Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

PADA NN. N DENGAN DIAGNOSA GERD DI RS ALFATAH

AMBON

DISUSUN OLEH :

NAMA : RIAN SOUHOKA

TK II B

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA

STIKES RUMKIT Prof.dr.J.A.LATUMETEN

AMBON

BAB I
TINJUAN TEORI
A. Pengertian
Scabies (the itch, gudik, budukan, gatal agogo) adalah penyakit
kulit yang disebabkan infestasi dan sensitisasi terhadap sarcoptes scabiei
dan produknya (Mansjoer et al,, 2000). Cara penularan penyakit ini dapat
melalui kontak langsung (kulit dengan kulit, misalnya berjabat tangan,
tidur bersama, dan hubungan seksual) dan tidak langsung (melalui benda,
misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan lain-lain (Mansjoer et al.,
2000).
Penyakit scabies bersifat menular dan perkembangannya
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain keadaan sosial ekonomi
yang rendah, hygiene perorangan yang buruk, kepadatan penduduk yang
tinggi, sering berganti pasangan seksual, minimnya pengetahuan
masyarakat tentang penyakit skabies, kesalahan diagnosa dan
penatalaksanaannya (Daili et al., 2005).

B. Etiologi
Penyebabnya adalah Sarcoptes scabiei. Sarcoptes scabiei adalah
parasit yang termasuk dalam filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo
Ackarima, super famili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabei
var. hominis. Selain itu terdapat Sarcoptes scabei yang lain, misalnya pada
kambing dan babi. Secara morfologik merupakan tungau kecil
berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata.
Berwarna putih kotor, ukuran yang betina berkisar 330-450 mikron x
250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200-240
mikron x 150-200 mikron.
Siklus hidup tungau ini yaitu setelah kopulasi (perkawinan) yang
terjadi diatas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat
hidup beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh yang betina.
Tungau betina yang sudah dibuahi menggali terowongan dalam stratum
korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan
telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk
betina yanag dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas,
biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan mempunyai larva yang mempunyai 3
pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga
keluar.Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2
bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya
mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari
(Djuanda, 2010).

C. Manifestasi Klinis
Terdapat 4 tanda kardinal dari skabies, dimana diagnosis dapat
ditegakkan dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal tersebut atau
menemukan tanda kardinal ke-4 yaitu sebagai berikut (Djuanda, 2010).
1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan
karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab
dan panas.
2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam
sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi.
Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya,
sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang tungau
tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota
keluarganya terkena. Walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi
tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa
(carrier).
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang
berwarna putih atau keabu-abuan. Berbentuk garis lurus atau berkelok,
rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu didapatkan papul
atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi
polimorf (pustula, ekskoriasi, dan lain-lain). Tempat predileksinya
biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu:
sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian
luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae (wanita), umbilicus,
bokong, genetalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi
dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.
4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat
ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.
D. Patofisiologi
Kelainan kulit skabies terjadi karena sensitisasi dan invasi kutu
tuma sarcoptes scabei varian hominis. Skabies ditularkan oleh kutu
betina yang telah dibuahi, melalui kontak langsung maupun kontak tidak
langsung seperti melalui pakaian dalam, tempat tidur, handuk. Kemudian
kutu betina akan menggali lubang kedalam epidermis dan selanjutnya
membentuk terowongan didalam stratum korneum. Dua hari setelah
fertilisasi, skabies betina mulai mengeluarkan telur yang kemudian
berkembang melalui stadium larva, nimpa dan kemungkinan menjadi
kutu dewasa dalam waktu 10-14 hari. Lama hidup kutu betina kira-kira
30 hari, kemudian kutu mati di ujung terowongan. Terowongan lebih
banyak terdapat didaerah yang berkulit tipis dan tidak banyak
mengandung folikel pilosebasea.
Pengeluaran ekskret dan sekresi ini juga menimbulkan reaksi
imunologi lambat yaitu sekresi IgE yang dihasilkan oleh sel plasma.
Adanya alergen pada kontak pertama menstimulasi sel B untuk
memproduksi antibodi, yaitu IgE. IgE kemudian masuk ke aliran darah
dan berikatan dengan reseptor di sel mastosit dan basofil sehingga sel
mastosit atau basofil menjadi tersensitisasi. Pada saat kontak ulang
dengan alergen,maka alergen akan berikatan dengan IgE yang berikatan
dengan antibody di sel mastosit atau basofil dan menyebabkan terjadinya
granulasi. Degranulasi menyebakan pelepasan mediator inflamasi primer
dan sekunder seperti histamine, bradikinin dan serotonin. Pelepasan
mediator inflamasi ini akan menimbulkan berbagai gejala terutama gatal,
edema local, adanya vesikel, dan eritema. Penyakit ini sangat mudah
menular, karena itu bila salah satu anggota keluarga terkena, maka
biasanya anggota keluarga lain akan ikut tertular juga. Penyakit ini sangat
erat kaitannya dengan kebersihan perseorangan dan lingkungan.
F.Diagnosis Scabies
Adanya keluhan gatal terutama pada malam hari, kelainan kulit
pada tempat predileksi, dan adanya penyakit serupa pada angota keluarga
yang serumah, sudah dapat diindikasi bahwa penyakit tersebut adalah
skabies dan diperkuat apanila ditemukan terowongan dari tungau. Cara
menemukan tungau yaitu sebagai berikut (Djuanda, 2010).
1. Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung yang terlihat
papul atau vesikel dicongkel dengan jarum dan diletakkan diatas sebuah
kaca obyek, lalu ditutup dengan kaca penutup dan dilihat dengan
mikroskop cahaya.
2. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung di atas selembar
kertas putih dan dilihat dengan kaca pembesar.
3. Dengan membuat biopsy irisan. Caranya lesi dijepit dengan 2 jari
kemudian dibuat irisan tipis dengan pisau dan diperiksa dengan
mikroskop cahaya.
4. Dengan biopsy eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan H.E.
Diagnosis banding yang dapat dilakukan adalah pitiriasis rosea,
tinea versikolor, predikulosis korporis, prurigo, dermatitis, daliken planus,
dan berbagai penyakit kulit lain dengan keluhan gatal (Mansjoer et al.,
2000).

G.Penatalaksanaan
Cara pengobatannya ialah seluruh anggota keluarga harus diobati
(termasuk penderita yang hiposensitisasi) (Djuanda, 2010). Syarat obat
yang ideal adalah sebagai berikut (Mansjoer et al., 2000).
1. Harus efektif terhadap semua stadium tungau.
2. Harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik.
3. Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian.
4. Mudah diperoleh dan harganya murah.
Jenis obat topikal yang dapat diberikan kepada pasien adalah
sebagai berikut (Mansjoer et al., 2000).
1. Belerang endap (sulfur presipitatum) dengan kadar 4-20% dalam
bentuk salep atau krim. Preparat ini karena tidak efektif terhadap
stadium telur, maka penggunaanya tidak boleh kurang dari 3 hari.
Kekurangannya yang lain ialah berbau dan mengotori pakaian dan
kadang-kadang menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi berumur
kurang dari 2 tahun.
2. Emulsi benzyl-benzoas (20-25%), efektif terhadap semua stadium,
diberikan setiap malam selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh, sering
memberi iritasi, dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.
3. Gama Benzena Heksa Klorida (gameksan = gammexane) kadarnya 1%
dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap
semua stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi. Obat ini
tidak dianjurkan pada anak dibawah enam tahun dan wanita hamil,
karena toksis terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cukup sekali,
kecuali jika masih ada gejala diulangi seminggu kemudian.
4. Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan,
mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan antigatal ; harus dijauhkan
dari mata, mulut, dan uretra.
5. Permetrin dengan kadar 5% dalam krim, kurang toksik jika
dibandingkan gameksan, efektifitasnya sama, aplikasi hanya sekali dan
dihapus setelah 10 jam. Bila belum sembuh diulangi selama seminggu.
Tidak dianjurkan pada bayi dibawah umur 2 bulan.
Bila disertai infeksi sekunder dapat diberikan antibiotika. Untuk
rasa gatal dapat diberikan antihistamin per oral. Karena sifatnya yang
sangat mudah menular, maka apabila ada salah satu anggota keluarga
terkena skabies, sebaiknya seluruh anggota keluarga tersebut juga harus
menerima pengobatan. Pakaian, alat-alat tidur, dan lain-lain hendaknya
dicuci dengan air panas (Lab/SMF, 2000, dalam Sunaryanto, 2009).

H.Komplikasi
Erupsi dapat berbentuk limfangitis, impetigo, ektima, selulitis,
folikulitis, dan furunkel jika skabies dibiarkan tidak diobati selama
beberapa minggu sampai beberapa bulan. Pada anak-anak sering terjadi
glomerulonefritis. Pemakaian antiskabies misalnya gamma benzene
heksaklorida yang berlebihan dan terlalu sering dapat menimbulkan
dermatitis iritan. Akan terjadi iritasi dalam penggunaan benzyl benzoate
sehari 2 kali terutama pada pemakaian di genitalia pria. Dapat timbul
infeksi sekunder sistemik yang memperberat perjalanan penyakit seperti
pielonefritis, abses, internal, pneumonia piogenik, dan septicemia (Stone,
2003, dalam Sunaryanto, 2009).
E.Pathway
Sarcoptes scabiei var.
hominis betina

Kontak langsung Kontak tidak langsung

Kontak kulit dg kulit Melalui benda

Misal berjabat tangan, tidur Misal pakaian, handuk,


bersama, hub. seksual dsb sprei, bantal, sprei, dsb

Tungau berada di permukaan kulit

Masuk ke dalam stratum korneum

Membentuk kanali kulit


(terowongan lurus/berkelok)

Tungau mengeluarkan cairan

Reaksi sensitisasi oleh tubuh

Lesi pada kulit Pruritus (gatal-gatal) Nyeri Akut

Papul, vesikel, Garukan


dan urtika Pruritus nokturnal

Erosi, eksoriasi Gangguan


Gangguan atau krusta Pola Tidur
Citra Tubuh

Terbentuknya luka

Kerusakan Port de entre


Integritas Kulit

Resiko infeksi
sekunder

Resiko Infeksi
BAB II
Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian
1) Identitas pasien
Indentitas terdiri dari nama, jenis kelamin, agama, suku, pekerjaan,
status, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, no bed, nama
ruangan dan diagnosa medis.
2) Keluhan utama
Keluhan utama yang sering dirasakan oleh klien adalah rasa gatal.
3) Riwayat kesehatan
a) Riwayat penyakit sekarang
Klien merasakan gatal, ketidaknyaman pada kulit, tidak bisa tidur
akibat gatal yang dirasakan. Kulit klien tampak kemerahan,
terdapat ulkus dan erosi.
b) Riwayat penyakit dahulu
Tidak menjaga kebersihan badan, rambut dan pubis (personal
hiygine yang buruk)
c) Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini
atau penyakit kulit lainnya.
d) Riwayat pemakaian obat
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai
pada kulit, atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap
sesuatu obat
4) Pola Fungsional Gordon
a) Pola Persepsi dan Penanganan Kesehatan
Tanyakan kepada klien pendapatnya mengenai kesehatan dan
penyakit. Apakah pasien langsung mencari pengobatan atau
menunggu sampai penyakit tersebut mengganggu aktivitas pasien.
b) Pola Nutrisi/Metabolisme
Tanyakan bagaimana pola dan porsi makan sehari-hari klien (pagi,
siang dan malam)
Tanyakan bagaimana nafsu makan klien, apakah ada mual muntah,
pantangan atau alergi.
c) Pola Eliminasi
Tanyakan bagaimana pola BAK dan BAB, warna dan
karakteristiknya
Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin dan defekasi
Adakah masalah dalam proses miksi dan defekasi, adakah
penggunaan alat bantu untuk miksi dan defekasi.
d) Pola Aktivitas/Olahraga
Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan
pada kulit.
Kekuatan Otot :Biasanya klien tidak ada masalah dengan kekuatan
ototnya karena yang terganggu adalah kulitnya
Keluhan Beraktivitas : kaji keluhan klien saat beraktivitas.
e) Pola Istirahat/Tidur
Kebiasaan: tanyakan lama, kebiasaan dan kualitas tidur pasien
Masalah Pola Tidur: Tanyakan apakah terjadi masalah
istirahat/tidur yang berhubungan dengan gangguan pada kulit
Bagaimana perasaan klien setelah bangun tidur? Apakah merasa
segar atau tidak?
Keluhan istirahat/tidur: biasanya klien akan terganggu pola tidurya
akibat rasa gatal pada malam hari
f) Pola Kognitif/Persepsi
Kaji status mental klien
Kaji kemampuan berkomunikasi dan kemampuan klien dalam
memahami sesuatu
Kaji tingkat anxietas klien berdasarkan ekspresi wajah, nada bicara
klien. Identifikasi penyebab kecemasan klien
Kaji penglihatan dan pendengaran klien.
Kaji apakah klien mengalami vertigo
Kaji nyeri: Gejalanya yaitu timbul gatal-gatal atau bercak merah
pada kulit.
g) Pola Persepsi dan Konsep Diri
Tanyakan pada klien bagaimana klien menggambarkan dirinya
sendiri, apakah kejadian yang menimpa klien mengubah gambaran
dirinya
Tanyakan apa yang menjadi pikiran bagi klien, apakah merasa
cemas, depresi atau takut
Apakah ada hal yang menjadi pikirannya
h) Pola Peran Hubungan
Tanyakan apa pekerjaan pasien
Tanyakan tentang system pendukung dalam kehidupan klien
seperti: pasangan, teman, dll.
Tanyakan apakah ada masalah keluarga berkenaan dengan
perawatan penyakit klien
i) Pola Seksualitas/Reproduksi
Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan
penyakitnya
Tanyakan kapan klien mulai menopause dan masalah kesehatan
terkait dengan menopause
Tanyakan apakah klien mengalami kesulitan/perubahan dalam
pemenuhan kebutuhan seks
j) Pola Koping-Toleransi Stres
Tanyakan dan kaji perhatian utama selama dirawat di RS ( financial
atau perawatan diri )
Kaji keadan emosi klien sehari-hari dan bagaimana klien mengatasi
kecemasannya (mekanisme koping klien ). Apakah ada penggunaan
obat untuk penghilang stress atau klien sering berbagi masalahnya
dengan orang-orang terdekat.
k) Pola Keyakinan-Nilai
Tanyakan agama klien dan apakah ada pantangan-pantangan dalam
beragama serta seberapa taat klien menjalankan ajaran agamanya.
Orang yang dekat kepada Tuhannya lebih berfikiran positif.

b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan pruritus, lesi kulit
2) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan factor mekanik
(garukan: erosi, eksoriasi atau krusta)
3) Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus nokturnal
4) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan persepsi penampilan
kulit
5) Resiko infeksi berhubungan dengan lesi pada kulit
c. Intervensi Keperawatan
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
NO DIAGNOSA
(NOC) (NIC)
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan MANAJEMEN NYERI
dengan pruritus, lesi selama ...... x24 jam pasien dapat Definisi : mengurangi nyeri dan menurunkan
kulit mengontrol nyeri dengan indikator: tingkat nyeri yang dirasakan pasien.
a. Mengenali faktor penyebab Intervensi:
b. Mengenali onset (lamanya sakit) a. lakukan pengkajian nyeri secara
c. Menggunakan metode pencegahan komprehensif
d. Menggunakan metode nonanalgetik termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
untuk mengurangi nyeri frekuensi,
e. Menggunakan analgetik sesuai kualitas dan faktor presipitasi
b. observasi reaksi non verbal dari
kebutuhan
f. Mencari bantuan tenaga kesehatan ketidaknyamanan
g. Melaporkan gejala pada tenaga c. gunakan teknik komunikasi terapeutik
kesehatan untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
h. Menggunakan sumber-sumber yang d. kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
tersedia e. evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
i. Mengenali gejala-gejala nyeri f. evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan
j. Mencatat pengalaman nyeri lain
sebelumnya g. tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa
k. Melaporkan nyeri sudah terkontrol lampau
h. bantu pasien dan keluarga untuk mencari
dan
menemukan dukungan
i. kontrol lingkungan yang dapat
Setelah dilakukan tindakan keperawatan mempengaruhi
selama ...... x24 jam pasien dapat j. nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan
mengetahui tingkatan nyeri dengan dan
indikator:
kebisingan
a. melaporkan adanya nyeri
k. kurangi faktor presipitasi
b. luas bagian tubuh yang terpengaruh
l. pilih dan lakukan penanganan nyeri
c. frekuensi nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan inter
d. panjangnya episode nyeri personal)
e. pernyataan nyeri m. kaji tipe dan sumber nyeri untuk
f. ekspresi nyeri pada wajah menentukan intervensi
g. posisi tubuh protektif n. ajarkan tentang teknik non farmakologi
h. kurangnya istirahat o. berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
i. ketegangan otot p. evaluasi keefektifan kontrol nyeri
j. perubahan pada frekuensi pernafasan q. tingkatkan istirahat
k. perubahan nadi r. kolaborasikan dengan dokter jika keluhan
l. perubahan tekanan darah dan tindakan nyeri tidak berhasil
m. perubahan ukuran pupil
n. keringat berlebih ANALGETIC ADMINISTRATION
o. kehilangan selera makan Definisi : penggunaan agen farmakologi
untuk
menghentikan atau mengurangi nyeri
Intervensi :
a. tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum pemberian obat
b. cek instruksi dokter tentang jenis obat,
dosis dan frekuensi
c. cek riwayat alergi
d. pilih analgetik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgetik ketika pemberian
lebih dari satu
e. tentukan pilihan analgetik tergantung tipe dan
beratnya nyeri
f. tentukan analgetik pilihan, rute pemberian
dan dosis optimal
g. pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara teratur
h. monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgetik pertama kali
i. berikan analgetik tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
j. evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala
(efek samping)
2 Kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan keperawatan PENGAWASAN KULIT
kulit berhubungan selama .......x24 jam integritas a. Inspeksi kondisi luka
dengan factor mekanik jaringan: kulit dan b. Observasi ekstremitas untuk warna, panas,
(garukan: erosi, mukosa normal dengan indikator: keringat, nadi, tekstur, edema, dan luka
eksoriasi atau krusta) a. temperatur jaringan dalam rentang
c. Inspeksi kulit dan membran mukosa untuk
yang diharapkan
kemerahan, panas, drainase
b. elastisitas dalam rentang yang
d. Monitor kulit pada area kemerahan
diharapkan
e. Monitor penyebab tekanan
c. hidrasi dalam rentang yang
f. Monitor adanya infeksi
diharapkan g. Monitor kulit adanya rashes dan abrasi
d. pigmentasi dalam rentang yang h. Monitor warna kulit
diharapkan i. Monitor temperatur kulit
e. warna dalam rentang yang j. Catat perubahan kulit dan membran mukosa
diharapkan k. Monitor kulit di area kemerahan
f. tektur dalam rentang yang MANAJEMEN TEKANAN
diharapkan a. Tempatkan pasien pada terapeutic bed
g. bebas dari lesi b. Elevasi ekstremitas yang terluka
h. kulit utuh c. Monitor status nutrisi pasien
d. Monitor sumber tekanan
e. Monitor mobilitas dan aktivitas pasien
f. Mobilisasi pasien minimal setiap 2 jam sekali
g. Back rup
h. Ajarkan pasien untuk menggunakan
pakaian
yang longgar
3 Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan keperawatan Sleep Enhancement
berhubungan dengan selama …. x24jam gangguan pola tidur a. Menjaga kulit agar selalu lembab
pruritus nokturnal pasien teratasi dengan kriteria hasil: b. Determinasi efek-efek medikasi terhadap pola
a. Jumlah jam tidur dalam batas normal tidur
b. Pola tidur,kualitas dalam batas c. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
normal d. Fasilitasi untuk mempertahankan aktivitas
c. Perasaan fresh sesudah tidur/istirahat sebelum tidur (membaca)
d. Mampu mengidentifikasi hal-hal e. Ciptakan lingkungan yang nyaman
yang meningkatkan tidur f. Kolaburasi pemberian obat tidur
4 Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan asuhan keperawatan a. Kaji adanya gangguan citra diri (menghindari
berhubungan dengan selama 1. x24jam , diharapkan kontak mata,ucapan merendahkan diri sendiri
persepsi penampilan Pengembangan peningkatan penerimaan b. Identifikasi stadium psikososial terhadap
kulit diri pada klien tercapai dengan kriteria
perkembangan
hasil:
a. Mengembangkan peningkatan kemauan c. Berikan kesempatan pengungkapan perasaan.
untuk menerima keadaan diri. d. Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan klien,
b. Mengikuti dan turut berpartisipasi bantu klien yang cemas mengembangkan
dalam tindakan perawatan diri. kemampuan untuk menilai diri dan mengenali
c. Melaporkan perasaan dalam masalahnya.
pengendalian situasi. e. Dukung upaya klien untuk memperbaiki citra
d. Menguatkan kembali dukungan positif diri, seperti merias, merapikan
dari diri sendiri. f. Mendorong sosialisasi dengan orang lain.
5 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan KONTROL INFEKSI
berhubungan dengan selama ....x24 jam status kekebalan Definisi: meminimalkan mendapatkan infeksi
lesi pada kulit pasien meningkat dengan indilaktor: dan transmisi agen infeksi
a. tidak didapatkan infeksi berulang Intervensi :
b. tidak didapatkan tumor a. Bersihkan lingkungan setelah dipakai
c. status rspirasi sesuai yang pasien lain
diharapkan temperatur badan sesuai b. Pertahankan teknik isolasi
yang diharapkan c. Batasi pengunjung bila perlu
d. integritas kulit d. Instruksikan pengunjung untuk mencuci
e. integritas mukosa tangan saat berkunjung dan setelah
f. tidak didapatkan fatigue kronis berkunjung
g. reaksi skintes sesuai paparan e. Gunakan sabun anti mikroba untuk cuci
tangan
h. WBC absolut dalam batas normal f. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan keperawatan
selama .....x24 jam psien mengetahui g. Gunakan universal precaution dan gunakan
cara cara mengontrol infeksi dengan sarung tangan selma kontak dengan kulit
indikator:
yang tidak utuh
a. Mendeskripsikan proses penularan
h. Tingkatkan intake nutrisi dan cairan
penyakit
i. Berikan terapi antibiotik bila perlu
b. Mendeskripsikan faktor yang
j. Observasi dan laporkan tanda dan gejal
mempengaruhi terhadap proses
infeksi seperti kemerahan, panas, nyeri,
penularan penyakit
tumor
c. Mendeskripsikan tindakan yang
k. Kaji temperatur tiap 4 jam
Dapat dilakukan untuk pencegahan
proses penularan penyakit l. Catat dan laporkan hasil laboratorium, WBC
d. Mendeskripsikan tanda dan gejala m. Gunakan strategi untuk mencegah infeksi
infeksi nosokomial
e. Mendeskripsikan penatalaksanaan n. Istirahat yang adekuat
yang tepat untuk infeksi o. Kaji warna kulit, turgor dan tekstur, cuci
kulit dengan hati-hati
p. Ganti IV line sesuai aturan yang berlaku
q. Pastikan perawatan aseptik pada IV line
r. Pastikan teknik perawatan luka yang tepat
s. Berikan antibiotik sesuai aturan
t. Ajari pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi dan kalau terjadi melaporkan
pada perawat
u. Ajarkan klien dan anggota keluarga
bagaimana mencegah infeksi
d.Implementasi
Pada tahap ini pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perawatan yang telah ditentukan dengan tujuan untuk
memenuhi secara optimal.
e.Evaluasi
Adalah langkah terakhir dalam proses keperawatan yaitu kegiatan yang
disengaja dan terus menerus melibatkan Kx, perawat dan anggota kesehatan
lain. Tujuan evaluasi yaitu untuk menilai apakah tujuan dalam rencana
tindakan keperawatan tercapai atau tidak atau bahkan timbul masalah baru
serta untuk melaksanakan pengkajian ulang.
DAFTAR PUSTAKA

Daili, E.S.S., Menaldi, S.L., dan Wisnu, I. M. 2005. Penyakit yang Umum di
Indonesia. Jakarta: PT. Medical Multimedia Indonesia.

Djuanda S, Sularsito. 2010. SA. Dermatitis In: Djuanda A, ed Ilmu penyakit kulit
dan kelamin. Edisi III. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Johnson, M., et all. 2002. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second


Edition. New Jersey: Upper Saddle River.

Mansjoer, Suprohaita, Wardhani, Setiowulan. 2000. Kapita Selekta Kedokteran.


Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Mc Closkey, C.J., et all. 2002. Nursing Interventions Classification (NIC) Second


Edition. New Jersey: Upper Saddle River.

NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.

Sunaryanto, A. 2009. Skabies dengan Infeksi Sekunder. [serial online].


https://andikunud.files.wordpress.com/2010/08/skabies.docx [diakses
tanggal 4 Sepetember 2015].

Anda mungkin juga menyukai