PNEUMONIA
Ananda Suci Ramadani
N 111 18 060
Supervisior/Pembimbing:
dr. Indah P. Kiay Demak,M.Med. Ed
BAB I
PENDAHULUAN
Penyebaran dari penyakit infeksi saluran pernafasan sangat berkaitan erat dengan
kondisi lingkungan sekitar. Kondisi lingkungan yang dimaksud yaitu polusi udara,
kepadatan anggota keluarga, kelembaban, kebersihan, musim, temperatur, faktor
pejamu seperti usia, kebiasaan merokok.
1 ISPA 882
2 Gastritis 463
4 Hipertensi 258
7 Diabetes Melitus 147 merupakan salah satu penyakit yang tiap tahun angka
kejadiannya meningkat serta penyakit ini memerlukan
8 Penyakit saraf 127
penanganan yang cepat dan tepat khususnya ketika berada
9 Pneumonia 112
di puskesmas. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk
10 Tonsilitis 101
mengambil judul tersebut.
TUJUAN
1 ISPA 3 2 3 8
2 Gastritis 2 2 2 5
3 Penyakit kulit 2 2 1 5
alergi
4 Hipertensi 3 3 3 9
5 Penyakit Saraf 3 2 2 7
Besar Masalah
X (Hipertensi) V 7
Y (Penyakit saraf) V 5
Z (ISPA) V 9
Z (ISPA) 2 2 2 6
KRITERIA C :kemudahan dalam penanggulangan
1 2 3 4 5
Masalah Hasil
P E A R L
Kesehatan perkalian P: Prioriety (kesesuaian)
X 1 1 1 1 1 1
E : Economics (ekonomi murah)
A : Accetable (dapat diterima)
Y 1 1 1 1 1 1
R : Recoursces (tersedianya sumber)
Z 1 1 1 1 1 1
L : Legality (legalitas terjamin)
PENETAPAN NILAI
• Hipertensi KESIMPULAN
Nilai Prioritas Dasar : (A + B) C = (7 + 10) 3 = 17
D
Masalah Priorita
x 3 = 51 A B C NPD (PEARL NPT
kesehatan s
)
Nilai Prioritas Total : (A + B) C x D = (7 + 10) 3 x
Hipertensi 7 10 3 51 1 51 1
1 = 17 x 3 = 51
• ISPA ISPA 9 6 3 45 1 45 2
5. Ventilasi udara rumah pasien cukup baik dan jendela dan pintu sering dibuka jika siang hari sehingga
udara yang masuk cukup banyak. Pencahayaan rumah cukup baik. Lantai rumah didalam kamar dan
dan dapur disemen halus dan menggunakan karpet plastic sementara di bagian ruang tengah
memakai tehel, beberapa dinding rumah memakai beton dan plafon tembus langsun seng, MCK
berada didalam rumah dan dinilai lumayan layak digunakan.
6.Jarak antara rumah pasien dan rumah tetangga sekitar 2-3 meter agak berdempetan.
7. Pasien merupakan keluarga ekonomi menengah kebawah karena 3 orang pencari nafkah yaitu bapak
pasien bekerja sebagai kuli bangunan dan saudara laki-laki dari ibu pasien bekerja sebagai penjaga
konter pulsa dan nenek pasien juga bekerja menjual nasi kuning.
RiwayatDAFTAR
Kebiasaan dan Lingkungan
PUSTAKA
8.Keluarga pasien makan 2 atau sehari yaitu siang dan malam karena jarang sarapan pagi. Dengan menu
nasi putih, ikan goreng, telur atau tahu tempe dan kadang mengonsumsi sup sayur. Dengan perkiraan 1
anggota keluarga Rp. 10.000/kali makan, biaya makan untuk 1 orang anggota keluarga Rp. 20.000/hari.
Sehingga biaya makan untuk keluarga pasien Rp. 160.000/hari.
9. Untuk air minum, pasien mendapatkan air dari sumber air PAM. Ibu pasien mengaku selalu memasak air
hingga mendidih menggunakan kompor gas untuk keperluan konsumsi rumah tangga. Penggunaan air
yang di masak, habis dalam 3 hari.
10. ibu Pasien mengatakan di bagian depan rumah pasien sering membakar sampah dengan sabuk kelapa.
11.Bapak, Kakek serta nenek dari pasien adalah perokok aktif
12.Dirumah pasien sehari-hari masih menggunakan obat bakar nyamuk
PEMERIKSAAN FISIK
Abdomen:
Jantung :
Inspeksi : Tampak datar, kesan normal
Inspeksi : Ictus cordis tak tampak
Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba pada SIC V
Perkusi : Bunyi timpani (+) diseluruh abdomen, shifting
Perkusi : Batas atas: SIC II linea midclavicularis dextra et
dullness (-)
parasternalis sinistra
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (-), distensi (-).
Batas kiri : SIC V linea axillaris anterior sinistra
Anggota Gerak:
Batas kanan : SIC V linea parasternalis dextra
Ekstremitas superior : Akral hangat (+/+), edema (-/-)
Auskultasi : Bunyi S1-S2 normal.
Ekstremitas inferior : Akral hangat (+/+), edema (-/-)
• DIAGNOSA KERJA : Pneumonia
• ANJURAN PEMERIKSAAN PENUNJANG : Pulse oximetry, Rontgen dada, CT scan.
Akan tetapi dalam kasus ini pasien belum melakukan pemeriksaan penunjang.
• Medikamentosa beri Antibiotik : kotrimoksasol 4 mg TMP/kg BB/kali) 2 kali sehari
selama 3 hari atau Amoksilin 25 mg/kg BB/kali 2 kali sehari selama 3 hari.
• Non Medikamentosa : Perbaiki Nutrisi anak dengan makanan yang bergizi,
Melakukan imunisasi lengkap dengan tepat waktu, Perhatikan lingkungan pasien
dengan menjauhkan anak dari paparan asap rokok dan asap pembakaran.
• PROGNOSIS : Dubia ad bonam
Analisis kasus
Pasien merupakan seorang anak perempuan yang berumur 1 tahun 7 bulan. Pasien menderita
penyakit Pneumonia akibat paparan asap rokok, asap pembakaran sampah dan asap obat
nyamuk bakar serta sering mengkonsumsi minuman kemasan dengan pewarna makanan yang
berlebihan serta belum mendapatkan imunisasi campak.
Identifikasi Masalah
1. Faktor risiko apa saja yang menyebabkan Pneumonia pada pasien?
2. Apa saja Faktor pencetus dan penyebab Pneumonia pada pasien ?
3. Bagaimana Alur pelayanan pasien Pneumonia pada Puskesmas Pantoloan?
4. Bagiamana pelaksanaan program Puskesmas terkait penanggulangan penyakit Pneumonia ?
5. Apa saja Kendala puskesmas dalam melaksanakan program Usaha Kesehatan Masyarakat
pada penyakit Pneumonia ?
BAB III
PEMBAHASAN
• ASI Eklusif Pada kasus ini pasien hanya mendapatkan ASI selama 4 bulan
karena ibu pasien mengatakan bahwa asi dari ibu pasien hanya sedikit keluar
sehingga pada bulan ke 5 pasien meminum susu formula. Nutrisi yang
terkandung didalam ASI menjamin status gizi bayi sehingga angka kesakitan
dan kematian anak menurun. ASI melindungi bayi dan anak dari penyakit infeksi
salah satunya yaitu pneumonia.
• Lingkungan Penyebaran penyakit infeksi saluran pernafasan berkaitan erat dengan
kondisi lingkungan Adanya paparan asap rokok kepada pasien dari keluarga serumah yaitu
Ayah, kakek dan nenek dari balita. Pada lingkungan sekitar dari pasien juga terdapat
paparan asap dari pembakaran sampah yang tepat berada didepan rumah pasien, serta
paparan dari asap dari obat bakar nyamuk yang masih digunakan sehari-hari dirumah
pasien.
BAB III
PEMBAHASAN
• Lingkungan Sementara itu penghuni rumah terdiri dari 8 orang. menyatakan bahwa kondisi
fisik bangunan salah satunya kepadatan hunian erat kaitannya dengan penularan
penyakit. Bila penghuni terlalu padat dan terdapat penghuni yang sakit, maka akan
memepercepat transmisi atau penularan penyakit.
• Malnutrisi : Pada kasus ini balita mengalami penurunan berat badan dan penurunan nafsu makan
dimana jadwal makan pasien tidak teratur dan lebih sering makan makanan yang kurang sehat
seperti minuman kemasan yang diminum hampir 11 kali sehari. Ibu pasien mengatakan bahwa sehari
pasien bisa tidak makan nasi hanya minum minuman kemasan dan susu formula.
• Imunisasi : Pada Kasus ini pasien sudah melakukan imunisasi lengkap tetapi tidak tepat waktu dan
belum medapatkan imunisasi campak. Pasien belum medapatkan imunisasi campak karena setiap
kali ibu pasien membawa anaknya dalam keadaan sakit demam dan batuk sehingga proses campak
ditunda. Imunisasi merupakan faktor yang sangat berperan pada kasus sebab imunisasi Imunisasi
DPT merupakan imunisasi yang biasa digunakan untuk mencegah pneumonia dan imunisasi DPT
telah dilakukan.
Faktor Pelayanan Kesehatan
Alur pelayanan pasien Pneumonia di Puskesmas Pantoloan sama seperti pasien
dengan penyakit lain yaitu :
1.Pasien mendaftar ke loket puskesmas
2.Diarahkan ke poli MTBS untuk mendapatkan pengobatan
3.Setelah dilakukan pemeriksaan dan memperoleh resep pasien diarahkan ke apotek
1. Pneumonia adalah salah satu penyakit yang paling sering terjadi pada balita yang setiap tahunnya
pneumonia selalu berada pada daftar 10 penyakit terbesar di fasilitas kesehatan.
2. Pada kasus ini terdapat beberapa faktor resiko yang menyebabkan pneumonia pada pasien yaitu berupa
faktor asi eklusif, lingkungan, sosial-ekonomi, malnutrisi dan imunisasi.
3. Masih terdapat kendala dalam dalam penanggulangan penyakit pneumonia di wilayah kerja Puskesmas
Pantoloan dimana orang tua pasien masih kurang pengetahuan dan belum sadar akan faktor resiko dan
bahayanya penyakit ISPA.
4. Tidak adanya dokter yang mendampingi pelaksanaan posyandu, sehingga pemeriksaan dan pengobatan
dilakukan oleh pemegang program posyandu. Sehingga terapi yang diberikan mungkin saja tidak sesuai
untuk penanganan pasien yang bersangkutan.
SARAN
1. Health Promotion
Promosi kesehatan (health promotion) : Melakukan promosi kesehatan kepada orang tua dan orang terdekat
dari balita sebagai upaya pencegahan terhadap faktor resiko dari penyakit pneumonia. Penyebab pneumonia
pada kasus ini lebih banyak karena faktor lingkungan sebaiknya Puskesmas Pantoloan memberikan konseling
tentang gizi dan PHBS kepada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Pantoloan.
2. Spesific Protection
Salah satu contoh perlindungan khusus yaitu program imunisasi sebagai perlindungan terhadap penyakit. Pada
kasus ini faktor resiko yang dapat menyebabkan pneumonia pada pasien yaitu lebih ke faktor lingkungan dan
gizi yang berupa paparan asap rokok, asap pembakaran sampah dekat rumah, obat bakar nyamuk dan
kurangnya makan makanan yang bergizi. Maka darit itu Pihak keluarga pasien disarankan untuk menjaga dan
mengawasi anaknya agar terhindar dari paparan asap rokok, pembakaran obat nyamuk serta pembakaran
sampah serta Memperhatikan dan menjaga asupan makanan yang di konsumsi oleh anak dengan memberikan
makanan yang bergizi.
SARAN
3. Early Diagnosis and Prompt Treatment
Diagnosis dini dan pengobatan dini (Early Diagnosis and Prompt Treatment) merupakan salah satu upaya
pencegahan penyakit tingkat kedua. Petugas Puskesmas Pantoloan Sebaiknya melakukan deteksi dan
pengobatan dini pada penyakit pneumonia agar pengobatan dapat maksimal dan tercapainya
penyembuhan yang segara dan sempurna. Salah satu usaha deteksi dini yang dapat dilakukan oleh
petugas Puskesmas pantoloan yaitu dengan mencari penderita dalam kelompok masyarakat dengan
melakukan pemeriksaan darah, rongent paru-paru dan sebagainya serta segera memberikan
pengobatan.
4. Disability Limitation
Petugas Puskesmas Pantoloan dapat melakukan screening, kontrol, pengobatan dan perawatan khusus
untuk menghindari komplikasi infeksi (bacteremia) dan Acute respiratory distress syndrome (ARDS) yang
dapat menimbulkan kecacatan bahkan kematian seperti yang diakibatkan oleh pneumonia. Program yang
dapat dilakukan Petugas Puskesmas pantoloan sebagai pembatasan kecatatan yaitu Program posyandu
seperti imunisasi.
SARAN
5. Rehabilitation
2. Ceria I. Hubungan faktor Resiko Instrinsik dengan Kejadian Pneumonia Pada Anak Balita. Jurnal Medika Respati.
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta. 2016; Vol 11 (4).
3. Hasnawati,Sudirman, Afni N. Faktor yang Berhubungan Dengan Penyakit Pneumonia Pada Anak Balita di RSUD
Mokopido Kabupaten Toli-Toli. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Palu. 2018.
4.Efni Y. Machmud R,Pertiwi D. Faktor Resiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita di Kelurahan Air
tawar Barat padang. Jurnal Kesehatan Fakultas Universitas Andalas. 2016.
5. Sari DK, Rahardjo M, Joko T. Hubungan Kondisi Lingkungan Fisik Rumah Dengan Kejadian Pneumonia Pada Anak Balita
di Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan. Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Dipenogoro.2018; Vol 6 (6).
6.Suryati, Natasha N, Id'ys N. Hubungan faktor Lingkungan Fisik dan Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Kejadian
Pneumonia Pada Balita di Wilayah kerja Puskesmas Tahtul Yaman Kota Jambi. Jurnal daur lingkungan. 2018; Vol 1 (2).
7. Wahyudi WT. Hubungan Kelengkapan Imunisasi Dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita di Puskesmas Rawat Inap
Gedung Air Kota Bandar Lampung tahun 2015. Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung. Jurnal
Kesehatan Holistik. 2017; Vol 11 (1).
LAMPIRAN DOKUMENTASI
TERIMAKASIH