Anda di halaman 1dari 76

1

PROPOSAL KTI
METODOLOGI KEPERAWATAN
Dosen Pengampuh: Hani Tuasikal, S.Kep., Ns., M.Kep

Di Susun Oleh:
NAMA: INA DEWINTA LAINATA
NIM: 124021 2020 025
TINGKAT: IIC

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA


AKADEMI KEPERAWATAN
“RUMKIT TK III Dr. J.A.LATUMETEN”
2020

1
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada tanggal 31 Desember 2019, WHO China Country Office

melaporkan kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologinya dikota

Wuhan, Provinsi Hubei, China. Pada tanggal 7 Januari 2020, China

mengidentifikasi Pneumonia yang tidak diketahui etiologinya tersebut

sebagai jenis baru dari coronavirus (novel corona virus). Pada awal

tahun 2020 Covid-19 mulai menjadi pandemi global dan menjadi

masalah kesehatan di beberapa negara di luar RRC. Berdasarkan World

Health Organization (WHO) kasus pneumonia dengan etiologi yang

tidak jelas di kota Wuhan telah menjadi permasalahan kesehatan

diseluruh dunia. Pandemi ini terus berkembang hingga adanya laporan

kematian dan kasus baru diluar China.

(http://repo.stikesperintis.ac.id/id/eprint/1177).

Pada tanggal 30 Januari 2020, WHO menetapkan COVID-19

sebagai Public health Emergency of International Concern (PHEIC)/

Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia

(KKMMD). Penambahan jumlah kasus COVID-19 berlangsung cukup

cepat. Jumlah kasus terkonfirmasi pada tanggal 13 Agustus 2021, di

Dunia terdapat 206 juta jiwa kasus positif COVID-19 dengan jumlah

penderita yang meninggal sebanyak 4,34 juta jiwa. Untuk Indonesia

2
3

jumlah kasus terkonfirmasi positif COVID-19 sebanyak 3,77 juta jiwa,

dengan angka kematian mencapai 114 ribu jiwa. Untuk angka kejadian

terkonfirmasi positif COVID-19 di Maluku sebanyak 13.997 kasus

dengan angka kematian sebanyak 243 kasus.(

http://repo.stikesperintis.ac.id/id/eprint/1177).

Adapun upaya yang dilakukan dalam menghadapi pandemi

covid 19 ini dengan memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga

jarak, namun angka terkonfirmasi positif bertambah dan angka

kematian semakin meningkat. Vaksin merupakan salah satu upaya

mengatasi pandemi covid 19. Pembuatan vaksin covid 19 telah

dilakukan di berbagai negara, termasuk Indonesia melalui lembaga

Eijkman, pemerintah Indonesia juga melakukan kerja sama dengan 4

produsen vaksin, yaitu AstraZeneca dari Inggris, serta Sinovac,

Sinopharm, dan CanSino dari China. Meski demikian, vaksin tersebut

masih harus menjalani serangkaian penelitian dan tahap uji klinis untuk

memastikan kualitas, efektivitas, dan keamanan vaksin covid 19

terhadap manusia. Jumlah jiwa yang sudah divaksin di dunia sebanyak

159 juta jiwa, sementara untuk Indonesia dari awal vaksin pada 13

Januari 2021 sampai sekarang sebanyak 79,1 juta jiwa, untuk provinsi

maluku sebanyak 175 ribu jiwa, di Kabupaten SBB sebanyak 17.141

jiwa dan untuk wilayah kerja Puskesmas Uwen Pantai sebanyak 984

jiwa.( www. Alodokter.com & puskesmas uwen pantai, 2021).

3
4

Rencana Pemerintah untuk program vaksinasi memerlukan

persiapan matang. Berbagai persiapan sudah dilakukan, mulai dari

meninjau langsung fasilitas produksi vaksin di Tiongkok, melakukan uji

klinis fase III di kota Bandung terhadap 1.620 relawan, hingga

menyiapkan sistem satu data terintegrasi. Itu guna memastikan

kelancaran dan ketepatan sasaran vaksinasi nantinya. Vaksinolog dr.

Dirga Sakti Rambe M.Sc, Sp.PD mengimbau kepada masyarakat agar

perlu mengetahui informasi yang benar terkait vaksin. Informasi yang

benar dan terpercaya memberikan pemahaman yang lebih baik bagi

masyarakat dan mengurangi kecemasan (ansietas) dan keraguan yang

timbul dari penyebaran informasi hoaks terkait vaksin. Ansietas

merupakan perasaan tidak tenang yang samar-samar karena

ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons (penyebab

tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu). Ansietas adalah

perasaan tidak tenang yang samar-samar karena ketidaknyamanan atau

ketakutan yang ketakutan yang disertai dengan ketidakpastian,

ketidakberdayaan, isolasi, dan ketidakamanan. Perasaan takut dan tidak

menentu dan dapat mendatangkan sinyal peringatan tentang bahaya

yang akan datang dan membuat individu untuk siap mengambil

tindakan menghadapi ancaman. (Stuart ,2012).

Prinsip yang mendasari terjadinya penurunan kecemasan oleh

tehnik terapi relaksasi autogenik ini adalah merlancarkan aliran darah

dan dapat merangsang hormon endorfin. Ketika seseorang melakukan

4
5

relaksasi autogenik, maka beta-endorfin akan keluar dan ditangkap oleh

reseptor didalam hypothalamus dansystem limbik yang berfungsi untuk

mengatur kecemasan dan sebagai obat penenang alami (Haruyama,

2011).Teknik relaksasi merupakan upaya untuk meningkatkan kendali

dan percaya diri serta mengurangi stres yang dirasakan (Stuart, 2007).

Salah satu teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan adalah terapi

autogenik. memiliki makna pengaturan sendiri. Autogenik merupakan

salah satu contoh dari teknik relaksasi yang berdasarkan konsentrasi

pasif dengan menggunakan persepsi tubuh (misalnya, tangan merasa

hangat dan berat) yang difasilitasi oleh sugesti diri sendiri (Stetter

dalam Kristiarini, 2013). Relaksasi Autogenik merupakan relaksasi

yang bersumber dari diri sendiri berupa kata-kata atau kalimat pendek

ataupun pikiran yang bisa membuat pikiran tentram. Relaksasi

autogenik ini mempunyai keunikan tersendiri dibandingkan dengan

relaksasi lainnya, yaitu dapat memberikan efek pada tekanan darah dan

frekuensi nadi segera setelah perlakuan (Greenberg dalam Setyawati,

2010). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yulia Nur Hayati

yang berjudul Penerapan Relaksasi Autogenik Untuk Mengurangi

Kecemasan pada Pasien Diabetes Mellitus yang mengatakan hasil uji

statisik pada kelompok intervensi Relaksasi Autogenik didapatkan hasil

yaitu terdapat pengaruh penurunan cemas pada pasien diabetes mellitus

dengan p-value = 0,000.( http://repo.stikesperintis.ac.id/id/eprint/1177).

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk

5
6

melaksanakan asuhan keperawatan yang akan dituangkan dalam bentuk

Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Komunitas

Pada Kelompok Usia 18–59 Tahun Penerima Vaksin COVID-19 Dalam

Upaya Menurunkan Kecemasan Dengan Terapi Relaksasi Autogenik Di

Desa Lumahlatal, RT 003 Wilayah Kerja Puskesmas Uwen Pantai,

Kecamatan Taniwel Timur, Kabupaten Seram Bagian Barat Tahun

2021”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka dapat dibuat

rumusan masalah : “Bagaimana Asuhan Keperawatan Komunitas Pada

Kelompok Usia 18–59 Tahun Penerima Vaksin COVID-19 Dalam

Upaya Menurunkan Kecemasan Dengan Terapi Relaksasi Autogenik Di

Desa Lumahlatal, RT 003 Wilayah Kerja Puskesmas Uwen Pantai,

Kecamatan Taniwel Timur, Kabupaten Seram Bagian Barat Tahun

2021”?.

C. Tujuan

a. Tujuan Umum

Mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan

komunitas dalam upaya menurunkan kecemasan dengan penerapan

terapi relaksasi autogenik pada kelompok usia penerima vaksin

COVID-19 di desa Lumahlatal, RT 003 wilayah kerja Puskesmas

Uwen Pantai, Kecamatan Taniwel Timur, Kabupaten Seram Bagian

Barat.

6
7

b. Tujuan Khusus

1. Mampu melakukan pengkajian keperawatan komunitas dalam

upaya menurunkan kecemasan dengan penerapan terapi relaksasi

autogenik pada kelompok usia 18-59 tahun penerima vaksin

COVID-19.

2. Mampu membuat diagnosa keperawatan komunitas dalam upaya

menurunkan kecemasan dengan penerapan terapi relaksasi

autogenik pada kelompok usia 18-59 tahun penerima vaksin

COVID-19.

3. Mampu membuat intervensi keperawatan komunitas dalam upaya

menurunkan kecemasan dengan penerapan terapi relaksasi

autogenik pada kelompok usia 18-59 tahun penerima vaksin

COVID-19 .

4. Mampu melakukan implementasi keperawatan komunitas dalam

upaya menurunkan kecemasan dengan penerapan terapi relaksasi

autogenik pada kelompok usia 18-59 tahun penerima vaksin

COVID-19.

5. Mampu melakukan evaluasi keperawatan komunitas dalam

upaya menurunkan kecemasan dengan penerapan terapi relaksasi

autogenik pada kelompok usia 18-59 tahun penerima vaksin

COVID-19.

7
8

D. Manfaat

a. Bagi Kelompok Penerima Vaksin

Diharapkan setelah dilakukan penyuluhan tentang relaksasi

Autogenik dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang

cara mengurangi cemas di masa pandemi COVID-19.

b. Bagi Instansi Pendidikan

Diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi semua

mahasiswa maupun dosen yang ingin menerapkan relaksasi

Autogenik untuk mengurangi kecemasan.

c. Bagi Peneliti

Sebagai sarana untuk menambah ilmu dan wawasan

mengenai “ Asuhan Keperawatan komunitas dalam upaya

menurunkan kecemasan dengan penerapan terapi relaksasi

autogenik”.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan/ sumber bagi peneliti lain yang mempunyai

minat dan sama guna mengembangkan lebih lanjut dan dapat

digunakan sebagai pembanding bagi yang berkepentingan untuk

melanjutkan penelitian sejenis.

8
9

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1
KEASLIAN PENELITIAN

No Nama/ Judul Metode Hasil Perbedaan


Tahun
1 Ferdimas Studi Hasil dari Tempat
Asuhan
Zanobi kasus penelitian yang penelitian
keperawatan
(2020) dilakukan adalah dan waktu
komunitas
tingkat kecemasan penelitian
dengan
para kader
penerapan terapi
menurun dengan
relaksasi
menggunakan
autogenik untuk
terapi relaksasi
mengurangi
autogenik.
kecemasan kader

yang akan

dilakukan

swab covid-19 di

kelurahan aur

kuning kota

bukittinggi tahun

2020.
2 Yulia Nur Asuhan Studi hasil Tempat

Hayati keperawatan kasus skor skala tingkat penelitian

(2018) keluarga kecemasan pada dan waktu

9
10

penerapan pasien I penelitian

relaksasi yaitu 60

autogenik untuk (kecemasan

mengurangi sedang) dan

kecemasan pasien II

pada pasien yaitu 45

diabetes melitus (kecemasan

ringan).

3 Wili Asuhan Studi Hasil dari Tempat

Elakemaina Keperawatan kasus penelitian yang penelitian

(2021) KomunitasPadaK dilakukan pada dan waktu

elompok Usia kelompok usia 18- penelitian.

18–59 Tahun 59 tahun penerima

Penerima Vaksin vaksin covid 19

COVID-19 adalah tingkat

Dalam Upaya kecemasan

Menurunkan menurun dari

Kecemasan kecemasan sedang

Dengan Terapi ke ringan (70%)

Relaksasi dan kecemasan

Autogenik Di ringan menjadi

Desa Lumahlatal, tidak cemas (30%).

RT 003 Wilayah

10
11

Kerja Puskesmas

Uwen Pantai,

Kecamatan

Taniwel Timur,

Kabupaten Seram

Bagian Barat

Tahun 2021

F. Sistematika Penulisan

Sistematika dengan penelitian ini dibagi dari beberapa bagian yang saling

berkaitan dan disusun secara sistematika, bagian awal terdiri dari : lembaran

judul, lembaran pengesahan, kata pengantar, daftar isi. Bab I pendahuluan terdiri

dari : latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

keaslian penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II tinjauan pustaka terdiri

dari : konsep dasar covid 19, konsep dasar vaksin covid 19, konsep dasar

kecemasan, konsep dasar terapi relaksasi autogenik, dan konsep dasar asuhan

keperawatan komunitas. Bab III metode penelitian : desain studi kasus, subjek

penelitian, lokasi dan waktu penelitian, variabel penelitian, defenisi operasional,

teknik pengumpulan data dan sumber data. Instrumen penelitian, dan etika

penelitian. Bab IV hasil dan pembahasan : hasil dan pembahasan. Bab V penutup :

kesimpulan dan saran.

BAB II

11
12

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar COVID-19


a. Pandemi

Pandemi adalah suatu wabah penyakit global. Menurut

World Health Organization (WHO), pandemi dinyatakan ketika

penyakit baru menyebar di seluruh dunia melampaui batas. Ada

banyak contoh dalam sejarah, yang terbaru ada pandemi COVID-

19. Pandemi yang mirip flu ini dinyatakan oleh WHO pada 12

Maret 2020. Istilah pandemi menurut KBBI dimaknai sebagai

wabah yang berjangkit serempak dimana-mana meliputi daerah

geografi yang luas. Dalam pengertian yang paling klasik, ketika

sebuah epidemi menyebar ke beberapa negara atau wilayah dunia.

Wabah penyakit yang masuk dalam kategori pandemi adalah

penyakit menular dan memiliki garis infeksi berkelanjutan. Maka,

jika ada kasus terjadi di beberapa negara lainnya selain negara asal,

akan tetap digolongkan sebagai pandemi.

b. COVID-19

1. Defenisi

Virus Corona atau (SARS-CoV-2) adalah virus yang

menyerang sistem pernapasan. Penyakit karena infeksi virus ini

disebut COVID-19. Virus Corona bisa menyebabkan gangguan

ringan pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru yang berat,

hingga kematian. Infeksi virus Corona disebut COVID-19

12
13

(Corona Virus Disease 2019) dan pertama kali ditemukan di kota

Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Virus ini menular

dengan sangat cepat dan telah menyebar ke hampir semua negara,

termasuk Indonesia, hanya dalam waktu beberapa bulan.

2. Cara Penyebaran Virus Corona

Penyakit ini menyebar selama kontak dekat, seringkali

oleh tetesan kecil yang dihasilkan selama batuk, bersin, atau

berbicara. Tetesan ditularkan, dan menyebabkan infeksi baru,

ketika dihirup oleh orang-orang dalam kontak dekat (1 hingga 2

meter, 3 hingga 6 kaki). Mereka diproduksi selama bernafas,

namun karena mereka relatif berat, mereka biasanya jatuh ke

tanah atau permukaan. Setelah tetesan jatuh ke lantai atau

permukaan, mereka masih dapat menginfeksi orang lain, jika

mereka menyentuh permukaan yang terkontaminasi dan

kemudian mata, hidung atau mulut mereka dengan tangan yang

tidak dicuci.

3. Tanda dan Gejala COVID-19

Ada 3 gejala umum yang bisa menandakan seseorang terinfeksi

virus Corona, yaitu:

a) Demam (suhu tubuh di atas 38 derajat Celsius)

b) Batuk

c) Sesak napas

Gejala-gejala COVID-19 ini umumnya muncul dalam waktu 2

13
14

hari sampai 2 minggu setelah penderita terpapar virus Corona.

Demam adalah gejala yang paling umum, meskipun beberapa

orang yang lebih tua dan mereka yang memiliki masalah

kesehatan lainnya mengalami demam di kemudian hari.

4. Alasan Mengapa Covid-19 Menjadi Pandemi

WHO menekankan bahwa penggunaan istilah pandemi tidak

berarti ada anjuran yang berubah. Semua negara tetap diminta

untuk mendeteksi, mengetes, merawat, mengisolasi, melacak, dan

mengawasi pergerakan masyarakatnya. “Perubahan istilah tidak

mengubah apapun secara praktis mengingat beberapa pekan

sebelumnya dunia telah diingatkan untuk mempersiapkan diri

menghadapi potensi pandemi,” kata Dr. Nathalie MacDermott

King’s Colege London.

5. Pengobatan Virus Corona

Infeksi virus Corona atau COVID-19 belum bisa diobati, tetapi

ada beberapa langkah yang dapat dilakukan dokter untuk

meredakan gejalanya dan mencegah penyebaran virus, yaitu:

a) Merujuk penderita COVID-19 yang berat untuk

menjalani perawatan dan karatina di rumah sakit

rujukan

b) Memberikan obat pereda demam dan nyeri yang aman

dan sesuai kondisi penderita

c) Menganjurkan penderita COVID-19 untuk melakukan

14
15

isolasi mandiri dan istirahat yang cukup

d) Menganjurkan penderita COVID-19 untuk banyak

minum air putih untuk menjaga kadar cairan tubuh

6. Komplikasi Virus Corona

Pada kasus yang parah, infeksi virus Corona bisa menyebabkan

beberapa komplikasi berikut ini:

a) Pneumonia (infeksi paru-paru)

b) Infeksi sekunder pada organ lain

c) Gagal ginjal

d) Acute cardiac injury

e) Acute respiratory distress syndrome

f) Kematian

Pada beberapa orang, penyakit ini dapat berkembang menjadi

pneumonia, kegagalan multi-organ, dan kematian. Manifestasi

neurologis termasuk kejang, stroke, ensefalitis, dan sindrom

Guillain-Barré.

B. Konsep Dasar Vaksin Covid 19

a. Pengertian

Vaksin merupakan bahan antigen yang digunakan untuk

menghasilkan kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit. Vaksin

mengandung agen menyerupai mikroorganisme penyebab suatu

penyakit dan sering dibuat dari mikoroorganisme. Virus atau bakteri

yang sudah mati atau dilemahkan dari toksin salah protein

15
16

permukaannya. Pemberian agen ini merangsang sistem imun di

dalam tubuh untuk mengenalinya sebagai agen asing,

menghancurkannya, dan mengingatnya sehingga sistem imun tubuh

siap untuk menetralkan sebelum memasuki sel dan mengenali dan

menghancurkan sel yang telah terinfeksi sebelum agen tersebut dapat

berkembang.

b. Manfaat Vaksin Covid 19

1. Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat COVID-19

Seperti yang disebutkan sebelumnya, vaksin COVID-19 dapat

memicu sistem imunitas tubuh untuk melawan virus Corona.

Dengan begitu, risiko Anda untuk terinfeksi virus ini akan jauh

lebih kecil.

Kalaupun seseorang yang sudah divaksin tertular COVID-19,

vaksin bisa mencegah terjadinya gejala yang berat dan

komplikasi. Dengan begitu, jumlah orang yang sakit atau

meninggal karena COVID-19 akan menurun.

2. Mendorong terbentuknya herd immunity

Seseorang yang mendapatkan vaksin COVID-19 juga dapat

melindungi orang-orang di sekitarnya, terutama kelompok yang

sangat berisiko, seperti lansia di atas 70 tahun. Hal ini karena

kemungkinan orang yang sudah divaksin untuk menularkan virus

Corona sangatlah kecil.

16
17

Bila diberikan secara massal, vaksin COVID-19 juga mampu

mendorong terbentuknya kekebalan kelompok (herd immunity)

dalam masyarakat. Artinya, orang yang tidak bisa mendapatkan

vaksin, misalnya bayi baru lahir, lansia, atau penderita kelainan

sistem imun tertentu, bisa mendapatkan perlindungan dari orang-

orang di sekitarnya.

Kendati demikian, untuk mencapai herd immunity dalam suatu

masyarakat, penelitian menyebutkan bahwa minimal 70%

penduduk dalam negara tersebut harus sudah divaksin.

3. Meminimalkan dampak ekonomi dan sosial

Manfaat vaksin COVID-19 tidak hanya untuk sektor kesehatan,

tetapi juga sektor ekonomi dan sosial. Jika sebagian besar

masyarakat sudah memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik

untuk melawan penyakit COVID-19, kegiatan sosial dan ekonomi

masyarakat bisa kembali seperti sediakala.

c. Vaksin Covid 19

Pemberian vaksin covid 19 bertujuan untuk mengurangi

penularan virus corona, menurunkan angka kesakitan dan kematian,

mencapai kekebalan kelompok di masyarakat (herd immunity) serta

melindungi masyarakat dari covid 19 agar tetap produktif secara

sosial dan ekonomi. Proses vaksinasi sudah dilakukan sejak 13

Januari 2021. Joko Widodo, Presiden Republik Indonesia sebagai

17
18

orang pertama yang menerima vaksin covid 19. Vaksin covid 19

yang digunakan, yaitu sinovac. Vaksin ini sebelumnya sudah melalui

proses uji klinis tahap III dan mendapatkan EUA (Emergency use

authorization) dari badan pengawas obat dan makanan (BPOM) RI.

d. Jenis – jenis vaksin covid 19

1. Sinovac

Sinovac memberikan nama pada kandidat vaksin covid 19

dengan nama CoronaVac. Vaksin ini menggunakan versi non-

infeksi dari virus covid 19 untuk memicu respon imun.

2. AstraZeneca

AstraZeneca dengan merk dagang AZD1222 ditemukan

oleh universitas Oxford bersama Vaccitech. Vaksin asal Inggris

ini tercatat oleh organisasi kesehatan dunia (WHO) telah

memasuki studi uji klinis fase ketiga

3. Sinopharm

China menyetujui vaksin sinopharm pertamanya untuk

penggunaan masyarakat umum. Lebih dari 60 ribu relawan dari

125 kebangsaan telah berpartisipasi dalam uji klinis fase ketiga

sinopharm CNBG. Efikasi vaksin berdasarkan analisis sementara

lebih tinggi dari target yang ditetapkan di awal, dan kinerja

keamanan dan efektivitasnya juga melebihi tingkat standar WHO.

18
19

4. Cansino

Bernama dagang convidicea, adalah sebuah kandidat

vaksin covid 19 yang dikembangkan oleh perusahaan biofarmasi

Tiongkok CanSino Biologics.

e. Kriteria penerima vaksin covid 19

Sebelum divaksin, ada beberapa syarat yang perlu dipenuhi

saat penyuntikan. Termasuk memastikan kondisi tubuh yang sehat

dan sudah menjalani pemeriksaan riwayat penyakit yang pernah atau

sedang diderita. Berikut syarat dan kriteria yang perlu dipenuhi

penerima vaksin covid 19:

1. Penerima vaksin tidak sedang demam (≥ 37,5℃).

2. Tekanan darah < 140/90 mmhg

3. Pernah memiliki riwayat positif covid 19

4. Wanita hamil dan ibu menyusui

5. Usia < 18 tahun

6. Adanya batuk, pilek, sesak napas

7. Penderita penyakit ginjal

8. Penderita penyakit jantung

19
20

9. Penderita penyakit autoimun sistematik

10. Penderita saluran pencernaan kronis

11. Penderita kelainan darah, kanker, penerima tranfusi

darah dan defisiensi imun

12. Penderita diabetes melitus

C. Konsep Dasar Kecemasan

a. Pengertian

Ansietas merupakan perasaan tidak tenang yang samar-samar

karena ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons

(penyebab tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu). Stuart

(2012) menyatakan bahwa ansietas adalah perasaan tidak tenang

yang samar- samar karena ketidaknyamanan atau ketakutan yang

ketakutan yang disertai dengan ketidakpastian, ketidakberdayaan,

isolasi, dan ketidakamanan. Perasaan takut dan tidak menentu dan

dapat mendatangkan sinyal peringatan tentang bahaya yang akan

datang dan membuat individu untuk siap mengambil tindakan

menghadapi ancaman. Perasaan tidak nyaman atau kekawatiran yang

Samar disertai respon autonom (sumber sering kali tidak spesifik

atau tidak diketahui oleh individu); perasaan takut yang disebabkan

oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat

kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya

20
21

dan kemampuan individu untuk bertindak menghadapi ancaman.

(Nurarif .A.H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan

Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:

MediAction).

1. Batasan Karakteristik

a) Perilaku :

1) Penurunan produktivitas

2) Gerakan yang ireleven

3) Gelisah

4) Melihat sepintas

5) Insomnia

6) Kontak mata yang buruk

7) Mengekspresikan kekawatiran karena perubahan

dalam peristiwa hidup

8) Agitasi

9) Mengintai

10)Tampak waspada

b) Affektif :

1) Gelisah, Distres

2) Kesedihan yang mendalam

3) Ketakutan

4) Perasaan tidak adekuat

5) Berfokus pada diri sendiri

21
22

6) Peningkatan kewaspadaan

7) Iritabihtas

8) Gugup senang beniebihan

9) Rasa nyeri yang meningkatkan ketidakberdayaan

10)Peningkatan rasa ketidak berdayaan yang persisten

11)Bingung, Menyesal

12)Ragu/tidak percaya diri

13)Khawatir

c) Fisiologis :

1) Wajah tegang, Tremor tangan

2) Peningkatan keringat

3) Peningkatan ketegangan

4) Gemetar, Tremor

5) Suara bergetar

d) Simpatik :

1) Anoreksia

2) Eksitasi kardiovaskular

3) Diare, Mulut kering

4) Wajah merah

5) Jantung berdebar-debar

6) Peningkatan tekanan darah

7) Peningkatan denyut nadi

8) Peningkatan reflek

22
23

9) Peningkatan frekwensi pernapasan

10)Pupil melebar

11)Kesulitan bernapas

12)Vasokontriksi superfisial

13)Lemah, Kedutan pada otot

e) Parasimpatik :

1) Nyeri abdomen

2) Penurunan tekanan darah

3) Penurunan denyut nadi

4) Diare, Mual, Vertigo

5) Letih, Ganguan tidur

6) Kesemutan pada ekstremitas

7) Sering berkemih

8) Anyang-anyangan

9) Dorongan cegera berkemih

f) Kognitif :

1) Menyadari gejala fisiologis

2) Bloking fikiran, Konfusi

3) Penurunan lapang persepsi

4) KesuIitan berkonsentrasi

5) Penurunan kemampuan belajar

6) Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah

7) Ketakutan terhadap konsekwensi yang tidak spesifik

23
24

8) Lupa, Gangguan perhatian

9) Khawatir, Melamun

10)Cenderung menyalahkan orang lain.

2. Faktor Yang Berhubungan :

a) Perubahan dalam (status ekonomi, lingkungan,status

kesehatan, pola interaksi, fungsi peran, status peran)

b) Pemajanan toksin

c) Terkait keluarga

d) Herediter

e) Infeksi/kontaminan interpersonal

b. Tingkat Ansietas

1. Ansietas ringan

Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam

kehidupan sehari-hari sehingga menyebabkan seseorang menjadi

waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Ansietas

menumbuhkan motivasi belajar serta menghasilkan pertumbuhan

dan kreativitas.

2. Ansietas sedang

Ansietas sedang dapat membuat seseorang untuk

memusatkan perhatian pada hal penting dan mengesampingkan

yang lain, sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif,

tetapi dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.

24
25

3. Ansietas berat

Ansietas ini sangat mengurangi lahan persepsi seseorang.

Adanya kecenderungan untuk memusatkan pada sesuatu yang

terinci dan spesifik serta tidak dapat berpikir tentang hal lain.

Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang

tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat

memusatkan pada suatu hal lain.

4. Tingkat panik

Ansietas berhubungan dengan ketakutan dan merasa

diteror, serta tidak mampu melakukan apapun walaupun dengan

pengarahan. Panik meningkatkan aktivitas motorik, menurunkan

kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi

menyimpang, serta kehilangan pemikiran rasional.

1. Rentang Respons Tingkat Ansietas

Adaptif Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

c. Jenis-Jenis Kecemasan

Jenis-jenis kecemasan menurut Mustamir Pedak (2009)

membagi kecemasan menjadi tiga jenis kecemasan yaitu:

1. Kecemasan rasional

Merupakan suatu ketakutan akibat adanya objek yang

memang mengancam, misalnya ketika menunggu hasil ujian

ketakutan ini dianggap sebagai suatu unsur pokok normal dari

25
26

mekanisme pertahanan dasariah kita.

2. Kecemasan irrasional

Yang berarti bahwa mereka mengalami emosi ini bawah

keadaan- keadaan spesifik yang biasanya tidak dipandang

mengancam.

3. Kecemasan fundamental

Kecemasan fundamental merupakan suatu pertanyaan

tentang siapa dirinya, untuk apa hidupnya, dan akan ke manakah

kelak hidupnya berlanjut. Kecemasan ini disebut sebagai

kecemasan eksistensial yang mempunyai peran fundamental bagi

kehidupan manusia (Manurung, 2016).

d. Dampak Kecemasan

Adapun dampak dari kecemasan dalam beberapa simtom


antara lain yaitu :

1. Simtom suasana hati

Individu yang mengalami kecemasan memiliki perasaan

akan adanya hukuman dan bencana yang mengancam dari suatu

sumber tertentu yang tidak diketahui.

2. Simtom kognitif

Kecemasan dapat menyebabkan kekhawatiran dan

kepribadian pada individu mengenai hal-hal yang tidak

menyenangkan yang mungkin terjadi.

3. Simtom motor

26
27

Orang-orang yang mengalami kecemasan sering merasa

tidak tenang, gugup, kegiatan motor menjadi tanpa arti dan

tujuan, misalnya jari-jari kaki mengetuk-ngetuk dan sangat kaget

terhadap suara yang terjadi secara tiba-tiba. (Manurung, 2016).

4. Simtom kognitif

Kecemasan dapat menyebabkan kekhawatiran dan

kepribadian pada individu mengenai hal-hal yang tidak

menyenangkan yang mungkin terjadi.

5. Simtom motor

Orang-orang yang mengalami kecemasan sering merasa

tidak tenang, gugup, kegiatan motor menjadi tanpa arti dan

tujuan, misalnya jari-jari kaki mengetuk-ngetuk dan sangat kaget

terhadap suara yang terjadi secara tiba-tiba. (Manurung, 2016).

e. Penatalaksanaan Kecemasan
2.
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan kecemasan pada

tahap pencegahan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan,

berikut penjelasan di bawah ini :

1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stres, dengan cara :

a) Makan makanan yang bergizi dan seimbang

b) Tidur yang cukup

c) Cukup olahraga

d) Tidak merokok

2. Terapi psikofarmaka

27
28

Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas

dengan memakai obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi

gangguan neuro transmiter (sinyal penghantar saraf) disusun saraf

pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka yang sering di

pakai adalah obat anti cemas (anxiolytic) yaitu seperti diazepam,

clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCL,

meprobamate dan alprazolam.

3. Terapi somatik

Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai

sebagai gejala ikutan atau akibat dari kecemasan yang

berkepanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan somatik

(fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ

tubuh yang bersangkutan.

4. Relaksasi

Teknik relaksasi merupakan upaya untuk meningkatkan

kendali dan percaya diri serta mengurangi stres yang dirasakan

(Stuart, 2012). Adapun beberapa cara teknik-teknik relaksasi

untuk mengatasi kecemasan, yaitu :

a) Latihan nafas dalam

b) Latihan peregangan

c) Spa dan pijat terapi

d) Jalan-jalan

e) Meditasi dan yoga

28
29

f) Mandi air panas

g) Teknik relaksasi lima jari

h) Tehnik relaksasi autogenik

D. Konsep Dasar Terapi Relaksasi Autogenik

a. Defenisi

Autogenik merupakan salah satu contoh dari teknik relaksasi

yang berdasarkan konsentrasi pasif dengan menggunakan persepsi

tubuh (misalnya, tangan merasa hangat dan berat) yang difasilitasi

oleh sugesti diri sendiri (Stetter dalam Kristiarini, 2013).

Relaksasi Autogenik merupakan relaksasi yang bersumber

dari diri sendiri berupa kata-kata atau kalimat pendek ataupun

pikiran yang bisa membuat pikiran tentram. Relaksasi autogenik ini

dibuktikan mempunyai keunikan tersendiri dibandingkan dengan

relaksasi lainnya, yaitu dapat memberikan efek pada tekanan darah

dan frekuensi nadi segera setelah perlakuan (Greenberg dalam

Setyawati, 2010).

Terapi ini merupakan salah satu cara untuk membantu

klien yang sedang mengalamiketegangan atau stress fisik dan

psikologis yang bersifat ringan atau sedang, denganmenekankan

pada latihan mengatur pikiran, posisi yang rileks dan mengatur pola

pernafasan.Selain itu terapi ini juga merupakan suatu prosedur

relaksasi dengan membayangkan(imagery) sensasi-sensasi yang

menyenangkan pada bagian-bagian tubuh seperti kepala,dada,

29
30

lengan, punggung, ibu jari kaki atau tangan, pantan, pergelangan

tangan. Sensasi-sensasi yang dibayangkan itu sepert rasa hangat,

lemas atau rileks pada bagian tubuh tertentu, juga rasa lega karena

nafas yang dalam dan pelan. Sensasi yang dirasakan ini diiringi

denganimajinasi yang meyenangkan misalnya tentang pemandangan

yang indah, danau, yang tenangdan sebagainya. (scribd.com).

b. Manfaat

Teknik relaksasi dikatakan efektif apabila setiap individu

dapat merasakan perubahan pada respon fisiologis tubuh seperti

penurunan tekanan darah, penurunan ketegangan otot, denyut nadi

menurun, perubahan kadar lemak dalam tubuh, serta penurunan

proses inflamasi. Teknik relaksasi memiliki manfaat bagi pikiran

kita, salah satunya untuk meningkatkan gelombang alfa (α) di otak

sehingga tercapailah keadaan rileks, peningkatan konsentrasi serta

peningkatan rasa bugar dalam tubuh (Potter & Perry, 2006).

c. Hubungan Terapi Relaksasi Autogenik dengan Kecemasan

Relaksasi autogenik akan membantu tubuh untuk membawa

perintah melalui autosugesti untuk rileks sehingga dapat

mengendalikan pernafasan, tekanan darah, denyut jantung serta suhu

tubuh. Imajinasi visual dan mantra-mantra verbal yang membuat

tubuh merasa hangat, berat dan santai merupakan standar latihan

relaksasi autogenik (Varvogli dalam Kristiarini, 2013).

Sensasi tenang, ringan dan hangat yang menyebar ke seluruh

30
31

tubuh merupakan efek yang bisa dirasakan dari relaksasi autogenik.

Tubuh merasakan kehangatan, merupakan akibat dari arteri perifer

yang mengalami vasodilatasi, sedangkan ketegangan otot tubuh yang

menurun mengakibatkan munculnya sensasi ringan. Perubahan-

perubahan yang terjadi selama maupun setelah relaksasi

mempengaruhi kerja saraf otonom. Respon emosi dan efek

menenangkan yang ditimbulkan oleh relaksasi ini mengubah

fisiologi dominan simpatis menjadi dominan sistem parasimpatis

(Oberg dalam Kristiarini, 2013).

E. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Komunitas

a. Pengkajian

Pengkajian adalah merupakan upaya pengumpulan data secara

lengkap dan sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan

dianalisis sehingga masalah kesehatan yang dihadapi oleh

masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut

permasalahan pada fisiologis, psikologis, sosial elkonomi, maupun

spiritual dapat ditentukan. Dalam tahap pengkajian ini terdapat 5

kegiatan, yaitu : pengumpulan data, pengolahan data, analisis data,

perumusan atau penentuan masalah kesehatan masyarakat dan

prioritas masalah (Mubarak, 2005).

Beberapa teori yang membahas tentang pengkajian komunitas:

31
32

1. Sanders Interactional Framework

Model ini menekankan pada proses interaksi komunitas. Model

ini juga dikenal sebagai model tiga dimensi dengan komponen

pengkajian:

a) Komunitas sebagai system sosial (dimensi system)

b) Masyarakat sebagai tempat (dimensi tempat)

c) Masyarakat sebagai kumpulan/kelompok manusia (dimensi

populasi)

2. Kliens interactional framework

a). Masyarakat sebagai system social

1) Pola komunikasi

2) Pengambilan keputusan

3) Hubungan dengan system lain

4) Batas wilayah

b). Penduduk dan lingkungannya

1) Karakter penduduk (demografi)

2) Faktor lingkungan, biologi dan social

3) Lingkungan psikis (nilai-2, agama, kepercayaan)

3. Community assessment wheel (community as client model)

Pada model ini terdapat 8 komponen yang harus dikaji, ditambah

dengan data inti dari masyarakat itu sendiri (community core)

a). Community core (data inti)

32
33

Aspek yang dikaji:

1) Historis dari komunitas, kaji sejarah perkembangan

komunitas

2) Demografi : umur, jenis kelamin, ras, type keluarga, status

perkawinan

3) Vital statistik : angka kelahiran, angka kematian, angka

kesakitan

4) Sistem nilai/norma/kepercayaan dan agama

b). Phisical environment pada komunitas

Sebagaimana mengkaji fisik pada individu. Pengkajian

lingkungan dilakukan dengan metode winshield survey atau

survey dgn mengelilingi wilayah komunitas

c). Pelayanan kesehatan dan social

Pelayanan kesehatan :

1) Hospital

2) Praktik swasta

3) Puskesmas

4) Rumah perawatan

5) Pelayanan kesehatan khusus

6) Perawatan di rumah

7) Counseling support services

33
34

8) Pelayanan khusus (social worker)

Dari tempat pelayanan tsb aspek yg didata:

1) Pelayanannya (waktu, ongkos, rencana kerja)

2) Sumber daya (tenaga, tempat, dana & perencanaan)

3) Karakteristik pemakai (penyebaran geografi, gaya hidup,

sarana transportasi))     statistik, jumlah pengunjung perhari/

minggu/bulan

4) Kecukupan dan keterjangkauan oleh pemakai dan

pemberian pelayanan

Kerangka pengkajian profile masyarakat (modifikasi)

Pengkajian ini merupakan hasil modifikasi dari beberapa teori

sebelumnya tentang pengkajian komunitas

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi

mengenai masalah kesehatan pada masyarakat sehingga dapat

ditentukan tindakan yang harus diambil untuk mengatasi masalah

tersebut yang menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial ekonomi

dan spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhi

(Mubarak, 2005).

Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

34
35

1) Wawancara atau anamnesa

Wawancara adalah kegiatan komunikasi timbal balik yang

berbentuk tanya jawab antara perawat dengan pasien atau

keluarga pasien, masyarakat tentang hal yang berkaitan dengan

masalah kesehatan pasien. Wawancara harus dilakukan dengan

ramah, terbuka, menggunakan bahasa yang sederhana dan

mudah dipahami oleh pasien atau keluarga pasien, dan

selanjutnya hasil wawancara atau anamnesa dicatat dalam

format proses keperawatan (Mubarak, 2005).

2) Pengamatan

Pengamatan dalam keperawatan komunitas dilakukan meliputi

aspek fisik, psikologis, perilaku dan sikap dalam rangka

menegakkan diagnosa keperawatan. Pengamatan dilakukan

dengan menggunakan panca indera dan hasilnya dicatat dalam

format proses keperawatan (Mubarak, 2005).

3) Pemeriksaan fisik

Dalam keperawatan komunitas dimana salah satunya asuhan

keperawatan yang diberikan adalah asuhan keperawatan

keluarga, maka pemeriksaan fisik yang dilakukan dalam upaya

membantu menegakkan diagnosa keperawatan dengan cara

Inspeksi, Perkusi, Auskultasi dan Palpasi (Mubarak, 2005).

35
36

2. Pengolahan data

Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan

data dengan cara sebagai berikut :

1) Klasifikasi data atau kategori data

2) Penghitungan prosentase cakupan

3) Tabulasi data

4) Interpretasi data

3. Analisis data

Analisis data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan

menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki

sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang

dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau

masalah keperawatan (Mubarak, 2005).

1) Penentuan masalah atau perumusan masalah kesehatan

Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan

dan keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat, sekaligus

dapat dirumuskan yang selanjutnya dilakukan intervensi.

Namun demikian masalah yang telah dirumuskan tidak

mungkin diatasi sekaligus. Oleh karena itu diperlukan prioritas

masalah  (Mubarak, 2005)

36
37

2) Prioritas masalah

Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat

dan keperawatan perlu mempertimbangkan berbagai faktor

sebagai kriteria diantaranya adalah  (Mubarak, 2005):

a). Perhatian masyarakat

b). Prevalensi kejadian

c). Berat ringannya masalah

d). Kemungkinan masalah untuk diatasi

e). Tersedianya sumberdaya masyarakat

f). Aspek politis

Seleksi atau penapisan masalah kesehatan komunitas menurut

format Mueke (1988) mempunyai kriteria penapisan, antara

lain:

a). Sesuai dengan peran perawat komunitas

b). Jumlah yang beresiko

c). Besarnya resiko

d). Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan

e). Minat masyarakat

f). Kemungkinan untuk diatasi

g). Sesuai dengan program pemerintah

h). Sumber daya tempat

i). Sumber daya waktu

37
38

j). Sumber daya dana

k). Sumber daya peralatan

l). Sumber daya manusia

b. Diagnosis Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah

kesehatan baik yang aktual maupun potensial. Masalah aktual adalah

masalah yang diperoleh pada saat pengkajian, sedangkan masalah

potensial adalah masalah yang mungkin timbul kemudian. Jadi

diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat dan

pasti tentang status dan masalah kesehatan yang dapat diatasi dengan

tindakan keperawatan. Dengan demikian diagnosis keperawatan

ditetapkan berdasarkan masalah yang ditemukan. Diagnosa

keperawatan akan memberi gambaran masalah dan status kesehatan

masyarakat baik yang nyata (aktual), dan yang mungkin terjadi

(Mubarak, 2009).

Adapun diagnosa yang biasanya muncul pada kecemasan adalah :

1. Penyelesaian kerusakan.

2. Kecemasan.

3. Pola napas tidak efektif.

4. Koping individu tidak efektif.

5. Diam.

6. Gangguan pembagian bidang energi.

7. Ketakutan.

38
39

8. Inkontinensial.

9. Stres.

10. Cedera resiko terhadap......

11. Perubahan nutrisi.

12. Respon pasca trauma.

13. Ketidakberdayaan.

14. Gangguan harga diri.

15. Gangguan pola tidur.

16. Isolasi sosial.

17. Perubahan proses berfikir.

18. Gangguan eliminasi urin

c. Rencana Asuhan Keperawatan

Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan

keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesui

dengan diagnosis keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan

terpenuhinya kebutuhan klien (Mubarak, 2009). Jadi perencanaan

asuhan keperawatan kesehatan masyarakat disusun berdasarkan

diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan dan rencana

keperawatan yang disusun harus mencakup perumusan tujuan,

rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan dan kriteria hasil

untuk menilai pencapaian tujuan (Mubarak, 2009).

Langkah-langkah dalam perencanaan keperawatan kesehatan

masyarakat antara lain sebagai berikut:

39
40

1. Identifikasi alternatif tindakan keperawatan

2. Tetapkan tehnik dan prosedur yang akan digunakan

3. Melibatkan peran serta masyarakat dalam menyusun perencanaan

melalui kegiatan musyawarah masyarakat desa atau lokakarya

mini

4. Pertimbangkan sumber daya masyarakat dan fasilitas yang

tersedia

5. Tindakan yang akan dilaksanakan harus dapat memenuhi

kebutuhan yang sangat dirasakan masyarakat

6. Mengarah kepada tujuan yang akan dicapai

7. Tindakan harus bersifat realistis

8. Disusun secara berurutan

INTERVENSI.

Tujuan umum : Klien akan mengurangi ansietasnya dari tingkat ringan

hingga panik.

Tujuan khusus :

Klien mampu untuk ;

1. Membina hubungan saling percaya.

2. Melakukan aktifitas sehari-hari.

3. Mengekspresikan dan mengidentifikasi tentang kecemasannya.

4. Mengidentifikasi situasi yang menyebabkan ansietas.

5. Meningkatkan kesehatan fisik dan kesejahteraannya.

6. Klien terlindung dari bahaya.

40
41

a. Ansietas Ringan

Tabel 2.1

Deskripsi Batasan Karakter Intervensi


Ansietas ringan adalah
a)      Tidak nyaman. a)      Gerakan tidak

ansietas normal b)      Gelisah. tenang.

dimana motivasi c)      Insomnia ringan. b)      Perhatikan tanda

individu pada d)     Perubahan nafsu peningkatan ansietas.

keseharian dalam makan ringan. c)      Bantu klien

batas kemampuan e)      Peka. menyalurkan energi

untuk melakukan danf)       Pengulangan secara konstruktif.

memecahkan masalah pertanyaan. d)     Gunakan obat bila

meningkat. g)      Perilaku mencari perlu.

perhatian. e)      Dorong pemecahan

h)      Peningkatan masalah.

kewaspadaan. f)       Berikan informasi

i)        Peningkatan akurat dan fuktual.

persepsi pemecahan g)      Sadari penggunaan

masalah. mekanisme

j)        Mudah marah. pertahanan.

h)      Bantu dalam

mengidentifikasi

keterampilan koping

yang berhasil.

i)        Pertahankan cara

41
42

yang tenang dan tidak

terburu.

j)        Ajarkan latihan

dan tehnik relaksasi.

b. Ansietas Sedang

Tabel 2.2

Deskripsi Batasan Karakter Intervensi


Ansietas sedang a)      Perkembangan dari a)      Pertahankan sikap

adalah cemas yang ansietas ringan. tidak tergesa-gesa,

mempengaruhi b)      Perhatian terpilih dari tenang bila

pengetahuan baru lingkungan. berurusan dengan

dengan penyempitan c)      Konsentrasi hanya pasien.

lapangan persepsi pada tugas-tugas b)      Bicara dengan

sehngga individu individu. sikap tenang, tegas

kehilangan pegangand)     Suara bergetar. meyakinkan.

tetapi dapat mengikutie)      Ketidaknyamanan c)      Gunakan kalimat

pengarahan orang jumlah waktu yang yang pendek dan

lain. digunakan. sederhana.

f)       Takipnea. d)     Hindari menjadi

g)      Takikardia. cemas, marah, dan

h)      Perubahan dalam melawan.

nada suara. e)      Dengarkan pasien.

i)        Gemetaran. f)       Berikan kontak

42
43

j)        Peningkatan fisik dengan

ketegangan otot. menyentuh lengan

k)      Menggigit kuku, dan tangan pasien.

memukul-mukulkan g)      Anjurkan pasien

jari, menggoyangkan menggunakan tehnik

kaki dan mengetukkan relaksasi.

jari kaki. h)      Ajak pasien untuk

mengungkapkan

perasaannya.

i)        Bantu pasien

mengenali dan

menamai

ansietasnya

c. Ansietas Berat

Tabel 2.3

Deskripsi Batasan Karakter Intervensi


Pada ansietas berat a)      Perasaan terancam. a)      Isolasi pasien

lapangan persepsi b)      Ketegangan otot yang dalam lingkungan

menjadi sangat berlebihan. yang aman dan

menurun. Individu c)      Diaforesis. tenang.

43
44

cenderung d)     Perubahan pernapasan.b)      Biarkan

memikirkan hal yang e)      Napas panjang. perawatan dan

sangat kecil saja dan f)       Hiperventilasi. kontak sering

mengabaikan hal yangg)      Dispnea. sampai konstan.

lain. Individu tidak h)      Pusing. c)      Berikan obat-

mampu berfikir i)        Perubahan obatan pasien

realistis dan gastrointestinalis. melakukan hal

membutuhkan banyakj)        Mual muntah. untuk dirinya

pengarahan, untuk k)      Rasa terbakar pada ulu sendiri.

dapat memusatkan hati. d)     Observasi adanya

pada daerah lain. l)        Sendawa. tanda-tanda

m)    Anoreksia. peningkatan agitasi.

n)      Diare atau konstipasi.e)      Jangan

o)      Perubahan mennyentuh pasien

kardivaskuler. tanpa permisi.

p)      Takikardia. f)       Yakinkan pasien

q)      Palpitasi. bahwa dia aman.

r)       Rasa tidak nyaman


g)      Kaji keamanan

pada prekokardia. dalam lingkungan

s)       Berkurangnya jarak sekitarnya.

persepsi secara berat.

t)       Ketidakmampuan

untuk berkonsentrasi.

44
45

u)      Rasa terbakar.

v)      Kesulitan dan

ketidaktepatan

pengungkapan.

w)    Aktivitas yang tidak

berguna.

x)      Bermusuhan.

d. Panik

Tabel 2.4

Deskripsi Batasan Karakter Intervensi


Adalah tingkat a)      Hiperaktif / a)      Tetap bersama

dimana individu imobilitasi berat. pasien ; minta

berada pada bahayab)      Rasa terisolasi yang bantuan.

terhadap diri sendiri ekstrim. b)      Jika mungkin

dan orang lain sertac)      Kehilangan hilangkan beberapa

dapat menjadi diam desintegrasi stressor fisik dan

atau menyerang kepribadian. psikologisdari

dengan cara kacau.d)     Sangat goncang dan lingkungan.

otot-otot tegang. c)      Bicara dengan

e)      Ketidakmampuan tenang, sikap

untuk berkomunikasi meyakinkan,

dengan kalimat yang menggunakan nada

lengkap. suara yang rendah.

45
46

f)       Distori persepsi dan d)     Katakan pada pasien

penilaian yang tidak bahwa anda (staf)

realistis terhadap tidak akan

lingkungan dan membahayakan

ancaman. dirinya sendiri atau

g)      Perilaku kacau dalam orang lain.

usaha melarikan diri. e)      Isolasikan pasien

h)      Menyerang. pada daerah yang

aman dan nyaman.

f)       Lanjut dengan

perawatan ansietas

berat.

d. Implementasi

Pelaksanaan kegiatan komunitas berfokus pada tiga tingkat

pencegahan (Anderson dan Mcfarlene, 1985), yaitu: a. Pencegahan

primer Pencegahan primer adalah pencegahan sebelum sakit atau

disfungsi dan diaplikasikan ke populasi sehat pada umumnya,

mencakup pada kegiatan kesehatan secara umum dan perlindungan

khusus terhadap suatu penyakit. Misalnya, kegiatan penyuluhan gizi,

imunisasi, stimulasi dan bimbingan dini dalam kesehatan keluarga.

b. Pencegahan sekunder Pencegahan sekunder adalah kegiatan yang

dilakukan pada saat terjadinya perubahan derajat kesehatan

46
47

masyarakat dan ditemukannya masalah kesehatan. Pencegahan

sekunder ini menekankan pada diagnosa dini dan inervensi yang

tepat untuk menghambat proses penyakit atau kelainan sehingga

memperpendek waktu sakit dan tingkat keparahan. Misalnya

mengkaji dan memberi intervensi segera terhadap tumbuh kembang

anak usia bayi sampai balita. c. Pencegahan tersier Pencegahan

tersier adalah kegiatan yang menekankan pada pengembalian

individu pada tingkat fungsinya secara optimal dari ketidakmampuan

keluarga. Pencegahan ini dimulai ketika terjadinya kecacatan atau

ketidakmampuan yang menetap bertujuan untuk mengembalikan ke

fungsi semula dan menghambat proses penyakit.

5.  Evaluasi

Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan

keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan

membandingkan antara proses dengan pedoman atau rencana proses

tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan

membandingkan antara tingkat kemandirian masyarakat dalam

perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan

masyarakat komunitas dengan tujuan yang telah ditetapkan atau

dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2009). Kegiatan yang dilakukan

dalam penilaian menurut Nasrul Effendi, 1998:

1. Membandingkan hasil tindakan yang dilaksanakan dengan tujuan

yang telah ditetapkan.

47
48

2. Menilai efektifitas proses keperawatan mulai dari tahap

pengkajian sampai dengan pelaksanaan.

3. Hasil penilaian keperawatan digunakan sebagai bahan

perencanaan selanjutnya apabila masalah belum teratasi.

4. Perlu dipahami bersama oleh perawat kesehatan masyarakat

bahwa evaluasi dilakukan dengan melihat respon komunitas

terhadap

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Studi Kasus

48
49

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif yaitu

penelitian yang menggunakan pendekatan studi kasus di mana

menggambarkan atau menguraikan suatu keadaan melalui asuhan

keperawatan komunitas pada kelompok usia 18–59 tahun penerima

vaksin covid-19 dalam upaya menurunkan kecemasan dengan terapi

relaksasi autogenik di Desa Lumahlatal.

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah 10 orang klien kelompok usia 18-59

tahun penerima vaksin covid 19 yang dikaji dengan menggunakan

instrument penilaian kecemasan metode HARS yang memiliki tingkat

kecemasan sedang berhubungan dengan akan dilaksanakannya

vaksinasi covid 19.

C. Lokasi Dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lumahlatal, RT 003 wilayah

kerja puskesmas uwen pantai Kabupaten Seram Bagian Barat.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan dari tanggal 06 s.d 09 Juli 2021.

D. Variabel Penelitian

1. Variable Independen

Variabel independen (variabel bebas) merupakan variabel yang

menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat).

49
50

Variabel dikenal dengan variabel bebas artinya bebas dalam

mempengaruhi variabel lain. (Hidayat, 2011). Yang termasuk dalam

variabel ini adalah pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,

implementasi, dan evaluasi.

2. Variabel Dependen

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau

menjadi akibat karena variabel bebas. Variabel ini tergantung dari

variabel bebas terhadap perubahan (Hidayat, 2011). Yang menjadi

variabel dependen dalam penelitian ini adalah kelompok usia 18-59

tahun penerima COVID-19.

E. Defenisi Operasional

1. Asuhan keperawatan kelompok adalah suatu pelayanan yang

diberikan dari penulis berdasarkan ilnu dan konsep keperawatan

pada kelompok usia 18-59 tahun penerima vaksin covid 19 dalam

upaya menurunkan tingkat kecemasan dengan terapi relaksasi

autogenic di Desa Lumahlatal yang meliputi : pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

a. Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan yang

bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data daripada

kelompok usia 18-59 tahun penerima vaksin covid 19 dalam

upaya menurunkan tingkat kecemasan dengan terapi relaksasi

autogenik di Desa Lumahlatal.

50
51

b. Diagnosa keperawatan adalah kesimpulan yang dibuat oleh

perawat dan didasari dari status pengkajian dan merupakan

pernyataan tertulis yang tegas dan jelas pada kelompok usia 18-59

tahun penerima vaksin covid 19 dalam upaya menurunkan tingkat

kecemasan dengan terapi relaksasi autogenik di Desa Lumahlatal.

c. Perencanaan adalah langkah yang dilakukan peneliti untuk

merencanakan tindakan keperawatan pada kelompok usia 18-59

tahun penerima vaksin covid 19 dalam upaya menurunkan tingkat

kecemasan dengan terapi relaksasi autogenik di Desa Lumahlatal.

d. Implementasi adalah pelaksanaan tindakan yang direncanakan

untuk menyelesaikan masalah pada kelompok usia 18-59 tahun

penerima vaksin covid 19 dalam upaya menurunkan tingkat

kecemasan dengan terapi relaksasi autogenik di Desa Lumahlatal.

e. Evaluasi adalah bagian akhir dari proses keperawatan dimana

peneliti menilai keberhasilan atau tidaknya untuk menurunkan

tingkat kecemasan dengan terapi relaksasi autogenik.

2. Kecemasan merupakan perasaan tidak tenang yang samar-samar

karena ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons

(penyebab tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu).

3. Relaksasi autogenik merupakan salah satu contoh dari teknik

relaksasi yang berdasarkan konsentrasi pasif dengan menggunakan

persepsi tubuh (misalnya, tangan merasa hangat dan berat) yang

difasilitasi oleh sugesti diri sendiri (Stetter dalam Kristiarini, 2013).

51
52

F. Teknik Pengumpulan Data Dan Sumber Data

1. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan cara

melakukan Tanya jawab secara langsung dengan beberapa

responden.

b. Studi dokumenter

Studi dokumenter merupakan teknik pengumpulan data, dimana

data diambil secara langsung dari catatan medis dan catatan

perawat puskesmas.

2. Sumber Data

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari

beberapa responden.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh langsumg dari

catatan medis dan catatan perawat puskesmas.

G. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

1. Format pengkajian kelompok khusus

2. Alat tulis dan buku catatan

3. Instrumen kecemasan dengan metode HARS

52
53

4. SOP Terapi Relaksasi Autogenik

H. Etika Penelitian

Etika penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk

setiap kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak

yang diteliti (subjek penelitian) dan masyarakat yang akan memperoleh

dampak hasil penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2010: 202). Sebelum

melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu mendapat rekomendasi

dari institusi untuk mengajukan permohonan ijin kepada

institusi/lembaga tempat penelitian. Menurut Hidayat (2008), dalam

melaksanakan penelitian ini penulis menekankan masalah etika yang

meliputi:

1. Lembar Persetujuan (inform consent)

Inform consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

Inform consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan

dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.

Tujuan inform consent adalah agar subjek mengerti maksud dan

tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia,

maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika

responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak

pasien. Beberapa informasi yamg harus ada dalam inform consent

tersebut antara lain: partisipasi responden, tujuan dilakukannya

tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur

53
54

pelaksanaan, potensial yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan,

informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain (Hidayat, 2008).

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang

memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan

cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada

lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan

(Hidayat, 2011). Untuk menjaga kerahasiaan pada lembar yang telah

diisi oleh responden, penulis tidak mencantumkan nama inisial saja.

3. Kerahasiaan

Merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang

akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2008). Peneliti

menjelaskan bahwa data yang diperoleh dari responden akan dijaga

kerahasiaannya oleh peneliti.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

54
55

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti untuk

kelompok usia 18-59 tahun penerima vaksin desa Lumahlatal yang dilaksanakan

pada tanggal 6-9 Juli 2021 maka didapatkan hasil sebagai berikut.

A. Hasil

a. Pengkajian

1. Data Umum

a). Identitas kelompok khusus

1) Nama kelompok : kelompok penerima vaksin

2) Umur/kelas : 18-59 tahun

3) Besar kecilnya kelompok : jumlah 10 orang

4) Agama yang dianut : Kristen Protestan

5) Pekerjaan : petani, pelajar, pns

6) Lokasi : Desa Lumahlatal

2. Data Khusus

a). Keadaan kesehatan kelompok umum : kelompok usia 18-59 tahun

penerima vaksin hampir keseluruhan memiliki kecemasan sedang.

b).Sifat masalah : beresiko terhadap kesehatan psikologi

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Kecemasan kelompok usia 18-59

55
56

tahun (pre-test) tentang akan dilakukan vaksin covid 19


di Desa Lumahlatal

No Tingkat Frekuensi Persentase

Kecemasan (%)
Tidak ada 0 0%

Ringan 3 30%

Sedang 7 70%

Berat 0 0%

Total 10 100%

Berdasarkan tabel 4.1 sebelum dilakukan terapi relaksasi autogenik tingkat

kecemasan diatas didapatkan kecemasan masyarakat dari 10 masyarakat adalah

berada pada tingkat kecemasan ringan 3 orang (30%), kecemasan sedang 7 orang

(70%) Penilaian tingkat kecemasan dilakukan dengan metode Hamilton Anxiety

Rating Scale (HARS).

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Kecemasan kelompok usia 18-59

56
57

tahun (post-test) tentang akan dilakukan vaksin covid 19


di Desa Lumahlatal

No Tingkat Frekuensi Persentase (%)


Kecemasan
Tidak ada 3 30%

Ringan 7 70%

Sedang 0 0%

Berat 0 0%

Total 10 100%

Berdasarkan tabel 4.2 setelah dilakukan terapi relaksasi autogenik

tingkat kecemasan diatas didapatkan kecemasan masyarakat dari 10

masyarakat adalah berada pada tingkat kecemasan tidak ada kecemasan

3 orang (30%), kecemasan ringan 7 orang (70%) Penilaian tingkat

kecemasan dilakukan dengan metode Hamilton Anxiety Rating Scale

(HARS).

b. Klasifikasi Data

Data subjektif kelompok usia 18-59 tahun penerima vaksin covid-19

mengatakan :

1. Cemas untuk menerima vaksin karena mendengar isu-isu tentang vaksin

covid 19.

2. Takut suntik.

Data objektif

1. kecemasan sedang 70%

57
58

2. kecemasan ringan 30 %

c. Analisa Data

Tabel 4.3

Analisa Data

No Data Masalah
1. Data subjektif kelompok usia 18-59 tahun penerima Ansietas

vaksin covid-19 mengatakan :

1. Cemas untuk menerima vaksin karena

mendengar isu-isu tentang vaksin

covid 19.

2. Takut suntik.

Data objektif

1. kecemasan sedang 70%

2. kecemasan ringan 30 %

d. Diagnosa Keperawatan

1. Ansietas pada kelompok usia 18-59 tahun penerima vaksin covid 19

58
59

e. Nursing Care Planing

Table 4.4
NCP
NO Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
1 Ansietas pada kelompok usia 18- Setelah dilakukan 1. Edukasi tentang

59 tahun penerima vaksin covid tindakan keperawatan vaksin covid 19

19 ditandai dengan: selama 4 hari yang akan diber

diharapkan tingkat 2. Pemberian te


Data subjektif
kecemasan kelompok autogenk
kelompok usia 18-59 tahun
usia 18-59 tahun
penerima vaksin covid-19
penerima vaksin
mengatakan :
covid 19 mengalami
1. Cemas untuk menerima
penurunan tingkat
vaksin karena mendengar
kecemasan dengan
isu-isu tentang vaksin
kriteria :
covid 19.

2. Takut suntik. 1. Tingkat kecemasan

Data objektif menurun

1. kecemasan sedang 70%

2. kecemasan ringan 30 %

59
62

f. Implementasi

Tabel 4.5
Implementasi
NO Hari/Tgl/Jam Kegiatan Hasil Hambatan
1 Selasa, 6 Juli 1. Edukasi tentang vaksin covid 1. Kelompok penerima vaksin 1. Tidak ada hambatan

2021 19 covid 19 dapat memahami yang dihadapi.

Pukul 09.00- tentang vaksin covid 19 yang


2. Pemberian terapi relaksasi 2. Semua kegiatan
10.30 WIT akan diterima.
autogenic pada 4 orang yang berjalan baik dari

akan menerima vaksin covid 2. Tingkat kecemasan 2 orang awal hingga akhir

19 yang akan menerima vaksin kegiatan

menurun dari kecemasan

sedang menjadi kecemasan

ringan sementara 2 orang

lainnya tingkat

kecemasannya dari

62
63

kecemasan ringan menjadi

tidak cemas.

2 Rabu, 7 Juli 1. Edukasi tentang vaksin covid 1. Kelompok penerima vaksin

2021 19 covid 19 dapat memahami

Pukul 09.00- tentang vaksin covid 19 yang


2. Pemberian terapi relaksasi
10.30 WIT akan diterima.
autogenic pada 3 orang yang

akan menerima vaksin covid 2. Tingkat kecemasan 2 orang

19 yang akan menerima vaksin

menurun dari kecemasan

sedang menjadi kecemasan

ringan sementara 1 orang

lainnya tingkat

kecemasannya dari

kecemasan ringan menjadi

63
64

tidak cemas

3 Kamis, 8 Juli 1. Edukasi tentang vaksin covid 1. Kelompok penerima vaksin

2021 19 covid 19 dapat memahami

Pukul 09.00- tentang vaksin covid 19 yang


2. Pemberian terapi relaksasi
10.30 WIT akan diterima.
autogenic pada 3 orang yang

akan menerima vaksin covid 2. Tingkat kecemasan 3 orang

19 yang akan menerima vaksin

menurun dari kecemasan

sedang menjadi kecemasan

ringan.

64
9

9
65

g. Evaluasi

Tabel 4.6
Evaluasi
NO Hari/Tgl/Jam Evaluasi Keterangan
1 Jumat, 9 Juli Evaluasi struktur 10 orang kelompok penerima vaksin dapat

2021 1. Pemberitahuan kepada ketua RT 003 melakukan Terapi relaksasi autogenik yang

Pukul 09.00- desa lumahlatal terkait penelitian sudah dilakukan dan diberikan peneliti dengan baik.

10.30 WIT dilakukan 3 hari sebelumnya.

2. SOP terapi relaksasi autogenik telah

disiapkan sebelum pelaksanaan.

Evaluasi proses

1. Kelompok usia 18-59 tahun penerima

vaksin covid 19 dapat menerima

peneliti untuk melaksanakan penelitian

65
66

di rumah masing-masing.

2. Peserta dapat memahami tindakan

terapi relaksasi autogenik yang akan

dilakukan oleh peneliti.

Evaluasi hasil

1. Peserta dapat memahami dan menerima

tindakan terapi relaksasi autogenik yang

dilakukan oleh peneliti.

2. Tingkat kecemasan yang dialami

kelompok usia 18-59 tahun penerima

vaksin covid 19 mengalami penurunan

sebagai berikut:

a). Tidak cemas 30%

66
67

b). Kecemasan ringan 70%

3. Dari hasil observasi didapatkan 3 orang

yang masih mengalami kecemasan

ringan tetap tidak menerima divaksin

dan 7 orang lainnya menerima vaksin

covid 19.

67
68

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil asuhan keperawatan kelompok khusus yang dilakukan

pada kelompok usia 18-59 tahun penerima vaksin covid 19 di desa lumahlatal

dalam upaya menurunkan tingkat kecemasan dengan terapi relaksasi autogenik

yang dilakukan selama 4 hari yaitu 3 hari penelitian dan 1 hari observasi, maka

pada bagian ini peneliti akan mengkaitkan antara teori yang ada dengan

kenyataan yang telah dilakukan dalam proses pelaksanaan studi kasus dalam

proses yang meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi sebagai berikut:

a. Pengkajian

1. Teori: Pengkajian merupakan dasar utama langkah awal dari proses

keperawatan secara keseluruhan. Pada tahap ini, semua data dan

informasi tentang kelompok khusus yang dibutuhkan dikumpulkan sesuai

format pengkajian yang dipakai dan setelah data diolah kemudian

dianalisa untuk menenukan diagnosa keperawatan. Dalam proses

pengkajian peneliti melakukan pengumpulan data dengan teknik

wawancara, pembagian kuisioner. Kuisioner yang digunakan untuk

mengukur tingkat kecemasan adalah dengan menggunakan metode

Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS). Data-data yang peneliti

temukan saat penelitian diklasifikasikan menjadi data subjektif dan

objektif, analisa data dan masalah yang di angkat peneliti yaitu

kecemasan.

68
69

2. Hasil penelitian: Saat pengkajian peneliti mendapatkan data-data dari

kelompok usia 18-59 tahun penerima vaksin covid 19 pada tanggal 28

Mei 2021, dengan melakukan pembagian kuisioner untuk mengukur

tingkat kecemasan dengan menggunakan metode HARS. Hasil

presentase tingkat kecemasan yang didapatkan dari 10 orang responden

setelah melakukan pengisian kuisioner tersebut didapatkan 7 orang

mengalami kecemasan sedang (70%) dan 3 orang mengalami kecemasan

ringan (30%) .

3. Kesimpulan: Pada pengkajian data ini peneliti tidak mengalami

kesulitan karena mendapat dukungan yang positif dari ketua RT 003 desa

lumahlatal sehingga kegiatan yang dijalankan berjalan dengan lancar.

b. Diagnosa keperawatan

1. Teori: Berdasarkan teori diagnosa keperawatan komunitas adalah

pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan kepada masyarakat

dengan pendekatan pada kelompok resiko tinggi dalam upaya pencapaian

derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan

peningkatan kesehatan dengan menjamin keterjangkauan.

2. Hasil penelitian: diagnosa yang peneliti dapatkan pada kelompok

khusus usia 18-59 tahun penerima vaksin covid 19 maka ditemukan

masalah keperawatan yaitu: Ansietas pada kelompok usia 18-59 tahun

penerima vaksin covid 19.

69
70

3. Kesimpulan: Peneliti tidak mendapatkan kesenjangan antara teori dan

hasil penelitian.

c. Perencanaan tindakan keperawatan

1. Teori: Dibuat berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah disusun

dengan melibatkan anggota kelompok yang bersangkutan, rencana

keperawatan kelompok mencakup ditentukan maka rencana tindakan

yaitu:

a). Tujuan keperawatan yang ingin dicapai

b).Rencana tindakan keperawatan

c). kriteria keberhasilan

Perencanaan tindakan keperawatan yang peneliti buat untuk mengatasi

masalah kecemasan yang dialami kelompok usia 18-59 tahun penerima

vaksin covid 19 dalam bentuk pemberian terapi relaksasi autogenik.

2. Hasil penelitian: Berdasarkan perencanaan yang dilakukan, diharapkan

dengan pemberian terapi relaksasi autogenik dapat menurunkan tingkat

kecemasan sehingga tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan hasil

penelitian. Dengan demikian intervensi tindakan keperawatan

mempunyai tujuan yang besifat spesifik yaitu dapat dicapai, diukur, serta

ditentukan jangka waktu, mengingat karena adanya keterbatasan waktu

bagi peneliti dalam melakukan penelitian.

3. Kesimpulan: Peneliti tidak mendapatkan kesenjangan antara teori dan

hasil penelitian.

70
71

d. Pelaksanaan

1. Teori: Merupakan realisasi rencana tindakan keperawatan yang telah

ditetapkan bersama dengan kelompok. Hal-hal yang perlu diperhatikan

dalam pelaksanaan tindakan keperawatan yang ditunjukan kepada

kelompok khusus usia 18-59 tahun penerima vaksin covid 19 adalah:

a). Tindakan keperawatan dapat dilaksanakan oleh tenaga keperawatan,

petugas atau kader kesehatan dengan kewenangan yang diberikan.

b). Dimasyarakat lebih ditunjukan kepada anggota kelompok, pengurus

kelompok, dan keluarga.

c). Bila ada masalah yang tidak dapat ditangani, dilakukan rujukan medis

dan rujukan kesehatan.

d). Dicatat dalam catatan keperawatan.

2. Hasil penelitian: pada pelaksanaan bagi kelompok khusus usia 18-59

tahun penerima vaksin covid 19 dalam upaya menurunkan tingkat

kecemasan dengan terapi relaksasi autogenik, semua dilakukan

berdasarkan intervensi yang telah dibuat. Semua pelaksanaan dapat

berjalan dengan baik karena adanya kerja sama anatra peneliti dengan

masyarakat RT 003 desa lumahlatal. Sesuai dengan hasil penelitian,

pelaksanaan tindakan keperawatan kelompok khusus dilakukan sesuai

dengan prinsip-prinsip yang dijelaskan berdasarkan teori, sehingga dapat

dikatakan tidak ada kesenjangan antara teori dan hasil penelitian. Selama
71
72

peneliti melakukan penelitian kurang lebih 4 hari maka hal-hal yang telah

dilakukan adalah sebagai berikut:

a). Selasa, 6 Juli 2021 (kunjungan ke rumah I), perkenalan dengan

responden sekaligus pengisian kuisioner metode HARS dan

melakukan terapi relaksasi autogenik.

b). Rabu,7 Juli 2021 (kunjungan ke rumah II), perkenalan dengan

responden sekaligus pengisian kuisioner metode HARS dan

melakukan terapi relaksasi autogenik.

c). Kamis,8 Juli 2021 (kunjungan ke rumah III), perkenalan dengan

responden sekaligus pengisian kuisioner metode HARS dan

melakukan terapi relaksasi autogenik.

d). Jumat,9 Juli 2021(kunjungan ke rumah I,II,III), melakukan observasi

dan evaluasi pada 10 responden yang akan menerima vaksin.

3. Kesimpulan: berdasarkan teori dan hasil penelitian di atas, maka dapat

di simpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dan hasil

penelitian yang di dapat.

e. Evaluasi

1. Teori: evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yaitu

perbandingan yang sistematis dari rencana tentang tingkat kecemasan

dengan tujuan yang telah ditetapkan, Hasil yang diharapkan dari masalah

ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dapat tercapai

72
73

melalui terapi relaksasi autogenik yang diberikan. Evaluasi tindakan

keperawatan kelompok khusus usia 18-59 tahun penerima vaksin covid

19 yang dilakukan menyangkut evaluasi struktur, evaluasi proses dan

evaluasi hasil.

2. Hasil penelitian: Evaluasi proses yang dilakukan adalah Kelompok usia

18-59 tahun penerima vaksin covid 19 dapat menerima peneliti untuk

melaksanakan penelitian di rumah masing-masing. Ada 10 orang yang

dilakukan observasi oleh peneliti. Dari hasil pengamatan kepada 10

orang itu, didapatkan 7 orang mengalami penurunan tingkat kecemasan

sedang ke kecemasan ringan dan 3 orang mengalami penurunan tingkat

kecemasan ringan menjadi tidak cemas.

3. Kesimpulan: berdasarkan teori dan hasil penelitian maka dapat di

simpulkan bahwa terapi relaksasi autogenik yang diberikan dapat

memberikan dampak positif dengan menurunkan tingkat kecemasan.

73
74

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditemukan beberapa kesimpulan

sebagai berikut:

a. Pengkajian

Pada pengkajian data, peneliti tidak mendapatkan kesulitan karena

adanya kerja sama antara peneliti dan 10 orang penerima vaksin

covid 19 di RT 003 desa Lumahlatal, sehingga tidak ditemukan

adanya kesenjangan antara teori dan hasil penelitian.

b. Diagnosa keperawatan

Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti berfokus pada satu

masalah untuk mengangkat diagnosa yaitu Ansietas pada kelompok

usia 18-59 tahun penerima vaksin covid 19, sehingga tidak

ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan hasil penelitian.

c. Perencanaan

Perencanaan yang dilakukan peneliti, diharapkan dengan terapi

relaksasi autogenik yang diberikan dapat menurunkan tingkat

kecemasan, sehingga tidak ditemukan adanya kesenjangan antara

teori dan hasil penelitian.

74
75

d. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan keperawatan dilakukan sesuai prinsip-

prinsip yang dijelaskan teori, sehingga tidak ada kesenjangan

antara teori dan hasil penelitian.

e. Evaluasi

Dari hasil pembahasan serta tindakan-tindakan yang telah

dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa asuhan keperawatan

pada kelompok usia 18-59 tahun penerima vaksin covid 19 dalam

upaya menurunkan tingkat kecemasan dengan terapi realksasi

autogenik di RT 003 desa Lumahlatal wilayah kerja puskesmas

uwen pantai, kecamatan Taniwel Timur yang sudah dilaksanakan

selama 4 hari maka tujuan yang diharapkan telah tercapai yaitu

tingkat kecemasan 10 orang responden menurun dengan perincian

7 orang dengan tingkat kecemasan sedang menjadi kecemasan

ringan dan 3 orang dengan tingkat kecemasan ringan menjadi tidak

cemas. Maka dari itu tidak ada kesenjangan antara teori dan hasil.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka, disarankan kepada;

a. Kelompok penerima vaksin

Disarankan agar tidak mudah percaya dengan berita tentang vaksin

covid 19 dan dapat menerapkan terapi relaksasi autogenik apabila

mengalami kecemasan.

75
76

b. Bagi Instansi Pendidikan

Disarankan dapat menjadi bahan referensi bagi semua mahasiswa

maupun dosen yang ingin menerapkan relaksasi Autogenik untuk

mengurangi kecemasan. Untuk pengembangan institusi pendidikan,

penelitian ini perlu di kembangkan lebih lanjut agar dengan metode

yang lebih variatif dan jumlah sampel yang lebih banyak sehingga

memberikan penguatan dalam pengembangan ilmu keperawatan.

c. Bagi Peneliti

Sebagai sarana untuk menambah ilmu dan wawasan mengenai “

Asuhan Keperawatan komunitas dalam upaya menurunkan kecemasan

dengan penerapan terapi relaksasi autogenik”.

d. Bagi peneliti selanjutnya

Saran untuk peneliti yang lain bahwa penelitian ini memiliki

keterbatasan dalam sampel penelitian. Diharapkan di kemudian hari

penelitian ini dapat dikembangkan di komunitas dengan beberapa

sampel agar hasilnya lebih nyata lagi.

76
77

77

Anda mungkin juga menyukai