Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS TENTANG IMUNISASI LENGKAP


PADA ANAK

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Komunitas Yang Diampu
Oleh Bapak Nasrudin, SKM., M. Kes.

DISUSUN OLEH KELOMPOK 7

1. KLAUDIA PISESA V. (7319069)


2. KRISTIAN DWI M. (7319070)
3. RENDIK ANAMAL (7319074)
4. NANIK DAMAYANTI (7319071)
5. NINIK ISMAYATIN N. (7319073)

PROGRAM STUDI ALIH JENJANG S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM JOMBANG

2019/2020

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Imunisasi merupakan upaya efektif untuk menurunkan angka kematian yang
merupakan salah satu tujuan dari Millenium Development Goals (MDGS). Kegiatan
imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas kementrian kesehatan sebagai salah
satu bentuk nyata komitmen pemerintah untuk mencapai Millenium Development Goals
(MDGS) khususnya menurunkan angka kematian pada anak. Sustainable Development
Goals (SDGs) adalah singkatan dari sustainable development goals, yaitu sebuah
dokumen yang akan menjadi sebuah acuan dalam kerangka pembangunan dan
perundingan negara-negara didunia. Konsep SDGs melanjutkan konsep pembangunan
MDGs dimana konsep itu sudah berakhir pada tahun 2015. Jadi kerangka pembangunan
yang berkaitan dengan perubahan situasi dunia yang semula menggunakan konsep
MDGs sekarang diganti dengan SDGs. (Kemenkes RI, 2010).
Pemberian imunisasi dasar berguna untuk memberi perlindungan menyeluruh
terhadap penyakit-penyakit yang berbahaya. Dengan imunisasi dasar lengkap sesuai
jadwal pemberiannya, tubuh bayi diransang untuk memiliki kekebalan tubuh sehingga
tubuh mampu bertahan melawanserangan penyakit berbahaya (Ertawati, Dkk. 2014).
Pemberian Imunisasi sangat penting diperlukan demi memberikan perlindungan,
pencegahan, sekaligus membangun kekebalan tubuh anak terhadap berbagai penyakit
menular maupun penyakit berbahaya yang dapat menimbulkan kecacatan tubuh, bahkan
kematian. Pemberian imunisasi lengkap dan sesuai jadwal bukan hanya bermanfaat
untuk menghasilkankekebalan tubuh terhadap penyakit atau wabah (Fida dan maya,
2012). Alasan bayi tidak mendapatkan imunisasi lengkap adalah karena alasan
informasi,motivasi dan situasi dan ekonomi. Alasan informasi berupa kurangnya
pengetahuan ibu tentang kebutuhan, kelengkapan dan jadwal imunisasi.Alasan motivasi
berupa penundaan imunisas karena faktor kesibukan, kurangnya kepercayaan tentang
manfaat imunisasi dan adanya rumor yang buruk tentang imunisasi. Alasan situasi dan
ekonomi berupa tempat pelayanan imunisasi yang terlalu jauh, ketidakhadiran petugas
imunisasi,kurangnya vaksin, orang tua yang terlalu sibuk, anak yang sakit saat jadwal
imunisasi, terlalu lama menunggu dan biaya yang tidak terjangkau. Namun yang paling
berpengaruh adalah karena anak sakit, ketidaktahuan ibu akan pentingnya imunisasi,
untuk mendapatkan imunisasi berikutnya dan ketakutan akan efek samping
imunisasi.Data ini menunjukan bahwa pengetahuan sangat berperan penting dalam
pemberian imunisasi pada bayi (Atikah putri, 2013) Menurut World Health Organization
(WHO), program imunisasi diIndonesia memiliki tujuan untuk menurunkan angka
kejadian penyakit dan angka kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi.
Upaya imunisasi diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956. Mulai tahun1977,
upaya imunisasi diperluas menjadi program pengembangan imunisasi dalam rangka
pencegahan penularan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I)
seperti penyakit tuberculosis, difteri, pertusis,campak, tetanus, polio, serta hepatitis B.
Imunisasi dasar lengkap pada bayi meliputi 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis polio, 4
dosis hepatitis B, 1 dosis campak (Atikah, 2010). WHO 2010 mencatat sebanyak 4,5 juta
kematian dari 10,5 juta per tahun terjadi akibat penyakit infeksi yang bisa dicegah
dengan imunisasi. Seperti pneumococcus (28 %), campak (21 %), tetanus(18%), rota
virus penyebab diare (16%), dan hepatitis B(16%). Sementara itu data WHO ini
diperkirakan setidaknya 50% angka kematian di Indonesia bisa dicegah dengan imunisasi
dan Indonesia termasuk sepuluh besar Negara dengan jumlah terbesar anak tidak
tervaksinasi (WHO, 2010). Sebagian anak tidak mendapatkan imunisasi dasar secara
lengkap sehingga anak dinyatakan drop out atau anak tidak lengkap imunisasinya. Data
Riskesdas 2010, tahun 2009 anak usia 12-23 bulan yang mendapatkan imunisasi dasar
tidak lengkap yaitu 33,5% (Kemenkes, 2010).Menurut WHO saat ini sekitar 2 milyar
penduduk dunia telah terinfeksi virus hepatitis B dan lebih dari 360 juta diantaranya
mengidap virus secara kronis. Jumlah penderita hepatitis B dan C di Indonesia
diperkirakan 30 juta orang dan 15 juta, diantaranya berpotensi menderita penyakit hati
kronis. Dari rekapitulasi data survaliance terpadu penyakit (STP) dinas kesehatan
Kabupaten Kota berbasis dirumah sakit tercatat tahun 2009 sampai 2010 hepatitis
menyerang 529 orang (Prayitno,2011). Di Negara Indonesia terdapat jenis imunisasi
yang diwajibkan pemerintah dan ada juga yang hanya dianjurkan, imunisasi wajib di
Indonesia sebagaimana telah ditetapkan oleh WHO ditambah dengan Hepatitis B.
Imunisasi yang dianjurkan oleh pemerintah dapat digunakan untuk mencegah suatu
kejadian yang luar biasa atau penyakit akademik, atau untuk kepentingan tertentu
(berpergian) seperti jamaah haji seperti imuniasasi meningitis (Hidayat, 2009).
Pencegahan terhadap penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi telah
menampakkan hasilnya.Kejadian penyakit poliomelietis, difteria, tetanus neonatorum,
pertusis, campak, dan hepatitis B, berangsur-angsur berkurang. Dalam waktu dekat
diharapkan penyakit poliomielitis dapat dieradikasi dari seluruh dunia melalui program
imunisasi yang berkesinambungan (I.G.N Ranuh, dkk. 2008). Di Indonesia TBC masih
merupakan masalah utama kesehatan masyarakat dan penyebab utama kematian nomor
1 untuk penyakit infeksi (Suhardi, 2006). Laporan TB oleh WHO yang terbaru (2006),
masih menempatkan Indonesia sebagai penyumbang terbesar nomor 3 setelah India dan
Cina dengan jumlah kasus baru sekitar 539.000 dan jumlah kematian sekitar 101.000 per
tahun. Penyakit TBC pada anak adalah fenomena ang sangat mencemaskan. Jumlah
kasus TBC pada anak Indonesia sekitar seperlima dari seluruh kaus TBC.(WHO,2007).
Salah satu program pemerintah agar bayi dan anak terhindar dariberbagai penyakit
menular yaitu dengan memberikan imunisasi lengkap pada anak-anak, dan Pemerintah
juga mewajibkan agar setiap anak mendapatkan imunisasi dasar.Hal ini sesuai dengan
paradigma sehat yang dilaksanakan melalui beberapa kegiatan antara lain pemberantasan
penyakit menular dengan upaya pengebalan/imunisasi (Depkes, 2009) Kementrian RI
(2010) menjelaskan bahwa cakupan imunisasi sangat erat kaitannya dengan pengetahuan
dan sikap keluarga terhadap pemberian imunisasi untuk mendapatkan imunisasi. Karena
semakin tinggi pengetahuan orang tua tehadap imunisasi makan semakin tinggi pula
angka cakupan imunisasi. Hanya yang menjadi permasalahan besar saat ini dalam
lingkungan masyarakat adalah ketetapan waktu pemberian imunisasi pada anak (Eva
Supriatin 2015). Cakupan imunisasi di wilayah puskesmas Jelakombo tahun 2019 desa
Universal Cild Immunatition (UCI) 67 %, imunisasi boster 88 %, imun dasar4 88.3 %
BAB II
LANDASAN TEORI
a. Pengertian
Pengertian Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal pada bayi yang baru
lahir sampai usia satu tahun untuk mecapai kadar kekebalan diatas ambang perlindungan.
(Depkes RI,2005).
Sedangkan menurut (Ranuh dkk, 2001) imunisasi adalah suatu cara untuk
meningkatkan kesehatan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila
kelak ia terpapar antigen yang serupa tidak pernah terjadi penyakit.
Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu
(Theophilus, 2007), sedangkan yang dimaksud vaksin adalah obat yang diberikan untuk
membantu mencegah penyakit serta membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi
berfungsi melindungi tubuh (Theopahilus, 2007).
Imunisasi adalah usaha untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit infeksi pada
bayi, anak dan juga orang dewasa (Indriarti, 2008). Imunisasi merupakan rekasi antara
antigen dan antibodi- antibodi, yang dalam bidang ilmu imunologi merupakan kuman
atau racun (toxin disebut sebagai antigen) (Riyadi, 2009).

b. Syarat-syarat pemberian imunisasi


Ada beberapa jenis penyakit yang dianggap berbahaya bagi anak, yang
pencegahannya dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi dalam bentuk vaksin. Dapat
dipahami bahwa imunisasi hanya dilakukan pada tubuh yang sehat. Berikut ini keadaan
tidak boleh memperoleh imuisasi yaitu : anak sakit keras, keadaan fisik lemah, dalam
masa tunas suatu penyakit, sedang mendapat pengobatan dengan sediaan kortikosteroid
atau obat imunisupresif lainnya (terutama vaksin hidup) karena tubuh mampu membentuk
zat anti yang cukup banyak (Huliana, 2003).
Menurut Depkes RI (2005), dalam pemberian imunisasi ada syarat yang harus
diperhatikan yaitu: diberikan pada bayi atau anak yang sehat, vaksin yang diberikan harus
baik, disimpan dilemari es dan belum lewat masa berlakunya, pemberian imunisasi
dengan teknik yang tepat, mengetahui jadwal imunisasi dengan melihat umur dan jenis
imunisasi yang telah diterima, meneliti jenis vaksin yang telah diberikan, memberikan
dosis yang akan diberikan, mencatat nomor batch pada buku anak atau kartu imuisasi
serta memberikan informed concent kepada orang tua atau keluarga sebelum melakukan
tindakan imunisasi yang sebelumnya telah dijelaskan kepada orang tuanya tentang
manfaat dan efek samping atau kejadian pasca imunisasi yang dapat timbul setelah
pemberian imunisasi.

c. Pedoman pemberi imunisasi


Umur yang tepat untuk mendapatkan imunisasi adalah sebelum bayi mendapat infeksi
dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, berilah imunisasi sedini mungkin
segera setelah bayi lahir dan usahakan melengkapi imunisasi sebelum bayi berumur 1
tahun. Khusus untuk campak, dimulai segera setelah anak berumur 9 bulan. Pada umur
kurang dari 9 bulan, kemungkinan besar pembentukan zat kekebalan tubuh anak dihambat
karena masih adanya zat kekbalan yang berasal dari darah ibu (Satgas IDAI,2008).Urutan
pemberian jenis imunisasi, berapa kali harus diberikan serta jumlah dosis yang dipakai
juga sudah ditentukan sesuai dengan kebutuhann tubuh bayi. Untuk jenis imunisasi yang
harus diberikan lebih dari sekali juga harus diperhatikan rentang wajtiu antara satu
pemberian dengan pemberian berikutnya.

d. TujuanImunisasi
Tujuan pemberian imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit
sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi
kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah (Hidayat, 2009).

e. Manfaat Imunisasi
Menurut Isfan (2006) manfaat imunisasi tidak hanya dirasakan oleh pemerintah
dengen menurunnya angka kesakitan dan angka kematian penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi, tetapi dirasakan juga oleh : a.Bagi anak, dapat mencegah penderitaan
yang disebabkan penyakit atau kecacatan. b.Bagi keluarga, menghilangkan kecemasan
dan biaya pengobatan yang dikeluarkan bila anak sakit. Hal ini akan mendorong
penyiapan keluarga terencana agar sehat dan berkualitas.

f. Jenis-Jenis Immunisasi Yang Wajib


Umur Vaksin Keterangan
Saat Hepatitis B-1 HB-1 harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir,
lahir dilanjutkan pada umur 1 dan 6 bulan. Apabila status HbsAg-B ibu
positif, dalam waktu 12 jam setelah lahir diberikan HBlg 0,5 ml
bersamaan dengan vaksin HB-1. Apabila semula status HbsAg ibu
tidak diketahui dan ternyata dalam perjalanan selanjutnya diketahui
bahwa ibu HbsAg positif maka masih dapat diberikan HBlg 0,5 ml
sebelum bayi berumur 7 hari.
Polio-0 Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama. Untuk bayi yang lahir di
RB/RS polio oral diberikan saat bayi dipulangkan (untuk
menghindari transmisi virus vaksin kepada bayi lain)
1 bulan Hepatitis B-2 Hb-2 diberikan pada umur 1 bulan, interval HB-1 dan HB-2 adalah
1 bulan.
0-2 BCG BCG dapat diberikan sejak lahir. Apabila BCG akan diberikan
bulan pada umur > 3 bulan sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih
dahulu dan BCG diberikan apabila uji tuberkulin negatif.
2 bulan DTP-1 DTP-1 diberikan pada umur lebih dari 6 minggu, dapat
dipergunakan DTwp atau DTap. DTP-1 diberikan secara
kombinasi dengan Hib-1 (PRP-T)
Hib-1 Hib-1 diberikan mulai umur 2 bulan dengan interval 2 bulan. Hib-1
dapat diberikan secara terpisah atau dikombinasikan dengan DTP-
1.
Polio-1 Polio-1 dapat diberikan bersamaan dengan DTP-1
4 bulan DTP-2 DTP-2 (DTwp atau DTap) dapat diberikan secara terpisah atau
dikombinasikan dengan Hib-2 (PRP-T).
Hib-2 Hib-2 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan DTP-2
Polio-2 Polio-2 diberikan bersamaan dengan DTP-2
6 bulan DTP-3 DTP-3 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan Hib-3
(PRP-T).
Hib-3 Apabila mempergunakan Hib-OMP, Hib-3 pada umur 6 bulan
tidak perlu diberikan
Polio-3 Polio-3 diberikan bersamaan dengan DTP-3
Hepatitis B-3 HB-3 diberikan umur 6 bulan. Untuk mendapatkan respons imun
optimal, interval HB-2 dan HB-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan.
9 bulan Campak-1 Campak-1 diberikan pada umur 9 bulan, campak-2 merupakan
program BIAS pada SD kelas 1, umur 6 tahun. Apabila telah
mendapatkan MMR pada umur 15 bulan, campak-2 tidak perlu
diberikan.
15-18 MMR Apabila sampai umur 12 bulan belum mendapatkan imunisasi
bulan campak, MMR dapat diberikan pada umur 12 bulan.
Hib-4 Hib-4 diberikan pada 15 bulan (PRP-T atau PRP-OMP).
18 DTP-4 DTP-4 (DTwp atau DTap) diberikan 1 tahun setelah DTP-3.
Polio-4 Polio-4 diberikan bersamaan dengan DTP-4.
bulan
2 tahun Hepatitis A Vaksin HepA direkomendasikan pada umur > 2 tahun, diberikan
dua kali dengan interval 6-12 bulan.
2-3 Tifoid Vaksin tifoid polisakarida injeksi direkomendasikan untuk umur >
tahun 2 tahun. Imunisasi tifoid polisakarida injeksi perlu diulang setiap 3
tahun.
5 tahun DTP-5 DTP-5 diberikan pada umur 5 tahun (DTwp/DTap)
Polio-5 Polio-5 diberikan bersamaan dengan DTP-5.
6 tahun. MMR Diberikan untuk catch-up immunization pada anak yang belum
mendapatkan MMR-1.
10 dT/TT Menjelang pubertas, vaksin tetanus ke-5 (dT atau TT) diberikan
tahun untuk mendapatkan imunitas selama 25 tahun.
Varisela Vaksin varisela diberikan pada umur 10 tahun.
CATATAN KEPERAWATAN

Tgl Data Dx. Keperawatan Tindakan Keperawatan Evaluasi

02/03/2019 DS : Ny J Defisit Pencegahan primer : Keluarga


mengatakan pengetahuan menerima petugas
anaknya tidak Observasi : kesehatan
pernah diimunisasi  Indentifikasi kesiapan
karena takut dan kemampuan
anaknya menerima informasi
rewel/panas  Identifikasi factor yang
dapat menurunkan
motifasi perilaku hidup
sehat
DO :

An S TB 78 BB 9 Teraupetik :
S:36,7 RR. 22 N.
90  Sediakan materi dan
media pendidikan
kesehatan
 Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
 Beri kesempatan untuk
bertanya

Edukasi :

 Jelaskan factor risiko


yang dapat
mempengarugi
kesehatan
 Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
 Ajarkan strategi yang
dapat digunakan untuk
meningkat perilaku
hidup sehat
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2009. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta

Kemenkes RI. 2012. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia.

http://www.bkkbn.go.id/litbang. Di akses tanggal 1 Maret 2020

Ranuh, I.G.N., Suyitno, H., Hadinegoro, S.R., Kartasasmita, C.B., Ismoedijanto,

Soedjatmiko. 2011. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta : Satgas Imunisasi IDAI

Ranuh. (2008). Pedoman imunisasi di Indonesia. Edisi III, Jakarta: Satgas Imunisasi

IDAI Ranuh. (2005). Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta: Satgas Imunisasi IDAI

Ranuh IGN (2001). Imunisasi di Indonesia, Edisi 1. Satgas Imunisasi Ikatan Dokter

Anak Indonesia. Jakarta.

Riyadi, Sujono dan Sukarmin. (2009). Asuhan keperawatan pada anak. Edisi 1.

Yogyakarta: Graha Ilmu

Theophilus, (2000). Rubrik kesehatan: Imunisasi media kesehatan. Edisi 20 April-Juni

2000. Jakarta: Cybernet

WHO. 2013. Global Immunization Data. www.who.int. Di akses tanggal 1 Maret

2020
RESUME KASUS

1. Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal pada bayi yang baru lahir sampai usia
satu tahun untuk mecapai kadar kekebalan diatas ambang perlindungan. (Depkes
RI,2005).
2. Jenis imunisasi wajib untuk anak
Jenis
NO Keterangan
Imunisasi
Vaksin tersebut diberikan pada bayi sebanyak 4 kali. Pemberian pertama
Imunisasi
dilakukan segera setelah bayi lahir atau paling lambat 12 jam setelah
1 Hepatitis
kelahiran. Lalu, vaksin kembali diberikan secara berturut-turut pada usia
B
2, 3, dan 4 bulan.
Vaksin polio tetes diberikan 4 kali, yaitu saat bayi baru lahir atau paling
Imunisasi lambat saat usianya 1 bulan. Selanjutnya, vaksin diberikan secara
2
Polio berturut-turut di usia 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan. Sementara, vaksin
polio suntik diberikan 1 kali, yaitu pada usia 4 bulan.
Imunisasi BCG termasuk dalam daftar imunisasi wajib di Indonesia,
Imunisasi karena Indonesia masih memiliki angka kasus TB yang tinggi. Imunisasi
3
BCG BCG hanya dilakukan 1 kali dan diberikan pada bayi di usia 2 atau 3
bulan. Imunisasi BCG diberikan melalui suntikan pada kulit bayi.
Imunisasi Imunisasi campak diberikan sebanyak 3 kali, yaitu saat anak berusia 9
4
Campak bulan, 18 bulan, dan 6 tahun.
Imunisasi
DPT-HB- munisasi wajib ini diberikan sebanyak 4 kali dengan jadwal pemberian
5 HiB berturut-turut pada bayi di usia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, dan dosis
pemberian terakhir ketika usia anak 18 bulan.

3. Dari pengkajian diatas didapatkan bahwa ada keluarga yang tidak melakuakn imunisasi

karena takut anaknya rewel. Dan setelah dilakukan intervensi diharapkan keluarga mau

menerima petugas. Setelah pertemuan berikutnya pada saat evaluasi keluarga tersebut

diharapkan mau mengikuti program imunisasi lengkap.

Anda mungkin juga menyukai