Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEBIDANAN IMUNISASI POLIO PADA BY “N” USIA 4 BULAN

DI PUSKESMAS KOTA WILAYAH UTARA KOTA KEDIRI

OLEH

NAMA MAHASISWA : ARISMA DWI SETIAWAN

NIM : 30718004

PROGRAM STUDI D 3 KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL KASUS

TANGGAL PENGAMBILAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN IMUNISASI POLIO PADA BY “N” USIA 4 BULAN


DI PUSKESMAS KOTA WILAYAH UTARA KOTA KEDIRI

17 Februari 2021

MAHASISWA

ARISMA DWI SETIAWAN

NIM 30718004

PEMBIMBING INSTITUSI PEMBIMBING KLINIK /CI

Elin Soya Nita, SST., M.Kes Endah Tri Wahyuni, SST

NIP : 19820112 200604 2026


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Imunisasi merupakan salah satu upaya pencegahan kematian pada
bayi dengan memberikan vaksin. dengan imunisasi, seseorang menjadi
kebal terhadap penyakit khususnya penyakit infeksi. Dengan demikian,
Angka kejadian penyakit infeksi akan menurun, kecacatan serta kematian
yang ditimbulkan akan berkurang (Cahyono, 2010).
Cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi beberapa tahun terakhir
ini telah mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2016 mencapai (77,1%),
pada tahun 2017 sebesar (78,6%) dan pada tahun 2018 sebesar (83,5%).
Walaupum terjadi peningkatan namun pencapaian dalam beberapa tahun
terakhir ini masih belum mencapai target yang telah ditetapkan yaitu
sebesar (100%) menurut standar pelayanan minimal (Kemenkes RI, 2018).
Cakupan imunisasi dasar lengkap di Indonesia pada tahun 2013
sebesar (59,2%), imunisasi tidak lengkap sebesar (32,1%) dan imunisasi
lengkap sebesar (59,2%,). Sedangkan proporsi imunisasi menurut jenis
imunisasi HB-0 sebesar (79,1%), BCG sebesar (87,6%), DPT-HB3/DPT-
HB-HiB3 sebesar (75,6%), polio-4/IPV sebesar (77,0%), dan campak
sebesar (82,1%). Imunisasi tidak lengkap pada tahun 2018 sebesar (32,9%),
dan yang lengkap pada tahun 2018 sebesar (57,9%). Target RENSTRA
tahun 2019 sebesar 93% (Balitbang Kemenkes RI, 2018).
 Strategi imunisasi sebagai alat pencegahan menjadikan imunisasi
sebagai program utama suatu negara.  bahkan an anne-marie rupakan salah
satu alas pencegahan penyakit yang utama di dunia. di Indonesia imunisasi
merupakan andalan program kesehatan  Achmadi, 2012. imunisasi bayi dan
anak dipandang sebagai perlambang kedokteran pencegahan dan pelayanan
kesehatan. angka cakupan imunisasi sering dipakai sebagai indikator
pencapaian pelayanan kesehatan  (Marimbi, 2010)
 Salah satu indikator keberhasilan program imunisasi adalah
tercapainya universal Child immunization (UCI). Pencapaian UCI
merupakan gambaran cakupan imunisasi pada bayi usia (0-11 bulan) Secara
nasional hingga ke tingkat pedesaan WHO dan UNICEF menetapkan
indikator cakupan imunisasi adalah 90% di tingkat nasional dan 80% di
semua Kabupaten. untuk menggerakan masyarakat dalam pelaksanaan
imunisasi.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik melakukan asuhan
komprehensif pada By. M usia 4 bulan dengan imunisasi Polio di Puskesmas
Kota Wilayah Utara Kota Kediri dengan menggunakan standar manajemen
kebidanan serta melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan yang telah
dilakukan dengan metode Varney.
1.2 Tujuan penelitian

a. Tujuan umum

Memberikan asuhan komprehensif pada bayi sehat secara


langsung melalui pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney. 

b. Tujuan khusus
1. Mampu melakukan pengkajian data pada klien
2. Mampu melakukan analisa dan interpretasi data
3. Mampu mengidentifikasi masalah dan diagnosa potensial klien
4. Mampu melakukan tindakan segera kepada klien sebuah masalah
5. Mampu merencanakan tindakan yang tepat untuk  klien
6. Mampu melaksanakan asuhan sesuai perencanaan  yang telah dibuat
7. Mampu memberi atau membuat evaluasi atas tindakan yang telah
dilakukan
1.3 Teknik Pengumpulan data

a. Wawancara :

             Melakukan tanya jawab langsung kepada klien maupun keluarga

b. Observasi :

Keuangan melakukan pengamatan langsung dan melihat tindakan yang


dilakukan pada klien

c. Praktek langsung :

Melakukan tindakan secara langsung kepada klien

d. Studi dokumen :

 Melihat rekam medis pasien yang meliputi catatan kesehatan klien dan
terapi yang diberikan pada klien

e. Daftar pustaka :

  Dengan melihat pada teori-teori yang mampu mengacu pada kasus.

1.4 sistematika penulisan

Bab I : Berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang tujuan, teknik


pengumpulan data, dan sistematika  penulisan

Bab II : Berisi tentang teori dari imunisasi

Bab III: Berisi tinjauan kasus yang berisikan pengkajian data, identifikasi
masalah/ 

diagnosa potensial, intervensi, implementasi dan evaluasi

Bab IV: Pembahasan yang berisi Kesenjangan antara teori dengan kasus/
Praktek di lapangan

Bab V : Penutup yang berisi kesimpulan dan saran

Daftar   Pustaka
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Imunisasi
1. Pengertian imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten.
Imunisasi merupakan pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit
dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap
penyakit penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang
(Lisnawati, 2011).
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila
suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya
mengalami sakit ringan (Kemenkes RI 2013 )
Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang
terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak terpajan pada penyakit tersebut
ia tidak menjadi sakit. Kebakaran yang diperoleh dari imunisasi dapat
berupa kekebalan pasif maupun aktif (Ranuh, et.al, 2011).
2. Tujuan Imunisasi
Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu
kepada seseorang, menghilangkan penyakit tersebut pada sekelompok
masyarakat (populasi),Atau bahkan menghilangkannya dari dunia seperti
yang pernah ada yaitu pada keberhasilan imunisasi cacar variola (Ranuh,
et.al, 2011).
Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan pada bayi
agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang
disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit (Proverawati & Andhini,
2010).Program imunisasi mempunyai tujuan umum yaitu menurunkan
angka kesakitan kecacatan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi (PD31).Sedangkan tujuan khusus program ini adalah
tercapainya eliminasi dampak pada tahun 2015 dan pengendalian penyakit
rubella 2020, serta terselenggaranya pemberian imunisasi yang aman serta
pengelolaan limbah medis  (Kemenkes RI, 2013).
3. Manfaat imunisasi
Menurut proverawati dan Andini 2010 manfaat imunisasi tidak hanya
dirasakan oleh pemerintah dengan menurunnya angka kesakitan dan
kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi,Ada
beberapa manfaat untuk berbagai pihak antara lain:
a. Untuk anak 
Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit dan
kemungkinan cacat atau kematian
b. Untuk keluarga
Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit.
mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin akan
menjalani masa kanak-kanak yang nyaman hal ini mendorong
penyiapan keluarga yang terencana, agar sehat dan berkualitas.
c. Untuk Negara
Memperbaiki tingkat kesehatan, Menciptakan bangsa yang kuat dan
berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.
4. Dampak Imunisasi
Nilai (value)Vaksin dibagi dalam 3 kategori yaitu secara individu
sosial dan keuntungan dalam menunjang sistem kesehatan nasional. secara
individu Apabila anak telah mendapat vaksinasi maka 80% sampai  95%
akan terhindar dari penyakit infeksi yang ganas. Makin banyak bayi atau
anak yang mendapat vaksinasi (dinilai dari cakupan imunisasi) makin
terlihat penurunan angka kesakitan (mobilitas) dan kematian (mortalitas)
(Ranuh, et.al, 2011).
Kekebalan individu ini akan mengakibatkan pemutusan rantai
penularan penyakit dari anak ke anak lain atau kepada orang dewasa yang
hidup bersamanya,Inilah yang disebut keuntungan sosial. karena dalam hal
ini 5% sampai 20% anak yang tidak diimunisasi kan aku kan juga terlindung
disebut Herd immunit.Menurunnya angka morbiditas akan menurunkan
biaya pengobatan dan perawatan di rumah sakit,Mencegah kematian dan
kecacatan yang akan menjadi beban masyarakat seumur hidupnya .Upaya
pencegahan penyakit infeksi pada anak, berarti akan meningkatkan kualitas
hidup anak dan meningkatkan daya produktivitas karena 30% dari anak-
anak masa kini adalah generasi yang akan memegang kendali pemerintahan
di masa yang akan datang (Ranuh, et.al, 2011).
5. Jenis-jenis imunisasi
Imunisasi dapat terjadi secara alamiah dan buatan, di mana masing-masing
imunitas tubuh dapat diperoleh secara aktif maupun secara pasif.
a. Imunisasi aktif
Imunisasi aktif adalah pemberian hukuman atau racun kuman
yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk
merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri. imunisasi aktif
merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan
terjadi suatu proses infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi
imunologi spesifik yang akan menghasilkan respon seluler dan
humoral serta dihasilkannya sel memori, sehingga bila benar benar-
benar Terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespon
(Maryunani, 2010)
Vaksin diberikan dengan cara disuntikkan atau per oral atau
melalui mulut.  Terhadap pemberian vaksin tersebut, maka tubuh
membuat zat-zat anti terhadap penyakit bersangkutan ( Oleh karena
itu dinamakan imunisasi aktif, kadar zat dapat diukur dengan
pemeriksaan darah) dan oleh sebab itu menjadi imun terhadap
penyakit tersebut. jenis imunisasi aktif antara lain vaksin BCG, vaksin
DPT (Difteri pertusis tetanus), vaksin polio, vaksin campak, vaksin
typs (typus abdominalis), toxoid tetanus dan lain-lain (Maryunani,
2010). 
2. Imunisasi pasif
Imunisasi pasif adalah pemberian antibodi kepada resipien,
dimaksudkan untuk memberikan imunitas secara langsung tanpa harus
memproduksi sendiri zat aktif tersebut untuk kekebalan tubuhnya.
antibodi yang ditujukan untuk upaya pencegahan atau pengobatan
terhadap infeksi, baik untuk infeksi bakteri maupun virus. mekanisme
kerja antibodi terhadap infeksi bakteri melalui netralisasi toksin, 
opsonisasi atau bakteriolisis. kerja antibodi terhadap infeksi virus
melalui netralisasi virus, pencegahan masuknya virus ke dalam sel dan
promosi sel natural killer untuk melawan virus. Dengan demikian
pemberian antibodi akan menimbulkan efek proteksi segera, tetapi
karena tidak melibatkan sel memori dalam sistem imunitas tubuh
maka proteksinya bersifat sementara selama antibodi masih aktif
didalam tubuh resipien, perlindungannya singkat. karena tubuh tidak
membentuk memori terhadap patogen atau antigen spesifiknya
(Ranuh, et.al, 2011).
Transfer imunitas pasif dapat terjadi saat seseorang menerima
plasma atau serum yang mengandung antibodi tertentu untuk
menunjang kekebalan tubuhnya (Ranuh, et.al, 2011).Imunisasi pasif di
mana zat antinya didapat dari luar tubuh, misalnya dengan suntik
bahan atau serum yang mengandung zat anti. zat anti ini didapat oleh
anak dari luar dan hanya berlangsung pendek, yaitu 2- 23 Minggu
karena zat anti seperti ini akan dikeluarkan kembali dari tubuh anak
(Maryunani, 2010).
B. Penyelenggaraan imunisasi di Indonesia
Program imunisasi diberikan kepada populasi yang dianggap rentan
terjangkit penyakit menular, yaitu bayi, balita, anak-anak, wanita usia subur
(WUS) dan ibu hamil. berdasarkan sifat penyelenggaraannya imunisasi
dikelompokkan menjadi imunisasi wajib dan pilihan. 
1. Imunisasi wajib merupakan imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah
untuk seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi
yang bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari penyakit menular
tertentu. imunisasi pasif terdiri dari imunisasi rutin, tambahan, dan khusus
(Kemenkes RI, 2013).
a. Imunisasi rutin 
Imunisasi rutin merupakan kegiatan imunisasi Yang secara rutin dan
terus-menerus harus dilaksanakan pada periode tertentu yang telah
ditetapkan. berdasarkan tempat pelayanan imunisasi rutin dibagi
menjadi 3 yaitu:

1. Pelayanan imunisasi di dalam gedung ( komponen statis)


dilaksanakan di puskesmas, Puskesmas pembantu, Rumah sakit
atau rumah bersalin.

2. Pelayanan imunisasi di luar gedung dilaksanakan di posyandu, di


sekolah,  atau melalui kunjungan rumah.
3. Pelayanan imunisasi rutin dapat juga diselenggarakan oleh swasta
(seperti Rumah sakit swasta, dokter praktek dan bidan praktek)
(Lisnawati, 2011).
Imunisasi rutin terdiri atas imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan.
1. Imunisasi dasar
Imunisasi ini diberikan pada bayi sebelum berusia 1 tahun.
jenis imunisasi dasar terdiri dari Hepatitis B pada bayi baru lahir,
BCG, DPT-HB , Polio dan campak (Kemenkes RI, 2013)
2. Imunisasi lanjutan
Imunisasi lanjutan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
melengkapi imunisasi dasar pada bayi yang diberikan kepada anak
usia dibawah 3 tahun (BATITA), anak usia sekolah, dan Wanita
usia subur (WUS)Termasuk ibu hamil, sehingga dapat
mempertahankan tingkat kekebalan atau untuk memperpanjang
masa perlindungan. imunisasi lanjutan pada (WUS)  salah satunya
dilaksanakan pada waktu melakukan pelayanan antenatal. jenis
imunisasi lanjutan pada anak usia dibawah 3 tahun (BATITA)
Terdiri atas DPT- HB atau DPT - HB - Hib pada usia 18 bulan dan
campak pada usia 24 bulan. Imunisasi lanjutan pada anak usia
sekolah (BIAS) dengan jenis imunisasi lanjutan yang diberikan
pada anak usia sekolah dasar terdiri atas campak, Difteri tetanus,
dan tetanus Difteri. dan jenis imunisasi lanjutan yang diberikan
pada wanita usia subur berupa tetanus toxoid (Kemenkes RI, 2013)
A. Vaksin Polio
1. Fungsi Vaksin Polio
Merupakan imunisasi yang bertujuan mencegah penyakit
poliomyelitis. Pemberian vaksin polio dapat dikombinasikan
dengan vaksin DPT. Terdapat 2 macam vaksin polio:
 Inactivated Polio Vaccine (IPV = Vaksin Salk), mengandung
virus polio yang telah dimatikan dan diberikan melalui
suntikan.
 Oral Polio Vaccine (OPV = Vaksin Sabin), mengandung vaksin
hidup yang telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil
atau cairan.
Bentuk trivalen (Trivalen Oral Polio Vaccine; TOPV)
efektif melawan semua bentuk polio, sedangkan bentuk
monovalen (MOPV) efektif melawan satu jenis polio.
Poliomielitis adalah penyakit pada susunan syaraf pusat yang
disebabkan oleh satu dari tiga virus yang berhubungan, yaitu
virus polio tipe 1, 2, atau 3. Struktur virus ini sangat sederhana,
hanya terdiri dari RNA genom dalam sebuah caspid tanpa
pembungkus. Ada 3 macam serotipe pada virus ini, tipe 1
(PV1), tipe 2 (PV2), dan tipe 3 (PV3), ketiganya sama-sama
bisa menginfeksi tubuh dengan gejala yang sama. Penyakit ini
ditularkan orang ke orang melalui fekal-oral-route. Ketika virus
masuk kedalam tubuh, partikel virus akan dikeluarkan dalam
feses selama beberapa minggu. Gaya hidup dengan sanitasi
yang kurang akan meningkatkan kemungkinan terserang
poliomyelitis. Kebanyakan poliomyelitis tidak menunjukan
gejala apapun. Infeksi semakin parah jika virus masuk dalam
sistem aliran darah. Kurang dari 1% virus masuk dalam sistem
syaraf pusat, akan tetapi virus lebih menyerang dan
menghancurkan sistem syaraf motorik, hal ini menimbulkan
kelemahan otot dan kelumpuhan (lumpuh layu akut = acute
flaccid paralysis/ AFP). Kelumpuhan dimulai dengan gejala 28
demam, nyeri otot dan kelumpuhan terjadi pada minggu
pertama sakit. Kematian bisa terjadi jika otot-otot pernapasan
terinfeksi dan tidak segera ditangani (PUSDIKNAKES, 2014).

Polio dapat menyebabkan gejala yang ringan atau penyakit


yang sangat parah. Penyakit ini dapat menyerang sistem
pencernaan dan sistem syaraf. Polio menyebabkan demam,
muntah-muntah, dan kakuatan otot dan dapat menyerang
syaraf-syaraf, mengakibatkan kelumpuhan permanen. Penyakit
ini dapat melumpuhkan otot pernapasan dan otot yang
mendukung proses penelanan, menyebabkan kematian.
Diantara dua sampai lima persen penderita polio akan
meninggal akibat penyakit ini dan sekitar 50% pasien yang
masih bertahan hidup menderita kelumpuhan seumur hidup.
Polio dapat ditularkan jika tinja penderita mencemari makanan,
air atau tangan (PUSDIKNAKES, 2014).
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan terserang
poliomyelitis antara lain dikarenakan malnutrisi, tonsilektomi,
kurangnya sanitasi lingkungan, karena suntikan dan juga virus
bisa ditularkan melalui plasenta ibu, sedangkan antibodi yang
diberikan pasif melalui plasenta tidak dapat melidungi bayi
secara adekuat (PUSDIKNAKES, 2014).
Cara pemberian dan dosis Imunisasi dasar polio diberiakan
4 kali (polio I, II, III dan IV) dengan interval tidak kurang dari
4 minggu. Imunisasi ulangan diberikan 1 tahun setelah
imunisasi polio IV, kemudian pada saat masuk SD (5-6 tahun)
dan pada saat meninggalkan SD (12 tahun). Di Indonesia
umumnya diberikan vaksin Sabin. Vaksin ini diberikan
sebanyak 2 tetes (0,1 ml) langsung kemulut anak atau dengan
atau dengan menggunakan sendok yang berisi air gula. Setiap
membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper) yang
baru (PUSDIKNAKES, 2014).
 Cara pemakaian:
1. Orang tua memegang bayi dengan lengan kepala di sangga
dan dimiringkan ke belakang.
2. Mulut bayi dibuka hati-hati menggunakan ibu jari atau
dengan menekan pipi bayi dengan jari-jari.
3. Teteskan dengan 2 tetes vaksin dari alat tetes ke dalam lidah.
Jangan biarkan alat tetes menyentuh bayi
(PUSDIKNAKES, 2014).
 Efek samping
Pada umunya tidak terdapat efek samping. Efek samping
berupa paralisis yang disebabkan oleh vaksin jarang terjadi
(PUSDIKNAKES, 2014).
 Kontra indikasi Pemberian imunisasi polio tidak boleh
dilakukan pada orang yang menderita defisiensi imunitas.
Tidak ada efek yang berbahaya yang timbul akibat pemberian
polio pada anak yang sedang sakit. Namun, jika ada keraguan,
misalnya sedang menderita diare, maka dosis ulang dapat
diberikan setelah sembuh.Vaksin campak merupakan vaksin
virus hidup yang dilemahkan. Setiap dosis (0,5ml)
mengandung tidak kurang dari 1000 inactive unit virus strain
dan tidak lebih dari 100 mcg residu kanamycin dan 30 mcg
residu erythromycin (PUSDIKNAKES, 2014).

4. Jadwal imunisasi dasar pada bayi menurut Depkes RI

Jenis Pemberian Interval


No. Waktu Pemberian
Imunisasi Imunisasi Pemberian
1 BCG 1x 0 – 11bulan
2 DPT 3x 4 minggu 2 – 11 bulan
3 Polio 4x 4 minggu 2 - 6 bulan
4 Campak 1x 9 – 11 bulan
5 Hepatitis B 3x 4 minggu 0– 7 hari

1.2 MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN

A. Definisi manajemen kebidanan


Manajemen kebidanan adalah metode atau bentuk pendekatan yang
digunakan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan. Sehingga langkah-
langkah dalam manajemen kebidanan merupakan alur pikir bidan dalam
memecahkan masalah atau pengambilan keputusan klinis (Jannah, 2011).
B. Tahapan manajemen 7 langkah varney
1. Pengkajian (Pengumpulan Data Dasar)
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua
data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien merupakan
langkah awal untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien. (Sutanto, 2018)

a. Data subjektif
1) Identitas

Identitas dikaji untuk memastikan bahwa yang diperiksa benar-


benar anak yang dimaksud sehingga tidak sampai terjadi
kekeliruan dengan anak yang lain, dimana identitas tersebut
mencakup nama, umur, jenis kelamin, anak ke, nama orang tua,
umur orang tua, agama, pendidikan orang tua, pekerjaan orang
tua dan alamat ( Matondang, dkk, 2009)

2) Keluhan utama

Keluhan utama pada bayi yang akan diimunisasi polio adalah


anaknya sudah berusia 2 – 6 bulan dan jadwalnya imunisasi polio
(Muscari, 2010).

3) Riwayat kesehatan yang lalu

a) Imunisasi

Status imunisasi pada anak usia 2-6 bulan seharusnya sudah


mendapat imunisasi, HB-0, BCG (Proverawati & Citra, 2010).

b) Riwayat kesehatan keluarga

Dikaji untuk memperoleh gambaran berbagai penyakit bawaan


dan penyakit keturunan seperti terdapat riwayat hepatitis, TBC,
hipertensi, dan DM (Matondang, dkk, 2009)

c) Riwayat penyakit sekarang

Pada bayi yang akan di imunisasi bayi tidak boleh sedang sakit
atau setelah sakit tetapi keadaan bayinya belum sepenuhnya
pulih (Proverawati & Citra, 2010).

d) Riwayat sosial

Pengkajian untuk mengetahui siapa yang mengasuh dan pola


asuh dikeluarganya, sosialisasi dengan teman sebaya, keadaan
lingkungan rumah yang berhubungan dengan keadaan bayi
(Muscari, 2005)

4) Pola kebiasaan sehari-hari

a) Pola Nutrisi

Pada bayi usia 2-6 bulan pemenuhan nutrisinya dengan


pemberian ASI eksklusif (Kemenkes RI, 2017).

b) Pola eliminasi

Pada bayi usia 2-6 bulan normalnya BAB sebanyak 1-2 x/hari
dan untuk frekuensi BAK sebanyak 5-6 x/hari (Marimbi, 2010).

c) Pola istirahat atau tidur

Pada bayi usia 2-6 bulan untuk tidur siang normalnya 1,5 - 2,5
jam dan untuk tidur malamnya 9-10 jam (Marimbi, 2010).

b. Data Obyektif

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Tekanan Darah :-

Suhu : 36 - 37,5 0C

Nadi : 80-120 x/menit

Respirasi : 30 – 60 x/menit

BB : Laki- laki : 3,5 – 10 kg

Perempuan : 3,2 -9,5 kg

PB : laki laki : 51- 72 cm

Permpuan : 50 – 70 cm

LILA :16 - 19 cm

LIKA : 42 - 47 cm
LIDA : 44 - 50 cm (Mantondang, 2010)

Pemeriksaan sistematis

- Kepala : tidak ada benjolan, rambut hitam, simetris.

- Muka : bersih, simetris, tidak bengkak, tidak pucat.

- Mata : simetris, bersih, sclera putih, konjungtiva merah muda

- Hidung : simetris, tidak ada secret, tidak ada polip

- Mulut : merah, lidah bersih

- Telinga : simetris, tidak ada serumen, tidak ada keluaran

- Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar thyroid

- Axilla : tidak ada pemb. Kel. Getah bening, bersih

- Dada : simetris, bentuk normal, tidak ada bunyi wheezing &


ronchi,

- Perut : tidak buncit, tidak terdapat masa, tidak kembung

- Genetalia: testis sudah turun ke skrotum, tidak ada kelainan


hipospadia

- Ekstremitas: simetris, gerak bebas, turgor baik (Muscari, 2010).

II. Interpretasi data

 Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasi sehingga


ditemukan masalah/diagnosis yang spesifik (rismalinda, 2014).
Diagnosa: By. … usia...bulan dengan imunisasi polio

DS:
1. Ibu mengatakan ingin mengimunisasikan anaknya yang bernama By.
… usia...bulan (Muscari, 2010).
2. Ibu mengatakan anaknya sekarang sedang tidak sakit (Proverawati &
Citra, 2010)

DO:
1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. Tekanan Darah : -

4. Suhu : 36 - 37,5 0C

5. Nadi : 80-120 x/menit

6. Respirasi : 30 – 50 x/menit

7. BB : Laki- laki : 3,5 – 10 kg

Perempuan : 3,2 -9,5 kg

8. PB : laki laki : 51- 72 cm

Permpuan : 50 – 70 cm

9. LILA :16 - 19 cm (Matondang, 2010)

III. Intervensi

Tanggal : jam :

Dx:  By. … usia... bulan dengan imunisasi polio

Tujuan : untuk mendapatkan imunisasi polio guna mencegah


penyakit polyomelitis

Kriteria hasil : 

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Tekanan Darah : -

Suhu : 36 - 37,5 0C

Nadi : 80-120 x/menit

Respirasi : 30 – 50 x/menit

BB : Laki- laki : 3,5 – 10 kg


Perempuan : 3,2 -9,5 kg

PB : laki laki : 51- 72 cm

Permpuan : 50 – 70 cm

LILA :16 - 19 cm (Matondang, 2010)

Intervensi By. … usia..bulan dengan imunisasi polio

1. Jelaskan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan.

R/ ibu mengetahui keadaan bayinya

2. Jelaskan kepada ibu tentang keguanaan imunisasi polio

R/ agar ibu mengetahui bayinya sudah mendapat vaksin untuk


penyakit polyomelitis

3. Siapkan peralatan yang akan digunakan.

R/ supaya pemberian vaksin berjalan dengan baik

4. Beritahu ibu untuk memegang bayi dengan lengan kepala di


sangga dan di miringkan ke belakang

R/ pemberian vaksin polio dengan cara di teteskan di mulut bayi

5. Beritahu ibu untuk tidak menyusui bayinya 10 menit setelah


pemberian vaksin

R/ agar tidak mengurangi reabsorbsi dari vaksin

6. Catat pada buku KIA imunisasi yang sudah diberikan

R/ pendokumentasian tindakan untuk rekam medis pasien


(Ismoedijanto, 2003).

IV. Implementasi
Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan
pada klien dan keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan
secara efisien dan aman (Ambarwati & Diah, 2010)
1. Menjelaskan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan.

2. Menjelaskan kepada ibu tentang keguanaan imunisasi polio

3. Menyiapkan peralatan yang akan digunakan.

4. Memberitahu ibu untuk memegang bayi dengan lengan kepala


di sangga dan di miringkan ke belakang

5. Memritahu ibu untuk tidak menyusui bayinya 10 menit setelah


pemberian vaksin

6. Catat pada buku KIA imunisasi yang sudah diberikan

V. Evaluasi

Evaluasi sesuai dengan kriteria hasil dan mengacu pada implementasi.


BAB III
FORMAT ASUHAN KEBIDANAN IMUNISASI

Nama mahasiswa : Arisma Dwi Setiawan

NIM : 30718004

Tempat praktek : Puskesmas Kota Wilayah Utara

Tanggal / Jam : 17-02-2021/ 09.00 WIB 

I.PENGKAJIAN 
A. Data subjektif
1.  Identitas klien (Periksa tanggal 17-02-2020 Jam 09.00 WIB) No. Reg
0200230
Nama Klien : By.”N” Nama Ayah : Tn.”D”
Umur : 4 bulan Umur : 28 tahun
Suku / Kebangsaan :Jawa/ Indonesia Suku/Kebangsaan Jawa/Indonesia
Pendidikan :- Pendidikan : SMA
Pekerjaan :- Pekerjaan : Swasta
Penghasilan :- Penghasilan : 3.500.000
Agama :Islam Agama : Islam
Alamat : Banjaran RT 7 RW 9 Kota Kediri

2. Keluhan utama Ibu 

Ibu mengatakan ingin mengimunisasikan anaknya

3. Keluhan Utama

Ibu mengatakan tidak ada yang dikeluhkan oleh bayinya, bayinya sehat
dan aktif

4. Riwayat kesehatan
a. Penyakit yang lalu

Ibu mengatakan bayinya pernah sakit demam dan batuk

b. Penyakit sekarang

Ibu mengatakan sekarang bayinya sedang tidak sakit

c. Penyakit keluarga

Ibu mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki riwayat penyakit


menular, munurun, dan menahun seperti HIV, jantung, DM, dan
hipertensi.

d. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu


Kehamilan Persalinan Nifas Anak
No. Penyu BB/P Menyus
Umur Penyul Penol Jenis Temp. Penyul Seks H/M
l B ui
3000
40 Tdk Tdk
1 bidan spontan BPM Tdk P g/49 ya H
mgg ada ada
cm
5. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan

a. Pertumbuhan

Ibu mengatakan bahwa bayinya mengalami kenaikan berat badan


dan pertambahan panjang badan.

b. Perkembangan

Motorik :belajar untuk tengkurap

Adaptik : bayi sudah bisa tertawa ketika diajak bercanda

Bahasa : sudah bisa berceloteh

Sosial Personal: bayi sudah mulai nyaman dengan keadaan


lingkungan yang ada

6. Riwayat psikososial
Ibu mengatakan anaknya sangat diterima dilingkungan dan juga
didalam keluarganya

7. Imunisasi

Imunisasi yang telah didapat :

HB-0 : 14 Noveber 2020 BCG + Polio 1 : 16 Desember 2020

DPT1 + Polio 2 : 20 Januari 2021

DPT 2 + Polio 3 : 17 Februari 2021

Reaksi setelah pemberian imunisasi : demam ringan

8. Pola kebiasaan sehari-hari:

a. Pola nutrisi : ASI lebih dari 10 kali

b. Pola eliminasi : BAB 2x/hari, BAK 5-7 x/hari

c. Pola istirahat : tidur siang 2 jam, tidur sore 2 jam, tidur malam
10 jam/hari

d. Pola aktivitas : tidur, bermain dirumah

B. Data objektif

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Tekanan Darah :-

Suhu : 36,9 0C

Nadi : 91 x/menit

Respirasi : 35 x/menit

BB : 6,5 kg

PB : 68 cm

LILA : tidak dikaji

LIKA : tidak di kaji


LIDA :tidak dikaji

Pemeriksaan Khusus

a. Inspeksi

- Kepala : simetris, bersih, tidak ada cephal

- Muka : simetris, tidak pucat

- Mata :simetris, sclera putih, tidak kuning,


konjungtiva merah muda

- Hidung : simetris, bersih, tidak ada polip

- Mulut & gigi : bersih, tidak ada oral trust, lidah bersih

- Telinga : simetris, bersih

- Leher : bersih

- Axilla : bersih

- Payudara : bersih, simetris

- Perut : tidak buncit,

- Testis : tidak dikaji

- Ekstremitas : tidak sindactil, tidak polidaktil, tidak


ada bekas luka

b. Palpasi

- UUB : belum menutup

- UUK : belum menutup

- Turgor : baik

c. Auskultasi : tidak ada bunyi wheezing dan ronchi, irama


jantung regular

d. Perkusi : perut tidak kembung

II.  INTERPRETASI DATA DASAR (17-02-2021/ 09.00WIB)


DS: 
1. Ibu mengatakan anaknya bernama By. N berusia 4 bulan sudah
waktunya imunisasi polio
DO:

1. Ku     : baik 
2. Kesadaran : composmentis

Suhu : 36,9 0C

Nadi : 91 x/menit

Respirasi : 35 x/menit

BB : 6,5 kg

PB : 68 cm
DX: By. N usia 4 bulan dengan imunisasi Polio 3

III. INTERVENSI (17-02-2021/ 09.00WIB)

Tujuan : memberikan asuhan kebidanan pada ibu dengan bayi imunisasi


polio 3

Diagnosa : By. N usia 4 bulan dengan imunisasi Polio 3

Kriteria hasil: 

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Tekanan Darah :-

Suhu : 36 - 37,5 0C

Nadi : 80-120 x/menit

Respirasi : 30 – 50 x/menit

BB : Perempuan : 3,2 -9,5 kg (Matondang, 2010)

- Bayi sudah mendapat imunisasi Polio 3


Bayi dapat terhindar dari penyakit poliomyelitis

Intervensi pada bayi sehat:

1. Lakukan pendekatan pada bayi dan ibu bayi dengan melakukan


komunikasi terapeutik

R/menjalin hubungan dan menciptakan kepercayaan terhadap


petugas serta ibu dapat mempermudah tindakan yang dilakukan
bidan

2. Jelaskan pada ibu tentang imunisasi polio

R/ menambah pengetahuan ibu tentang imunisasi polio

3. Beritahu ibu tentang efek samping dari polio

R/ Ibu tidak khawatir apabila timbul efek samping setelah


pemberian

4. Jelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan

R/ ibu mengetahui keadaan bayi dan kebutuhannya saat ini

5. Persiapkan alat dan posisi bayi untuk diimunisasi

R/ alat dan posisi yang benar mendukung keberhasilan


imunisasi

6. Berikan vaksin polio dengan cara di teteskan ke mulut bayi


sebanyak 2 tetes

R/ imunisasi polio memberi kekebalan terhadap virus


poliomyelitis

7. Catat hasil/ tanggal pemberian imunisasi

R/ dokumentasi agar tidak terjadi penyuntikan ulang dengan


vaksin yang sama

8. Beritahu ibu jadwal imunisasi selanjutnya 1 bulan lagi pada


tanggal 17 Maret 2021
R/ Bayi mendapat imunisasi sesuai usianya

IV.  IMPLEMENTASI  (17-02-2021/ 09.00WIB)

DX : By. N usia 4 bulan dengan imunisasi polio

1. Melakukan pendekatan pada bayi dan ibu bayi


- Bersikap sopan dan ramah kepada klien

2. Menjelaskan pada ibu tentang imunisasi polio.

Imunisasi polio diberikan kepada bayi untuk melindungi bayi


dari penyakit poliomyelitis dengan gejala demam, muntah
muntah, nyeri otot dan kelumpuhan otot

3. Memberitahu ibu tentang efek samping dari imunisasi polio


tetes
- Pada umumnya tidak terdapat efek samping setelah
pemberian imunisasi polio

4. Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan.

5. Hasil pemeriksaan bayi sehat

6. Mempersiapkan alat dan posisi bayi untuk diimunisasi

- Posisi bayi dengan tidur

7. Memberikan vaksin polio

- Dengan cara menteteskan vaksin di mulut bayi sebanyak


2 tetes

8. Mencatat hasil/ tanggal pemberian imunisasi

- Mencatat pemberian imunisasi di buku KIA

9. Memberitahu ibu jadwal imunisasi selanjutnya yaitu pada


tanggal 17 Maret 2021
V. EVALUASI

 DX : By. N usia 4 bulan dengan imunisasi polio


1. Pendekatan anatara orang tua bayi dan bayi dengan petugas
kesehatan terjalin dengan baik
2. Ibu paham tentang imunisasi polio
3. Ibu paham dan mengetahui efek samping setelah imunisasi polio
4. Ibu telah mengetahui keadaan bayinya
5. Alat sudah disiapkan, dan bayi sudah di tidurkan di atas bad
6. Vaksin sudah di teteskan sebanyak 2 tetes
7. Tanggal pemberian imunisasi polio sudah dicatat di buku KIA
8. Ibu mengetahu jadwal imunisasi selanjutnya dan bersedia
membawa bayinya datang ke fasilitas kesehatan untuk
mendapatkan imunisasi Polio lanjutan

BAB IV

PEMBAHASAN
Dalam Bab IV ini akan dibahas tentang asuhan kebidanan yang dilakukan
penulis kepada By. N usia 4 bulan dengan imunisasi polio di Puskesmas Kota
Wilayah Utara. Asuhan kebidanan di lakukan dengan langkah langkah
manajemen asuhan Kebidanan Varney. Pembahasan di Bab ini, menguraikan
kesenjangan yang di temukan antara teori dengan kasus yang diambil
A. Pengkajian
Pada kasus By. N usia 4 bulan dengan imunisasi polio ini
pengkajian dilakukan dengan wawancara dan observasi langsung pada
pasien. Dimana wawancara menghasilkan data subjektif Ibu mengatakan
anaknya berusia 4 bulan sudah waktunya imunisasi polio. Pemberian
imunisasi polio tetes diberikan pada bayi usia 1-6 Bulan dengan interval
pemberian 4 minggu dan diberikan sebanyak 4 kali (PUSDIKNAKES,
2014).
Pada kasus ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dengan
kasus
Sedangkan data objektif menghasilkan data obyektif berupa Ku:
Baik, kesadaran: Composmentis, suhu: 36,90C, N: 95 x/menit, RR: 35
x/menit, BB: 6,5 kg, PB: 68 cm, pada pemeriksaan Khusus Inspeksi
(kepala: simetris, bersih, tidak ada cephal; muka: simetris, tidak pucat;
mata: simetris, sclera putih, tidak kuning, konjungtiva merah muda;
hidung: simetris, bersih, tidak ada polip; mulut: bersih, tidak ada oral trust,
lidah bersih; telinga: simetris, bersih; leher: bersih; axilla: bersih;
payudara: bersih, simetris; perut: tidak buncit, tidak ada omfalokel,
ekstremitas: tidak sindactil, tidak polidaktil, tidak ada bekas luka), palpasi
(UUB: belum menutup; UUK: belum menutup; turgor: baik), auskultasi:
tidak ada bunyi wheezing dan rongki, irama jantung regular, perkusi: perut
tidak kembung. Sedangkan pada teori untuk data subyektifnya antara lain
yaitu keluhan utamanya adalah alasan orangtua membawa anaknya untuk
mencari layanan kesehatan (Muscari, 2010). Keluhan utama juga bisa
berupa gejala atau kelainan yang terjadi pada pasien (Matondang, dkk,
2009). Sedangkan untuk data obyektifnya berupa ku: baik, kesadaran:
composmentis, suhu: 36 - 37,5 0C, N: 80-120 x/menit, RR: 20 – 40
x/menit, BB : 3,2 -9,5 kg PB: Permpuan : 50 – 70 cm (Mantondang, 2010).
Dan untuk pemeriksaan fisiknya antara lain, kepala: tidak ada benjolan,
rambut hitam, UUK belum menutup, UUB belum menutup, simetris.
Muka: bersih, simetris, tidak bengkak, tidak pucat. Mata: simetris, bersih,
sclera putih, konjungtiva merah muda. Hidung: simetris, tidak ada secret,
tidak ada polip. Mulut: merah, lidah bersih, gigi bawah dan atas sudah
tumbuh. Telinga: simetris, tidak ada serumen, tidak ada keluaran. Leher:
tidak ada pembengkakan kelenjar thyroid. Axilla: tidak ada pemb. Kel.
Getah bening, bersih. Dada: simetris, bentuk normal, tidak ada bunyi
wheezing & ronchi, irama normal. Perut: tidak buncit, tidak terdapat masa,
tidak kembung. Genetalia: testis sudah turun ke sekrotum, tidak ada
kelainan hipospadia. Ekstremitas: simetris, gerak bebas, turgor baik
(Muscari, 2010). Sehingga antara teori dan praktek dilapangan tidak ada
kesenjangan.
B. Interpretasi Data Dasar
Interpretasi data dalam asuhan kebidanan ditemukan diagnosa By.
N usia 4 bulan dengan imunisasi polio. Sedangkan pada teori By. … usia
…dengan imunisasi polio (Ismoedijanto, 2003). Sehingga antara teori dan
praktik yang ada dilapangan tidak mengalami kesenjangan.

C. Intervensi
Intervensi pada kasus dilapangan sebenarnya sama dengan yang
ada diteori tetapi ada beberapa tambahan yang tidak ada pada teori.
Intervensi yang dibuat dilapangan antara lain lakukan pendekatan pada
bayi dan ibu bayi dengan melakukan komunikasi terapeutik, jelaskan pada
ibu tentang imunisasi polio, beritahu ibu tentang efek samping imunisasi
polio, jelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan, persiapkan alat dan
posisi bayi untuk diimunisasi, berikan vaksin polio dengan cara
meneteskan dimulut bayi sbanyak 2 tetes, catat tanggal pemberian
imunisasi, beritahu ibu jadwal imunisasi selanjutnya. Sedangkan pada teori
intervensinya yaitu Orang tua memegang bayi dengan lengan kepala di
sangga dan dimiringkan ke belakang, Mulut bayi dibuka hati-hati
menggunakan ibu jari atau dengan menekan pipi bayi dengan jari-jari,
Teteskan dengan 2 tetes vaksin dari alat tetes ke dalam lidah Jangan
biarkan alat tetes menyentuh bayi (PUSDIKNAKES, 2014). Beritahu ibu
tentang efek samping yang akan timbul dan penanganannya, catat pada
buku KIA imunisasi yang sudah diberikan. Sehingga intervensi yang ada
dilapangan tidak mengalami kesenjangan tetapi ada penambahan pada
poin intervensi yang ada dilapangan, karena petugas dilapangan sangat
membutuhkan hubungan kerjasama yang terjalin baik anatara pasien dan
petugas kesehatan sehingga ada tambahan intervensi lakukan pendekatan
pada bayi dan ibu bayi dengan melakukan komunikasi terapeutik. Pada
langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan kasus

D. Implementasi
Pada kasus ini implementasi sesuai dengan intervensi yang telah
dibuat dilapangan, yang berarti tidaka memiliki kesenjangan dengan
implementasi yang ada pada teori. Dan evaluasi sesuai dengan kriteria
hasil dan tujuan yang mengacu pada implementasi pada lapangan.

BAB V

 PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Pengkajian tidak ada kesenjangan

2. Analisa dan interpretasi data tidak ada kesenjangan

3. Identifikasi masalah potensial tidak dilakukan

4. Tindakan segera tidak dilakukan

5. Intervensi tidak ada kesenjangan

6. Pelaksanaan / asuhan sesuai dengan perencanaan

7. Evaluasi mengacu pada asuhan yang telah dilakukan.


B. Saran

Asuhan yang diberikan oleh petugas kesehatan yang ada


dilapangan sudah sesui dengan teori, tetapi petugas kesehatan lebih
memperhatikan faktor yang mendukung kelancaran tindakan yang akan
dilakukan. Dan sebaiknya petugas kesehatan yang ada dilapangan tetap
mempertahankan hal tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, S. B. 2010. Vaksinasi Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi.
Yogyakarta: Kanisisus.

Ismoedijanto, 2003. Pengembangan Praktik Imunisasi Pada Anak. Surabaya:


Pertemuan Ilmiah Tahunan 1 Perkani.

Kementrian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta: Kementrian


Kesehatan RI, 2017.

Lisnawati, Lilis, 2011. Generasi Sehat Melalui Imunisasi, Jakarta : CV Ttans Info
Media.

Marimbi, H. 2010. Tumbuh Kembang, Status Gizi, dan Imunisasi Dasar pada
Balita. Yogyakarta: Nuha Medika

Maryunani Anik. Manajemen Kebidanan Terlengkap. Pertama. Ari M, editor.


jakarta timur: CV. Trans Info Media; 2015

Proverawati A, Citra Andhini. 2010. Buku Imunisasi Dan Vaksinasi. Jakarta:


Nuha Medika

Ranuh dkk. 2011. Buku Imunisasi di Indonesia. Jakarta : Satgas Imunisasi IDAI.

Sutanto, Andina Vita. 2018. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui Teori Dalam
Praktik Kebidanan Profesional. Yogyakarta: Pustaka Baru Press,

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan. Buku Ajar Imunisasi 2014.
Jakarta: Pusat Pendidikan dan pelatihan Tenaga kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai