Anda di halaman 1dari 12

PENDAHULUAN

Kudis (skabies) adalah istilah untuk serangan tungau dengan terasa gatal,
Sarcoptes scabiei varhumanus. Tungau ini pertama kali dijelaskan pada tahun
1687, membuat kudis salah satu penyakit menular pertama dengan diketahui
penyebabnya. Penyakit ini ditemukan di seluruh dunia, di semua ras dan pada
semua kelompok umur. Hal ini dapat menular seksual serta melalui kontak non-
seksual dekat kulit ke kulit, terutama dalam keluarga dan di sekolah. Bila lebih
dari satu anggota rumah tangga yang menderita dengan letusan intens pruritus,
serangan kudis harus dipertimbangkan. Angka kejadian diperkirakan sekitar 300
juta kasus / tahun di seluruh dunia. Di masa lalu, epidemi terjadi pada siklus setiap
15 tahun; wabah terbaru mulai pada akhir tahun 1960 tetapi terus sampai
sekarang. skabies merupakan masalah terbesar kesehatan masyarakat di banyak
negara-negara berkembang. Di beberapa daerah di Amerika Selatan dan Tengah,
prevalensi skabies adalah sekitar 100%. Di Bangladesh, jumlah anak dengan kudis
melebihi dari anak-anak dengan penyakit diare dan pernapasan atas.
IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. ernawati
Tempat, tgl lahir : 47 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Jl. Minun dehen
Pekerjaan : IRT
Pendidikan tertinggi : SD

ANAMNESIS (Autoanamnesis) :
 Keluhan Utama : Gatal - Gatal

 Perjalanan Penyakit Sekarang : ± 4 Bulan sebelum periksa ke PKM pasien


merasa gatal (+) dibagian paha dalam sebelah kiri, gatal terutama pada malam
hari, terdapat bentolan - bentolan kemerahan (+) kecil - kecil pada bagian
paha dalam sebelah kiri, Demam (-), Mual (-), Muntah (-).
 Riwayat Penyakit Dahulu :
 Riwayat gejala penyakit serupa disangkal
 Riwayat penyakit gatal disangkal
 Riwayat penyakit kronis disangkal
 Riwayat alergi disangkal
 Riwayat Penyakit Keluarga :
 Riwayat gejala penyakit yang sama (+), sepupu
 Riwaya peyakit kronis disangkal
 Riwayat alergi disangkal
 Keadaan Sosial Ekonomi : kesan keadaan ekonomi baik
 Riwayat Pengobatan : Sudah diberikan salep Jamur

PEMERIKSAAN :
Status Generalis :
KU : Tampak baik
Kesadaran : compos mentis
Tensi : 120/80 mmHg
Nadi : 78 kali/menit
Nafas : 20 kali/ menit
Suhu : tidak diperiksa
Konjungtiva : anemis -/-
Jantung : tidak diperiksa
Paru : tidak diperiksa
Hati : tidak diperiksa
Limpa : tidak diperiksa
Limfe : tidak diperiksa
Ekstremitas : Terdapat Papul pada sela - sela jari kaki dan jari tangan
BB : Tidak diperiksa
TB : Tidak diperiksa
Status Dermatologis :
 Inspeksi : Maula dan papul hiperpigmentasi, berwarna putih keabu -
abuan
Lokasi : Paha dalam kanan dan kiri, abdomen, pinggang, sela sela jari tang
dan kaki.
Distribusi : Miliar, lentikular, diskret
Konfigurasi : Universal
 Palpasi : Teraba hangat, teraba kasar,

Status Venereologis : Tidak diperiksa

PEMERIKSAAN LABORATORIUM :
 Tidak dilakukan pemeriksaan Laboratorium.
DIAGNOSIS BANDING :
 Prurigo
 Gigitan Serangga
 Folikulitis

DIAGNOSIS :

skabies.
KOMPLIKASI :

 Ekzima infantum
 post scabies pruritus
 Infeksi skunder

PENATALAKSANAAN :
 Diagnostik :
- Darah Lengkap
- Pemeriksaan mikroskopis dari bahan pustul atau vesikula

 Terapi :
 Sistemik
- Antihistamin : CTM 3x1
- Antibiotik : Erythromycine 4 x 250-500 mg per hari
 Topikal : Salep 24
 Edukasi :
- Meningkatkan kebersihan perorangan dan lingkungan
- Menghindari organ organ yang terkena
- Semua baju dan alat-alat tidur dicuci dengan air panas
- Mandi dengan sabun dan jangan menggunakan sabun padat bersama-sama
- Jangan memakai handuk dan pakaian bersama-sama
- Semua anggota keluarga atau orang seisi rumah yang berkontak dengan
penderita harus diperiksa dan bila menderita penyakit yang sama harus segera
diobti.

PROGNOSIS :
Quo ad Vitam : dubia ad bonam
Quo ad Sanam : dubia ad bonam
Quo ad Fungsionam : dubia ad bonam
Quo ad Cosmeticam : dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
\

I. Definisi
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi dan sensitisasi
terhadap terhadap Sarcoptes scabei var. hominis dan produknya.3

II. Etiologi

Sarcoptes scabiei var hominis berkembangbiak hanya pada kulit manusia.


Sarcoptes scabiei merupakan Arthropoda yang masuk ke dalam kelas Arachnida,
sub kelas Acari (Acarina), ordo Astigmata dan famili Sarcoptidae. Sarcoptes
scabiei merupakan tungau putih, kecil, transparan, berbentuk bulat agak lonjong,
punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau betina besarnya 2 kali
daripada yang jantan. Adapun jenis Sarcoptes scabei var. animalis yang kadang-
kadang bisa menulari manusia terutama bagi yang memelihara hewan peliharaan
seperti anjing1,3,4

III. Cara Penularan

Penularan skabies pada manusia dapat melalui kontak langsung dengan


penderita (kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama dan
hubungan seksual. Penularan skabies pada manusia juga dapat secara tidak
langsung melalui pakaian, handuk, sprai dan barang-barang lainnya yang pernah
digunakan oleh penderita. Jumlah rata-rata tungau pada awal infestasi adalah sekitar
lima sampai sepuluh ekor. Tungau S. scabiei hidup dari sampel debu penderita,
lantai, furniture dan tempat tidur.1,3,8

IV. Klasifikasi

Skabies dapat dibagi dalam 3 kategori, yaitu sebagai berikut:

1. Typical scabies (sedikit tungau, allergic component prominent)

2. Transient scabies (allergic component prominent, tungau menghilang


dengan cepat)

3. Crusted scabies (jumlah tungau yang sangat banyak).5


V. Patogenesis

Setelah terjadi perkawinan (kopulasi) biasanya tungau jantan akan mati,


namun kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam terowongan yang
digali oleh betina. Setelah tungau betina dibuahi, tungau ini akan membentuk
terowongan pada kulit sampai perbatasan stratum korneum dan stratum granulosum
dengan panjangnya 2-3 mm perhari serta bertelur sepanjang terowongan sampai
sebanyak 2 atau 4 butir sampai sehari mencapai 40-50 butir. Telur-telur ini akan
menetas dalam waktu 3-5 hari dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki.
Larva tersebut sebagian ada yang tetap tinggal dalam terowongan dan ada yang
keluar dari permukaan kulit, kemudian setelah 2-3 hari masuk ke stadium nimfa
yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina dengan 4 pasang kaki. Waktu yang
diperlukan mulai dari telur menetas sampai menjadi dewasa sekitar 8-12 hari.3,4

IV. Klasifikasi

Skabies dapat dibagi dalam 3 kategori, yaitu sebagai berikut:

1. Typical scabies (sedikit tungau, allergic component prominent)

2. Transient scabies (allergic component prominent, tungau menghilang


dengan cepat)

3. Crusted scabies (jumlah tungau yang sangat banyak).5

V. Patogenesis

Setelah terjadi perkawinan (kopulasi) biasanya tungau jantan akan mati,


namun kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam terowongan yang
digali oleh betina. Setelah tungau betina dibuahi, tungau ini akan membentuk
terowongan pada kulit sampai perbatasan stratum korneum dan stratum granulosum
dengan panjangnya 2-3 mm perhari serta bertelur sepanjang terowongan sampai
sebanyak 2 atau 4 butir sampai sehari mencapai 40-50 butir. Telur-telur ini akan
menetas dalam waktu 3-5 hari dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki.
Larva tersebut sebagian ada yang tetap tinggal dalam terowongan dan ada yang
keluar dari permukaan kulit, kemudian setelah 2-3 hari masuk ke stadium nimfa
yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina dengan 4 pasang kaki. Waktu yang
diperlukan mulai dari telur menetas sampai menjadi dewasa sekitar 8-12 hari.3,4

Siklus hidup tungau paling cepat terjadi selama 30 hari dan selama itu juga
tungau-tungau tersebut berada dalam epidermis manusia. Tungau yang berpindah
ke lapisan kulit teratas memproduksi substansi proteolitik (sekresi saliva) yang
berperan dalam pembuatan terowongan dimana saat itu juga terjadi aktivitas makan
dan pelekatan telur pada terowongan tersebut. Tungau-tungau ini memakan
jaringan-jaringan yang hancur, namun tidak mencerna darah. Feses (Scybala)
tungau akan ditinggalkan di sepanjang perjalanan tungau menuju ke epidermis dan
membentuk lesi linier sepanjang terowongan.1,6

VI. Manfestasi Klinis

Ketika seseorang terinfestasi oleh scabies untuk yang pertama kalinya,


gejala biasanya tidak nampak hingga mencapai 2 bulan kemudian (2-6 minggu)
setelah terinfestasi. Namun bagaimanapun, seseorang yang terinfestasi masih bisa
menyebarkan scabies ini kepada orang lain. Jika seseorang telah pernah menderita
scabies sebelumnya, gejala akan muncul dengan segera (1-4 hari) setelah terekspos.
Seseorang yang terinfestasi scabies juga dapat menularkan penyakitnya, walaupun
mereka tidak memiliki gejala lagi. Hal ini berlaku sampai scabies pada penderita
tersebut diberantas beserta tungau dan telur-telurnya.7

Diagnosis skabies dapat ditegakkan dengan menemukan 2 dari 4 tanda


cardinal sebagai berikut:

1. pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena
aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab. Gejala ini adalah
yang sangat menonjol.3

2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah


keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu juga
dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar
tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal
keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena.
Walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala.
Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).3

3. Adanya terowongan (kanalikulus) pada tempat-tempat predileksi yang


berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-
rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel.

VII. Pemeriksaan Penunjang

- Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung pada kertas putih
kemudian dilihat dengan kaca pembesar.3

- Dengan membuat biopsy irisan, yaitu lesi dijepit dengan 2 jari kemudian
dibuat irisan tipis dengan pisau kemudian diperiksa dengan mikroskop cahaya.3

- Dengan biopsy eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan Hematoxylin


Eosin.3

Tes tinta pada terowongan di dalam kulit dilakukan dengan cara menggosok
papula menggunakan ujung pena yang berisi tinta. Papula yang telah tertutup
dengan tinta didiamkan selama dua puluh sampai tiga puluh menit, kemudian tinta
diusap/ dihapus dengan kapas yang dibasahi alkohol. Tes dinyatakan positif bila
tinta masuk ke dalam terowongan dan membentuk gambaran khas berupa garis zig-
zag.1

Strategi lain untuk melakukan diagnosis scabies adalah videodermatoskopi,


biopsi kulit dan mikroskopi epiluminesken. Videodermatoskopi dilakukan
menggunakan sistem mikroskop video dengan pembesaran seribu kali dan
memerlukan waktu sekitar lima menit. Umumnya metode ini masih dikonfirmasi
dengan basil kerokan kulit. Pengujian menggunakan mikroskop epiluminesken
dilakukan pada tingkat papilari dermis superfisial dan memerlukan waktu sekitar
lima menit serta mempunyai angka positif palsu yang rendah. Kendati demikian,
metode-metode diagnosis tersebut kurang diminati karena memerlukan peralatan
yang mahal.
VIII. Diagnosis Banding

Penyakit skabies juga ada yang menyebutnya sebagai the great imitator
karena dapat mencakup hampir semua dermatosis pruritik berbagai penyakit kulit
dengan keluhan gatal. Adapun diagnosis banding yang biasanya mendekati adalah
prurigo, pedikulosis corporis, dermatitis dan lain-lain.2,3

IX. Penatalaksanaan

Pilihan obat scabisida harus memperhitungkan efektivitas dan toksisitas.


Penatalaksanaan juga harus melibatkan orang-orang yang berhubungan dekat atau
pasangan seksual. Adapun syarat obat yang ideal adalah yang efektif terhadap
semua tungau, tidak menimbulkan iritasi, tidak bersifat toksik, tidak berbau, tidak
kotor, tidak merusak atau mewarnai pakaian, mudah diperoleh dan harganya pun
relatif murah.2,3

Ivermectin adalah antibiotik lakton makrosiklik dari kelompok avermectin


yang diisolasi dari bakteri Streptomyces avermectalis. Obat ini menunjukkan
spektrum yang luas untuk parasit baik arthropoda maupun nematoda dan telah
banyak digunakan untuk pengobatan skabies pada hewan serta manusia. Dosis
tunggal ivermectin 200 tg/kg mampu menyembuhkan skabies pada penderita HIV
dan skabies krustasi. Selain khasiatnya sebagai anti skabies, ivermectin juga

dilaporkan efektif untuk mengurangi kejadian infeksi sekunder karena bakteri


Streptococcus pyoderma yang menyertai skabies. Efek samping yang ditimbulkan
setelah pengobatan adalah sakit perut dan muntah serta hipotensi (tekanan darah
menurun). Ruam-ruam merah akan meningkat pada tiga hari pertama
pascapengobatan juga sering dialami penderita scabies. Ivermectin tidak dianjurkan
untuk ibu hamil dan anak dengan bobot badan kurang dari lima belas kilogram.1

X. Pencegahan

Diagnosis dini dan penatalaksanaan dengan scabisida yang efektif untuk


penderita dan kontak seksual/ rumah tangga merupakan kunci pencegahan.
Pencegahan skabies pada manusia dapat dilakukan dengan cara menghindari kontak
langsung dengan penderita dan mencegah penggunaan barang-barang penderita
secara bersama-sama. Pakaian, handuk dan barang-barang lainnya yang pernah
digunakan oleh penderita harus diisolasi dan dicuci dengan air panas . Pakaian dan
barang-barang asal kain dianjurkan untuk disetrika sebelum digunakan . Sprai
penderita harus sering diganti dengan yang baru maksimal tiga hari sekali . Benda-
benda yang tidak dapat dicuci dengan air (bantal, guling, selimut) disarankan
dimasukkan ke dalam kantung plastik selama tujuh hari, selanjutnya dicuci kering
atau dijemur di bawah sinar matahari sambil dibolak batik minimal dua puluh menit
sekali.1,2

Kebersihan tubuh dan lingkungan termasuk sanitasi serta pola hidup yang
sehat akan mempercepat kesembuhan dan memutus siklus hidup S. scabiei.
Umumnya, penderita masih merasakan gatal selama dua minggu pascapengobatan.
Kondisi ini diduga karena masih adanya reaksi hipersensitivitas yang berjalan

relatif lambat. Apabila lebih dari dua minggu masih menunjukkan gejala yang
sama, maka dianjurkan untuk kembali berobat karena kemungkinan telah terjadi
resistensi atau berkurangnya khasiat obat tersebut. Kegagalan pengobatan pada
skabies krustasi secara topikal diduga karena obat tidak mampu berpenetrasi ke
dalam kulit akibat tebalnya kerak.1

XI. Prognosis

Keberhasilan pengobatan skabies dan pemberantasan penyakit tersebut


tergantung pada pemilihan efektif, pemakaian obat yang benar, serta
menghilangkan faktor predisposisi.3
DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda, Adhi, Mochtar, Aisah, Siti. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Edisi Kelima. FKUI, Jakarta: 2008
2. Siregar,R.S.2004. Gonore. Sari Pati Penyakit Kulit. EGC : Jakarta, hal :
299
3. Freedberg IM, dkk. 2003. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine.
McGraw-Hill
4. wolff K, Richard AJ, Dick S. 2005. fitzpatrick's color atlas and synopsis of
clinical dermatology. McGraw-Hill Professional. English.
5. Habif TP. 2004. Clinical Dermatology: a color guide to diagnosis and
therapy. Mosby.
6. Barakbah, J dkk. 2005. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga : Surabaya

Anda mungkin juga menyukai