Anda di halaman 1dari 7

PROPOSAL

SEMINAR NASIONAL KESEHATAN


“ KUPAS TUNTAS PROBLEMATIKA VAKSINASI”
( ALL ABOUT VACCINATION)
STIKES PAGUWARMAS MAOS CILACAP

Di susun oleh :
Panitia

STIKES PAGUWARMAS MAOS CILACAP


2016

PROPOSAL
SEMINAR NASIONAL KESEHATAN
“ KUPAS TUNTAS PROBLEMATIKA VAKSINASI”
STIKES PAGUWARMAS MAOS CILACAP

A. Latar Belakang
Program Imunisasi merupakan salah satu teknologi yang sangat efektif
dalam mencegah terjadinya PD3I (Penyakit yang dapat dicegah dengan
Imunisasi) yang secara langsung berhubungan dengan penurunan angka
kematian bayi dan balita (Depkes RI, 2009). Imunisasi adalah investasi
terbesar bagi anak di masa depan. Imunisasi sudah terbukti manfaat dan
efektifitasnya dan teruji keamanannya secara ilmiah dengan berdasarkan
kejadian berbasis bukti.
Tujuan imunisasi adalah memberikan kekebalan terhadap penyakit
sehingga dapat menurunkan angka morbiditas serta dapat mengurangi
kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi serta
tercapainya kekebalan komunitas. Menurut Undang-Undang Kesehatan
Nomor 23 Tahun 1992, 'Paradigma Sehat' dilaksanakan melalui beberapa
kegiatan antara lain pemberantasan penyakit. Salah satu upaya pemberantasan
penyakit menular adalah upaya pengebalan imunisasi (IBI, 2016).
Fenomena yang terjadi saat ini masih banyak orang tua dan kelompok
orang yang menyangsikan imunisasi. Setiap tahun ada sekitar 2,4 juta anak
usia kurang dari 5 tahun di dunia yang meninggal karena penyakit-penyakit
yang dapat dicegah oleh vaksinasi. Di Indonesia, sekitar 7 persen anak belum
mendapatkan vaksinasi (Biofarma, 2012). Saat ini Indonesia menghadapi
masalah kematian anak yang diperkirakan 30.000 anak meninggal setiap 20
menit (Unicef, 2007) dan pemerintah Indonesia berkomitmen untuk
menurunkan kematian tersebut melalui berbagai upaya (IBI, 2016).
Masalah lain yang menghambat akses anak terhadap program vaksinasi
adalah harga yang masih mahal serta kurang aktifnya petugas vaksinasi dalam
menjangkau masyarakat, hal itu wajar terjadi karena banyak informasi yang
beredar tidak berdasarkan pemikiran ilmiah. Hambatan lain adalah
munculnya kelompok-kelompok antivaksinasi yang menyebabkan kampanye
hitam dengan membawa faktor agama dan budaya. Bahkan terdapat
kelompok tertentu yang menyebarkan kampanye hitam imunisasi demi
kepentingan kelompok tertentu khususnya dalam kepentingan bisnis
terselubung yang mereka lakukan. Sebagian kelompok ini adalah yang
berdiri dibelakang sekelompok oknum pelaku naturopathy atau bisnis terapi
herbal. Kelompok ini dilakukan oleh dokter bahkan beberapa profesor, tetapi
semuanya bukan berasal dari ahli medis, dokter atau profesior yang
berkopeten di bidangnya seperti ahli kesehatan anak, ahli vaksin, ahli
imunologi (Biofarma, 2012).
Persoalan black campaign dari vaksin ternyata juga ditemui di negara-
negara lain, misalnya di Filipina. Menurut Enrique Tayag, President of
Philliphine Foundation for Vaccination, kelompok antivaksin juga menjadi
tantangan. Masyarakat harus diingatkan manfaat vaksin untuk kesehatan anak
jauh lebih besar daripada efek samping yang ditakutkan. Masih sering
dijumpai orang tua yang menunda bahkan menolak imunisasi lantaran masih
ragu terhadap keamanan imunisasi karena informasi yang tersebar mengenai
dugaan efek samping imunisasi. Salah satu yang paling santer adalah berita
anak sakit atau bahkan meninggal setelah mendapatkan vaksin polio dan
kecurigaan imunisasi menyebabkan autisme (Anonim, 2012).
Imunisasi terkadang menyebabkan KIPI atau Kejadian Ikutan Pasca
imunisasi, yakni semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam kurun
waktu 1 bulan setelah imunisasi. Pada keadaan tertentu, lama pengamatan
dapat mencapai 42 hari atau bahkan 6 bulan. Namun sebagian besar KIPI
hanya ringan dan akan mereda sendiri. Bahwa reaksi lain yang berat dan tak
terduga juga ada, akan tetapi amat jarang terjadi.
Saat ini sedang hangat berita mengenai beredarnya vaksin palsu yang
dipakai untuk imunisasi anak di Indonesia. Berita ini membuat masyarakat
menjadi sangat khawatir. Beredarnya vaksin palsu memang bukan hal yang
sederhana dikarenakan pentingnya vaksin untuk buah hati, selain itu,
keterangan para pelaku pemalsu vaksin yang mengatakan peredaran vaksin
sudah dimulai dari tahun 2003 turut memperburuk kekhawatiran masyarakat
terhadap dampak vaksin palsu ini. Bahaya utama dari vaksin palsu adalah
tidak kebalnya anak terhadap penyakit yang kemungkinan datang di
kemudian hari akibat tidak terbentuknya kekebalan tubuh dari proses
vaksinasi yang direncanakan. Bahaya lainnya adalah kemungkinan infeksi
bakteri/virus akibat vaksin palsu yang tidak dibuat dengan steril (Anwar,
2016).
Saat ini 194 negara terus melakukan vaksinasi untuk bayi dan balita.
Badan resmi yang meneliti dan mengawasi vaksin di negara tersebut
umumnya terdiri atas para dokter ahli penyakit infeksi, imunologi,
mikrobiologi, farmakologi, epidemiologi, dan biostatistika. Sampai saat ini
tidak ada negara yang melarang vaksinasi, justru semua negara berusaha
meningkatkan cakupan imunisasi lebih dari 90% .
Imunisasi sangat diperlukan untuk memberikan perlindungan,
pencegahan, sekaligus membangun kekebalan tubuh terhdap berbagai
penyakit menular maupun penyakit berbahaya yang dapat menimbulkan
kecacatan tubuh bahkan kematian. Fenomena di masyarakat banyak yang
mempertanyakan efektifitas dari imunisasi terkait dengan daya
perlindungannya. Daya perlindungan imunisasi hanya mencapai 96%, jadi
tidak mencekal penyakit sampai 100 %, sehingga jangan terburu-buru
menyalahkan imunisasinya bila anak sakit, padahal sudah diimunisasi,
apalagi setelah diimunisasi, kekebalan sebenarnya sudah ada dan daya tahan
tubuh jadi lebih tinggi, sehingga sakit yang dideritanya tak bakal separah
seperti bila tidak diimunisasi.
Menanggapi tantangan tersebut, Prof Sri Rezeki Hadinegoro, Ketua
Pelaksana Konferensi Vaksin Se-Asia 3 mengatakan, pemerintah bersama
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melakukan pendekatan kepada ulama
dan masyarakat untuk memberikan pemahaman yang benar. “Kami tidak
melawan pemahaman kelompok antivaksin, tetapi jangan memutarbalikkan
fakta pada masyarakat.
Ketua Bidang Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama mengatakan, masyarakat
seharusnya tidak perlu mengkhawatirkan keamanan dan kehalalan vaksin
yang beredar. “Pemerintah menjamin semua vaksin yang beredar sesuai
kaidah-kaidah yang berlaku.
Secara ilmiah vaksin secara umum sudah terbukti aman. Tingkat
perlindungan yang diberikan jauh lebih besar ketimbang efek samping yang
mungkin timbul. Efek samping imunisasi juga lebih ringan dibandingkan
efek bila anak tak diimunisasi.
Sesuai dengan program organisasi kesehatan dunia WHO (Badan
Kesehatan Dunia), pemerintah mewajibkan lima jenis imunisasi bagi anak-
anak, yang disebut Program Pengembangan Imunisasi (PPI). Sedangkan tujuh
jenis lainnya dianjurkan untuk menambah daya tahan tubuh terhadap
beberapa jenis penyakit. Wajib itu artinya semua anak yang tinggal di
Indonesia wajib diberikan lima jenis imunisasi untuk mencegah tujuh jenis
penyakit, namun pemerintah tak mewajibkan semua jenis imunisasi. Hanya
ada 5 jenis imunisasi yang wajib diberikan kepada anak yaitu imunisasi BCG
(Bacillus Calmette-Guerin), hepatitis B, DPT (Difteri Pertusis Tetanus), Polio,
dan campak. Sedangkan imunisasi yang lain sifatnya hanya dianjurkan.

B. Nama Kegiatan
Seminar Nasional Kesehatan

C. Tema Kegiatan
“Kupas Tuntas Problematika Vaksinasi”

D. Tujuan Kegiatan
1. Setelah diadakannya seminar nasional tentang vaksinasi diharapkan
seluruh praktisi kesehatan lebih memahami tentang pentingnya pemberian
vaksinasi.
2. Mengoptimalkan peran para praktisi kesehatan dalam pemberian imunisasi
dalam rangka pencegahan penyakit-penyakit tertentu.

E. Sasaran Kegiatan
1. Mahasiswa keperawatan, kebidanan, dan farmasi
2. Praktisi kesehatan
3. Umum

F. Pelaksanaan Kegiatan
Hari/tgl : Sabtu, 17 Desember 2016
Waktu : 09.00 – 13.00 WIB
Tempat : Hotel Dominic Purwokerto
Jl. Komisaris Bambang Suprapto No.39-41, Purwokerto
Kab. Banyumas, Jawa Tengah, Telp.(0281) 657488

G. Pelaksana
Stikes Paguwarmas Maos Cilacap
H. Susunan Acara
(Susunan Acara Terlampir)

I. Susunan Panitia
(Susunan Panitia Terlampir)

J. Penutup
Demikian proposal kegiatan ini kami susun sebagai upaya untuk
mensukseskan penyelengaraan “Seminar Nasional Kesehatan Kupas Tuntas
Problematika Vaksinasi“. Semoga dengan ridho Allah SWT dan dukungan serta
partisipasi baik moril maupun materil dari segenap pihak yang terkait, kegiatan ini
dapat berjalan dengan sukses dan dapat bermanfaat bagi semua pihak serta tujuan
kegiatan dapat tercapai.
Maos, November 2016
Ketua Panitia, Sekretaris,

Indah Sulistyoningrum, S.Si.T., MPH Eka Mei Susanti, S.Si.T., M.Kes


NIK. 37100687 NIK. 38100586

Mengetahui
Ketua Stikes Paguwarmas Maos Cilacap,

Rachmat Susanto,Ns.M.Kep.Sp.Kep.MB
NIK.53000477

Lampiran 1

SUSUNAN ACARA SEMINAR NASIONAL KESEHATAN


KUPAS TUNTAS PROBLEMATIKA VAKSINASI
STIKES PAGUWARMAS MAOS CILACAP

SABTU, 17 DESEMBER 2016

PENANGGUNG
WAKTU KEGIATAN
JAWAB
Registrasi Peserta
07.30-08.30 WIB Sie.Acara
08.30-08.40 WIB Pembukaan MC
Laporan Ketua Pelaksana
08.40-08.50 WIB MC
08.50-09.00 WIB Sambutan Ketua Stikes Paguwarmas MC

PEMBAHASAN MATERI
Narasumber 1 : Dr.Nani Suhaeni,
SKP, MN
09.00-09.45 WIB Peran Perawat Pada Imunisasi Moderator

Narasumber 2 : Rita Sari Dewi,


SKM.,M.Kes
09.45-10.30 WIB Moderator
Peningkatan Cakupan dan Mutu
Pelayanan Imunisasi terkini
Narasumber 3 : DR. Endang
Kartini M, Msi, Apt
10.30-11.15 WIB Moderator
Distribusi dan penggunaan sediaan
obat yang benar

11.15-12.00 WIB Diskusi Moderator

12.00-12.30 WIB Doorprize MC & Sie.Acara

12.30-13.00 WIB Penutup MC

Maos, November 2016

Ketua Panitia,

Indah Sulistyoningrum, S.Si.T., MPH


NIK. 37100687

Anda mungkin juga menyukai