Anda di halaman 1dari 21

REFLEKSI KASUS JUNI 2018

“BRONKITIS AKUT”

Nama : Aulia Agma Darwis


No. Stambuk : N 111 17 081
Pembimbing : dr. Kartin Akune, Sp.A

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA
PALU
2018

2
BAB I
PENDAHULUAN

Penyakit dan gangguan saluran napas masih merupakan masalah terbesar di


Indonesia pada saat ini. Angka kesakitan dan kematian akibat penyakit saluran napas
dan paru seperti infeksi saluran napas akut, tuberculosis, asma dan bronchitis masih
menduduki peringkat tertinggi. Infeksi merupakan penyebab yang tersering.
Kemajuan dalam bidang diagnostic dan pengobatan menyebabkan turunnya insidens
penyakit saluran napas akibat infeksi. Di lain pihak kemajuan dalam bidang industri
dan transportasi menimbulkan masalah baru dalam bidang kesehatan yaitu polusi
udara. Bertambahnya umur rata-rata penduduk, banyaknya jumlah penduduk yang
merokok serta adanya polusi udara meningkatkan jumlah penderita.1
Bronchitis pada anak dapat merupakan bagian dari banyak penyakit
pernapasan. Namun bronchitis dapat juga merupakan penyakit tersendiri. Sebagai
penyakit tersendiri, bronchitis merupakan topic yang masih diliputi kontroversi dan
ketidakjelasan diantara para klinikus dan penyelidik. Bronchitis sering merupakan
diagnosis yang ditegakkan, baik di negeri barat maupun di Indonesia, walaupun
dengan patokan diagnosis yang tidak selalu sama. Bahkan Stern meragukan adanya
bronchitis kronik pada anak sebagai penyakit tersendiri. Kesimpang siuran definisi
bronchitis pada anak bertambah karena kurangnya consensus menganai hal ini. Tetapi
keadaan ini sukar dielakkan karena data hasil penyelidikan mengenai hal ini masih
sangat kurang.2
Bronkitis pada anak mungkin tidak dijumpai sebagai wujud klinis tersendiri
dan merupakan akibat dari beberapa keadaan pada saluran respiratori atas dan bawah
yang lain. Manifestasi klinis biasanya terjadi secara akut mengikuti suatu infeksi
respiratori atas karena virus, atau secara kronis mendasari penyakit asma, fibrosis
kistik, aspirasi benda asing, defisiensi imun, immotile cilia syndrome, serta penyakit
lainnya.8

3
BAB II
KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
1. Nama : An. RAP
2. Jenis kelamin : Perempuan
3. Umur : 5 tahun 1 bulan
4. Alamat : Jln. MT Haryono
5. Tanggal Masuk : 6 Juli 2018

B. ANAMNESIS (AUTOANAMNESIS & ALLOANAMNESIS)


a. Keluhan Utama
Batuk
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien anak laki-laki masuk rumah sakit dengan keluhan batuk yang
dialami sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Menurut orangtua
pasien, awalnya batuk yang dialami pasien yaitu batuk kering dan lama-
kelamaan menjadi batuk disertai berlendir warna jernih yang banyak,
kental, tidak berbau busuk. tidak ada darah, sebelumnya pasien
mengalami flu 1 minggu yang lalu, tidak ada sesak.
Pasien juga mengeluhkan demam yang dialami 1 hari sebelum
masuk rumah sakit, panasnya naik turun, demamnya naik biasanya tidak
menentu dan turun ketika pasien sudah diberikan obat penurun panas,
kemudian panasnya naik kembali. Keluhan kejang disangkal.
Pasien juga mengeluhkan mual muntah 1 kali berisi makanan dan
air saat batuk untuk mengeluarkan lendir. BAB biasa BAK lancar. Anak
tidak rewel.
c. Riwayat Penyakit Sebelumnya

4
Pasien tidak pernah mengalami penyakit sebelumnya dan baru
pertama kali mengalami keluhan ini.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Saat ini, di lingkungan keluarga pasien, tidak ada batuk seperti yang
dialami pasien. Ibu pasien menyangkal adanya riwayat malaria, DM,
asma, maupun hipertensi.
e. Riwayat Sosial-Ekonomi
Pasien berasal dari keluarga dengan sosial-ekonomi menengah.
f. Riwayat Kebiasaan dan Lingkungan
Pasien seorang anak yang akti dan sering beraktivitas bersama
teman sebayanya.
g. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Pasien lahir secara spontan di RS, cukup bulan, dan dibantu oleh
bidan. Berat badan lahir 3000 gram, panjang badan 47 cm. Selama
kehamilan, ibu pasien tidak menderita sakit ataupun masalah lainnya. Ibu
pasien rajin melakukan kontrol ke puskesmas sebanyak 4x untuk
perawatan sebelum kelahiran. Pasien merupakan anak ke 1 dari 2
bersaudara
h. Kemampuan dan Kepandaian Bayi
Tumbuh dan kembang anak sesuai dengan usianya, dan saat ini anak tidak
mengalami keterlambatan atau gangguan tumbuh dan kembang.
i. Anamnesis Makanan
Pasien mendapatkan ASI usia 0 - 12 bulan, susu formula dan bubur
9 bulan-sekarang.
j. Riwayat Imunisasi
Imunisasi dasar lengkap.

C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Sakit Sedang

5
Kesadaran : Compos mentis
Berat Badan : 15 kg
Panjang Badan : 104 cm
Status Gizi : BB/TB: 93% Gizi baik, BB/U: 88%, TB/U: 97%.
Tanda Vital :
Denyut Nadi : 88×/menit, kuat angkat, irama reguler
Respirasi : 24×/menit, pola pernapasan reguler
Suhu axilla : 38,3 0C
1. Kulit:
Warna : Sawo matang, sianosis (-)
Efloresensi : Petechiae tidak tampak, Rumple Leed (-)
Turgor : Segera kembali
Kelembaban : Cukup
2. Kepala:
Bentuk : Normocephalus
Rambut : Warna hitam, tidak mudah dicabut, tebal,
alopecia (-)
3. Mata:
Konjungtiva : Anemis (-/-)
Sklera : Ikterik (-/-)
Refleks cahaya : RCL (+/+) / RCTL (+/+)
Refleks kornea : (+/+)
Pupil : Bulat, isokor
Exophthalmus : (-/-)
Cekung : (-/-)
4. Hidung:
Pernafasan cuping hidung : tidak ada
Epistaksis : tidak ada
Rhinorrhea : ada

6
5. Mulut:
Bibir : Kering (-), sianosis (-), stomatitis (-)
Gigi : Tidak ditemukan karies
Gusi : Tidak ditemukan adanya perdarahan
6. Lidah:
Tremor : (-)
Kotor/Berselaput : (-)
Warna : Merah muda
7. Telinga:
Sekret : Tidak ditemukan
Serumen : Minimal
Nyeri : Tidak ada
8. Leher:
Kelenjar getah bening : Pembesaran (- /-), nyeri tekan (-)
Pembesaran kelenjar submandibular : (-), nyeri tekan (-)
Trakea : Posisi central
Kaku Kuduk : (-)
Faring : Hiperemis (-)
Tonsil : T1-T1 Hiperemis (-) , Detritus (-).
9. Toraks:
a. Dinding Dada/Paru:
Inspeksi : Ekspansi paru simetris bilateral kanan = kiri, tampak
retraksi(-), jejas (-), bentuk normochest, pola
pernapasan kesan normal.
Palpasi : Ekspansi dada simetris, vocal fremitus simetris kanan
= kiri, nyeri tekan (-).
Perkusi : Sonor di semua lapang paru
Auskultasi : Vesicular (+/+) Suara napas tambahan: Ronkhi (-/-),
Wheezing (-/-)

7
b. Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba pada SIC V arah medial
linea midclavicula sinistra
Perkusi : Batas atas: SIC II linea midclavicularis dextra et
parasternalis sinistra
Batas kiri: SIC V linea midclavicularis sinistra
Batas kanan: SIC V linea parasternalis dextra
Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 murni reguler, bunyi
tambahan: murmur (-), gallop (-).
10. Abdomen:
Inspeksi : Tampak datar, kesan normal
Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
Perkusi : Bunyi timpani (+) diseluruh abdomen, dullness (+)
pada area hepar & lien. Asites (-)
Palpasi : Nyeri tekan abdomen(-), distensi (-), meteorismus (-).
Hati : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Ginjal : Tidak teraba
11. Anggota Gerak:
a. Ekstremitas superior: Akral hangat (+/+), edema (-/-)
b. Ekstremitas inferior: Akral hangat (+/+), edema (-/-)
12. Genitalia: Dalam batas normal
+/+
13. Otot-Otot: Eutrofi +/+ , kesan normal
++/++ −/−
14. Refleks: Fisiologis (++/++), patologis (−/−)

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Rutin

8
Hasil Rujukan Satuan
Hematologi Rutin
Hemoglobin 12,1 12,0-14,0 g/dl
Leukosit 7,5 5,0-15,0 103/uL
Eritrosit 4,65 4,0 – 5,50 106/uL
Trombosit 216 200-400 103/uL
Hematokrit 37,7 36-44 %

E. RESUME
Pasien anak perempuan masuk rumah sakit dengan keluhan batuk
yang dialami sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. awalnya batuk kering
dan lama-kelamaan menjadi batuk disertai berlendir warna jernih yang
banyak, kental, tidak berbau busuk. tidak ada darah, sebelumnya pasien
mengalami flu 1 minggu yang lalu, tidak ada sesak.
Pasien juga mengeluhkan demam yang dialami 1 hari sebelum masuk
rumah sakit, panasnya naik turun, demamnya naik biasanya tidak menentu
dan turun ketika pasien sudah diberikan obat penurun panas, kemudian
panasnya naik kembali. Keluhan kejang disangkal.
Pasien juga mengeluhkan mual muntah 1 kali berisi makanan dan air
saat batuk untuk mengeluarkan lendir. BAB biasa BAK lancar. Anak tidak
rewel.
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan keadaan umum sakit sedang,
kesadaran composmentis, denyut nadi 88×/menit kuat angkat, respirasi
24×/menit, suhu axilla 38,3 0C. Hasil pemeriksaan hematologi rutin leukosit
7,5×103/uL, trombosit 216×103/uL, hematokrit 37,7%, hemoglobin 12,1 g/dl,
dan eritrosit 4,65×106/uL.

F. DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja : Bronkitis Akut

9
Diagnosis Banding : Rhinitis Akut, Pneumonia

G. TERAPI
Non-Medikamentosa
- Bedrest
- Makan makanan lunak dan menghindari makan makanan yang
mengiritasi
- Batuk Hygiene
Medikamentosa
- IVFD RL 10 gtt/m
- GG 50 mg
CTM 1,5 mg
Pulv 3x1
- Paracetamol syr 4×1 1/2 cth (Kalau perlu)

H. ANJURAN PEMERIKSAAN
- Foto Thorax PA
- Kultur Sputum

I. FOLLOW UP
Hari/Tanggal: Kamis, 7 Juni 2018, PH 2
S batuk (+), flu (+),sesak(-),demam (-),mual (-), muntah (-) , sakit perut (-
), badan lemas (-) BAB biasa, BAK lancar.
O Keadaan Umum: Sakit Sedang
Kesadaran: Compos Mentis
Tekanan Darah : -
Denyut Nadi : 89x/menit, kuat angkat, reguler
Respirasi : 28x/menit
Suhu Tubuh : 37,2 0C
Berat Badan : 15 kg
Leher
Kelenjar getah bening : Pembesaran (- /-), nyeri tekan (-)
Pembesaran kelenjar submandibular : (-), nyeri tekan (-)
Trakea : Posisi central

10
Kaku Kuduk : (-)
Faring : Hiperemis (-)
Tonsil :T1-T1 Hiperemis (-), Detritus (-).
Paru
- Inspeksi : Ekspansi paru simetris bilateral
- Palpasi : Vocal Fremitus kanan = kiri
- Perkusi : Sonor +/+
- Auskultasi : Vesicular +/+, Ronkhi -/-, Wheezing -/-
Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba pada SIC V arah medial
linea midclavicula sinistra
- Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
- Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 murni reguler, bunyi
tambahan: murmur (-), gallop (-).

Abdomen
- Inspeksi : Tampak datar, kesan normal
- Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
- Perkusi : Bunyi timpani (+) diseluruh abdomen, dullness (+)
pada area hepar & lien.
- Palpasi : Nyeri tekan (-), meteorismus (-). organomegaly (-).
Pemeriksaan Lain
- Kulit : Efloresensi berupa petechiae tidak ditemukan
- Lidah kotor : (-)
- Ekstremitas : Akral hangat
- Turgor : Kembali segera

Hasil Laboratorium: -
A Bronkitis Akut
P - IVFD RL 10 gtt/m
- GG 50 mg
CTM 1,5 mg
Pulv 3x1
- Paracetamol syr 4×1½ cth

Cek DR
Foto Thorax PA
Observasi
Hari/Tanggal: Jumat, 8 Juni 2018, PH III
S batuk (+), flu (-),demam (-), mual (-), muntah (-), sakit perut (-), badan
lemas (-) BAB biasa, BAK lancar.
O Keadaan Umum: Sakit Sedang
Kesadaran: Compos Mentis
Tekanan Darah : -

11
Denyut Nadi : 105x/menit, kuat angkat, reguler
Respirasi : 30x/menit
Suhu Tubuh : 36,7 0C
Berat Badan : 15 kg
Leher
Kelenjar getah bening : Pembesaran (- /-), nyeri tekan (-)
Pembesaran kelenjar submandibular : (-), nyeri tekan (-)
Trakea : Posisi central
Kaku Kuduk : (-)
Faring : Hiperemis (-)
Tonsil :T1-T1 Hiperemis (-), Detritus (-).
Paru
- Inspeksi : Ekspansi paru simetris bilateral
- Palpasi : Vocal Fremitus kanan = kiri
- Perkusi : Sonor +/+
- Auskultasi : Vesicular +/+, Ronkhi -/-, Wheezing -/-
Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba pada SIC V arah medial
linea midclavicula sinistra
- Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
- Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 murni reguler, bunyi
tambahan: murmur (-), gallop (-).
Abdomen
- Inspeksi : Tampak datar, kesan normal
- Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
- Perkusi : Bunyi timpani (+) diseluruh abdomen, dullness (+)
pada area hepar & lien.
- Palpasi : Nyeri tekan (-), meteorismus (-). organomegaly (-).
Pemeriksaan Lain
- Kulit : Efloresensi berupa petechiae tidak ditemukan
- Lidah kotor : (-)
- Ekstremitas : Akral hangat
- Turgor : Kembali segera

Hasil Laboratorium:
Darah Rutin:
HB : 12,1 g/dL
WBC : 7,5×103/uL
RBC : 4,65×106/uL
PLT : 216×103/uL
HCT : 37,7%
A Bronkitis Akut
P - IVFD RL 10 gtt/m
- GG 50 mg
CTM 1,5 mg

12
Pulv 3x1
- Paracetamol syr 4×1½ cth

Foto Thorax PA
Observasi

13
BAB III
DISKUSI KASUS

Definisi
Proses keradangan pada bronkus dengan manifestasi utama berupa batuk yang
produktif yang berlangsung < 2 minggu. Bronkitis merupakan proses peradangan
pada bronkus dengan manifestasi utama berupa batuk yang produktif. Proses ini dapat
disebabkan karena perluasan dari proses penyakit yang terjadi dari saluran napas atas
maupun bawah. Definisi klinis dari bronchitis pada anak sampai saat ini masih belum
jelas, tetapi banyak para klinisi membuat diagnosis bronchitis untuk anak dengan
gejala batuk, dengan atau tanpa demam serta adanya produksi dahak/sputum.3
Meskipun etiologi dari bronchitis masih sukar dijelaskan secara spesifik, dan
beberapa studi menunjukkan bahwa bronchitis merupakan penyakit yang self-
resolving, tetapi bronkitis ini pada umumnya disebabkan oleh patogen virus. Secara
praktis, diagnosa bronkitis sering tercermin dari hasil pemberian resep berupa
antibiotika tertentu yang diyakini membasmi jenis bakteri penyebab penyakit ini.
Jaringan teriritasi dan memproduksi banyak lendir. Hal ini banyak terjadi pada anak-
anak yang menjadi perokok baik perokok primer maupun sekunder dan tinggal di
lingkungan yang banyak terpolusi.4

Bronkitis dibagi 2 berdasarkan proses berlangsungnya:


1. Bronkitis Akut
Bronkitis akut adalah serangan bronkitis dengan perjalanan penyakit yang
singkat (beberapa hari hingga beberapa minggu), rata-rata 10-14 hari. Bronkitis
akut pada umumnya ringan. Meski ringan, namun adakalanya sangat
mengganggu, terutama jika disertai sesak, dada terasa berat, dan batuk
berkepanjangan. Disebabkan oleh karena terkena dingin (musim dingin), hujan,
kehadiran polutan yang mengiritasi seperti rhinovirus, influenza A dan B,

14
coronavirus, parainfluenza dan respiratory synctial virus , infeksi akut, dan
ditandai dengan demam, nyeri dada (terutama disaat batuk), dyspnea, dan
batuk. 5
2. Bronkitis Kronik
Bronkitis kronik merupakan kelainan saluran napas yang ditandai oleh batuk
kronik berdahak minimal 3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dua
tahun berturut-turut, tidak disebabkan penyakit lainnya. Sekresi yang
menumpuk dalam bronchioles mengganggu pernapasan yang efektif. Merokok
atau pemejanan terhadap terhadap polusi adalah penyebab utama bronkitis
kronik. Pasien dengan bronkitis kronik lebih rentan terhadap kekambuhan
infeksi saluran pernapasan bawah. Kisaran infeksi virus, bakteri, dan
mikroplasma dapat menyebabkan episode bronkitis akut. Eksaserbasi bronkitis
kronik hampir pasti terjadi selama musim dingin. Menghirup udara yang dingin
dapat menyebabkan bronchospasme bagi mereka yang rentan.5
Etiologi
Sebagian besar bronkitis disebabkan oleh virus, antara lain yaitu Rhinovirus,
RSV, virus Influenza, Virus Parainfluenza, Adenovirus, virus Rubeola, dan
Paramyxovirus. Akan tetapi, zat iritan seperti asam lambung, atau polusi lingkungan,
dilaporkan dapat menyebabkan bronkitis akut. Bronkitis juga dapat ditemukan setelah
pajanan yang berat, seperti saat aspirasi setelah muntah, atau pajanan dalam jumlah
besar terhadap zat kimia. Akan tetapi, umumnya pajanan ini lebih menyebabkan
terjadinya bronkitis kronis daripada bronkitis akut.8
Hingga saat ini, bakteri penyebab bronkitis akut yang telah diketahui adalah
Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae, dan Haemophilus influenzae.
Mycoplasma pneumoniae juga dapat menyebabkan bronkitis akut, dengan
karakteristik klinis yang tidak khas, dan biasa terjadi pada anak berusia di atas 5
tahun atau remaja. Chlamydia sp. pada bayi dapat menyebabkan trakeobronkitis akut
dan pneumonitis, dan terapi pilihan yang diberikan adalah eritromisin. Pada anak

15
berusia di atas 9 tahun dapat diberikan tetrasiklin. Untuk terapi efektif dapat diberikan
eritromisin atau tetrasiklin untuk anak-anak di atas usia 9 tahun.8

Gejala Klinis2,3,6
- Bronkitis akut biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan atas (ISPA)
- Khasnya anak datang dengan batuk yang sering, kering, tidak produktif, dan
timbulnya relatif bertahap, 3-4 hari sesudah munculnya rhinitis (setelah 2-3 hari,
batuk mulai berdahak dan menimbulkan suara adanya lender). Batuk dapat
disertai muntah.
- Rasa nyeri atau panas pada daerah substernal bawah atau dada depan sering ada
dan dapat diperparah oleh batuk
- Dalam beberapa hari, batuk menjadi produktif dan sputum berubah dari jernih ke
purulen setelah 10 hari mukus menjadi encer dan batuk menghilang secara
bertahap batuk dapat disertai muntah6. Biasanya hilang setelah 1 atau 2 minggu.
Pada kasus ini berdasarkan anamnesis didapatkan Pasien anak perempuan berusia
5 tahun 1 bulan. Hal ini telah sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa Bonkitis
akut paling banyak terjadi pada anak kurang dari 2 tahun, dengan puncak lain
terlihat pada kelompok anak usia 9-15 tahun. Pasien masuk rumah sakit dengan
keluhan batuk yang dialami sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. awalnya batuk
kering dan lama-kelamaan menjadi batuk disertai berlendir warna jernih yang banyak,
kental, tidak berbau busuk. tidak ada darah, sebelumnya pasien mengalami flu 1
minggu yang lalu. Pasien juga mengeluhkan mual muntah 1 kali berisi makanan dan
air. Berdasarkan teori disebutkan bahwa khasnya anak datang dengan batuk yang
sering, kering, tidak produktif, dan timbulnya relatif bertahap, 3-4 hari sesudah
munculnya rhinitis (setelah 2-3 hari, batuk mulai berdahak dan menimbulkan suara
adanya lender). Batuk dapat disertai muntah.
Pasien juga mengeluhkan demam yang dialami 1 hari sebelum masuk rumah
sakit, panasnya naik turun, demamnya naik biasanya tidak menentu dan turun ketika
pasien sudah diberikan obat penurun panas. Hal ini telah sesuai dengan teori yang

16
menyebutkan bahwa para klinisi membuat diagnosis bronchitis untuk anak dengan
gejala batuk, dengan atau tanpa demam serta adanya produksi dahak/sputum.

Pemeriksaan Fisik
- Pada mulanya, keadaan umum baik, anak tidak tampak sakit, anak biasanya tidak
demam atau demam ringan (subfebris), dan ada tanda-tanda nasofaringitis,
kadang konjungtivitis
- Auskultasi menunjukkan adanya suara pernapasan yang kasar, ronki basah kasar
dan halus, dan ronki yang dapat bernada tinggi, menyerupai mengi pada asma.
Mengi (wheezing) mungkin saja terdapat pada penderita bronkitis akut tetapi
perlu juga diingat kemungkinan manifestasi asma pada anak tersebut.2,3
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan keadaan umum sakit sedang, kesadaran
composmentis, denyut nadi 88×/menit kuat angkat, respirasi 24×/menit, suhu axilla
38,3 0C. Berdasarkan teori, pada mulanya keadaan umum baik, anak tidak tampak
sakit, anak biasanya tidak demam atau demam ringan (subfebris),

Pemeriksaan Penunjang3,6
- Foto thoraks dapat normal atau peningkatan corak bronkovaskular
- Pada pemeriksaan laboratorium, leukosit dapat normal atau meningkat
- Kultur sputum6

Pada pemeriksaan penunjang, hasil pemeriksaan hematologi rutin leukosit


7,5×103/uL. Berdasarkan teori disebutkan bahwa Pada pemeriksaan laboratorium,
leukosit dapat normal atau meningkat.

Penatalaksanaan
Karena penyebab utamanya virus maka belum ada obat yang kausal. Tidak
ada terapi spesifik, sebagian besar penderita sembuh tanpa banyak masalah, tanpa
pengobatan apapun. Pada bayi-bayi yang kecil, drainase paru dipermudah dengan

17
cara sering melakukan pergeseran posisi. Anak yang lebih tua lebih enak dengan
kelembaban tinggi, tetapi tidak ada bukti bahwa ini memperpendek lama penyakit.2
Sebagian besar terapi bronkitis akut viral bersifat suportif. Pada kenyataannya,
kebanyakan rinitis dapat sembuh tanpa pengobatan sama sekali. Istirahat yang cukup,
kelembaban udara yang cukup, masukan cairan yang adekuat, serta pemberian
asetaminofen pada keadaan demam bila perlu, sudah mencukupi untuk beberapa
kasus. Antibiotik sebaiknya hanya digunakan bila dicurigai adanya infeksi bakteri
atau telah dibuktikan dengan pemeriksaan penunjang lainnya. Pemberian antibiotik
berdasarkan terapi empiris biasanya disesuaikan dengan usia, jenis organisme yang
biasa menginfeksi, dan sensitivitas di komunitas tersebut.7
Fisioterapi dada tidak perlu dilakukan pada anak sehat yang sedang dalam
fase bronkitis akut. Bila ditemukan wheezing pada pemeriksaan fisis, dapat diberikan
bronkodilator B2-agonis, tetapi diperlukan evaluasi yang seksama terhadap respons
bronkus untuk mencegah pemberian bronkodilator yang berlebihan.8
Pengobatan untuk pasien bronkitis meliputi ekspektoran adalah obat batuk
pengencer dahak agar dahak mudah dikeluarkan sehingga napas menjadi lega.
Ekspektoran yang lazim digunakan diantaranya: GG (Glyceryl Guaiacolate),
bromhexine, ambroxol, dan lain-lain, Antipiretik (pereda panas): parasetamol
(asetaminofen), dan sejenisnya, digunakan jika penderita demam. Antibiotik
digunakan jika dijumpai tanda-tanda infeksi oleh kuman berdasarkan pemeriksaan
dokter yang dilihat dari hasil pemeriksaan lab adanya leukositosis.6

Komplikasi
Komplikasi bronkitis akut jarang didapatkan. Pada anak dengan status gizi kurang
dapat terjadi komplikasi berupa :
- Otitis media
- Pneumonia
- Sinusitis

18
Anak dengan serangan bronkitis akut berulang harus dievaluasi dengan cermat untuk
kemungkinan adanya:
- Kelainan saluran napas
- Benda asing
- Bronkiektasis
- Difisiensi imun
- Hiperaktivitas bronkus
- Tuberkulosis
- Alergi
- Sinusitis
- Tonsilitis
- Adenoiditis
- Kistik fibrosis
- Kelainan kongenital.6

Prognosis
Perjalanan dan prognosis penyakit ini bergantung pada tatalaksana yang tepat
atau mengatasi setiap penyakit yang mendasari. Komplikasi yang terjadi berasal dari
penyakit yang mendasarinya.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jidil 3. Bronkitis Bab. 35, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; Jakarta : 1985 (hal. 1197-1201).

2. Penatalaksanaan Bronkitis Kronik, Faisal Yunus, Bag. Pulmonologi Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia, Unit Paru RSUP Persahabatan Jakarta.

3. Pedoman Diagnosis dan Terapi SMF Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga; Surabaya, 2006.

4. Ed. Nelson, waldo E. dkk. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol.2 Ed 15. Jakarta:
EGC. Hal. 1483

5. JONATHAN GLEADLE, At a Glance, ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN


FISIK, Copyright (C) 2003, Translation copyright (C) 2007 by Penerbit Erlangga,
EMS (Erlangga Medical Series).

6. Variandini A. Evaluation of Dosage Compatibility on Paediatric Patient with


Acute Bronchitis in Army Hospital Kartika Husada Kubu Raya. August 2017
(Vol. 4 No. 2)

7. Larry k. Pickering dan John D. Snyder, Bronkitis, bab 337, Behrman Kliegmean
Arvin, Ilmu Kesehatan Anak, Nelson Vol.2 edisi 15, editor edisi Bahasa
Indonesia Prof. Dr. dr. A. Samik Wahab, Sp. A(k). Jakarta : EGC, 1999, Hal
1483-1484.

8. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi Pertama.
Jakarta: IDAI. 2013.

19
20
21

Anda mungkin juga menyukai