Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN KASUS

CUTANEOUS LARVA MIGRANS

Disusun Oleh:

Annisa Diah Rachmawati

Dokter Pembimbing:

dr. Jihan Rosita, Sp.KK

dr. Reni Fajarwati, Sp.KK

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN

KELAMIN

PERIODE 28 AGUSTUS 2017 30 SEPTEMBER 2017

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

JAKARTA
I. PENDAHULUAN

Cutaneous larva migrans (CLM) atau creeping eruption adalah


erupsi berbentuk penjalaran serpiginosa, sebagai reaksi hipersensitivitas
kulit terhadap invasi larva cacing tambang atau nematodes yang berasal
dari feses anjing atau kucing. Umumnya mampu menginvasi kulit di kaki,
tangan, bokong atau abdomen.1,5

Invasi ini sering terjadi pada anak-anak yang sering berjalan tanpa
alas kaki atau yang sering berhubungan dengan tanah atau pasir yang
mengandung larva tersebut. Peradangan yang disebabkan oleh invasi larva
cacing tambang ini berbentuk linier atau berkelok-kelok, menimbuk dan
progresif.1,2

Insidens yang sebenarnya sulit diketahui, di Amerika Serikat


tercatat 6,7% dari 13.300 wisatawan mengalami CLM setelah
berkunjungan ke daerah tropis. Hampir semua negara beriklim tropis dan
subtropis termasuk Indonesia banyak ditemukan CLM. Tidak terdapat
perbedaan ras, usia maupun jenis kelamin. Belum pernah dilaporkan
kematian akibat CLM. Invasi CLM yang lama dapat menyebabkan infeksi
sekunder akibat garukan. Walaupun jarang namun dapat menyebabkan
selulitis. 1,2

Penyebab utamanya adalah larva Ancylostoma braziliense dan


Ancylostoma caninum yang hidup dalam usus kucing atau anjing.
Biasanya larva ini terdapat pada stadium ketiga siklus hidupnya, Nematode
hidup apda hospes, ovum (telur cacing) terdapat pada kotoran binatang
dan karena kelembaban menjadi larva yang mampu mengadakan penetrasi
ke kulit. Larva ini tinggal di kulit berjalan-jalan tanpa tujuan sepanjang
taut dermo-epidermal dan setelah beberapa jam atau hari akan timbul
gejala di kulit.1,2

Gejala klinis yang ditimbulkan ketika masuknya larva ke kulit


biasanya gatal dan panas. Mula-mula akan timbul papul kemudian diikuti
bentuk yang khas, yakni lesi berbentuk linier atau berkelok-kelok,
menimbul dengan diameter 2-3mm, dan berwarna kemerahan, lesi
eritematosa ini menunjukan bahwa larva tersebut telah berada di kulit
selama beberapa jam atau hari. Selanjutnya papul merah ini menjalar,
menyerupai benang berkelok-kelok, polisiklik, serpiginosa, menimbul dan
membentuk terowongan(burrow), mencapai beberapa centimeter. Rasa
gatal lebih hebat pada malam hari.1,2

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis. Tatalaksana


secara umum diberikan pengobatan sistemik berupa antihelmintes:
albendazole 400mg dosis tunggal 3 hari berturut-turut.

II. KASUS
Identitas Pasien
Nama : An. Rasya Sabiq Zaini
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 9 tahun
Pekerjaan : Pelajar
Alamat :-
Status Pernikahan : Belum Menikah
Suku Bangsa : Jawa
Tanggal Berobat : 16-09-2017
Autoanamnesis (Tanggal 16 September 2017)
Keluhan Utama : Gatal pada lengan sebelah kanan sejak 1 bulan
yang lalu, gatal dirasakan pada malam hari.

Keluhan Tambahan : -

Riwayat Perjalanan Penyakit :


Sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu pasien mengeluhkan gatal
pada lengan bawah sebelah kanan, dan timbul kemerahan. Gatal dirasakan
lebih parah pada malam hari, orang tua orang sakit (os) sudah pernah
memberikan asiklovir salep dan garamicin pada kemerahan di tangan,
tetapi tidak ada perubahan, satu minggu setelah timbul keluhan orang tua
os membawa os ke Sp.Kulit dan Kelamin (Sp.KK) dan diberikan puyer
albendazole selama 5 hari tetapi tetap tidak ada perubahan, setelah habis
os kontrol kembali ke Sp.KK dan diberikan lagi puyer albendazole selama
3 hari tetap tidak ada perubahan, setelah itu orang tua os hanya
memberikan salep albendazole saja. orang tua os mengaku os bermain
pasir di sekitar rumah , selalu menggunakan alas kaki. Keluhan tidak
disertai demam, batuk (-), pilek (-), penurunan nafsu makan (-)

Riwayat Penyakit Dahulu :


Riwayat Atopik (-)

Riwayat Penyakit Keluarga :


Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama seperti Pasien.

Pemeriksan Fisik (Tanggal 16 September 2017)


Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Kompos Mentis
Tanda Vital :
Tekanan Darah :-
Nadi :-
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 37 C
Berat Badan : 39kg
Kepala :
Bentuk : Normochepali
Mata : Dalam batas normal
Hidung : Dalam batas normal
Mulut : Dalam batas normal
Telinga : Dalam batas normal

Leher : Dalam batas normal


Thoraks :
Inspeksi : Dalam batas normal
Palpasi : Dalam batas normal
Perkusi : Dalam batas normal
Auskultasi :
- Jantung : Dalam batas normal
- Paru : Dalam batas normal
Abdomen :
Inspeksi : Dalam batas normal
Palpasi : Dalam batas normal
Perkusi : Dalam batas normal
Auskultasi : Dalam batas normal

Ekstremitas Superior : Dalam batas normal


Ekstermitas Inferior : Dalam batas normal
Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan

Status Dermatologis
1. Regio Antebrachii
Gambar 1. Regio Antebrachii

Gambar 2. Regio Antebrachii

Papul Serpiginosa
Pada regio antebrachii bagian fleksor terdapat papul eritematosa
berkonfluens, polisiklik berkelok-kelok dengan panjang 7 cm
membentuk terowongan (burrow) dengan penyebaran serpiginosa

Papul linear
berkonfluens
e

Gambar 3. Lesi minggu 1

Gambar 4. Lesi garukan


Resume

Anak R usia 9 tahun datang dengan keluhan gatal di lengan bawah sejak 1
bulan yang lalu pasien mengeluhkan gatal pada lengan bawah sebelah kanan, dan
timbul kemerahan. Gatal dirasakan lebih parah pada malam hari, orang tua os
sudah pernah memberikan asiklovir salep dan garamicin pada kemerahan di
tangan, tetapi tidak ada perubahan, satu minggu setelah timbul keluhan orang tua
os membawa os ke Sp.KK dan diberikan puyer albendazole selama 5 hari tetapi
tetap tidak ada perubahan, setelah habis os kontrol kembali ke Sp.KK dan
diberikan lagi puyer albendazole selama 3 hari tetap tidak ada perubahan, setelah
itu orang tua os hanya memberikan salep albendazole saja. orang tua os mengaku
os bermain pasir di sekitar rumah , selalu menggunakan alas kaki. Demam (-),
Batuk (-), penurunan nafsu makan (-).

Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien ini meliputi pemeriksaan secara
umum dan pemeriksaan dermatologis. Pada pasien ini, secara umum tidak ada
kelainan, pada status dermatologis, efloresensi terdapat pada regio antebrachii
tampak papul eritematosa berkonfluens, polisiklik berkelok-kelok dengan panjang
7 cm membentuk terowongan (burrow) dengan penyebaran serpiginosa.

Diagnosis Banding

1. Cutaneous Larva Migrans


2. Skabies
3. Dermatitis kontak

Diagnosis Kerja

Cutaneous Larva Migrans


Penatalaksanaan

Umum
Penatalaksanaan umum yaitu dengan memberikan edukasi kepada pasien,
seperti:
- menjelaskan kepada pasien tentang penyakit dan penatalaksanaannya.
- Membersihkan serta memotong kuku.
- mencegah garukan dan gosokan
- cukup istirahat
- menghindari faktor pencetus.
- minum obat dan kontrol ke dokter secara teratur
Khusus
Penatalaksanaan secara khusus yaitu dengan pemberian terapi medikamentosa,
berupa:
- Sistemik
Albendazole 1 x 400mg (5 hari)
Cetrizine 1 x10 mg tablet per hari jika gatal
- Topikal
Albendazole cream 10% 2 x ue
Ethyl cloride spray (disemprotkan sepanjang lesi)
Prognosis
Quo Ad vitam : Bonam
Quo Ad functionam : Bonam
Quo Ad sanationam : Bonam

III. PEMBAHASAN
Masuknya larva ke kulit biasanya disertai rasa gatal dan panas.
Mula-mula akan membentuk papul kemudian dikuti bentuk berkelok-
kelok dan linier meninmbul dengan diameter 2-3 mm dan berwarna
kemerahan. Pada An.R gejala yang timbul adalah gatal dan kemerahan
pada malam hari.1,3
Tempat predileksi adalah di tungkai, plantar, tangan, anus, bokong,
paha, juga di bagian tubuh di mana saja yang sering berkontak dengan
tempat larva berada. Sering terjadi ekskoriasi dan infeksi sekunder oleh
bakteri. Larva terbatas hanya pada lapisan epidermis. Penyakit ini self
limited dengan kematian larva dalam waktu sebulan atau dua bulan.
Infeksi bakteri sekunder bisa terjadi akibat garukan pada lesi. Pada An.R
terdapat pelebaran lesi jika dibandingkan lesi pada minggu pertama dan
minggu kelima. Selain itu pada minggu pertama terdapat juga tanda-tanda
infeksi sekunder berupa krusta kehitaman dikarenakan garukan. Pasien
hanya merasa gatal pada regio lengan bawah, tidak ada keluhan yang sama
pada regio lainnya.2,3
Tanda dan gejala sistemik (mengi, batuk kering, urtikaria) pernah
dilaporkan pada pasien dengan infeksi ekstensif. Tanda sistemik termasuk
eosinofilia perifer dan peningkatang kadar IgE. Pada kasus creeping
eruption bisa terjadi sindrom loeffler dan myositis namun jarang dijumpai.
Larva bisa bermigrasi ke usus halus dan menyebabkan enteritis
eosinofilik.2,3 Tidak terdapat gejala-gejala tersebut diatas, tidak terdapat
demam, batuk, gangguan pencernaan atau penurunan nafsu makan.
Penatalaksanaan pada Cutaneous larva migrans berupa pengobatan
sistemik dan topikal. Penggunaan albendazole oral 400mg dosis tunggal
selama 3 hari merupakan lini pertama yang dilakukan, namun pada pasien
ini penggunaan albendazole telah diulang selama 2 minggu dan tidak
menimbulkan perubahan. Berdasarkan studi yang dilakukan Quashie and
Tsegah pada seorang pria di Ghana menunjukan bahwa pemberian
albendazole 400mg hanya menghilangkan gejala tetapi tidak dapat
membunuh larva, maka dari itu pemberian rejimen selanjutnya yaitu
albendazole 800mg harus dilakukan. Selain itu penggunaan albendazole
topikal juga dapat membantu penyembuhan.1,2,4,5
Pemberian antihistamin oral secara luas digunakan untuk
mengurangi keluhan pruritus dengan memblokir efek pelepasan anti
histamine secara endogen namun peran dan keuntungannya dalam
mengatasi pruritus lokal sangat rendah.
Cetirizin HCl adalah antihistamin antagonis H1 generasi kedua,
terbukti lebih nyaman dan menguntungkan karena tidak menimbulkan efek
mengantuk sehingga tidak mengganggu aktifitas pasien. Alasan Pada
pasien ini diberikan antihistamin antagonis H1 generasi kedua, terbukti
lebih nyaman dan menguntungkan karena tidak menimbulkan efek
mengantuk sehingga tidak mengganggu aktifitas pasien, juga tidak
menimbulkan jantung berdebar dan penggunaannya cukup satu kali sehari.
Selain itu, obat ini aman diberikan dalam jangka panjang, mengingat obat
ini hanya diberikan jika diperlukan saja. Efektifitas cetirizin HCl lebih
baik jika dibandingkan dengan antihistamin generasi kedua lain yaitu
loratadin dalam hal menurunkan kemerahan pada kulit.
Dapat dicegah dengan menghidari kontak kulit langsung dengan
tanah yang terkontaminasi kotoran hewan. Ketika mengunjungi negara
tropis, terutama wilayah pantai dan area berpasir, area lembab, disarankan
menggunakan sepatu yang menutup seluruh bagian kaki. Serta
menghindari duduk dan tidur di area berpasir meskipun menggunakan
handuk sebagai alas.5
Cutaneous larva migrans tidak mengancam kehidupan, umumnya
sembuh dengan terapi antihelmintes albendazole atau tiabendazol. Pada
dasarnya merupakan suatu penyakit self limiting. Manusia merupakan
tempat end-host bagi parasit ini dan lesi akan bertahap hilang dalam 4-8
minggu namun dalam beberapa kasus juga dapat selama 1 tahun.1,5
Komplikasi yang sering terjadi adalah ekskoriasi dan infeksi
sekunder oleh bakteri akibat garukan. Infeksi umumnya disebabkan oleh
streptokokkus pyogenes. Bisa juga terjadi selulitis dan reaksi alergi.1,3
Daftar Pustaka

1. Aisah S. Creeping eruption (cutaneous larva migrans). Dalam: Menaldi SLSW,


Bramono K, Indriatmi W, editors. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi 7.
Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokeran Univesitas Indonesia; 2015. h. 141-2.

2. Suh KN, Keystone JS. Helminthic infections. In: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest
BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolf K, editors. Fitzpatricks dermatology in general
medicine. 8th ed. New York: Mc Graw Hill; 2012. p. 3619-51.

3. Gutte R, Khopkar U. Cutaneous larva migrans (creeping eruption). Indian


Dermatol Online J. 2011; 2 (1): 48.

4. Quashie NB, Tsegah E. Anusual recurrence of pruritic creeping eruption after


treatment of cutaneous larva migrans in an adult Ghanaian male. Pan African Med
J. 2015; 21 (286): 5612-6.

5. Supplee SJ, Gupta S, Alweis R. Creeping eruption: cutaneous larva migrans. J


Comm Hospital Int Med Prespectives. 2013; 3 (10). 3402.

Anda mungkin juga menyukai