PEMBIMBING :
Dr. Sumarni, sp.GK
PENDAHULUAN
Imunisasi merupakan salah satu program Pemerintah untuk memberantas Penyakit yang
Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Imunisasi memberikan kontribusi besar dalam
meningkatkan Human Development Index. Upaya preventif untuk menurunkan angka kesakitan,
kecacatan dan kematian akibat beberapa penyakit dapat dicegah dengan imunisasi. Salah satunya
adalah imunisasi Difteri Pertusis Tetanus (DPT). Menurut Kepmenkes No. 1059/
Menkes/SK/IX/2004 imunisasi DPT meliputi imunisasi DPT1 diberikan mulai usia 2 bulan dan
dilanjutkan DPT2, DPT3 dengan selang waktu 4 minggu, sedangkan imunisasi ulangan/booster
2
DPT dilakukan pada usia 18 bulan (booster 1), 6 tahun (booster 2) dan 12 tahun (booster 3).
nailul.
Pada kurun waktu 2011- 2015, Indonesia berada di urutan dua negara dengan kejadian
difteri terbesar di dunia yaitu 3. 203 kasus setelah India (18. 350 kasus). Sejak diperkenalkannya
Imunisasai atau vaksinasi DPT di Amerika Serikat, kejadian tetanus dan difteri menurun sekitar
99% dan pertusis sekitar 80%.3 Sebelum vaksin Difteri ditemukan, diketahui bahwa racun yang
dikeluarkan oleh Corynebacterium diphtheriae pada dampak yang akut dapat menyebabkan
kegagalan sistem pernapasan (respiratory distress) hingga kematian.4 Secara global, difteri
merupakan salah satu penyebab utama kematian anakanak. Sebanyak 40% kasus terjadi pada
anak- anak di bawah 5 tahun dan 70% di bawah 15 tahun. 1
Dengan menurunnya angka kesakitan dan kematian anak pada umumnya, maka kualitas
hidup bangsa diharapkan akan meningkat pula. Pemberian imunisasi pada bayi dan anak tidak
hanya memberikan pencegahan terhadap anak tersebut tetapi akan memberikan dampak yang
jauh lebih luas karena akan mencegah terjadinya penularan yang luas dengan adanya
peningkatan tingkat imunitas secara umum di masyarakat. 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Untuk menimbulkan kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan terhadap penyakit
difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus.
Apabila terjadi penyakit tersebut, akan jauh lebih ringan dibanding terkena penyakit
secara alami. Secara alamiah sampai batas tertentu tubuh juga memiliki cara membuat
kekebalan tubuh sendiri dengan masuknya kuman-kuman kedalam tubuh. Namun bila
jumlah yang masuk cukup banyak dan ganas, bayi akan sakit. Dengan semakin
berkembangnya teknologi dunia kedokteran, sakit berat masih bisa ditanggulangi dengan
obat-obatan. Namun bagaimanapun juga pencegahan adalah jauh lebih baik dari pada
pengobatan. DPT sering menyebakan efek samping yang ringan, seperti demam ringan
atau nyeri di tempat penyuntikan selama beberapa hari.
Efek samping tersebut terjadi karena adanya komponen pertusis di dalam vaksin.
Pada kurang dari 1% penyuntikan, DPT menyebabkan komplikasi berikut: 4
Indikasi :
Untuk pemberian kekebalan secara simultan terhadap difteri, pertusis, dan tetanus.
Kontra indikasi:
Gejala- gejala keabnormalan otak pada periode bayi baru lahir atau gejala serius
keabnormalan pada saraf merupakan kontraindikasi pertusis. Anak-anak yang mengalami
gejala-gejala parah pada dosis pertama, komponen pertusis harus dihindarkan pada dosis
kedua, dan untuk meneruskan imunisasinya dapat diberikan DT. 5
Pendidikan kesehatan ini dapat diperoleh dari tenaga kesehatan yang melayani
pasien. secara konsisten menunjukkan bahwa tidak adanya atau lemahnya rekomendasi dari
penyedia layanan kesehatan adalah pendorong utama penyerapan vaksin yang buruk. Oleh
karena itu, penting untuk mengembangkan intervensi yang menargetkan penyedia layanan
kesehatan dan praktiknya, termasuk konseling pasien. Pendidikan orang tua dan pasien yang
diberikan oleh dokter perawatan primer dapat menjadi sangat penting dalam memengaruhi
penyerapan vaksin yang lebih tinggi. 7
Orangtua atau pengantar bayi / anak dianjurkan dan memberitahukan hal-hal tersebut di
bawah ini secara lisan tentang hal-hal yang berkaitan dengan indikasi kontra atau risiko
kejadian ikutan pasca imunisasi tersebut di bawah ini: 7
pernah mengalami kejadian ikutan pasca imunisasi yang berat pada imunisasi
sebelumnya,
alergi terhadap bahan yang juga terdapat di dalam vaksin,
sedang mendapat pengobatan steroid, radioterapi atau kemoterapi,
menderita sakit yang menurunkan imunitas (leukimia, kanker, HIV/AIDS),
tinggal serumah dengan orang lain yang imunitasnya menurun (leukimia, kanker, HIV
/ AIDS),
tinggal serumah dengan oang lain dalam pengobatan yang menurunkan imunitas
(radioterapi, kemoterapi, atau terapi steroid)
pada bulan lalu mendapat imunisasi yang berisi vaksin virus hidup (vaksin campak,
poliomielitis, rubela)
pada 3 bulan yang lalu mendapat imunoglobulin atau transfusi darah