar
Ponorogo. Media Litbang Kesehatan. 7(2). 20-7
Boediardja S. 2013. Skabies pada Bayi dan Anak. Editor: Boediardja S, Sugito T, Kurniati D,
Elandari. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Brown R.G., Burns T. 2012. Lecture Notes Dermatology. Edisi ke- 8. Jakarta: Penerbit
Erlangga. pp: 42-47.
Burns DA. 2014.Diseases Caused by Arthropod and Other Noxious Animals. In: Burns T,
Breathnac S, Cox N, and Griffiths C, ed. Rook’s Textbook of Dermatology. 7th ed.
Oxford: Blackwell; 2004.p. 33.37-33.46.
Currie JB, McCarthy JS. 2012. Permethrin and Ivermectin for Scabies.New England J Med ;
362: p. 718.
Elston DM. Bites and stings. 2018. In: Bolognia JL, Jorizzo JL, Rapini RP, editors.
Bolognia: Dermatology. 2nd ed. USA: Mosby Elsevier; p. 8.4.
Gandahusada S., Ilahude H.D., Pribadi W. (ED). 2012. Parasitologi Kedokteran. Jaakarta:
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. pp: 264-266.
Granholm JM, Olazowaki J.2015. Scabies prevention and control manual. Michigan
department of community health.; 1: p. 10.
Habif TP. Infestations and bites. 2014. In: Habif TP, editor. A clinical dermatology : a color
guide to diagnosis and therapy. 4th ed. London. Mosby; 2004. p. 500.