Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS OKTOBER 2020

“HIPERTENSI”

DISUSUN OLEH:

NAMA : Rany Eka Pratiwi


STAMBUK : N 111 18 078

PEMBIMBING KLINIK
drg. Elli Yane Bangkele, M.Kes
dr. Christmas Jilly Suatan

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
KEDOKTERAN KOMUNITIAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pola penyakit di Indonesia mengalami transisi epidemiologi selama dua
dekade terakhir, yakni dari penyakit menular yang semula menjadi beban
utama kemudian mulai beralih menjadi penyakit tidak menular.
Kecenderungan ini meningkat dan mulai mengancam sejak usia muda.
Penyakit tidak menular yang utama di antaranya hipertensi, diabetes melitus,
kanker, dan penyakit paru obstruktif kronik (Kemenkes RI, 2015).
Hipertensi adalah penyakit yang didefinisikan sebagai peningkatan
tekanan darah secara menetap (Dipiro, dkk., 2011). Umumnya, seseorang
dikatakan mengalami hipertensi jika tekanan darah berada di atas 140/90
mmHg. Hipertensi dibedakan menjadi dua macam, yakni hipertensi primer
(esensial) dan hipertensi sekunder. Hipertensi dipicu oleh beberapa faktor
risiko, seperti faktor genetik, obesitas, kelebihan asupan natrium, dislipidemia,
kurangnya aktivitas fisik, dan defisiensi vitamin D (Dharmeizar, 2012).
Prevalensi hipertensi yang terdiagnosis dokter di Indonesia mencapai
25,8% dan Yogyakarta menduduki peringkat ketiga prevalensi hipertensi
terbesar di Indonesia. Tingkat prevalensi hipertensi diketahui meningkat
seiring dengan peningkatan usia dan prevalensi tersebut cenderung lebih
tinggi pada masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah atau masyarakat
yang tidak bekerja (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013).
Berdasarkan data dari Word Health Organization tahun 2011, hipertensi
menjadi penyebab terjadinya 8 juta kematian penduduk di seluruuh dunia
pertahun dan merupakan penyebab kematian 1,5 juta penduduk pertahun di
wiayah Asia Tenggara. Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar tahun
2013, prevalensi hipertensi di indonesia mencapai 25,8% pada penduduk usia
>18 tahun (WHO, 2011 ; Riskesdas, 2013).
Berdasarkan uraian data diatas, hipertensi merupakan salah satu penyakit
yang angka kejadiannya meningkat tiap tahun serta penyakit ini memerlukan

2
penanganan yang tepat untuk menghindari dan mengurangi risiko terjadinya
komplikasi yang berat pada penderita. Oleh karena itu, berikut akan dilakukan
pembahasan refleksi kasus mengenai hipertensi yang termasuk dalam sepuluh
penyakit terbanyak di wilayah kerja Puskesmas Tawaeli.

Tabel 1.1 Gambaran 10 penyakit Rawat jalan Terbanyak Untuk Polik Umum di UPT
Puskesmas Tawaeli bulan Januari - September 2020

No JENIS PENYAKIT JUMLAH


PASIEN
1 Infeksi Saluran Pernapasan Akut 968
2 Gastritis 704
3 DM 321
4 Hipertensi 210
5 Diare 101
6 TB Paru (Klinis) 98
7 Asma Bronchial 71
8 Penyakit Pulpa dan Perpikal 69
9 Penyakit Penyangga dan GG. Gigi 57
10 Pneumonia 16
Jumlah 2.615

Untuk menurunkan angka penderita khususnya penyakit hipertensi,


Puskesmas sebagai ujung tombak dalam pelayanan kesehatan masyarakat
primer yang bertanggung jawab terhadap kesehatan perorangan dan
kesehatan masyarakat memiliki peranan yang sangat penting demi
mewujudkan masyarakat yang sehat. Berdasarkan latar belakang tersebut,
maka perlu dilakukan suatu pengkajian pada pasien dengan kecurigaan
hipertensi untuk mengetahui faktor risiko yang berkaitan dengan terjadinya
penyakit pada pasien tersebut.
1.2 Tujuan
1. Sebagai syarat penyelesaian tugas akhir dan ujian dibagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas
Tadulako.

3
2. Sebagai gambaran penyakit Hipertensi di lingkungan wilayah kerja
Puskesmas Tawaeli.

4
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH

2.1 Menentukan Prioritas Masalah Menggunakan Rumus Hanlon


Kuantitatif
Tabel 2.1 prioritas masalah di Puskesmas Tawaeli
No Masalaah Besar Kegawatdaruratan Kemungkinan Nilai
kesehatan masalah diatasi
1. ISPA 4 4 4 12
2. Gastritis 3 3 4 10
3. Diabetes 3 4 4 11
Mellitus
4. Hipertensi 4 4 4 12

5. Diare 2 2 2 6
Dilihat dari tabel diatas masalah yang menjadi prioritas pada
Puskesmas Tawaeli adalah ISPA, Diabetes Mellitus, dan Hipertensi.

KRITERIA A : Besar masalah, dapat dilihat dari besarnya insidensi atau


prevalensi. Skor 1-10
Masalah Besar masalah Nilai
Kesehatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
X (ISPA) V 10
Y(Diabetes V 8
Mellitus)
Z (Hipertensi) V 8
Keterangan total skor:
Nilai 1-4 :Insidensi kurang Nilai 5-7: Insidensi sedang Nilai 8-10: Insidensi
sangat banyak

KRITERIA B : Kegawatan masalah (SKOR 1-5)


Masalah Keganasan Tingkat Biaya yang Niilai

5
Kesehatan urgency dikeluarkan
X (ISPA) 4 4 4 12
Y(Diabetes 4 3 3 10
Mellitus)
Z (Hipertensi) 4 3 3 10
Nilai 1-4 :tidak gawat Nilai 5-7: tidak terlalu gawat (sedang)
Nilai 8-10: gawat

KRITERIA C :kemudahan dalam penanggulangan


Sangat sulit Z Y X sangat mudah
1 2 3 4 5
Keterangan : semakin kecil skor, maka penanggulangan masalah semakin sulit

KRITERIA D : PEARL factor


Masalah P E A R L Hasil
Kesehatan perkalian
X 1 1 1 1 1 1
Y 1 1 1 1 1 1
Z 1 1 1 1 1 1
P : Propriety (Kesesuaian)
E : Economics (Ekonomi murah)
A : Accetable (Dapat diterima)
R : Recoursces Availability (Tersedianya sumber)
L : Legality (Legalitas terjamin)

PENETAPAN NILAI
 ISPA
NPD : (A+B) C = (10+12) 3= 22x3 = 66
NPT : (A+B) CxD = (10+12) 3x1 = 22x3 = 66
 Diabetes Mellitus
NPD : (A+B) C = (8+10) 3 = 18x3 = 54
NPT : (A+B) CxD = (8+10) 3x1 = 18x3 = 54

6
 Hipertensi
NPD : (A+B) C = (8+10) 3 = 18x3 = 54
NPT : (A+B) CxD = (8+10) 3x1 = 18x3 = 54

KESIMPULAN
Masalah A B C NPD D NPT Prioritas
kesehatan (PEARL)
ISPA 10 12 3 66 1 66 1
Diabetes 8 10 3 54 1 54 2
Mellitus
Hipertens 8 10 3 54 1 54 3
i

Dari rumus Hanlon ini, dapat disimpulkan bahwa yang menjadi prioritas di
Puskesmas Tawaeli yaitu pada prioritas ke-1 ISPA, prioritas ke-2 Diabetes
Mellitus dan prioritas ke-3 Hipertensi. Kesimpulan dari rumus ini yaitu penyakit
Hipertensi merupakan prioritas ketiga dari masalah yang ada di Puskesmas
Tawaeli. Hal ini berkaitan dengan tingkat morbiditas dan insidensi yang timbul di
ruang lingkup kerja Puskesmas Tawaeli.

2.2 Kasus
A. Identitas Pasien
Nama : Ny.A
Umur : 59 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Alamat : Ds. Panau
Tanggal Pemeriksaan : 21 Oktober 2020

B. Deskripsi Kasus
ANAMNESIS

7
Keluhan Utama : Sakit kepala
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien perempuan usia 59 tahun mengeluh sakit kepala ± 1 minggu
yang lalu. Keluhan ini sudah sering di rasakan. Keluhan ini sangat
mengganggu aktivitas pasien sehari-hari karena keluhan ini kadang
disertai dengan pusing, nyeri pada kedua lutut dan rasa kram pada kedua
kaki, pasien juga mengeluh susah tidur dan gatal pada daerah tubuh
pasien. BAB normal dan BAK lancar.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien sudah di diagnosis hipertensi sejak 1 tahun yang lalu. Pasien
rutin mengkonsumsi obat dan rutin kontrol ke puskesmas.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Ayah kandung pasien memiliki penyakit hipertensi.
Riwayat Sosial, Ekonomi dan Lingkungan :
 Suami pasien Tn.K berumur 70 tahun
 Pasien memiliki 5 orang anak dan 4 orang cucu:
1. Ny. D, 35 tahun, sudah menikah dan memiliki 1 orang anak.
2. Ny. F, 32 tahun, sudah menikah dan memiliki 1 orang anak.
3. Ny. I, 30 tahun, sudah menikah dan memiliki 2 orang anak.
4. Tn. S, 26 tahun, belum menikah.
5. Tn. F, 24 tahun, belum menikah.
 Pasien tinggal dirumah bersama suami dan 2 orang anaknya di rumah
yang berada ditengah persawahan dengan 1 kamar. Pasien tidur
bersama suaminya di kamar dan beralaskan kasur.
 Ventilasi udara rumah pasien cukup dan jendela selalu terbuka saat
siang hari. Lantai rumah menggunakan papan, dinding rumah dari
papan, MCK tidak berada didalam rumah.
 Jarak antara rumah pasien dan rumah tetangga sekitar 10 meter.
 Pasien merupakan keluarga ekonomi dibawah, suami pasien yang
berperan sebagai kepala keluarga memiliki pekerjaan petani.

8
 Keluarga pasien makan 3 kali sehari. Dengan menu nasi putih, tahu
tempe dan kadang pasien mengonsumsi ikan asin dan telur. Untuk
sayuran pasien sering mengonsumsi sayur yang bersantan namun
setelah mengalami hipertensi pasien tidak lagi mengonsumsi makanan
yang bersantan.
 Untuk air minum, pasien mendapatkan air dari sumber air dari sumur.
Pasien mengaku selalu memasak air hingga mendidih menggunakan
kompor sederhana untuk keperluan konsumsi rumah tangga.

C. PEMERIKSAAN FISIK
Kondisi Umum : Sakit ringan
Tingkat : Composmentis
Kesadaran
Status Gizi : Normal
Berat Badan : ±55kg
Tinggi Badan : 150 cm
IMT : 18,3 kg/m2
Tanda Vital
Tekanan Darah : 153/83 mmhg
Nadi : 82x/m
Pernapasan : 21x/m
Suhu : 36,5 oC

Pemeriksaan :
Sistemik
Kepala : Normochepal
Mata : Tidak Cekung , Anemis (-/-), Ikterik (-/-), Pupil isokor
Mulut : Sianosis (-), Oral thrush (-)
Telinga : Tidak ditemukan kelainan
Hidung : Tidak ditemukan kelainan
Tenggorokan : Tonsil (T1/T1), tidak hiperemis
Leher : Tidak teraba pembesaran KGB
Thoraks : Paru : Dalam batas normal
Jantung : Dalam batas normal
Abdomen : Dalam batas normal
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik.

9
D. Diagnosis
Hipertensi grade I

E. Penatalaksanaan
Medikamentosa
- Amlodipin 10 mg 0-0-1
- Vitamin B.komplex 1x1
- Asam mefenamat 500 mg 2x1
- Cetirizine 1x1

Non medikamentosa
Edukasi :
- Menjelaskan kepada pasien tentang gejala-gejala pada penyakit
hipertensi dan faktor risiko hipertensi.
- Menganjurkan pasien untuk lebih banyak mengkonsumsi buah dan
sayur serta membatasi konsumsi makanan asin.
- Menganjurkan pasien untuk mengonsumsi daging.
- Menganjurkan pasien untuk rutin melakukan aktivitas fisik setiap
hari minimal 30 menit.
- Menganjurkan kepada pasien agar meminum obat secara rutin
untuk mengontrol tekanan darahnya dan mencegah terjadinya
komplikasi serta rutin mengontrol tekanan darah di Puskesmas
ataupun posbindu.
- Menjelaskan tentang komplikasi yang dapat timbul bila hipertensi
yang diderita tidak terkontrol.
- Menganjurkan pasien untuk rutin mengontrol tekanan darahnya di
puskesmas dan posbindu.

2.3 Analisis Kasus


Pasien merupakan seorang perempuan dengan pekerjaan sehari-harinya
sebagai ibu rumah tangga. Pasien menderita penyakit Hipertensi akibat

10
sering mengkonsumsi makanan yang berlemak dan bersantan, serta kurang
beraktifitas.

2.4 Identifikasi Masalah pada Pasien


1. Faktor resiko apa saja yang mempengaruhi masalah Hipertensi di
Wilayah kerja Puskesmas Tawaeli?
2. Bagaimana pelaksanaan program puskesmas terkait Hipertensi di
Wilayah kerja Puskesmas Tawaeli?

11
BAB III

PEMBAHASAN

Hipertensi merupakan suatu keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik


lebih dari sama dengan 140 mmHg dan diastolik lebih dari sama dengan 90
mmHg setelah dua kali pengukuran terpisah.

Hipertensi dibedakan menjadi dua macam, yakni hipertensi primer


(esensial) dan hipertensi sekunder. Hipertensi dipicu oleh beberapa faktor risiko,
seperti faktor genetik, obesitas, kelebihan asupan natrium, dislipidemia,
kurangnya aktivitas fisik, dan defisiensi vitamin D.
Suatu penyakit dapat terjadi oleh karena adanya ketidakseimbangan faktor-
faktor utama yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Paradigma
hidup sehat yang diperkenalkan oleh H. L. Bloom mencakup 4 faktor yaitu :
1) Faktor genetik (keturunan)
2) Perilaku (gaya hidup) individu atau masyarakat
3) Faktor lingkungan (sosial ekonomi, fisik, politik)
4) Faktor pelayanan kesehatan (jenis, cakupan dan kualitasnya).

Faktor risiko yang paling berperan dalam terjadinya Hipertensi adalah


sebagai berikut :

1) Faktor Genetik
Pada pasien kasus, didapatkan bahwa ayah kandung paisen juga
merupakan penderita hipertensi. Pada sebagian besar kasus hipertensi, salah
satu faktor yang mempengaruhi risiko untuk terkena penyakit hipertensi
yaitu faktor keturunan atau genetik, dimana jika kedua orang tua memiliki
riwayat menderita penyakit hipertensi, maka anaknya akan berisiko
menderita hipertensi, terutama pada kasus hipertensi primer. Hal ini dapat
terjadi karena adanya gen yang berhubungan dengan hipertensi yang

12
menurun kepada anak dari orang tua yang merupakan penderita hipertensi
(Sutanto, 2010).
Adanya anggota keluarga yang menderita hipertensi akan
menyebabkan adanya faktor genetik yang menyebabkan anggota keluarga
lain akan berisiko terkena hipertensi. Hal ini berhubungan dengan adanya
peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium
dan sodium pada individu yang memiliki orang tua dengan hipertensi,
dimana hal ini akan meningkatkan risiko dua kali lebih besar untuk
menderita hipertensi (Wade, 2003).
Pernyataan diatas sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
(Maulidina dkk pada tahun 2019) yang menunjukkan bahwa riwayat
keluarga berhubungan dengan kejadian hipertensi, dikarenakan responden
yang memiliki penyakit hipertensi lebih banyak yang memiliki riwayat
keluarga.i (Maulidina, 2019).

2) Faktor Perilaku
Pada kasus ini, pasien merupakan ibu rumah tangga yang dimana
dalam kehidupan sehari-hari, pasien tidak mampu lagi untuk melakukan
pekerjaan rumah yang berat sehingga sebagian besar pekerjaan rumah
dilakukan oleh anaknya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Junaedi
(2014) mengatakan bahwa seseorang yang tidak aktif melakukan aktifitas
fisik memiliki denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantung harus
bekerja lebih keras pada saat kontraksi sehingga menyebabkan
meningkatnya tekanan darah. Pernyataan diatas sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan Maulidina dkk pada tahun 2019 bahwa aktifitas
fisik berhubungan dengan kejadian hipertensi, dikarenakan responden yang
memiliki penyakit hipertensi lebih banyak memiliki aktifitas fisik yang
kurang. (Maulidina, 2019).
Pada kebiasaan makan, pasien selalu mengonsumsi tahu tempe dan
sering mengonsumsi sayur bersantan. Pola makan yang salah dapat
menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan darah seperti kebiasaan

13
mengonsumsi makanan berlemak terutama pada asupan lemak jenuh dan
kolesterol. Konsumsi natrium yang berlebih akan meningkatkan cairan
ekstraseluler dan cara menormalkannya yaitu dengan menarik cairan
intraseluer keluar, sehingga voume ekstraseluler meningkat dan akan
menyebabkan peningkatan tekanan darah yang kemudian berdampak
menjadi hipertensi (Ramayulis, 2010 ; Sutanto, 2010).

3) Faktor Lingkungan
Banyak hal yang dinilai pada faktor lingkungan, seperti faktor sosial
ekonomi, rumah yang memenuhi standar, kepadatan penduduk dalam satu
wilayah dan dalam satu rumah, kualitas udara, dan kebiasaan merokok
orang disekitar. Pada pasien ini, faktor yang memengaruhi yaitu lingkungan
keluarga dan lingkungan sosial. Lingkungan keluarga dimana pasien tinggal
bersama suami dan 2 orang anaknya dalam satu rumah. Lingkungan sosial
dimana pasien merasa kehidupannya berubah yang dulunya membantu
suaminya disawah sekarang hanya diam dirumah. Pasien mengaku sering
merasa stress jika anaknya tidak mendengarkan perkataannya. Stress akan
meningkatkan resistensi pembuluh darah dan curah jantung yang akan
menstimulasi aktifitas saraf simpatis unutk mengeluarkan hormon adrenalin
yang akan menyebabkan jantung berdenyut lebih cepat yang akan
menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah perifer yang pada
akhirnya akan meningkatkan tekanan darah (Ramayulis, 2010).

4) Faktor pelayanan kesehatan


Alur pelayanan pasien hipertensi di Puskesmas Tawaeli sama seperti
pasien dengan penyakit lain yaitu :
 Pasien mendaftar ke loket puskesmas.
 Kemudian dilakukan pengkajian awal berupa pengukuran tekanan darah
dan anamnesis singkat.
 Diarahkan ke poli dewasa untuk mendapatkan pengobatan.

14
 Setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter dan memperoleh resep,
pasien diarahkan ke apotek.
Usaha kesehatan perorangan (UKP) di Puskesmas Tawaeli untuk
menangani pasien hipertensi, pasien akan masuk ke poli dewasa dan
ditangani oleh dokter umum. Setelah dilakukan pemeriksaan pasien
diberikan resep yang kemudian diambil di apotek.
Usaha kesehatan masyarakat (UKM) di Puskesmas Tawaeli untuk
menangani pasien hipertensi dilakukan di posbindu setiap bulannya. Adapun
kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan UKM antara lain:
 Dilakukan promosi kesehatan mengenai hipertensi secara kelompok
maupun individu pada pasien yang menderita hipertensi.
 Dilakukan pengkajian awal dan pengukuran berat badan, tinggi badan,
lingkar perut, tanda-tanda vital dan pemberian obat.

Dalam melakukan Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM) di


Puskesmas Tawaeli terlebih tentang pelaksanaan posbindu, masih ada
beberapa hal yang belum terlaksana secara sempurna dikarenakan beberapa
kendala, antara lain:
 Tidak adanya dokter yang mendampingi pelaksanaan posbindu, sehingga
pemeriksaan dan pengobatan dilakukan oleh pemegang program
posbindu. Sehingga terapi yang diberikan mungkin saja tidak sesuai
untuk penanganan pasien yang bersangkutan.
 Pasien yang tidak seluruhnya dapat berkunjung rutin setiap bulan ke
posbindu karena alasan aktivitas yang tidak bisa ditinggalkan ataupun
karena letak rumah yang jauh sehingga penjaringan pasien-pasien sakit
masih kurang.
Penyakit-penyakit tidak menular seperti hipertensi seringkali
terabaikan padahal melihat kejadian yang terjadi dalam beberapa tahun
belakangan ini, jumlah kasus penyakit tidak menular seperti hipertensi justru
semakin meningkat.

15
BAB IV
PENUTUP

I. Kesimpulan
 Kurangnya kesadaran pasien hipertensi untuk datang kontrol ke
Puskesmas.
 Pasien kurang patuh menjaga pola makannya, khusunya diet DASH.

II. Saran
Upaya pencegahan (preventif) terhadap penyakit Hipertensi dapat
dilaksanakan dengan mengaplikasikan 5 tingkat pencegahan penyakit (five
level prevention), yaitu sebagai berikut :
1. Health Promotion
Memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai hipertensi,
pola makan gizi seimbang, mengurangi makanan-makanan yang tinggi
kadar garam dan lemak, serta kemungkinannya menurun pada keluarga
melalui riwayat genetik.

2. Spesific Protection
Pencegahan khusus ini terutama ditujukan pada keluarga di daerah
wilayah kerja Puskesmas Tawaeli yang memiliki riwayat hipertensi
maupun dapat dilakukan dengan berbagai upaya seperti perbaikan status
gizi perorangan maupun masyarakat, seperti: makan dengan teratur,
porsi cukup dengan gizi seimbang.

3. Early Diagnosis and Prompt Treatment


Diagnosis dini dan pengobatan dini (Early Diagnosis and Prompt
Treatment) Upaya ini dapat dilakukan saat pelaksanaan posbindu PTM
dan posbindu lansia untuk mencegah peningkatan penyakit tingkat 2.

16
4. Disability Limitation
Screening, kontrol, pengobatan dan perawatan khusus untuk
menghindari komplikasi yang dapat menimbulkan kecacatan bahkan
kematian seperti infark miokard, CHF yang diakibatkan oleh penyakit
hipertensi dapat dilakukan senam lansia setiap dilakukan posbindu.
Sebaiknya petugas kesehatan juga dapat mengontrol pasien hipertensi
dirumah pasien.
5. Rehabilitation
Dalam kasus hipertensi dapat dilakukan dengan cara melakukan
pengobatan hingga tuntas, dengan mengikuti jadwal konsumsi obat yang
sudah diatur oleh dokter, dan tetap selalu mengontrol tekanan darah.

17
DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan Dasar.

Dipiro, J., dkk. 2011. Pharmacotherapy: Pathophysiologic Approach.

Dharmeizar. 2012. “Hipertensi” dalam Medicinus. Volume 25.

Junaedi, E., Yulianti, S. dan Rinata, M.G. 2014, Hipertensi Kandas Berkat Herba,
Fmedia, Imprint AgroMedia Pustaka.

Kemenkes RI. 2015. “Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015–


2019”. Diakses melalui https://doi.org/351.077 Ind r

Maulidina, F., Harmani, N., dan Suraya, I. 2019. Faktor-faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Jati Luhur Bekasi
Tahun 2018. Vol 4. No 1.
https://journal.uhamka.ac.id/index.php/arkesmas/article/view/3141

Ramayulis, R. 2010, Menu dan Resep untuk Penderita Hipertensi, Penebar Plus,
jakarta.

Riset Kesehatan Dasar, 2013, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,


Kementerian Kesehatan RI.

Sutanto, 2010, Cekal (Cegah dan Tangkal) Penyakit Modern, ANDI, Yogyakarta.

Wade, A.H. dan Cameron, A., 2003, Using A Problem Detection Study (PDS) to
Identify and Compare Health Care Provider and Consumer Views of
Antihypertensive Therapy, Journal of Human Hypertension, Vol. 17.

18
WHO, 2011, Disease : Hypertension, Development and Healthy Environment,
From : http://www.searo.who.int/ .

19
LAMPIRAN

Dokumentasi bersama pasien.

20

Anda mungkin juga menyukai