Anda di halaman 1dari 9

TUGAS ONLINE

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

“OSTEOPOROSIS”

Ananda Suci Ramadani


N 111 18 060

PEMBIMBING :
dr. Sumarni., M.Kes.,Sp.GK

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2020
Skenario kasus :

Ny. A usia 68 tahun dibawa ke IGD RS Undata karena panggul kiri terasa nyeri setelah
jatuh terduduk di kamar madni. Ny. A sudah menopause sejak usia 50 tahun. Sehari-hari Ny.A
bekerja sebagai tukang cuci baju dan strika. Sejak kecil Ny. A mengaku tidak suka minum susu
dan jarang berolahraga. Ny. A pernah memeriksakan kakinya ketika pemkes yang berada di
Anjungan, dari pemeriksaan tersebut didapatkan nilai kepadatan tulangnyat score = -2,8.

Dari pemeriksaan di IGD didapatkan punggung Ny.A bungkuk , BB 46 kg, TB 160 cm,
sementara itu TB sebelumnya 164 cm dan tungkai kaki lebih pendek dari tungkai kanan. Dari
pemeriksaan X-ray tulang belakang didapatkan kifosis dengan fraktur kompresi pada vertebra
L1-L3 dan dari X-ray pelvis didapatkan fraktur pada columm femoris sinistra.

A. Pendahuluan

Penuaan saat ini menjadi isue penting di seluruh dunia termasuk Indonesia. Di Indonesia,
populasi lansia pada tahun 2000-2010 sudah mencapai di atas 7%, dimana tahun 2012 sudah
mencapai 7,56%. Bahkan diperkirakan pada tahun 2050 populasi lansia di Indonesia mencapai
28,68 %. Berdasarkan kondisi tersebut, dapat disimpulkan struktur kependudukan di Indonesia
sudah bisa dikatakan berstruktur tua.
Dengan meningkatnya usia harapan hidup, maka berbagai penyakit degeneratif dan
metabolik termasuk osteoporosis akan menjadi masalah sistem muskuskletal yang memerlukan
perhatian khusus, terutama di negara-negara berkembang, termasuk di Indonesia. Osteoporosis
merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan penurunan kepadatan tulang. Akibatnya, tulang
menjadi rapuh. Osteoporosis akan membuat tulang berlubang-lubang seperti spons. Kelainan
tulang ini akan meningkatkan risiko patah tulangOsteoporosis merupakan suatu kondisi yang
ditandai dengan penurunan kepadatan tulang. Akibatnya, tulang menjadi rapuh. Osteoporosis
akan membuat tulang berlubang-lubang seperti spons. Kelainan tulang ini akan meningkatkan
risiko patah tulang.
Dengan bertambahnya usia terdapat peningkatan hilang tulang secara linear. Hilang
tulang ini lebih nyata pada wanita dibanding pria. Tingkat hilang tulang ini sekitar 0,5 – 1% per
tahun dari berat tulang pada wanita pasca menopause dan pada pria > 80 tahun. Hilang tulang ini
lebih mengenai bagian trabekula dibanding bagian korteks, dan pada pemeriksaan histologik
wanita dengan osteoporosis spinal pasca menopause tinggal mempunyai tulang trabekula < 14%
(nilai normal pada lansia 14 – 24% ).

Sepanjang hidup tulang mengalami perusakan (dilaksanakan oleh sel osteoklas) dan
pembentukan (dilakukan oleh sel osteoblas) yang berjalan bersama-sama, sehingga tulang dapat
membentuk modelnya seseuai dengan pertumbuhan badan (proses remodelling). Oleh karena itu
dapat dimengerti bahwa proses remodelling ini akan sangat cepat pada usia remaja (growth
spurt). Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan dan pengrusakan oleh kedua
jenis sel tersebut. Apabila hasil akhir perusakan (resorbsi/destruksi) lebih besar dari
pembentukan (formasi) maka akan timbul osteoporosis.
Osteoporosis sering menimbulkan fraktur kompresi pada vertebra  torakalis. Terdapat
penyempitan diskus  vertebra, apabila penyebaran berlanjut keseluruh korpus vertebra akan
menimbulkan kompresi vertebra  dan terjadi gibus. Fraktur kolum femur  sering terjadi pada usia
di atas 60 tahun dan lebih sering pada perempuan, yang disebabkan oleh penuaan dan
osteoporosis pascamenopause. Kolaps bertahap tulang vertebra mungkin tidak menimbulkan
gejala, namun terlihat sebagai kifosis progresif. Kifosis dapat mengakibatkan pengurangan tinggi
badan. Pada beberapa perempuan dapat kehilangan  tinggi badan sekitar 2,5-15 cm, akibat kolaps
vertebra.
Osteoporosis dapat terjadi pada semua orang, namun beberapa orang lebih berisiko.
Diantaranya adalah kelompok lansia (lanjut usia), dimana semakin tua, kepadatan tulang
kelompok usia ini menjadi semakin berkurang. Sama halnya dengan pasien penyakit lainnya,
pasien osteoporosis juga memerlukan perawatan khusus agar tidak berdampak semakin parah.
Penatalaksanaan osteoporosis yang tepat diperlukan untuk mencegah kehilangan tulang lebih
lanjut dan mencegah terjadinya fraktur patologis. Tentu saja penatalaksanaan yang tepat dan
bermutu akan dapat membantu pasien menjaga agar kondisinya tidak memburuk, bahkan dapat
membaik dari waktu ke waktu.

Kondisi ini tentu saja sangat mencemaskan siapapun yang peduli, hal ini terjadi karena
ketidaktahuan pasien terhadap osteoporosis dan akibatnya. Beberapa hambatan dalam
penanggulangan dan pencegahan osteoporosis antara lain karena kurang pengetahuan, kurangnya
fasilitas pengobatan, faktor nutrisi yang disediakan, serta hambatan-hambatan keuangan.
Sehingga diperluan kerja sama yang baik antara lembaga-lembaga kesehatan, dokter dan pasien.
Pengertian yang salah tentang perawatan osteoporosis sering terjadi karena kurangnya
pengetahuan.
B. Upaya kesehatan yang diberikan pada lansia

Pelayanan kesehatan primer menekankan pada upaya promotif, kuratif, preventif dan
rehabilitative dalam bentuk promosi kesehatan dan proteksi kesehatan lansia khususnya
terhadap berbagai penyakit tidak menular (PTM) yang bersifat kronis. Pelayanan kesehatan
primer melalui pendekatan puskesmas santun lansia adalah pelayanan yang baik dan berkualitas,
memberi kemudahan dalam pelayanan kesehatan kepada lansia dan memberikan keringanan.
1. Promotif
Kegiatan promosi kesehatan, penting menggunakan pendekatan kreatif untuk
menyertakan aktifitas promosi kesehatan pada semua lingkungan pelayanan kesehatan,
termasuk lingkungan keluarga, dan masyarakat. Melalui pendekatan pelayanan kesehatan
primer dapat meningkatkan self care dan self management dalam kesehatan dan
kehidupan sosial sehari-hari. Lansia dan keluarganya dididik untuk dapat menggunakan
pengetahuan, sikap, dan perilaku dalam beraktifitas meningkatkan kesehatan mereka
sendiri dan masyarakat disekitarnya. Strategi pelayanan kesehatan primer yang
diterapkan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan klien mulai dari tingkat individu,
keluarga, dan kelompok masyarakat untuk dapat mandiri (self reliance) dalam mencegah
dan mengatasi permasalahan kesehatan yang dialaminya
Upaya promotif merupakan tindakan secara langsung dan tidak langsung untuk
meningkattkan derajat kesehatan dan mencegah penyakit. Upaya promotif juga
merupakan proses advokasi kesehatan untuk meningkatkan dukungan pasien, tenaga
professional, dan masyarakat terhadap kesehatan yang positif menjadi norma-norma
social. Upaya promotif dilakukan membantu masyarakat untuk mengubah gaya hidup
mereka dan bergerak kearah keadaan kesehatan yang optimal serta mendukung
pemberdayaan seseorang untuk membuat pilihan yang sehat tentang perilaku yang baik.
Menurut Depkes RI mengenai pelaksanaan kegiatan promotif di posyandu lansia,
Dalam kegiatan ini berperan upaya penyuluhan mengenai perilaku hidup sehat,
pengetahuan tentang proses degeneratif yang akan terjadi pada lansia, upaya
meningkatkan kesegaran jasmani serta upaya lain serta produktivitas lansia. Beberapa
usaha diantaranya : a) Penyediaan makanan sehat cukup kualitas maupun kuantitasnya. b)
Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan, seperti penyediaan air rumah tangga yang
baik, perbaikan cara pembuangan sampah, kotoran dan air limbah dan sebagainya. c)
Pendidikan kesehatan kepada masyarakat d) Usaha kesehatan jiwa agar tercapai
perkembangan kepribadian yang baik.

Upaya promotif dimana upaya ini dilakukan untuk menggairahkan semangat


hidup dan meningkatkan derajat kesehatan usia lanjut agar tetap berguna baik bagi
dirinya keluarga maupun masyarakat.

Contoh Upaya perlindungan kesehatan bagi lansia adalah sebagai berikut :

 Mengurangi cedera
 Meningkatkan keamanan di tempat kerja
 Meningkatkan perlindungan dari kualitas udara yang buruk.
 Meningkatkan keamanan
 Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mulut

2. Kuratif
Pelayanan kesehatan kuratif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pengobatan
yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit,
pengendalian penyakit, atau pengendalian kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga
seoptimal mungkin.
.  Diet kaya kalsium dan vitamin D yang mencukupi sepanjang hidup, dengan peningkatan
asupan kalsium pada permulaan umur pertengahan dapat melindungi terhadap demineralisasi
tulang
b.  Pada menopause dapat diberikan terapi pengganti hormone dengan estrogen dan progesterone
untuk memperlambat kehilangan tulang dan mencegah terjadinya patah tulang yang
diakibatkan.
c.    Medical treatment, oabt-obatan dapat diresepkan untuk menangani osteoporosis termasuk
kalsitonin, natrium fluoride, dan natrium etridonat. Efek samping (misal : gangguan
gastrointestinal, aliran panas, frekuensi urin), biasanya ringan dan hanya kadang-kadang
dialami. Natrium florida memperbaiki aktifitas osteoblastik dan pembentukan tulang.
d.  Pemasangan penyangga tulang belakang (spinal brace) untuk mengurangi nyeri punggung

3. Prefentif
Upaya prefentif merupakan upaya pencegahan penyakit kemungkinan terjadi penyakit-penyakit
yang disebabkan oleh proses penuaan berupa :
 Pencegahan primer meliputi pencegahan pada lansia sehat, terdapat factor resiko tidak
ada penyakit dan promosi kesehatan. Jenis pelayanannya adalah program imunisasi,
konseling, dukungan nutrisi, olahraga, keamanan didalam dan disekitar rumah,
manajemen stress, dan penggunaan meditasi yang tepat.
 Pencegahan sekunder, meliputi pemeriksaan terhadap penderita tanpa gejala dari awal
penyakit hingga terjadi gejala penyakit belum tampak secara klinis dan mengidap factor
resiko. Jenis pelayanannya adalah control ataupun screening.
 Pencegahan tersier dilakukan sesudah terdapat gejala penyakit dan cacat; mencegah cacat
bertambah dan ketergantungan; serta perawatan bertahap, tahap 1) perawatan dirumah
sakit, 2) rehabilitasi pasien rawat jalan,dan 3) perawatan jangka panjang. Jenis
pelayanannya adalah mencegah berkembangnya gejala dengan menfasilitasi rehabilitasi
dan membatasi ketidakmampuan akibat kondisi kronis danmendukung untuk
mempertahankan kemampuan berfungsi.
Tindakan pencegahan harus mulai digalakkan sejak usia anak-anak dan
dioptimalkan pada usia puncak massa tulang. Upaya pencegahan osteoporosis hendaknya
dioptimalkan pada usia 20-30 tahun mengingat rentang usia tersebut biasanya tercapai
kondisi puncak massa tulang. Setelah usia tersebut massa tulang cenderung akan
menurun. Asupan gizi, paparan sinar matahari, suplementasi vitamin D, merupakan
beberapa penentu puncak massa tulang. Pemenuhan faktor-faktor tersebut dapat
dilakukan sebagai upaya pencegahan osteoporosis..

4. Rehabilitatif
Rehabilitatif merupakan upaya mempertahankan fungsi organ seoptimal mungkin yang
dilakukan oleh petugas kesehatan berupa untuk memperbaiki kesehatan. Upaya rehabilitative
adalah upaya promosi kesehatan untuk memelihara dan memulihkan kondisi/ mencegah
kecatatan. sasarannya adalah kelompok orang yang baru sembuh dari penyakit. tujuannya
adalah untuk pemulihan dan pencegahan kecatatan lebih lanjut.
Upaya rehabilitatif diberikan apabila Anda telah menjalani operasi. Upaya ini diberikan
untuk mengembalikan kemampuan fungsional. Misalnya pada pasien patah tulang punggung,
dilakukan latihan penguatan otot dan disarankan untuk memakai korset sebagai stabilitas
eksternal

C. Inovasi Program
Posyandu Lansia
Posyandu Lansia merupakan Fasilitas pelayanan kesehatan yang berada di desa-
desa yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat khususnya bagi warga
yang sudah berusia lanjut. Manfaat yang dirasakan dengan adanya posyandu lansia ini
bukan hanya dirasakan oleh lansia tetapi juga oleh keluarga dan lingkungan dimana
lansia tersebut tinggal. Posyandu lansia dapat membantu lansia untuk menyesuaikan diri
dalam perubahan fase kehidupannya sehingga menjadi pribadi yang mandiri sesuai
dengan keberadaannya.
Pelaksaan posyandu lansia ini bisa dilaksanakan dalam bentuk yang lebih
menarik, sehingga lansia dapat bersemangat untuk datang memeriksakan diri. Kegiatan-
kegiatan yang dapat dilakukan oleh lansia dapat disisipkan dalam pertemuan posyandu
lansia. Kerja sama yang dilakukan oleh pemerintah dengan sector terkait juga sangat
berpengaruh, seperti melakukan kerja sama dengan rumah ibadah untuk mengadakan
posyandu lansia tersebut. Promosi kegiatan ini sangat penting dalam keberlangsungan
posyandu lansia ini. Apabila ada lansia yang tidak bisa untuk datang ke tempat kegiatan,
petugas kesehatan yang bertugas dapat mengunjungi rumah lansia. Sebaiknya tempat
pelaksanaan posyandu agar lebih diperhatikan, yaitu dapat di tengah-tengah daerah
rumah lansia dan sarana serta prasana yang harus lebih diperhatikan lagi.
Pihak puskesmas agar membuat program pencegahan gangguan kepadatan tulang
melalui promosi dan penyuluhan dengan program pemberian edukasi. Melakukan
pemeriksaan gratis. Masyarakat disarankan untuk membiasakan berolahraga secara rutin
3 -5 kali per minggu dengan durasi minimal 30 menit setiap kali berolahraga) dengan
program Senam lansia dilaksanakan disetiap satu bulan sekali pada saat dilakukan kegiatan .
Kemudian dilakukan program sharing is caring dimana untuk meninkatkan atau
mempertahankan psikologis lansia. Saat menghadiri Posyandu lansia akan bertemu
sebabnya mereka akan saling berkomunikasi dan berinteraksi sehingga dapat mengurangi
beban atau mengurangi pikiran-pikiran negative.

KESIMPULAN
Dengan meningkatnya usia harapan hidup, maka berbagai penyakit degeneratif dan
metabolik termasuk osteoporosis akan menjadi masalah sistem muskuskletal yang
memerlukan perhatian khusus, terutama di negara-negara berkembang, termasuk di
Indonesia. Pelayanan kesehatan primer menekankan pada upaya promotif, kuratif,
preventif dan rehabilitative dalam bentuk promosi kesehatan dan proteksi kesehatan
lansia khususnya terhadap penyakit osteoporosis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mardiyah S. Sartika RA. Gangguan Kepadatan Tulang pada Orang Dewasa di
Daerah Urban dan Rural. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 8, No. 6.
2014.
2. Kementrian Kesehatan RI. Buletin jendela data dan informasi kesehatan:
Gambaran kesehatan lanjut usia di Indonesia. Jakarta: Pusat data dan informasi
kesehatan Kementrian. Kesehatan RI. 2013
3. Afni R. Hanafi A. Risiko Osteoporosis Pada Lansia di Upt Panti Sosial
Tresnah Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru. JOMIS (Journal Of Midwifery
Science) P-ISSN : 2549-2543 Vol 3. No.1. 2019.
4. Zulfitri R. Analisis Kebijakan Pelayanan Kesehatan Primer Dalam Manajemen
Penatalaksanan Penyakit Kronis Lansia.
http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/. 2015.
5. Permatasari., Deftaria. Hubungan Aktivitas dan Terjadinya Osteoporosis pada
Wanita Pascamenopause di Poliklinik bedah tulang RSUD Dokter Soedarso
Pontianak. Kalimantan Barat. 2012.

Anda mungkin juga menyukai