Anda di halaman 1dari 35

CASE REPORT

Seorang Wanita 76 Tahun dengan Infeksi Saluran Kemih Bawah


( Cystitis)

Pembimbing :
dr. Cicilia Diah Puspitasari, Sp. PD, FINASIM

OLEH :
Nadya Kusuma Wardani
21710129

Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya


RSUD Bangil Kab. Pasuruan
Bagian Ilmu Penyakit Dalam

2023

1
PEMERINTAH KABUPATEN PASURUAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANGIL
Jl. Raya Raci – Bangil, Telp. (0343) 744900
Fax. (0343) 744940
PASURUAN

LEMBAR PENGESAHAN

KEPANITERAAN KLINIK FK-UWKS


RSUD BANGIL KABUPATEN PASURUAN

Telah dipresentasikan di:

Bangil, ..............................................................2023
Stase Ilmu Kesehatan Ilmu Penyakit Dalam

Mengetahui,
Kepala Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam

dr. Cicilia Diah Puspitasari, Sp. PD, FINASIM

2
KATA PENGANTAR

Segala puji kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
Laporan Kasus denga judul “Seorang Wanita 76 Tahun dengan Infeksi Saluran
Kemih Bawah
( Cystitis)” ini dengan baik sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Semoga
laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Bersama ini saya juga
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga
terselesaikannya Laporan kasus ini, terutama kepada dokter pembimbing saya
yang telah membimbing, memberi arahan, dan masukan kepada saya sehingga
laporan kasus ini dapat saya susun. Dalam penyusunan laporan kasus ini tentu
jauh dari sempurna, oleh karena itu segala kritik dan saran sangat saya harapkan
demi perbaikan dan penyempurnaan laporan kasus ini dan untuk pelajaran bagi
kita semua.

Bangil, 1 April , 2023

Penulis

3
BAB I

PENDAHULUAN

Infeksi saluran kemih sering terjadi dan menyerang manusia tanpa


memandang usia, terutama perempuan. Infeksi ini disebabkan oleh berbagai
bakteri piogenik; di luar rumah sakit terutama Escherichia coli, sedangkan di
dalam rumah biasanya oleh bakteria dari kelompok pseudomonas, proteus dan
klebsiella.Infeksi saluran kemih dilaporkan lebih sering pada wanita dibandingkan
dengan pria, diduga karena anatomi uretra yang lebih pendek pada wanita dan
adanya substansi antibakteri pada cairan prostat pria.1 Di negara maju,
menunjukkan bahwa infeksi saluran kemih (ISK ) merupakan jenis infeksi yang
paling banyak ditemukan di rawat jalan, dengan insidensi seumur hidup mencapai
50-60% pada wanita dewasa.2

Salah satu dari penyakit infeksi saluran kemih adalah Sistitis, sistitis lebih
dikenal sebagai infeksi salturan kemih bagian bawah yang disebabkan oleh infeksi
bakteri pada kandung kemih. Bakteri penyebab dari sititis adalah bakteri
Escherichia coli, Menghitung sekitar 75% sampai 95% kasus, Escherichia coli
adalah agen etiologi yang paling umum pada ISK tanpa komplikasi pada wanita,
diikuti oleh Klebsiella. Patogen etiologi umum lainnya termasuk spesies dari
keluarga Enterobacteriaceae, seperti Proteus mirabilis, dan bakteri lainnya, seperti
sebagai Staphylococcus saprophyticus dan enterococcus.3

Epidemiologi sititis ecara global memiliki frekuensi sistitis tanpa komplikasi


pada wanita muda yang aktif secara seksual diperkirakan sebesar 0,5 episode per
orang tahun di Amerika Serikat. Puncak angka kejadian adalah pada rentang usia
18 hingga 39 tahun. Meski jarang menimbulkan mortalitas, ISK memiliki
rekurensi yang tinggi dan menyebabkan morbiditas signifikan. Tingkat mortalitas
pada ISK complicated dilaporkan antara 2% hingga 33%.4

4
BAB II

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Turahningtyas
Umur : 76 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Bunguran, Desa Pleret, Kec. Pohjentrek, Kab.
Pasuruan
Agama : Islam
Tanggal masuk RS : 02-12-2022

II. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama :
Nyeri Perut
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD RSUD bangil dengan keluhan nyeri perut
dirasakan terus menerus pada bagian bawah sejak 2 hari yang lalu
( 24/3/23), pasien mengaku nyeri saat ingin kencing dan rasa perih saat
ingin kencing walaupun pasien menggunakan kateter, pasien mengaku
kencing berubah warna menjadi kuning keruh dan hanya keluar sedikit
sejak kemarin ( 25/3/23). Pasien mengaku sempat demam sejak 1 hari
SMRS demam dirasakan mendadak, , pusing (-), mual (+), muntah (+),
kencing berpasir (-) , keputihan (-), pasien pernah mengalami sakit
yang sama ±2 bulan yang lalu dan sempat berobat ke urologi.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat penyakit seperti ini : diterima sudah lama dulu
sempat seperti ini

Riwayat hipertensi : disangkal


Riwayat diabetes melitus : diterima ( terkontrol )
Riwayat penyakit jantung : diterima
Riwayat operasi sekitar perut : disangkal

5
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat trauma : disangkal

4. Riwayat Pengobatan
1 bulan terakhir pasien sedang menjalani pengobatan jantung
- Bisoprolol
- Furosemide
- Clopidogrel
- lantus Pen ( 2 minggu ini berhenti )
5. Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga tidak ada yang mengalami keluhan serupa.


Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat diabetes : disangkal
Riwayat alergi makanan atau obat : disangkal

6. Riwayat Kebiasaan
Kebiasaan minum air putih : sedikit
Kebiasaan minum/ makan manis : diakui
Kebiasaan membersihkan area kewanitaan : kurang

III. PEMERIKSAAN FISIK


a. Pemeriksaan Umum :
1. Keadaan umum : Lemah
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Tanda – tanda vital :
- Tekanan darah : 128/80 mmHg
- Nadi : 90 x/menit
- Temperatur : 36,6 ºC
- Respiration Rate : 20 x/menit
- SpO2 : 98%
4. Kulit : Tampak ikthiosis pada kedua kaki,
tidak terdapat eritema palmaris, tidak ada spider nervi

6
b. Pemeriksaan Khusus
1. Kepala
 Bentuk : normocephal, simetris, deformitas (-)
 Rambut : beruban tidak mudah dicabut
 Mata
- Eksoftalmus/Enoptalmus : Tidak ada

- Gerakan : Ke segala arah

- Kelopak mata : Edema (-)/(-), hematoma (-)/(-)

Konjungtiva Anemis (-)/(-)

- Sklera : Ikterus (-)/(-)

- Kornea: Jernih

- Pupil : Bulat, isokor diameter 2,5 mm/2,5 mm Refleks cahaya


langsung (+)/(+)

- Secret : (-)

 Telinga

- Pendengaran : menurun

- Secret (-)

 Hidung : Simetris, tidak terdapat secret, deformitas (-) , napas


cuping hidung -/-
 Mulut : sianosis (-), bau (-), mukosa mulut pucat (-).
- Bibir : kering (+)
- Gigi : karies dentis (-), abses (-), gusi tidak pucat dan hiperemis
- Ginggiva: hiperemis (-), pucat (-)
- Lidah : deformitas (-), granulasi (-)
- Faring : hiperemis (-)
- Tonsil : T1 – T1 Tenang

7
2. Leher
 Inspeksi : tidak tampak pembesaran KGB leher
 Palpasi : tidak teraba pembesaran KGB leher, tidak
teraba adanya massa, tidak teraba adanya deviasi trakea, tidak
ada nyeri tekan
3. Dada
- Jantung
o Inspeksi : Ictus Cordis tak tampak
o Palpasi : Ictus Cordis tak teraba
o Perkusi :
 Batas atas : intercostalis II parasternal kiri

 Batas kanan : intercostalis IV garis parasternal dextra

 Batas kiri : intercostalis V garis midclavicular sinistra

 Batas pinggang jantung : intercostalis III sterna sinistra


o Auskultasi : S1S2 tunggal reguler, gallop -, murmur –

- Paru
- Inspeksi : D/S simetris dan dinamis
- Palpasi : Nyeri tekan sternum (-)
- Perkusi : Sonor/Sonor kedua lapang paru.
- Auskultasi : Ves/Ves, rhonki (-/-), whezzing (-/-)
4. Abdomen :
 Inspeksi : Datar, simetris, jejas (-) , tonjolan (-)
 Auskultasi : Soefl, Bising usus (+) peristaltic kesan normal
 Perkusi : Timpani (+)

 Palpasi : soefl, nyeri tekan (+) daerah suprapubic ,


Hepar tidak teraba membesar, lien tidak teraba membesar, nyeri
ketok costovertebral (-)

5. Genetalia : dalam batas normal

8
6. Extremitas :
Superior : Akral Hangat :+/+
Oedem

Ichtyosis

Palmar eritema. :-/-

Inferior : Akral Hangat :+ / +


Oedem :-/-
Ichtyosis : +/+

7. Status Lokalis
Ulkus pada Regio Sacrum grade II , dengan ukuran ± 3- 5 x2cm, jaringan
nekrotik (-), Pus (+), Kontaminasi feses (-)

9
c. Foto Klinis

Gambar 1 tampak warna kuning keruh dan berbusa pada selang kateter

10
Gambar 2 gambaran kulit kaki yang kering ( ichtyosis)
IV. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
hasil laboratorium IGD ( 26/03/2023)
HEMATOLOGI
A. Darah lengkap
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan
12-16
Hemoglobin (HGB 13,04
)
Nilai Kritis: <7 Or > 21
g/dL
Eritrosit ( RBC) 4,392 4 – 5,2
33-51
Hematokrit 38,8 %
Nilai Kritis: <21 Or >65
( HCT )
fL
MCV 88,26 80 – 100

pg
MCH 29,69 26-34

MCHC 33,64 % 32-36


RDW 13,28 H % 11,5-13,1
x 103/uL 4,5-11
Leukosit ( WBC) 33,58 HH
Nilai Kritis: <2 Or > 30

Eosinofil % 0,9 % 0-3


Basofil % 0,5 % 0-1
Neutrofil% 89,2 H % 35-66
Limfosit % 6,3 L % 24-44
Monosit % 3,07 % 3-6
x 103/uL
Eosinofil 0,318 0-0,33

x 103/uL
Basofil 0,17 H 0-011
x 10 /uL
3
Neutrofil 30,0 H 1,5-8,5
x 103/uL
Limfosit 2,11 1,1-5,0
x 10 /uL
3
Monosit 1,03 H 0,14-0,66
x 10 /uL
3
150-450
PLT 447
Nilai Kritis: <20 Or >
11
1000
fL 6,90-10,6
MPV 8,022
NLR 14,22

B. KIMIA KLINIK

FAAL GINJAL
Bun 32 H 7,8-20,23 mg/dL

Creatinin 1,754 H 0,6-1,0 mg/Dl

KADAR GULA DARAH

GDS 129 < 200 mg/Dl

ELEKTROLIT

Natrium 125,00 L 135-147 mmol/L

Kalium 3,43 L 3,5-5,0 mmol/L

Klorida 89,00 L 95-105 mmol/L

C. URINALISIS

Urin lengkap
Warna Kuning

pH 8,0 5
Berat jenis 1,020 1000
Glukosa NEGATIF mg/dL Negatif
Protein POSITIF 2 mg/L Negatif

Bilirubin NEGATIF Negatif


Urobilinogen NEGATIF mg/dL <=0,2
Darah NEGATIF Negatif

Keton TRACE mg/dL Negatif


Nitrit NEGATIF Negatif
Leukosit 500 Negatif

12
Leukosit 5-10 /LPB 0-4
Sedimen urin
Eritrosit 2-5 /LPB 0-3
Epitel 3-6 /LPK 0-3

Silinder NEGATIF /LPK Negatif


( hialin 0- 2)

Bakteri Positif /LPB Negatif

Kesan : peningkatan leukosit dalam darah , pada faal ginjal bun kreatinin
meningkat,penurunan Natrium dan Kalium dan pada Urinalisis didapatlam Protein
dengan +2 dan bakteri dan pada sedimen urin didapatkan leukosituria 5- 10
lapangan pandang , pada pemeriksaan elektrolit didapatkan penurunan natrium dan
kalium

b. Foto Rontgen

Rontgen Thorax tanggal 28/02/2023

Gambar 3
Kesan : foto thorax tak tampak kelainan

13
V. ASSESEMENT
- Infeksi saluran kencing bawah dd Batu saluran kencing
- Dispepsia
VI. PLANNING
PDx: Lab DL, GDA, BUN/SK
PTx :
- Inf. PZ 0,9% 21tpm
- Drip Fosmycin 2x 2gr
- Inj. Antrain 3x1
- Inj. Lansoprazole 1x30mg
- Inj. Metocloperamide 3x1
PO :
- Urineter 2x1
- KSR 2x600mg
- Sanmol 3x500mg
- Syrup. Sulcralfate 3x1 C
- Cystone 2x 2

VII. PROGNOSIS
Prognosis ad vitam : Dubia ad bonam
Prognosis ad fungtionam : Dubia ad bonam
Prognosis ad sanactionam : Dubia

14
VIII. FOLLOW UP
Ruang Melati I B
1. Follow Up tanggal 27/ 03/23

S Nyeri perut bagian bawah (+), mual (+), muntah (+), kembung (+), kaki
bengkak (-)
O KU Lemah
Kesadaran Compos Mentis
VS: tek. 100/70 mmHg
Darah: 64 x/menit
Nadi : 18 x/menit
RR : 36,6 C
Suhu :
Kepala leher : Konjungtiva pucat(-), ikterik (-)
Thorax : C/P Cor/pulmo dbN
Abdomen I Membuncit
A BU (+) normal
P Timpani
P Soepel, nyeri tekan (+) regio suprapubic, asites (-)
Ekstremitas Akral hangat + + EDEMA - -
++ --
A
- Infeksi saluran kemih dd BSK
P
PDx : DL , UL
PTx :
- Inf. PZ 0,9% 21tpm
- Drip Fosmycin 2x 2gr
- Inj. Antrain 3x1
- Inj. Lansoprazole 1x30mg
- Inj. Metocloperamide 3x1
PO :
- Urineter 2x1
- KSR 2x600mg

15
- Sanmol 3x500mg
- Syrup. Sulcralfate 3x1 C

2. Follow Up Tanggal 28/3/2023


S Nyeri perut bagian bawah (+) , mual (+), muntah (+), kembung (+),
paha terasa kebas (- )
O KU Lemah
Kesadaran Compos Mentis
VS: tek. 126/65 mmHg
Darah: 63 x/menit
Nadi : 20 x/menit
RR : 36,6 C
Suhu :
Kepala leher : Konjungtiva pucat(-), ikterik (-)
Thorax : C/P Cor/pulmo dbN
Abdomen I Cembung
A BU (+) normal
P Timpani
P Soepel, nyeri tekan (+) regio suprapubic , asites (-)
Ekstremitas Akral hangat + + EDEMA - -
++ --
A
- Cystitis
P
PDx : DL , UL
PTx :
- Inf. PZ 0,9% 21tpm
- Drip Fosmycin 2x 2gr
- Inj. Antrain 3x1
- Inj. Lansoprazole 1x30mg
- Inj. Metocloperamide 3x1
PO :
- Urineter 2x1
- KSR 2x600mg
- Besanmag 3x1 ac

16
a. USG Abdomen
Hasil usg abdomen tanggal 28/03/2023

Gambar 4
Kesan : Cystitis
Buli : volume cukup , tampak penebalan dinding, dan tampak massa/batu/kista

17
3. Follow Up tanggal 29/3/2023
S Nyeri perut bagian bawah (+) , mual (+), muntah (+) satu kali , kembung
(-)
O KU Cukup
Kesadaran Compos Mentis
VS: tek. 106/56 mmHg
Darah: 63 x/menit
Nadi : 20 x/menit
RR : 36,5 C
Suhu :
Kepala leher : Konjungtiva pucat(-), ikterik (-)
Thorax : C/P Cor/pulmo dbN
Abdomen I Cembung
A BU (+) normal
P Timpani
P Soepel, nyeri tekan (+) regio hypogastric , asites (-)
Ekstremitas Akral hangat + + EDEMA - -
++ --
A
- Cystitis

P
PDx : DL , UL , UA
PTx :
- Inf. PZ 0,9% 21tpm
- Drip Fosmycin 2x 2gr
- Inj. Antrain 3x1
- Inj. Lansoprazole 1x30mg
- Inj. Metocloperamide 3x1
PO :
- Urineter 2x1
- Besanmag > STOP

18
4. Follow Up 30/3/23
S Nyeri perut bagian bawah (+) , mual (+) sudah berkurang , muntah (-)
sebah (-), kembung (-), paha terasa kebas (-)
O KU Cukup
Kesadaran Compos Mentis
VS: tek. 126/65 mmHg
Darah: 63 x/menit
Nadi : 20 x/menit
RR : 36,6 C
Suhu :
Kepala leher : Konjungtiva pucat(-), ikterik (-)
Thorax : C/P Cor/pulmo dbN
Abdomen I Datar
A BU (+) normal
P Timpani
P Soepel, nyeri tekan (+) regio hypogastric , asites (-)
Ekstremitas Akral hangat + + EDEMA - -
++ --
A
- Cystitis

P
PDx : DL , UL ,Bladder Training
PTx :
- Inf. PZ 0,9% 21tpm
- Drip Fosmycin 2x 2gr
PO :
- Urinter 2x1
- Domperidone 3x10mg
- Lansoprazole 1x30mg ac
- Paracetamol 3x 500mg
- Vit B Compleks 1x1 pg

19
Hasil laboratorium 30/3/23
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan
12-16
Hemoglobin 11,04 L
(HGB )
Nilai Kritis: <7 Or > 21
g/dL
Eritrosit ( RBC) 4,077 4 – 5,2

33-51
Hematokrit 36,8 %
Nilai Kritis: <21 Or
( HCT )
>65
fL
MCV 89,15 80 – 100

pg
MCH 28,64 26-34

MCHC 32,13 % 32-36


RDW 12,95 % 11,5-13,1
x 103/uL 4,5-11
Leukosit 10,63
Nilai Kritis: <2 Or > 30
( WBC)

Eosinofil % 7,0 H % 0-3


Basofil % 1,3 H % 0-1
Neutrofil% 65,9 % 35-66
Limfosit % 17,2 % 24-44
Monosit % 8,71 H % 3-6
x 103/uL
Eosinofil 0,741H 0-0,33

x 103/uL
Basofil 0,14 H 0-011
x 10 /uL
3
Neutrofil 7,0 H 1,5-8,5
x 10 /uL
3
Limfosit 1,82 1,1-5,0
x 103/uL
Monosit 0,93 H 0,14-0,66
x 103/uL 150-450
PLT 431
Nilai Kritis: <20 Or >
1000
fL 6,90-10,6
MPV 6,569 L

20
NLR 3,85

FAAL GINJAL
Bun 8 7,8-20,23 mg/dL

Creatinin 0,612 0,6-1,0 mg/Dl

Asam Urat 6,71 H 2,3 – 6 MG/dL

KADAR GULA DARAH

GDS 129 < 200 mg/Dl

Urin lengkap
Warna Kuning
pH 5,0 5
Berat jenis 1,015 1000
Glukosa NEGATIF mg/dL Negatif
Protein NEGATIF mg/L Negatif
Bilirubin NEGATIF Negatif
Urobilinogen NEGATIF mg/dL ≤0,2
Darah NEGATIF Negatif
Keton TRACE mg/dL Negatif
Nitrit NEGATIF Negatif
Leukosit NEGATIF Negatif
Leukosit 0-3 /LPB 0-4
Sedimen urin
Eritrosit 0-3 /LPB 0-3
Epitel 0-3 /LPK 0-3
Silinder NEGATIF /LPK Negatif
( hialin 0- 2)

Bakteri Positif /LPB Negatif

21
5. Follow Up 31/3/23
S Nyeri perut bagian bawah (+) ≪, Tidak bisa BAK setelah lepas kateter
O KU Cukup
Kesadaran Compos Mentis
VS: tek. 147/78 mmHg
Darah: 92 x/menit
Nadi : 20 x/menit
RR : 36,6 C
Suhu :
Kepala leher : Konjungtiva pucat(-), ikterik (-)
Thorax : C/P Cor/pulmo dbN
Abdomen I Cembung
A BU (+) normal
P Timpani
P Soepel, nyeri tekan (+) regio hypogastric , asites (-)
Ekstremitas Akral hangat + + EDEMA - -
++ --
A
- Infeksi Saluran Kemih Cystitis

P
PDx : DL , UL
PTx :
- Inf. PZ 0,9% 21tpm
- Drip Fosmycin 2x 2gr
PO :
- Urineter 2x1
- Domperidone 3x10mg
- Lansoprazole 1x30mg ac
- Paracetamol 3x 500mg
- Vit B Compleks 1x1 pg

22
6. Follow Up 1/ 4/ 2023
S Bisa BAK on Cateter
O KU Cukup
Kesadaran Compos Mentis
VS: tek. 122/65 mmHg
Darah: 95 x/menit
Nadi : 20 x/menit
RR : 36,7 C
Suhu :
Kepala leher : Konjungtiva pucat(-), ikterik (-)
Thorax : C/P Cor/pulmo dbN
Abdomen I Cembung
A BU (+) normal
P Timpani
P Soepel, nyeri tekan (+) regio hypogastric , asites (-)
Ekstremitas Akral hangat + + EDEMA - -
++ --
A
- Infeksi Saluran Kemih Cystitis

P
PDx : DL , UL
PTx :
- Inf. PZ 0,9% 21tpm
- Drip Fosmycin 2x 2gr
PO :
- Urineter 2x1
- Domperidone 3x10mg
- Lansoprazole 1x30mg ac
- Paracetamol 3x 500mg
- Vit B Compleks 1x1 pg

23
IX. RESUME
- Pasien datang dengan keluhan nyeri perut dirasakan terus menerus pada
bagian bawah sejak 2 hari yang lalu pasien mengaku nyeri saat ingin
kencing dan rasa perih saat ingin kencing walaupun pasien menggunakan
kateter, pasien mengaku kencing berubah warna menjadi kuning keruh dan
hanya keluar sedikit sejak kemarin Pasien mengaku sempat demam sejak 1
hari SMRS demam dirasakan mendadak, , pusing (-), mual (+), muntah (+),
kencing berpasir (-)pasien pernah mengalami sakit yang sama ±2 bulan yang
lalu dan sempat berobat ke urologi. , pasien mempunyai Riwayat diabetes
melitus terkontrol, saat ini pasien sedang menjalani pengobatan jantung.

- Pada pemeriksaan fisik didapatkan Nyeri Tekan (+) pada Suprapubic ,hepar
tidak teraba , acites (-) , edema kaki (-)

- Pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan leukosit dalam darah dan


diapatkan bakteri dan leukosit 5- 10 lapangan pandang , pada pemeriksaan
elektrolit didapatkan penurunan natrium dan kalium

- Hasil USG abdomen : tampak penebalan dinding pada buli dengan kesan
Cystitis

- Berdasarakna anamnesis , pemeriksaan fisk, pemeriksaan penunjnag maka


pasien ini dapat didiagnosis infeksi saluran kemih cystitis

24
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan istilah yang digunakan


untuk menunjukkan bakteriuria patogen dengan colony forming units per
mL CFU/ ml urin > 101, dan lekositouria >10 per lapangan pandang besar,
disertai manifestasi klinik3. ISK akhir-akhir ini juga didefinisikan sebagai
suatu respon inflamasi tubuh terhadap invasi mikroorganisme pada
urothelium4

Cystitis semdiri adalah presentasi klimis infeksi kandung kemih


disertai bacteriuria ynag bermakna dengan terjadinya inflamasi pada
mukosa buli – buli ( vesica urinaria ) 5. Sitistis dibedakan adanya
komplikasi dan tidak adanya komplikasi

B. ETIOLOGI

Etiologi penyebab infeksi saluran kemih (ISK) umumnya adalah


Escherichia coli, yang telah dilaporkan pada 70-95% pada kasus ISK.
Infeksi saluran kemih juga dipengaruhi oleh inang, seperti umur, adanya
komorbiditas, kerusakan korda spinalis, atau kateterisasi.6

Patogen etiologi umum lainnya termasuk spesies dari keluarga


Enterobacteriaceae, seperti Proteus mirabilis, dan bakteri lain, seperti
Staphylococcus saprophyticus dan enterococcus. Spesies bakteri lain sangat
jarang menyebabkan ISK dan biasanya merupakan kontaminasi ketika
diisolasi dari kultur urin orang yang sehat. Ini termasuk bakteri seperti
Streptococci Grup B, Lactobacillus, dan stafilokokus koagulase-negatif
lainnya selain S. saprophyticus7

Secara etiologi dapat dibedakan juga memlaui komplikasi dan tanpa


komplikasi5
a. Etiologi infeksi saluran kemih tanpa komplikasi 5
Sekitar 80% kasus ISK uncomplicated disebabkan oleh E
25
coli dan 10-15% kasus disebabkan oleh Staphylococcus
saprophyticus. Pada kasus sistitis dan pyelonephritis uncomplicated
juga terkadang dapat disebabkan oleh spesies Klebsiella,
Enterobacter, Proteus, dan Enterococcus faecalis.
b. Etiolgi infeksi saluran kemih dengan komplikasi 5
Etiologi ISK complicated umumnya adalah E coli,
Enterococcus, Klebsiella, Pseudomonas, Enterococcus, dan
Staphylococcus. Pada pasien rawat inap, penderita diabetes, pasien
imunokompromais, dan pasien yang menggunakan kateter, etiologi
ISK dapat disebabkan oleh Candida albicans atau spesies Candida
lainnya.

C. PATOGENESIS
Sejauh ini diketahui bahwa saluran kemih atau urin bebas dari
mikroorganisme atau steril. Infeksi saluran kemih (ISK) terjadi pada saat
mikroorganisme masuk ke dalam saluran kemih dan berbiak di dalam media
urin. Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui cara:
1. Ascending
2. Hematogen seperti pada penularan M tuberculosis atau S aureus
3. Limfogen
4. Langsung dari organ sekitarnya yang sebelumnya telah terinfeksi

26
Sebagian besar mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui
cara ascending. Kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang
berasal dari flora normal usus dan hidup secara komensal di dalam introitus

vagina, prepusium penis, kulit perineum, dan di sekitar anus.


Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui uretra – prostat – vas
deferens – testis (pada pria) – buli-buli – ureter, dan sampai ke ginjal.

Gambar 5
Masuknya kuman secara ascending ke dalam saluran kemih,
(1) kolonisasi kuman di sekitar uretra,
(2) masuknya kuman melalui uretra ke buli-buli,
(3) penempelan kuman pada dinding buli-buli,
(4) masuknya kuman melalu ureter ke ginjal.

D. FAKTOR RESIKO
Kebanyakan sistitis disebabkan oleh infeksi asendens melalui
uretra, tetapi juga disebabkan oleh infeksi desendens dari saluran kemih
atas. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan sistitis antara lain:5
- Jenis Kelamin
- Peningkatan usia
- Terdapatnya benda asing pada saluran kemih

( Batu , Kateter )

27
- Aktivitas seksual
- Riwayat ISK yang berulang
- Riwayat ISK pada keluarga

Terdapat factor dari Komorbid yang dapat menyebkan infeksi6


- Diabetes melitus
- Menopause
- Gangguan pengongsongan kandung kemih pada kasus
trauma korda spinalis dan prolaps panggung
- Kelainan anatomi

E. MANIFESTASI KLINIS
Sititis memperlihatkan bebrapa gejala seperti frekuensi,urgensi,
hematuria, dysuria dan nyeri panggul. Gejala tambahan lainnya seperti
nocturia, urin berwarna gelap dan keruh serta adanya bau menyengat dari
urim demam, kadang infeksi kandung kemih juga tidak menimbulkan gejala

A. Anamnesis
Pada anamnesa dapat dijumpai gejala berupa
1. LUTS ada tiga fase yaitu :
a. fase pengisian
- sering berkemih di
- siang dan malam hari
- sulit menahan BAK - hingga mengompol
b. fase berkemih
- BAK mengejan
- terputus – putus
- Tidak tuntas
- pancaran urin lemah
c. fase setelah berkemih
- BAK menetes setelah berkemih
2. Nyeri pada perut bagian bawah
3. Riwayat penggunaan kateter yang berulang
28
4. Riwayat Higinenitas saluran kencing

B. Pemeriksaan fisik
Sedangkan pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri tekan
suprapubic akibat dari kontraksi buli – buli, terdapat eritema hingga edema
pada buli – buli akibat dari reaksi inflamasi, biasanya didapatkan juga nyeri
ketok pada cotovertebra hal ini harus dicurigai dikarenakan infeksi yang
sudah menjalar keatas

C. Pemeriksaan penunjang
a. Urinalisis6
- makroskopik ; urin berwarna keruh dan berbau
- mikroskopik : pyuria, hematuria, dan bacteriuria
Berikut adalah penjelasannya
Pemeriksaan analisa urin rutin terdiri dari pH urin, proteinuria
(albuminuria), dan pemeriksaan mikroskopik urin. Urin normal
mempunyai pH bervariasi antara 4,3-8,0. Bila bahan urin masih segar dan
pH >8 (alkalis) selalu menunjukkan adanya infeksi saluran kemih yang
berhubungan dengan mikroorganisme pemecah urea (ureasplitting
organism). Albuminuria hanya ditemukan ISK. Sifatnya ringan dan kurang
dari 1 gram per 24 jam.
Pemeriksaan mikroskopik urin terdiri dari sedimen urin tanpa putar
(100 x) dan sedimen urin dengan putar 2500 x/menit selama 5 menit.
Pemeriksaan mikroskopik dengan pembesaran 400x ditemukan bakteriuria
>105 CFU per ml. Lekosituria (piuria) 10/LPB hanya ditemukan pada 60-
85% dari pasien-pasien dengan bakteriuria bermakna (CFU per ml >105).
Kadang-kadang masih ditemukan 25% pasien tanpa bakteriuria. Hanya
40% pasien-pasien dengan piuria mempunyai bakteriuria dengan CFU per
ml >10.10
Analisa ini menunjukkan bahwa piuria mempunyai nilai lemah untuk
prediksi ISK. Tes dipstick pada piuria untuk deteksi sel darah putih.
Sensitivitas 100% untuk >50 leukosit per HPF, 90% untuk 21-50 leukosit,
29
60% untuk 12-20 leukosit, 44 % untuk 6-12 leukosit. Selain itu pada
pemeriksaan urin yang tidak disentrifuge dapat dilakukan pemeriksaan
mikroskopik secara langsung untuk melihat bakteri gram negatif dan gram
positif. Sensitivitas sebesar 85 % dan spesifisitas sebesar 60 % untuk 1
PMN atau mikroorganisme per HPF. Namun pemeriksaan ini juga dapat
mendapatkan hasil positif palsu sebesar 10%.9
b. Kultur urin6
Untuk mengetahui jenis kuman penybab infeksi dengan melaukan
inkubasi dan menumbuhkan bakteri yamg terkandung dalam urin. Kultur
urin dapat mengidentifikasi bakteri tertentu yang menyebabkan infeksi dan
membantu menentukan jenis antibiotic untuk pengobatan.
c. Cytoscopy6
Untuk melihat kandung kemih secara langsung dengan serat optic.
Alat ini terdiri dari tabung tipis dengan cahaya, kamera terpasang yang
dapat masuk melalui uretra kedalam kandung kemih untuk melakukan
diagnosis dan mengambil sample jaringan ( biopsy ) untuk analisiss di
laboratorium
d. USG Abdomen8
Untuk melihat adanya penebalan pada dinding kandung kemih
Gold standart dari pemeriksaan penunjang untuk penyakit sititis
adalah Kultur urin

F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada sistitis7 :
- Pyelonephritis
- Renal or perinephric abscess formation
- Renal vein thrombosis
- Sepsis
- Acute renal failure
- Emphysematous pyelonephritis
- Prostatitis

G. PENATALAKSANAAN

30
a. Terapi Non Medika Mentosa

KIE :

- Istirahat yang cukup

- Diusahakan untuk minum air putih yang banyak

- Tidak menahan BAK

- Pencegahan rekurensi ISK, menjaga kebersihan dan higine


daerah uretra dan sekitarnya

- Penggantian kateter yang teratur pada pasien yang


menggunakannya

b. Terapi Medika mentosa


Sistitis akut diobati dengan terapi antibiotik. Pemilihan agen
antimikroba tergantung pada faktor risiko pasien untuk infeksi dengan
beberapa organisme yang resistan terhadap obat. Pasien yang berisiko
rendah terhadap organisme penyebab resisten diobati dengan salah satu
agen antimikroba lini pertama atau pilihan, yang meliputi:7

- Nitrofurantoin 100 mg dua kali sehari selama 5 sampai 7 hari


- Sulfamethoxazole-trimethoprim (SMX-TMP) kekuatan ganda dua
kali sehari selama tiga hari (jika resistensi antibiotik lokal <20%)
- Fosfomisin 3 gram sebagai dosis oral tunggal
- Pivmecillinam 400 mg dua kali sehari selama 5 sampai 7 hari (tidak
disetujui di AS)

H. PROGNOSIS

Prognosis sistitis akut pada umumnya baik dan dapat sembuh


sempurna, kecuali bila terdapat faktor-faktor predisposisi yang lolos dari
pengamatan. Bila terdapat infeksi yang sering kambuh, harus dicari faktor-
faktor predisposisi. Prognosis sistitis kronik baik bila diberikan antibiotik
yang intensif dan tepat serta faktor predisposisi mudah dikenal dan
diberantas.
31
BAB IV

PEMBAHASAN

Pasien datang ke IGD RSUD bangil dengan keluhan nyeri perut dirasakan
terus menerus pada bagian bawah sejak 2 hari yang lalu ( 24/3/23), pasien
mengaku nyeri saat ingin kencing dan rasa perih saat ingin kencing walaupun
pasien menggunakan kateter, pasien mengaku kencing berubah warna menjadi
kuning keruh dan hanya keluar sedikit sejak kemarin. Keluhan yang dialami pasien
sesuai dengan manifestasi klinis pada pasien Infeksi saluran Kemih yaitu Nyeri
pada saat berkemih ataupun pada perut bagian bawah. Munculnya rasa nyeri pada
saat berkemih ini dapat diakibatkan oleh bakteri maupun batu pada saluran kemih
atas maupun bawah, sehingga menginfeksi saluran kemih. Infeksi saluran kemih
yang dialami oleh pasien ini secara anatomis termasuk dalam klasifikasi ISK bawah
yaitu kandung kemih. Pada pasien ini juga diriwayatkan penggunaan kateter yang
berulang, dan mempunyai Riwayat diabetes melitus. Hal ini sesuai dengan Factor
resiko yang dapat mempengaruhi infeksi saluran kemih yaitu pada Peningkatan
usia , Diabetes melitus , Menopause. Pemasangan kateter jangka lama sering
dilakukan pasien usia lanjut hal ini dapat menyebabkan infeksi nosocomial
Pada penderita diabetes melitus dapat mengalami disfungsi kandung kemih
akibat disfungsi saraf autonom dan gangguang fungsi leukosit PMN 9, secara
anatomi Wanita juga sebagai resiko terteinggi terkena Infeksi saluran kemih
dikarenakan struktur anatomi uretra lebih pendek sehingga bakteri dapat
menginfeksi dengan mudah secara asending. Pemasangan kateter jangka lama
sering dilakukan pasien usia lanjut hal ini dapat menyebabkan infeksi nosocomial.9
Pada pemeriksaan fisik didapatkan Nyeri bagian suprapubic. Hal ini sesuai
dengan manifestasi klinis yaitu oleh sel epitelium yang meradang tertekan, dan
nyeri tekan pada suprapubic dikarenakan oleh kandung kemih yang terisi penuh
oleh cairan yang tidak bisa keluar sehingga menyebabkan rasa nyeri. Pada
pemeriksaan penunjang laboraturium didapatkan hasil peningkatan leukosit dalam

32
darah , pada faal ginjal bun kreatinin meningkat,penurunan Natrium dan Kalium
dan pada Urinalisis didapatlam Protein dengan +2 dan bakteri dan pada sedimen
urin didapatkan leukositoria 5- 10 lapangan pandang , pada pemeriksaan elektrolit
didapatkan penurunan natrium dan kalium. pada pasien ini didapatkan tanda tanda
infeksi dengan meningkatnya leukosit dalam darah dan didapatkan. Leukositoria
Adanya inflamasi dalam saluran genitourinaria dapat ditunjukkan dengan temuan
leukosituria dan biasa muncul bersamaan dengan bakteriuria asimtomatik dan tanda
Infeksi Saluran Kemih. Pada pemeriksaan Ultrasonografi didapatkan hasil Cytitis
hal ini sesuai dengan teori yaitu akibat dari reaksi inflamasi sel – sel urotelium yang
melapisi kandung kemih dapat menyebabkan penonjolan serat destrusor pada
vesika urinary seingga menybabkan penbalan dan kompensasi dinding otot vesika
urinary.
Pada pasien ini diberikan pengobatan berupa Fosmysin hal ini sesuai dengan
teori yang mengatakan bahwa Sistitis akut diobati dengan terapi antibiotik.
Pemilihan agen antimikroba tergantung pada faktor risiko pasien untuk infeksi
dengan beberapa organisme yang resistan terhadap obat. Pasien yang berisiko
rendah terhadap organisme penyebab resisten diobati dengan salah satu agen
antimikroba lini pertama atau pilihan, yang meliputi, fosmysin 3gr sebagai dosis
oral tunggal, Nitrofurantoin 100 mg dua kali sehari selama 5 sampai 7 hari,
Sulfamethoxazole-trimethoprim (SMX-TMP) kekuatan ganda dua kali sehari
selama tiga hari (jika resistensi antibiotik lokal <20%)
Selain pemberian medikamentosa, KIE pada pasien juga berperan penting
untuk mencegah terjadinya hal-hal yang dapat mengganggu proses penyembuhan
infeksi saluran kemih . pasien diharapakan meminum air putih yang banyak hal ini
berguna untuk membuang limbah dari tubuh. Jangan menhan kencing apabila kita
menhan kencing pembengkakan pada kandung kemih akibat penumpukan urin
apabila terlalu berlarut larut dapat menybabkan kelemahan pada otot kandung
kemih.

33
DAFTAR PUSTAKA
1. Bono MJ, Reygaert WC. Urinary Tract Infection. In: StatPearls. Treasure
Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470195
2. Medina M, Castillo-Pino E. An introduction to the epidemiology and
burden of urinary tract infections. Ther Adv Urol.
2019;11:1756287219832172. Published 2019 May 2.
doi:10.1177/1756287219832172
3. Rank EL, Lodise T, Avery L, Bankert E, Dobson E, Dumyati G, Hassett S,
Keller M, Pearsall M, Lubowski T, Carreno JJ. Antimicrobial
Susceptibility Trends Observed in Urinary Pathogens Obtained From New
York State. Open Forum Infect Dis. 2018 Nov;5(11):ofy297. [PMC free
article] [PubMed] [Ref list]
4. Eliakim-Raz N, Babitch T, Shaw E, et al. Risk factors for treatment failure
and mortality among hospitalized patients with complicated urinary tract
infection: A multicenter retrospective cohort study (RESCUING study
group). Clinical Infectious Diseases. 2019;68(1):29-36.
5. Klein RD, Hultgren SJ. Urinary tract infections: microbial pathogenesis,
host-pathogen interactions and new treatment strategies. Nat Rev
Microbiol. 2020;18(4):211-226. doi:10.1038/s41579-020-0324-0
6. Budi Iman Santoso, Denny khusen. Peranan Hyaluronan dalam
pengobatan Cystitis.Departemen Obsetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Univeristas Indonesia ; 2017 Dalam Buku Kumpulan Jurnal
Kedokteran Indonesia
7. Raymund Li; Stephen W. Lesli. Cystitis In: StatPearls. Treasure Island
(FL): StatPearls Publishing; 2022
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482435/#_NBK482435_pubdet

34
8. Lilik Eko Pranantyo, Ana Majdawati, 2012. Hubungan Penbalan dindong
Kandung Kemih pada Ultrasonografi dengan Leukosit Esterase pada penderita
Klinis Infeksi Kandung Kemih (Sistitis). VOL 18 NO.1 JUNI 2012. EBBERS
PAPYRUS
9. Adi, P.R., 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 6. BAB 25 : Nefrologi
Jakarta: Interna Publishing, p.1425
10. Scanlon, V.C & Sanders, T. Essential of Anatomy and Physiology 5th
edition. Philadelpia: FA Davis Company. 2007: 420-432
11. Meyrier, A. Urinary Tract Infection. Available from:
http://www.kidneyatlas.org/book2/adk2_07.pdf

35

Anda mungkin juga menyukai