SKABIES
Disusun oleh:
dr. Tiopan Tarigan
Pembimbing:
2022
BAB I
LAPORAN KASUS
ANAMNESIS:
KELUHAN UTAMA:
RIWAYAT KEBIASAAN :
• Pasien sering menggunakan selimut atau pakaian bersama-sama dengan teman
lainnya.
PEMERIKSAAN FISIK:
STATUS GENERALIS :
Kesadaran : Komposmentis
Keadaangizi : Baik
STATUS DERMATOLOGIS
(Lokasi-Efloresensi-Penyebaran)
Lokasi : Regio manus dextra sinistra, region kruris dextra dan sinistra
Efloresensi : Papul eritema, bentuk tidak teratur, ukuran milier hingga lenticular,
multipel, kunikulus (-), erosi (+), ekskoriasi (-)
Penyebaran : Regional
DIAGNOSIS
Skabies
TATALAKSANA:
UMUM :
Seluruh teman di pesantren harus diobati.
Membersihkan perlengkapan sehari-hari dengan desinfektan
Mencuci sprei, sarung bantal dan selimut dengan air panas
KHUSUS :
Permethrin 5% (dioleskan keseluruh tubuh setelah mandi dan didiamkan 8-10
jam)
Cetirizine tab 10 mg 1x1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 DEFINISI
Skabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
terhadap tungau Sarcoptes scabiei varhominis beserta produknya. Sarcoptes scabiei
termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Acarina, famili Sarcoptidae. 1
Sinonim atau nama lain scabies adalah kudis, the itch, gudig, budukan, dan gatal
agogo. Skabies dapat menyebar dengan cepat pada kondisi ramai dimana sering
terjadi kontak tubuh.2
Secara morfologik, parasit ini merupakan tungau kecil, berbentuk oval,
punggungnya cembung, dan bagian perutnya rata. Spesies betina berukuran 300 x 350
µm, sedangkan jantan berukuran 150 x 200 µm. Stadium dewasa mempunyai 4
pasang kaki, 2 pasang kaki depan dan 2 pasang kaki belakang. Kaki depan pada
betina dan jantan memiliki fungsi yang sama sebagai alat untuk melekat, akan tetapi
kaki belakangnya memiliki fungsi yang berbeda. Kaki belakang betina berakhir
dangan rambut, sedangkan pada jantan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan kaki
keempat berakhir dengan alat perekat.2
2.2 EPIDEMIOLOGI
Skabies merupakan penyakit kulit yang endemis di wilayah beriklim tropis dan
subtropis, seperti Afrika, Amerika selatan, Karibia, Australia tengah dan selatan, dan
Asia.3 Skabies dapat menjangkit semua orang pada semua umur, ras, dan tingkat
ekonomi sosial. Sekitar 300 juta kasus skabies di seluruh dunia dilaporkan setiap
tahunnya.4,5 Prevalensi scabies pada anak berusia 6 tahun di daerah kumuh di
Bangladesh adalah 23-29% dan di Kamboja 43%. Studi di rumah kesejahteraan di
Malaysia tahun 2010 menunjukkan prevalensi 30% dan di Timor Leste prevalensi
skabies 17,3%.6,7 Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia, berdasarkan
data dari puskesmas seluruh Indonesia padatahun 2008, angka kejadian scabies
adalah 5,6%-12,95%. Skabies di Indonesia menduduki urutan ketiga dari dua belas
penyakit kulit tersering.4,5
2.3 PATOSIOLOGI
Siklus hidup Sarcoptes scabiei yang diawali oleh masuknya tungau dewasa
kedalam kulit manusia dan membuat terowongan di stratum korneum sampai
akhirnya tungau betina bertelur. Sarcoptes scabiei tidak dapat menembus lebih dalam
dari lapisan stratum korneum.Telur menetas menjadi larva dalam waktu 2-3 hari dan
larva menjadi nimfa dalam waktu 3-4 hari. Nimfa berubah menjadi tungau dewasa
dalam 4-7 hari. Sarcoptes scabiei jantan akan mati setelah melakukan kopulasi, tetapi
kadang-kadang dapat bertahan hidup dalam beberapa hari. Pada sebagian besar
infeksi, diperkirakan jumlah tungau betina hanya terbatas 10 sampai 15 ekor dan
kadang terowongan sulit untuk diidentifikasi.2
Siklus hidup Sarcoptes scabiei sepenuhnya terjadi pada tubuh manusia sebagai
host, namun tungau ini mampu hidup di tempat tidur, pakaian, atau permukaan lain
pada suhu kamar selama 2-3 hari dan masih memiliki kemampuan untuk berinfestasi
dan menggali terowongan. Penularan scabies dapat terjadi melalui kontak dengan
obyek terinfestasi seperti handuk, selimut, atau lapisan furniture dan dapat pula
melalui hubungan langsung kulit ke kulit. Berdasarkan alas an tersebut, scabies
terkadang dianggap sebagai penyakit menular seksual. Ketika satu orang dalam
rumah tangga menderita skabies, orang lain dalam rumah tangga tersebut memiliki
kemungkinan yang besar untuk terinfeksi. Seseorang yang terinfeksi Sarcoptes
scabiei dapat menyebarkan scabies walaupun tidak menunjukkangejala. Semakin
banyak jumlah parasit dalam tubuh seseorang, semakin besar pula kemungkinan ia
akan menularkan parasit tersebut melalui kontak tidak langsung.2
Gatal merupakan gejala klinis utama pada scabies, yang bias anya terjadi pada
malam hari (pruritus nokturna), cuaca panas, atau ketika berkeringat. Gatal terasa di
sekitar lesi, namun pada scabies kronik gatal dapat dirasakan hingga keseluruh tubuh.
Gatal disebabkan oleh sensitisasi kulit terhadap ekskret dan secret tungau yang
dikeluarkan pada waktu membuat terowongan. Masa inkubasi dari infestasi tungau
hingga muncul gejala gatal sekitar 14 hari. Sarcoptes scabiei biasanya memilih lokasi
epidermis yang tipis untuk menggali terowongan misalnya di sela-sela jari tangan,
pergelangan tangan, penis, areola mammae, peri-umbilikalis, lipat payudara,
pinggang, bokong bagian bawah intergluteal, paha serta lipatan aksila anterior dan
posterior. Terowongan yang digali tungau tampak sebagai lesi berupa garis halus
yang berwarna putih keabu-abuan sepanjang 2-15 mm, berkelok-kelok dan sedikit
meninggi dibandingkan sekitarnya. Di ujung terowongan terdapat papul atau vesikel
kecil berukuran< 5 mm tempat tungau berada. Daerah beriklim tropis, jarang
ditemukan lesi terowongan, kalaupun ada terowongan hanya berukuran pendek
sekitar 1-2 mm. Lesi tersebut sulit ditemukan karena sering disertai ekskoriasi akibat
garukan dan infeksi sekunder oleh bakteri. Meskipun demikian, terowongan dapat
berada di tangan, sela-sela jari tangan, pergelangan tangan dan pergelangan kaki.
Pustul tanpa lesi terowongan sering terdapat di genitalia eksterna. Pada infestasi
ringan, lokasi yang harus diperiksa adalah sela jari tangan dan genitalia eksterna.8
Pada orang dewasa, lesi scabies jarang ditemukan di leher, wajah, kulit kepala
yang berambut, punggung bagian atas, telapak kaki dan tangan, namun pada bayi
daerah tersebut sering terinfestasi bahkan lesi dapat ditemukan di seluruh tubuh. Lesi
scabies biasanya tidak terdapat di kepala namun pada anak kecil dan bayi dapat
ditemukan pustul yang gatal. Gejala scabies pada anak biasanya berupa vesikel,
pustul, dan nodus, anak menjadi gelisah dan nafsu makan berkurang. Gambaran klinis
scabies pada anak-anak sering sulit dibedakan dengan infantile acropustulosis dan
dermatitis vesiko bulosa.8
2.5 DIAGNOSIS
a. Pruritus nokturna
b. Penyakit menyerang manusia secara berkelompok
c. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat predileksi
d. Ditemukan tungau dengan pemeriksaan mikroskopis.
2.7 PENATALAKSANAAN
BAB III
PEMBAHASAN
Berdasarkan pemeriksaan pada kunjungan pertama kepuskesmas, pasien
mengalami penyaki tskabies, dengan identitas pasien An.R, jenis kelamin Laki - laki,
berusia 15 tahun, dan sedang mondok di pesantren. Pasien termasuk dalam rentan
memiliki risiko lebih besar terkena skabies, karena penyakit skabies biasanya banyak
ditemukan pada tempat dengan sanitasi buruk dan biasanya menyerang manusia yang
hidup secara berkelompok, seperti asrama, barak- barak tentara, rumah tahanan,
pesantren dan panti asuhan. Skabies juga menyerang semua ras dan kelompok umur
namun cenderung tinggi pada anak-anak serta remaja Siswa pondok pesantren
merupakan subjek penting dalam permasalahan skabies. Karena dari data-data yang
ada sebagian besar yang menderita scabies adalah siswa pondok pesantren. 12,14,13
Tatalaksana farmakologi yang diberikan yaitu krim permetrin 5%, dan anti
histamin oral yaitu cetirizine. Krim permetrin dioleskan keseluruh tubuh setelah
mandi dan didiamkan 8-10 jam waktu malam hari. Permethrin 5% masih merupakan
terapi pilihan untuk eliminasi tungau dan telur Sarcoptes scabiei. Obat ini memiliki
toksisitas yang rendah pada manusia meskipun digunakan dalam jumlah yang cukup
besar. Permetrin ini diabsorpsi minimal melalui perkutan sehingga toksisitasnya
rendah.15Selain itu, obat ini juga dapat dipakai untuk segala usia sehingga pemberian
pada pasien ini sudah tepat.15Apabila belum sembuh, penggunaan dapat diulang 5
sampai 7 hari kemudian.13Pemberian antihistamin diberikan sebagai terapi penunjang
pada keadaan yang disertai gejala pruritus yang berat dan terkadang diberikan
antibiotic jika mengalami infeksi sekunder.15
Edukasi yang diberikan kepada pasien mengenai penyakit yang dialami dan
dukungan untuk selama pengobatan, serta pencegahan skabies. Pencegahan penyakit
scabies adalah dengan cara memberikan edukasike pada pasien ataupun keluarga
pasien untuk mencuci dan merebus pakaian, sprei, gorden, selimut, sarung bantal,
guling, dan menjemur sofa serta tempat tidur. Hal ini dilakukan untuk mematikan
semua tungau dewasa dan telur sehingga tidak terjadi kekambuhan. Dalam hal ini,
penularan melalui kontak tidak langsung seperti melalui perlengkapan tidur, pakaian,
atau handuk memegang peranan penting.15