Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

SCABIES
Holistic Nursing Therapy Bangsalsari

Oleh :

Triyana Wahyu Pratiwi

PRODI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS dr. SOEBANDI JEMBER

2023
LEMBAR PENEGSAHAN

Nama Mahasiswa :
Kasus Laporan Pendahuluan/Asuhan Keperawatan :
Ruang Praktik :
Rumah Sakit/ Lahan Praktik :

Jember, , 2023

Pembimbing Akademik, Pembimbing Klinik,

…………………………………..… ………………………………………….
NIK/NIDN. NIK/NIDN.
LEMBAR KONSULTASI

TANGGAL MATERI YANG DIKONSULKAN NAMA dan TTD


DAN URAIAN PEMBIMBING PEMBIMBING
PENDAHULUAN
SCABIES
1.1 Definisi
Scabies merupakan penyakit infeksi parasit pada kulit yang disebabkan
oleh masuknya organisme dan adanya sensitisasi sarcoptes scabei var
homonis termasuk ordo acariformes, family sarcoptidae, Genus sarcoptes.
Terjadinya penyakit ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
faktor sicial ekonomi rendah, kontak dengan penderita baik langsung maupun
tidak langsung maupun kebiasaan hygenis buruk. Penyakit ini dapat
menyerang manusia secara berkelompok, apabila ada salah satu dari anggota
keluarga terkena Scabies, maka seluruh anggota keluarga kebiasaanya juga
akan terkena infeksi [ CITATION Dju13 \l 1057 ]
Skabies adalah infestasi kulit yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes
scabei var. hominis.Penyakit ini biasanya menyebar melalui kontak antar
kulit, terutama di antara anggota keluarga dan melalui kontak seksual pada
dewasa muda.Kadang terjadi epidemic dip anti asuhan dan institusi perawatan
serupa lainnya, tempat skabies menyebar melalui kontak orang-ke-orang dan
kemungkinan melalui busana dan sprei yang tercemar. Diagnosis sering
terlewatkan dan terapi sering tertunda untuk waktu yang lama [CITATION
HPG13 \l 1057 ].
1.2 Etiologi
Scabies disebabkan oleh kutu atau kuman sarcoptes scabei. Secara
morfologik sarcoptes scabei merupakan tungau kecil berbentuk oval
punggungnya cembung dan bagian perutnya rata berwarna putih kotor dan
tidak memiliki mata. Sarcoptes betina yang berada di lapisan kulit
stratumcorneum dan lucidum membuat terowongan ke dalam lapisan kulit.
Didalam terowongan inilah Sarcoptes betina bertelur dan dalam waktu
singkat telur tersebut menetas menjadi hypopi yakni sarcoptes muda. Akibat
terowongan yang digali Sarcoptes betina dan hypopi yang memakan sel-sel di
lapisan kulit itu, penderita mengalami rasa gatal [CITATION Bru02 \l 1057].
Sarcoptes scabie termasuk filum Arthropoda kelas Arachnida super
famili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scbieivar. Hominis. Kecuali
itu terdapat S. Scabiei yang lain, misalnya kambing dan babi. Secara
morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung
dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna putih kotor, dan
tidak bermata. Ukuran betina berkisar antara 330- 450 mikron x 250-350
mikron, sedangkan jantan lebih kecil yakni 200-240 mikron x 250-35-
mikron. Bentuk dewasa memiliki 4 pasang kaki, 2 pasang kaki didepan
sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir
dengan rambut, sedangkan pada jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan
rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat. Siklus hidup tungau ini
sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi diatas kulit, yang
jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam
terowongan yang digali oleh betina. Tungau betina yang telah dibuahi
menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 mm
sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai
jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang dibuahi ini dapat hidup sebulan
lamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi
larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam
terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi
nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki.
Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan
waktu antara 8-12 hari.
1.3 Klasifikasi
Klasifikasi scabies menurut Linuwih (2017) antara lain :
a. Scabies Norwegia ( Scabies berkrusta) Bentuk Scabies ini ditandai
dengan dermatotis berkrusta pada tangan dan kaki, kuku yang distrofik,
serta skuama generalisata. Bentuk ini sangat menular, tetapi rasa gatalnya
sangat sedikit. Tungau dapat ditemukan dalam jumlah yang sangat
banyak. Penyakit terdapat pada pasien dengan retardasi mental,
kelemahan fisis, gangguan imunologik dan psikosis.
b. Scabies nodular Scabies dapat berbentuk nodular bila lama tidak
mendapat terapi , sering terjadi pada bayi dan anak, atau pada pasien
dengan imunokompremais.
1.6 Manifestasi Klinis
Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardial berikut ini :
a. Pruritus (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau lebih tinggi
padasuhu yang lebih lembab dan panas.
b. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam
sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi.
Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya,
sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau
tersebut.
c. Kunikulus (adanya terowongan) pada tempat-tempat predileksi yang
berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok,
rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau
vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulit menjadi polimorfi
(pustula,ekskoriasi, dll). Tempat predileksi biasanya daerah dengan
stratum korneumtipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan
begian volar, siku bagian luar, lipatan keiak bagian depan, areola
mammae (wanita), dan lipatan glutea, umbilikus, bokong, genetalia
eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang
telapak tangan dan telapak kaki seluruh permukaan kulit. Pada remaja
dan orang dewasa dapat timbul pada kulit kepala dan wajah.
d. Terdapat agen parasitik satu atau lebih stadium hidup agen parasitik ini,
merupakan hal yang paling diagnostik. Keluan utama pada penderita
scabies adalah :
 Rasa gatal terutama pada malam hari
 Tonjolan kulit (lesi) berwarna putih keabu-abuan sepanjang sekitar 1
cm
 Kadang disertai nanah karena infeksi kuman akibat garukan.
1.7 Pemeriksaan Penunjang
Cara menemukan tungau :
a. Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung dapat terlihat papul
atau vesikel. Congkel dengan jarum dan letakkan di atas kaca objek, lalu
tutup dengan kaca penutup dan lihat dengan mikroskop cahaya
b. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung di atas selembar kertas
putih dan dilihat dengan kaca pembesar
c. Dengan membuat biopsi irisan. Caranya jepit lesi dengan 2 jari kemudian
membuat irisan tipis dengan pisau dan periksa dengan mikroskop cahaya
d. Dengan biopsi eksisional dan periksa dengan pewarnaan HE.
1.8 Diagnosa Banding
Diagnosa banding pada penyakit scabies yaitu :
a. Dermatitis
b. Impetigo
c. Urtika
d. Papel populo - vesikel
e. Ektima
f. Kolikulitis
1.9 Penatalaksanaan Farmakologis dan Non Farmakologis
A. Penatalaksanaa Farmakologis
Syarat obat yang ideal adalah efektif terhadap semua stadium tungau, tidak
menimbulkan iritasi dan toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak atau
mewarnai pakaian, mudah diperoleh dan harganya murah. Jenis obat topical :
a. Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20% dalam bentuk salep atau
krim. Pada bayi dan orang dewasa sulfur presipitatum 5% dalam minyak
sangat aman dan efektif. Kekurangannya adalah pemakaian tidak boleh
kurang dari 3 hari karena tidak efektif terhadap stadium telur, berbau,
mengotori pakaian dan dapat menimbulkan iritasi.
b. Emulsi benzyl-benzoat 20-25% efektif terhadap semua stadium,
diberikan setiap malam selama 3 kali. Obat ini sulit diperoleh, sering
memberi iritasi, dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.
c. Gama benzena heksa klorida (gameksan) 1% daam bentuk krim atau
losion, termasuk obat pilihan arena efektif terhadap semua stadium,
mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi. Obat ini tidak dianurkan
pada anak dibawah umur 6 tahun dan wanta hamil karena toksi terhadap
susunan saraf pusat. Pemberiannya cukup sekali dalam 8 jam. Jika
masihada gejala, diulangi seminggu kemudian.
d. Krokamiton 10% dalamkrim atau losio mempunyaidua efek sebagai
antiskabies dan antigatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra.
Krim( eurax) hanya efetif pada 50-60% pasien. Digunakan selama 2
malam berturut-turut dan dbersihkan setelah 24 jam pemakaian terakhir.
e. Krim permetrin 5% merupakan obat yang paling efektif dan aman arena
sangat mematikan untuk parasit S.scabei dan memiliki toksisitas rendah
pada manusia.
f. Pemberian antibitika dapat digunakan jika ada infeksi sekunder, misalnya
bernanah di area yang terkena (sela-sela jari, alat kelamin) akibat
garukan.
B. Penatalaksanaan Non Farmakologis
a. Pemberian Terapi akupresur
b. Pemberian madu propolis
c. Terapi air doa
d. Terapi pemberian daun sirih jika mau mandi 11 lembar
1.10 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada penyakit scabies yaitu :
a. Urtikaria
b. Infeksi Sekunder
c. Folikulitis
d. Furunkel
e. Infiltrat
f. Eksema infantum
g. Pioderma
h. Impetigo

1.11 Proses Keperawatan


I. Pengkajian
a. Biodata Nama, umur (terjadi pada semua umur), jenis kelamin (dapat terjadi
pada wanita maupun laki-laki), alamat, agama, dan lain-lain.
b. Keluhan Utama Pada pasien dengan skabies biasanya datang dengan keluhan
utama rasa gatal (pruritus).
c. Riwayat Penyakit Sekarang
P : Provokativ (sebab masalah)
 Tanyakan penyebab sakit yang diderita (biasanya terjadi karena terinfeksi
kutu sarcoptes scabiei yang menyebabkan dermatitis dan pruritus)
Q : Quality (kualitas dan kuantitas masalah)
 Tanyakan bagaimana rasa sakit yang dideritanya? (biasanya px merasakan
gatal-gatal pada daerah yang terinfeksi)
R : Reagent (lempal, area nyeri)
 Tanyakan dimana saja area kulit yang gatal? (biasanya terdapat pada
daerah dengan stratum kornsum tipis seperti selasela jari tangan,
pergelangan tangan, siku bagian luar, lipatan glutea, dsb)
S : Skill (usaha yang dilakukan)
 Tanyakan seberapa rasa sakit / gatal yang dialami serta obat-obat apa yang
telah diberikan
T : Time (waktu)
 Tanyakan kapan rasa gatal / sakit itu muncul? ( biasanya rasa gatal muncul
pada malam hari )
d. Riwayat Penyakit Dahulu Tanyakan kepada klien, apakah ada penyakit
menular atau gangguan pada sistem pada integumen sebelumnya ?
e. Riwayat Penyakit Keluarga Tanyakan pada pasien apakah keluarga pasien
sedang atau pernah mengalami penyakit serupa dengan dan tanyakan apakah
ada anggota keluarga pasien yang mempunyai penyakit berat lainnya
(hereditas) seperti DM, hipertensi, asam dan lain-lain.
f. Riwayat Psiko sosial – Spiritual
 Psikologis : Apakah pasien menerima penyakit yang dideritanya atau
menarik diri
 Sosial : Bagaimana interaksi pasien terhadap lingkungan sekitar sebelum
sakit dan apakah pasien dapat beradaptasi dengan lingkungan baru
(rumah sakit)
 Spiritual : Apakah dan bagaimana pasien mengerjakan ibadahnya saat
sakit
g. Riwayat Kesehatan Lingkungan Kaji bagaimana penatalaksanaan dan
pemeliharaan kesehatan diri sendiri serta kebersihan sekitar tempat tinggal.
II. Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari
a. Kebutuhan makan dan minum Kaji intake dan output cairan dan makanan
 Kaji jenis makan, frekwensi makan dan minuman
 Kaji apakah ada pantangan atau tidak
 Kaji apakah ada alergi terhadap makanan atau tidak
b. Kebutuhan eliminasi BAK dan BAB
 Frekwensi, warna, bau, konsistensi
 Biasanya tidak terdapat perubahan BAB / BAK
c. Kebutuhan aktifitas
 Biasanya aktifitas pasien akan terganggu karena adanya lesi / pruritus di
kulit yang tersensitisasi
d. Kebutuhan istirahat tidur
 Biasanya pasien akan terganggu karena adanya pruritus terutama pada
malam (pruritus nokturna)
e. Kebutuhan personal hygiene
 Kaji kebiasaan mandi, menggosok gigi, ganti pakaian, mencuci rambut
dan lain-lain (biasanya hygiene buruk / kurang bersih)
III. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda – tanda vital
b. Keadaan Umum Pada pasien scabies derajat kesadarannya dari
composmentis, apatis, samnolen, delirium, spoor sampai koma.
c. Kulit, Rambut, Kuku Inspeksi : warna kulit pasien sawo mateng,rambut
pasien berwarna hitam dengan persebaran tidak merata ,kuku normal
Palpasi : turgor kulit jelek, kulit teraba hangat terdapat nyeri tekan pada
kulit,terdapat kemerahan pada kulit,ada rupture kulit, pada pasien scabies
keluar pus pada kulit.
d. Kepala Bentuk wajah simetris , bentuk tengkorak bulat , rambut hitam
serta tidak terdapat nyeri tekan adanya lesi pada kulit kepala .
e. Mata Bola mata berbentuk bulat, konjungtiva pucat, sclera putih serta
pergerakan bola mata normal pupil normal
f. Telinga Inspeksi : daun telinga normal, liang telinga terdapat serumen.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada prosesus mastoideus.
g. Hidung Bentuk hidung normal, tidak terdapat nyeri tekan dan tidak
terdapat benjolan.
h. Mulut Bentuk bibir normal, gigi lengkap dan bersih, mukosa bibir kering,
lidah bersih
i. Leher Bentuk leher normal tidak terdapat bendungan vena jogularis, tidak
terdapat pembesaran kelenjar tiroid serta nyeri tekan tidak ada.
j. Dada Bentuk dada normal, pergerakan otot dada simetris, tidak terdapat
nyeri tekan
k. Abdomen Pada pasien CKB bentuk abdomen simetris, tidak terdapat
nyeri tekan,tidak terdapat benjolan atau massa, terdapat kemerahan pada
bagian perut bagian bawah dan umbilicus
l. Anus dan Rektum Pada daerah anus dan rectum tidak terdapat hemoroid
baik interna maupun eksternal.
m. Alat Kelamin Pada pasien scabies terdapat kemerahan pada genetalia
n. Ekstremitas Atas : terkoordinasi dengan baik Bawah : terkoordinasi
dengan baik
IV. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (D.0077)
b. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit (D.0074)
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan scabies (D.0055)
d. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan edema (D.0129)
e. Risiko infeksi berhubungan dengan jaringan kulit rusak dan prosedur
infasif (D.0142)
f. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan body image
(D.0083)
g. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi (D.0111)
V. Intervensi
No SDKI SLKI SIKI
1. Nyeri akut Tingkat Nyeri (L.08066) Permberian Obat
berhubungan Setelah dilakukan perawatan Topikal (1.14533)
dengan agen selama 1x 30 menit Observasi
cidera biologis diharapkan masalah teratasi  Identifikasi
(D.0077) Kriteria Hasil: kemungkinan
Indikator SA ST alergi , interaksi,
Keluhan nyeri 2 5 dan kontraindikasi
Kesulitan 2 5  Periksa tanggal
tidur kadaluarsa obat
Pola tidur 2 5  Monitor efek
terapeutik obat
Ket :  Monitor efek lokal,
1 : menurun efek sistemik, dan
2 : cukup menurun efek samping obat
3 : sedang Terapeutik
4 : cukup membaik  Lakukan prinsip 6
5 : membaik benar (pasien, obat,
dosis, waktu, rute,
dokuentasi)
 Cuci tangan dan
pasang sarung
tangan
 Bersihkan kulit
 Oleskan obat
topikal pada kulit
atau selaput lendir
yang utuh
Edukasi
 Jelaskan jenis obat,
alasan pemberian,
tindakan yang
diharapkan,dan efek
samping sebelum
pemberian
 Ajarkan pasien dan
keluarga tentang
cara pemberian obat
secara mandiri
Kolaborasi : -
2. Gangguan rasa Status Kenyamanan Manajemen nyeri
nyaman (L.08064) (I.08238)
berhubungan Setelah dilakukan perawatan Observasi
dengan gejala selama 1x 30 menit  Identifikasi lokasi,
penyakit diharapkan masalah teratasi karakteristik, durasi,
(D.0074) Kriteria Hasil: frekuensi, kualitas,
Indikator SA ST intensitas nyeri
Gatal 2 5  Identifikasi respon
Keluhan tidak 2 5 nyeri non verbal
nyaman  Identifikasi faktor
Keluhan sulit 2 5 yang memperberat
tidur dan memperingan
nyeri
Ket : Terapeutik
1 : menurun  Kontrol lingkungan
2 : cukup menurun yang memperberat
3 : sedang rasa nyeri (mi. suhu
4 : cukup membaik ruangan,
5 : membaik pencahayaan,
kebisingan)
Edukasi
 Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri.
 Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika perlu
3. Gangguan Integritas Kulit (L.14125) Perawatan Integritas
integritas kulit Setelah dilakukan perawatan Kulit (1.11353)
berhubungan selama 1x 30 menit Obeservasi
dengan edema diharapkan masalah teratasi  Identifikasi
(D.0129) Kriteria Hasil: penyebab ganguuan
Indikator SA ST integritas kulit
Kerusaka 2 5 Terapeutik
n lapisan  Hindari produk
kulit berbahan dasar
Nyeri 2 5 alkohol pada kulit
Tekstur 2 5 kering
 Gunakan produk
Ket : berbahan ringan/
1 : menurun alami dan
2 : cukup menurun hipoalergik pada
3 : sedang kulit sensitif
4 : cukup membaik Edukasi
5 : membaik  Anjurkan
menggunakan
pelembab
 Anjurkan minum air
putih yang cukup
 Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya
Kolaborasi : -

4. Defisit Tingkat Pengetahuan Edukasi Kesehatan


pengetahuan (L.12111) (I.12383)
berhubungan Setelah dilakukan perawatan Observasi :
dengan kurang selama 1x 30 menit  Identifikasi
terpapar diharapkan masalah teratasi kesiapan dan
informasi Kriteria Hasil: kemampuan
(D.0111) Indikator SA ST menerima informasi
Kemampuan 2 5  Identifikasi faktor-
menjelaskan faktor yang dapat
pengetahuan meningkatkan dan
tentang suatu menurunkan
topic motivasi perilaku
Perilaku sesuai 2 5 hidup bersih dan
dengan sehat
pengetahuan Terapeutik :
Pertanyaan 2 5  Berikan kesempatan
tentang untuk bertanya
masalah yang Edukasi :
dihadapi  Ajarkan perilaku
hidup sehat dan
Ket : bersih
1 : menurun  Ajarkan strategi
2 : cukup menurun yang dapat
3 : sedang digunakan untuk
4 : cukup membaik meningkatkan
5 : membaik perilaku hidup
bersih dan sehat
Kolaborasi : -
5. Risiko infeksi Tingkat Infeksi (L.14137) Pencegaha infeksi (I.
berhubungan Setelah dilakukan perawatan 14539)
dengan jaringan selama 1x 30 menit Observasi :
kulit rusak dan diharapkan masalah teratasi Monitor tanda dan
prosedur infasif Kriteria Hasil: gejala infeksi lokal dan
(D.0142) Indikator SA ST sistemik
Kebersihan 1 5 Terapeutik :
tangan - Berikan
Kebersihan 1 5 perawatan kulit
badan pada area
Ket : edema
1 : Menurun - Cuci tangan
2 : Cukup menurun sebelum dan
3 : Sedang sesudah kontak
4 : Cukup Meningkat dengan pasien
5 : Meningkat dan lingkungan
Indikator SA ST pasien
Kemerahan 2 5 - Pertahankan

Nyeri 2 5 teknik aseptik

Ket : pada pasien

1 : Meningkat beresiko tinggi

2 : Cukup Meningkat Edukasi

3 : Sedang - Jelaskan tanda

4 : Cukup Menurun dan gejala

5 : Menurun infeksi
- Ajarkan cara
mencuci tangan
yang benar
DAFTAR PUSTAKA

Aminah. (2015). Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kejadian Scabies.


Majority, 45-51.
Djuanda, A. (2013). Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian Scabies Di
Pondok Islam Darul Ulum. Jurnal Kesehatan Andalas.
Goodheart. (2013). Diagnosis Fotografik Dan Penatalksanaan Penyakit Kulit.
Jakarta: EGC.
Linuwih, S. (2017). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Ke-7. Jakarta: Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran UI.
Muttaqin, A., & Sari, K. (2013). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
Salemba Medika.
PPNI (2018). Standar Intervansi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, edisi 1
Suddarth, B. (2002). Buku Ajar Keperwawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai