Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Imunisasi merupakan suatu upaya perlindungan diri untuk

mencegah terjadinya berbagai penyakit yang berbahaya. Imunisasi sendiri

berfungsi untuk merangsang kekebalan tubuh bayi sehingga dapat melindungi

bayi dari berbagai penyakit yang berbahaya. Kegiatan imunisasi merupakan salah

satu kegiatan prioritas Kementerian Kesehatan, sebagai salah satu bentuk

nyata komitmen pemerintah untuk mencapai MDG’S (Millennium

Developmen Goals) yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian pada

anak (Juliana, 2016). Sejalan dengan pendapat Yudiernawati (2016), imunisasi

merupakan upaya untuk meningkatkan kekebalan tubuh dan upaya untuk

mencegah terjadinya penyakit serius yang dapat mengancam jiwa. Selama

beberapa minggu setelah kelahiran, bayi memiliki sistem perlindungan terhadap

penyakit yang diturunkan melalui plasenta dari ibunya. Namun,

perlindungan tersebut hanya bersifat sementara dan akan menghilang dalam

beberapa bulan, oleh karena itu pemberian imunisasi sangat diperlukan untuk

memberikan kekebalan terhadap bayi di atas ambang perlindungan.

Angka kematian pada bayi menjadi indikator utama dalam

menentukan derajat kesehatan anak karena hal tersebut merupakan cerminan dari

status kesehatan anak di suatu Negara (Dompas, 2014). Imunisasi menjadi salah

satu investasi kesehatan yang paling cost-effective (murah), karena terbukti dapat

mencegah dan menggurangi angka kejadian sakit, cacat dan kematian akibat PD3I

yang diperkirakan sekitar 2 hingga 3 juta kematian setiap tahunnya

(Indriyani, 2017). Pentingnya

pemberian imunisasi pada bayi sampai saat ini masih belum disadari sepenuhnya
oleh
1
2

para orang tua, hal ini dibuktikan dengan adanya data dari WHO (World

Health Organization) yang melaporkan bahwa angka kematian pada

balitadidunia secara global masih tinggi yaitu sebesar 46 per 1000 kelahiran

hidup (WHO, 2014). Pada tahun 2015 WHO menyebutkan bahwa terdapat 1,5

juta anak meninggal dunia akibat PD3I (Kemenkes RI, 2018).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Malang angka cakupan

imunisasi dasar pada bayi di 39 Puskesmas Kabupaten Malang di laporkan masih

ada beberapa Puskesmas yang cakupan imunisasi dasarnya masih rendah, ada tiga

Puskesmas yang cakupan imunisasi dasarnya rendah dan masih belum

mencapai target UCI (Universal Child Immunization) yaitu Puskesmas Pamotan

(79,33), Puskesmas Lawang (81,79%) dan Puskesmas Sumbermanjing Wetan

(85,92%). Dari data tersebut dapat dilihat bahwa Puskesmas Pamotan

merupaka salah satu Puskesmas yang cakupan imunisasi dasarnya paling rendah

pada tahun 2018 (Dinkes,

2018)
.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada 10 ibu di wilayah

Puskesmas Pamotan Kabupaten Malang didapatkan sebanyak (50%) ibu

mengatakan bahwa suami mereka melarang anaknya untuk diberikan imunisasi

dikarenkan suami mereka beranggapan bahwa setelah diberikan imunisasi

anak mereka justru akan menggalami sakit demam dan rewel sepanjang hari, hal

ini yang membuat orang tua enggan untuk membawa anaknya pergi untuk

imunisasi. Penolakan pemberian imunisasi dasar lainnya didapatkan sebanyak

(30%) ibu mengatakan bahwa mereka masih khawatir tentang kehalalan vaksin

yang digunakan untuk imunisasi, kemudian (10%) ibu mengatakan bahwa mereka

tidak memberikan imunisasi kepada anaknya dengan alasan karena akses

pelayanan kesehatan yang jauh dan tidak ada yang mengantarkan ke tempat
3
pelayanan kesehatan untuk memberikan imunisasi kepada
4

anaknya dan (10%) ibu lainnya mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui

tentang imunisasi dikarenakan anak tersebut di asuh oleh neneknya.

Sikap manusia diabagi menjadi tiga bagian yaitu (1) Afektif (2) Kognisi

(3) Perilaku. Perilaku memiliki variabel dependen yang dapat diukur dengan

tindakan yang tampak atau pernyataan lisan yang tampak. Menurut Ajzen (2005)

dalam teori perilaku terencana (theory of planned behavior) keyakinan-keyakinan

berpengaruh pada sikap terhadap perilaku tertentu, pada norma-norma subjektif

dan pada kontrol perilaku yang dihayati. Ketiga komponen ini berinteraksi dan

menjadi determin bagi intensi yang pada gilirannya akan menentukan apakah

perilaku yang bersangkutan akan dilakukan atau tidak. Sikap terhadap suatu

perilaku dipengaruhi oleh keyakinan bahwa perilaku tersebut akan membawa

kepada hasil yang diinginkan atau tidak diinginkan. Kontrol perilaku ditentukan

oleh pengalaman masa lalu dan perkiraab individu mengenai seberapa sulit atau

mudahnya untuk melakukan perilaku yang bersangkutan (Azwar, 2016).

Keyakinan merupakan pemikiran yang dimiliki oleh seorang ibu tentang

imunisasi dasar lengkap. Kepercayaan yang dianut oleh masyarakat selama ini

adalah bahwa anak mereka tidak pernah di imunisasi tetapi anak mereka tetap

sehat.Apabila pola pikir ibu tidak segera dirubah mengenai pemberian imunisasi,

maka hal ini bisa berdampak pada kesehatan anak dan akan menyebabkan anak

akan mudah terkena penyakit yang seharusnya penyakit tersebut dapat dicegah

dengan cara pemberian imunisasi dasar yang sesuai dengan jadwal yang sudah

ditentukan (Juliana, 2016). Sampai saat ini program imunisasi di Indonesia masih

belum berjalan dengan maksimal, hal ini dikarenakan program imunisasi di

Indonesia belum mencapai target keberhasilan (100%) yang dikarenakan ada

beberapa kendala yang mempengaruhi hal tersebut, diantaranya adalah karena

adanya keyakinanan masyarakat terhadap


5

penggunaan vaksin, disamping itu bahkan ada masyarakat yang menyatakan

anti terhadap vaksin. Komunitas atau masyarakat yang menolak vaksin atau

imunisasi ini terdapat 2 katagori. Katagori (1) yaitu masyarakat yang mempunyai

kecurigaan yang berlebihan terhadap pemerintah, tentang sistem kesehatan

dan bisnis farmasi. Katagori (2) merupakan masyarakat yang menolak imunisasi

karena alasan keimanan dan dilarang dalam kepercayaanya (Rusyarhati, 2017).

Pemahaman yang berkembang di masyarakat tentang salah satu unsur dari

pembuatan vaksin berasal dari enzim hewan babi, hal tersebut yang membuat para

ibu menilai negatif terhadap imunisasi dan akan menolak anaknya untuk diberikan

imunisasi dengan alasan karena dalam ajaran Islam tidak diperbolehkan dan

dianggap haram, ada juga sebagian kelompok tertentu yang menyebarkan

informasi negatif melalui kampanye hitam imunisasi demi kepentingan pribadi

dan kepentingan bisnis terselubung. Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah

mengeluarkan Fatwa No. 16 Tahun 2005 tentang pemberian vaksin polio

secara oral kepada seluruh balita (Kusuwati, 2018).

Suatu penelitian di Amerika mengemukakan bahwa masyarakat yang

terpengaruh konspirasi anti vaksin di pengaruhi oleh keyakinan mereka sendiri

yang menunjukan kurang niat dalam memberikan vaksin terhadap anaknya.

Pada tahun

2010 di Amerika merebak kasus pertusis, beberapa sekolah harus ditutup dan
bahkan

sampai ada sepuluh bayi meninggal dunia akibat merebaknya kasus pertusis.

Sejak tahun 2007 akibat adanya gerakan anti vaksin Negara Amerika telah terjadi

77.000 penyakit yang merebak luas yang sebetulnya penyakit tersebut bisa

dicegah dengan pemberian imunisasi. (Novianto, 2017).

Kepatuhan (adherence) adalah suatu bentuk perilaku seseorang yang

timbul akibat adanya interaksi petugas kesehatan dengan pasien sehingga pasien
6
mengerti rencana dan segalah konsekuensinya dan menyetujui rencan

tersebut serta
7

melaksanakannya (Kemenkes RI, 2011). Menurut Haribuan (2003), menjelaskan

bahwa kepatuhan merupakan kesadaran atau kesediaan seseorang menaati suatu

peraturan. Kepatuhan yang baik mencerminkan dari besarnya rasa tanggung jawab

seseorang terhadap sesuatu hal yang nantinya akan sangat bermanfaat bagi para

orang tua dan tenaga kesehatan untuk dapat meningkatkan kepatuhan dalam

program imunisasi dasar, sehingga efektifitas terapi dapat terpantau dengan baik

(Kaloh, 2017).

Kepatuhan seseorang dipengaruhi oleh perilaku kesehatan yang

pada dasarnya perilaku kesehatan merupakan suatu respon seseorang terhadap

stimulus yang berkaitan dengan sakit atau penyakit. Kepatuhan dalam

memberikan imunisasi dasar merupakan salah satu contoh perilaku kesehatan

yang dilakukan oleh ibu balita. Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2005),

mengemukakan teori perilaku kesehatan yang ditentukan oleh 3 faktor utama

yaitu faktor-faktor predisposisi (predisposing factor), faktor pemingkin (enabling

factor), faktor pemungkin (reinforcing factor). Faktor predisposisi terwujud dalam

pengetahuan, pendidikan, umur, pekerjaan, keyakinan, tingkat sosial ekonomi,

sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat

terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan. Hal diatas dapat berkaitan

dengan kepatuhan ibu balita dalam memberikan imunisasi pada bayi dan

kesadaran ibu tentang perilaku kesehatan. Kepercayaan, tradisi dan sistem nilai

masyarakat juga dapat mendorong atau menghambat ibu untuk melakukan

kepatuhan dalam pemberian imunisasi pada bayi. Keyakinan, tradisi, sistem

nilai masyarakat setempat juga dapat mempengaruhi (positif) atau

mempersulit (negatif) terjadinya perilaku seseorang (Notoatmodjo,

2005)
.

Ketidakpatuhan orang tua terhadap program imunisasi merupakan sikap


8
negatif masyarakat dari kurangnya kesadaran diri akan pentingnya

pemberian
9

imunisasi, sehingga kini perlu untuk diperbaiki agar para generasi penerusnya

dapat terhindar dari berbagai penyakit menular, tindakan yang dapat dilakukan

diantarnya adalah dengan cara meningkatkan penyuluhan terhadap masyarakat

akan pentingnya imunisasi, efek samping imunisasi serta kandungan dari

vaksin imunisasi(Triani,

2016). Apabila orang tua tersebut tidak patuh dalam memberikan imunisasi

kepada bayinya maka hal itu akan berpengaruh terhadap kekebalan dan

kerentanan bayi terhadap suatu penyakit. Sehingga bayi harus selalu di upayakan

untuk mendapatkan imunisasi tepat waktu agar terhindar dari berbagai

penyakit yang membahayakan (Ranih, 2011).

Angka kejadian ketidakpatuhan ibu dalam memberikan imunisasi dasar

pada bayi di Wilayah kerja Puskesmas Pamotan yang meliputi enam Desa

yaitu Desa Pamotan sebanyak 295 bayi dan hanya 35 bayi yang mendaptkan

imunisasi dasar lengkap, Desa Sumbersuko sebanyak 100 bayi dan hanya 14 bayi

yang mendaptkan imunisasi dasar lengkap, Desa Majangtengah sebanyak 200 bayi

dan hanya 11 bayi yang mendaptkan imunisasi dasar lengkap, Desa Rembun

sebanyak 96 bayi dan hanya 14 bayi yang mendaptkan imunisasi dasar

lengkap, Desa Pojok sebanyak 46 bayi dan hanya 7 bayi yang mendaptkan

imunisasi dasar lengkap dan Desa Jambangan sebanyak 133 bayi dan hanya 30

bayi yang mendaptkan imunisasi dasar lengkap selama tahun 2018 (Dinkes,

2018).

Keyakinan yang dimiliki ibu terhadap program vaksinasi sangat

mempengaruhi tingkat kepatuhan ibu dalam pemberian imunisasi dasar pada bayi,

Dalam penelitian Hudha (2017) mengatakan bahwa faktor yang dapat

mempengaruhi tingkat kepatuhan dalam pemberian imunisasi salah satunya adalah

keyakinan yang dimiliki ibu, pengalaman buruk yang pernah di alami ibu akan

menjadi sumber kepercayaan ibu sehingga dapat mempengaruhi ibu untuk tidak
10
mengimunisasikan
11

anaknya. Berdasarkan uraian dan hasil studi pendahuluan di atas, sebagian

masalah terjadi akibat adanya keyakinan yang dimiliki ibu terhadap program

vaksinanasi, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul “Hubungan Antara Keyakinan Ibu Terhadap Program Vaksinasi Dengan

Kepatuhan Ibu Dalam Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi Usia 0-12 Bulan di

Wilayah Kerja Puskesmas Pamotan”.

1.2 Rumusan
Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka masalah yang dirumuskan

adalah “Apakah ada hubungan antara keyakinan ibu terhadap program

vaksinasi dengan kepatuhan ibu dalam pemberian imunisasi dasar pada bayi usia

0 – 12 bulan di Wilayah Puskesmas Pamotan”.

1.3 Tujuan
Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan

antara keyakinan ibu terhadap program vaksinasi dengan kepatuhan ibu dalam

pemberian imunisasi dasar pada bayi usia 0-12 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas

Pamotan.

2. Tujuan
Khusus
1. Mengidentifikasi keyakinan ibu terhadap program vaksinasi.

2. Mengidentifikasi kepatuhan ibu dalam pemberian imunisasi dasar

pada bayi.

3. Menganalisis hubungan antara keyakinan ibu terhadap program

vaksinasi dengan keptuhan ibu dalam pemberian imunisasi dasar pada

bayi.
12

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan

menambah pemahaman peneliti mengenai pentingnya imunisasi dasar lengkap

untuk balita, serta dapat digunakan sebagai sumber refrensi selanjutnya khususnya

dalam bidang keperawatan anak.

2. Manfaat Bagi Ibu

Penelitian ini dapat menjadi tambahan informasi dan wawasan bagi ibu

mengenai pentingnya kepatuan ibu dalam pemberian imunisasi dasar lengkap

pada balita.

3. Manfaat Bagi Instansi Pendidikan Keperawatan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai wacana dan bahan masukan dalam

proses belajar mengajar terhadap kelengkapan imunisasi berdasarkan tingkat

kepatuhan ibu.

1.5 Keaslian Penelitian

1. Penelitian Rahmawati (2015), yang berjudul “Relationship Of

Knowledge About The Importance Of Maternal Immunization Of

Implementing The Immunization In Compliance”. Hasil penelitian

ini menunjukan ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang

pentingnya imunisasi dasar dengan kepatuhan melaksanakan imunisasi.

Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada variabel Independen,

dimana variabel independen dalam penelitian tersebut menggunakan

tingat pengetahuan ibu tentang pentingnya imunisasi sedangkan dalam

penelitian ini menggunakan keyakinan ibu terhadap program vaksinasi.

Perbedaan lainnya yaitu pada responden, dimana


13

responden pada penelitian tersebut menggunakan ibu yang memiliki

bayi sedangkan dalam penelitiann ini menggunakan responden ibu yang

memiliki bayi usia 0-12 bulan.

2. Penelitian Dewi (2013), yang berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan

Ibu Dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi Di Kelurahan

Parupuk Tabing Kota Padang”. Hasil penelitian ini menunjukan ada

hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan

pemberian imunisasi dasar. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada

variabel independen. dimana variabel independen dalam penelitian

tersebut menggunakan tingkat pengetahuan ibu sedangkan dalam

penelitian ini menggunakan keyakinan ibu terhadap program imunisasi.

Perbedaan lainnya yaitu pada responden, dimana responden pada

penelitian tersebut menggunakan ibu yang memiliki bayi usia 1-2

tahun sedangkan pada penelitian ini meggunakan responden ibu yang

memiliki bayi usia 0-12 bulan.

3. Penelitian Maimunah (2017), yang berjudul “Hubungan Pengetahuan


Ibu

dengan Pelaksanaan Imunisasi Dasar Pada Bayi Di Desa Karang Sari


Huta 3

Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun”. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa hasil uji korelasi Spearman Rank (Rho) sebesar 0,576

pada taraf signifikansi 1% dan p-value <α (0,000 <0,01) sehingga Ho

ditolak dan Ha diterima yang mengindikasikan bahwa ada Ho korelasi

positif antara pengetahuan ibu dan pelaksanaan imunisasi dasar pada bayi

di Desa Karang Sari. Perbedaan dengan penelitin ini adalah pada variabel

independen (bebas), dimana variabel independen dalam penelitian tersebut

menggunakan pengetahuan ibu sedangkan dalam penelitian ini

menggunakan keyakinan ibu terhadap program vaksinasi. Perbedaan


14
lainnya yaitu pada responden, dimana
15

responden dalam penelitian tersebut menggunakan ibu yang memiliki

bayi usia 6-12 bulan sedangkan dalam penelitan ini menggunakan ibu

yang memiliki bayi usia 0-12 bulan.

4. Penelitian Yudiernawati (2016), yang berjudul “Hubungan tingkat

kepatuhan orang tua terhadap pemberian kelengkapan imunisasi dasar pada

bayi”. Hasil dalam penelitian ini menunjukan sebagaian besar tingkat

kepatuhan orang tua responden masuk dalam katagori tidak patuh

p-value<0,05. Perbedan penelitian ini adalah pada variabel independen,

dimana variabel independen dalam penelitian tersebut menggunakan

kepatuhan orang tua terhadap kelengkapan imunisasi sedangkan dalam

penelitian ini menggunakan keyakinan ibu terhadap program vaksinasi.

Perbedaan lainnya yaitu pada responden, dimana responden dalam

penelitian tersebut menggunakan ibu yang memiliki bayi usia 6-12

bulan sedangkan pada penelitian ini menggunakan responden ibu

yang memiliki bayi usia 0-12 bulan.

5. Penelitian Triastuti (2016), yang berjudul “The Correlation Between

Mother’s Knowledge About Basic Baby Immunization In Puksesmas

Bendo Distric Magetan”. Penelitian ini menunjukan hasil bahwa

pengetahuan ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi dengan p-

value<0,001. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada variabel

independen, dimana variabel independen dalam penelitian tersebut

menggunakan pengetahuan ibu tetang imunisasi sedangkan dalam

penelitian ini menggunakan keyakinan dimana responden pada penelitian

tersebut menggunakan ibu yang memiliki bayi usia

9-12 bulan sedangkan dalam penelitian ini menggunakan responden ibu


yang

memiliki bayi usia 0-12


bulan.

Anda mungkin juga menyukai