Anda di halaman 1dari 5

1.

Data diatas berisikan mengenai total target sasaran pemberian vaksin dan juga total
realisasi atas pelaksanaan dari vaksin dosis 1 dan vaksin dosis 2. Karena penelitian ini
adalah penelitian ilmu sosial, maka objeknya adalah perilaku sosial manusia. Dengan
demikian pokok perhatian penelitian dosen tersebut antara lain :

a. Sikap masyarakat terhadap penerimaan vaksin;


b. Pengaruh vaksin terhadap interaksi masyrakat dalam lingkungan;
c. Persiapan dari masyarakat yang akan menerima vaksin; dan
d. Perbedaan kegiatan yang dilaksanakan secara langsung/tatap muka setelah
dilakukan pemberian vaksin.

Penelitian kualitatif dalam pengumpulan datanya mengandalkan pada peneliti sebagai


instrumen penelitian, selanjutnya peneliti melakukan penelusuran ke
https://vaksin.kemkes.go.id/#/vaccines terkait data yang akan dibuat sebagai rumusan
masalah. Adapun data yang peneliti dapat yaitu :

a. Sasaran terget pemberian vaksin adalah sebanyak 208.265.720


b. Total vaksinasi dosis 1 sebanyak 72.619.926 (34.87%)
c. Total vaksinasi dosis 2 sebanyak 41.632.717 (19.99%)
d. 35 per 100 penduduk telah melaksanakan dosis 1.

Atas hasil diatas maka perumusan masalahnya akan dapat berbunyi antara lain :

a. Apakah terdapat tingkat pemahaman terhadap vaksin antara suatu kelompok


masyarakat?
b. Apakah ada perbedaan perilaku terhadap pemberian vaksin?
c. Apakah kaum mayoritas merupakan kelompok/golongan yang bersedia dilakukan
vaksin?
d. Apakah terdapat tekanan terhadap golongan masyarakat yang akan divaksin?
2.
a. Preposisi penelitian

Suatu preposisi yang hanya terdiri dari satu konsep atau variabel , lazim
disebut preposisi univariat. Sedangkan preposisi yang terdiri dari dua konsep atau
variabel, lazim disebut preposisi bivariat. Preposisi yang terdiri dari lebih dari dua
konsep atau variabel lazim disebut preposisi multivariat.

1) Preposisi Univariat : 65 dari 100 penduduk belum melaksanakan vaksin dosis


1
2) Preposisi bivariat : Penduduk yang belum melaksanakan vaksin dosis 1 belum
tentu melaksanakan vaksin dosis 2
3) reposisi multivariat : penduduk yang belum melaksanakan vaksin lebih banyak
dari pada yang sudah melaksanakan vaksin, sehingga rentang waktu yang
digunakan untuk sasaran terget yang divaksin terpenuhi akan semakin lama
b. Konsep dan Variabel Penelitian
1) Konsep : “pemberian vaksin” Pemberian vaksin dilakukan guna untuk
memberikan herd imunity dan sebagai bentuk penanggulangan yang diberikan
pemerintah dalam menghadapi masa pandemi akibat Covid 19
2) Variabel : sudah mendapat vaksin belum mendapatkan vaksin
c. Desain penelitian

Desain penelitian dirancang untuk menjawab pertanyaan dan atau menguji


hipotesis penelitian, sehingga jika ada suatu desain penelitian tidak dapat
menjawab pertanyaan atau mengetes hipotesis maka tentu saja tidak dapat disebut
sebagai desain penelitian. Jadi desain penelitian adalah semacam pedoman yang
memuat tentang “do and don’t list‟ dalam kegiatan penelitian Sehingga langkah
pertama adalah mengidentifikasi variabel terlebih dahulu. Dalam hal ini peneliti
memilih variabel moderator yaitu dengan meneliti pengaruh kelompok yang mau
melaksanakan vaksin covid 19 dan alasan dibalik kelompok yang menolak
melaksanakan vaksin covid 2.
3.
a. Populasi : kelompok yang dilakukan vaksin, dan kelompok yang tidak vaksin
b. Cara menganalisis dan menginterpretasikan data penelitian : Melalui observasi di
karenakan pemerintah harus mengetahui letak lokasi dari masing-masing
masyrakat disuatu daerah apakah dapat terjangkau oleh transportasi yang dimiliki
pemerintah setempat, apakah transportasi tersebut dalam pendistribusian dosis
vaksinasi dapat mengjangkau atau tidak. selain itu pemerintah perlu mengetahui
banyaknya jumlah populasi masyarakat setempat agar dosis vaksinasi yang
didistribusikan dapat menjangkau jumlah populasi pendudukan yang ada di daerah
tersebut
4. Laporan penelitian kualitatif berupa jurnal penelitian

KEBIJAKAN VAKSINASI COVID-19 DI INDONESIA

PENDAHULUAN

Sejak Januari 2020, Corona Virus Disease 19 (COVID-19) telah menginfeksi lebih
dari 185.078.882 jiwa di seluruh dunia. Lebih dari 4.000.000 orang telah terkonfirmasi
meninggal dunia karena virus ini. Oleh karena itu, tidak heran apabila pemimpin- pemimpin
pemerintahan di banyak negara berjuang untuk keluar dari wabah Covid-19 dengan
pendekatannya masing-masing. Di China misalnya, pemerintah merespons wabah Covid-19
dengan menyediakan fasilitas kesehatan khusus pasien virus korona, mengubah gedung
olahraga, aula, sekolah, dan juga hotel menjadi rumah sakit sementara, melalukan rapid test
ataupun polymerase chain reaction (PCR) pada banyak warga, mengimplementasikan metode
mengisolasi kota (lockdown), hingga memberikan vaksin ke seluruh warga negara China.
Penanganan pemerintah China ini terbukti sukses membuat China menjadi negara yang
dinyatakan bebas Covid-19 dan sudah tidak ada lagi pemberlakukan wajib mengenakan
masker di negara China. Di negara-negara lain yang masih mengalami lonjakan kasus Covid-
19, berbagai usaha dilakukan demi memutus rantai penyebaran Covid-19 serta untuk
memulihkan kondisi negara, termasuk negara Indonesia.

Upaya pemberian vaksin ini merupakan bentuk tindakan tiap negara untuk
memperbaiki negaranya agar ekonomi bisa segera bangkit dan warga menjadi pulih kembali.
Presiden Joko Widodo dalam pidatonya di sidang umum PBB pada 23 September 2020
menyatakan bahwa vaksin ini bakal menjadi pengubah permainan (game changer) dalam
upaya memerangi pandemi Covid-19. Sikap optimisme kepala negara atas jalan yang akan
ditempuh dalam memberantas penyebaran Covid-19 harus sejalan dengan keadaan yang
dilakukan di lapangan.

Presiden Joko Widodo mengumumkan vaksin akan diberikan secara gratis kepada
seluruh masyarakat Indonesia. Menteri Keuangan, Sri Mulyani juga telah menginstruksikan
untuk memprioritaskan penganggaran keperluan biaya pengadaan dan distribusi vaksin gratis
tersebut di APBN 2021. Dampak Vaksin tentunya tidak hanya sebagai penanganan laju
penyebaran virus namun juga sebagai faktor yang sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi
Indonesia dari berbagai sektor seperti sektor pariwisata, keuangan, perdagangan dan akan
mengembalikan mobilitas masyarakat yang tentunya mendorong pergerakan perekonomian
Indonesia.

METODE

Penelitian ini merupakan jenis penelitian dengan pendekatan kualitatif yaitu sebuah
analisis penelitian terhadap kata-kata yang berkaitan dengan ide, gagasan, kepercayaan,
perasaan, kebiasaan dan perilaku manusia. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah seluruh masyarakat Indonesia sebagai penerima Vaksin Covid-19. Dalam
pengumpulan dilakukan melalui studi literatur (sekunder) dengan menelaah sumber-sumber
dari berbagai literatur seperti jurnal, buku, dokumen, website, media dan lain sebagainya.
Sementara teknis analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan memfokuskan
analisa data melalui pengorganisasian data, pembacaan dan pencatatan, serta pendeskripsian,
pengklarifikasian serta penafsiran.

PEMBAHASAN

Sebelum dikeluarkannya kebijakan pelaksanaan vaksinasi bagi masyarakat Indonesia,


pemerintah Indonesia sudah mendapat banyak kritikan dalam hal penanganan pandemi
Covid-19 di Indonesia. Penanganan yang terkesan lambat dan tidak peduli membuat lonjakan
kasus positif di Indonesia semakin meningkat dari hari ke hari. Angka jumlah positif yang
semakin meningkat ini membuat pemerintah Indonesia akhirnya juga mengikuti negaranegara
lain untuk memberikan vaksin untuk seluruh warganya. Pemberian vaksin kepada masyarakat
Indonesia diberikan secara bertahap sesuai dengan ketersediaan jumlah vaksin sebagaimana
dijelaskan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/12758/2020.
Pelaksanaan vaksinasi di Indonesia dimulai pada bulan Januari 2021 sebanyak 132.000 dosis
diberikan di hari pertama vaksinasi. Sampai dengan tanggal 08 Juli 2021 sebanyak
49.483.188 dosis sudah diberikan untuk warga negara Indonesia dengan jumlah 14.622.502
warga yang sudah divaksinasi dengan tuntas atau sebesar 5,5% dari jumlah populasi
masyarakat Indonesia. Jumlah ini sebenarnya masih berada di bawah jumlah masyarakat yang
divaksinasi dengan tuntas di seluruh dunia, yaitu sebesar 11,9%.

Masyarakat Indonesia masih banyak yang kurang/tidak memahami pentingnya vaksin


untuk pemutusan penyebaran virus Covid-19. Per Mei 2021, Sekretaris Jenderal Kemenkes
Oscar Primadi mengungkapkan, persentase keraguan masyarakat untuk mendapatkan vaksin
turun, sebanyak 80,8% masyarakat di Indonesia bersedia untuk menerima vaksin Covid-19,
keraguan masyarakat untuk mendapatkan vaksin telah menurun dari 28,6% menjadi 19,2%.

Kepala Kebijakan Publik untuk Facebook di Indonesia Ruben Hattari menuturkan


survei tersebut melibatkan 178.988 responden dalam periode 10 Januari 31 Maret 2021.
Survei itu mengukur tingkat keraguan vaksin Covid-19 yang dilaporkan sendiri, alasan
keraguan, sumber informasi terpercaya, dan perilaku utama seperti pemakaian masker dan
jarak sosial diTanah Air. Berdasarkan data survei keinginan masyarakat yang tinggi,
vaksinasi sebenarnya dapat dilaksanakan dengan baik, namun apabila melihat jumlah
lonjakan positif yang terjadi pada bulan Juli 2021 dirasa pelaksanaan vaksinasi seharusnya
dapat dilakukan sejalan dengan pengetatan kegiatan masyarakat, seperti sosialisasi 3M yang
sesering mungkin dilakukan, baik oleh pemerintah pusat, daerah, maupun entitas lain seperti
kantor, sekolah, dan lainnya.

KESIMPULAN

Vaksinasi yang sedang berjalan di Indonesia dirasa belum maksimal, yang dibuktikan
dengan tetap meningkatnya jumlah terkonfirmasi positif Covid-19 di berbagai daerah di
Indonesia. Pemberian vaksin yang terkesan lambat, kesadaran masyarakat terhadap
pentingnya vaksinasi untuk memutus penyebaran Covid-19 menjadi penghambat terbesar
untuk memutus rantai penyebaran Covid-19. Selain dikarenakan vaksinasi yang belum
maksimal, tidak diterapkannya 3M (mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak)
merupakan penyebab kasus Covid-19 di Indonesia tetap tinggi, bahkan semakin tinggi.

Anda mungkin juga menyukai