Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

MANFAAT PROMOSI KESEHATAN DALAM PERUBAHAN PERILAKU


MASYARAKAT SUKU TERASING/KAT

Makalah ini disusun untuk Memenuhi Tugas Dasar Promosi Kesehatan yang dibina
oleh Ibu Dr. Andi Asrina, SKM.,M.kes

DISUSUN OLEH :

SITI HAJRAH

14120180158

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021/2022
DAFTAR ISI

i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia adalah
komunikasi kesehatan. Menurut UndangUndang Kesehatan No.23 tahun 1992,
kesehatan adalah keadaan sejahterah badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Kesehatan ini mencakup
4 aspek, yakni fisik (badan), mental (jiwa), sosial, dan ekonomi. Pentingnya
kesehatan sangat dirasakan oleh sebagian besar manusia. Bahkan, ada kalimat
yang menyatakan bahwa “Kesehatan itu sangat mahal”. Kalimat tersebut
memperjelas bahwa hidup dalam keadan fisik serta mental yang sehat memang
sangatlah penting. Dengan fisik dan jiwa yang sehat, seseorang dapat melakukan
aktivitasnya sehari-hari.

Promosi kesehatan adalah proses yang memungkinkan orang-orang untuk


meningkatkan kontrol atas kesehatan mereka dan penentu-penentunya, dan
dengan demikian meningkatkan kesehatan mereka. Definisi ini dinyatakan
dalam Piagam Bangkok tentang Promosi Kesehatan di Dunia Global yang
diterbitkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2005. Promosi
kesehatan sangat berkaitan dengan kebijakan publik yang membahas determinan
sosial kesehatan seperti pendapatan, permukiman, ketahanan pangan, pekerjaan,
dan kondisi kerja yang berkualitas.

Masalah pemerataan dan peningkatan mutu pelayanan tidak terlepas dari


peningkatan jangkauan dan perluasan pelayanan kesehatan, termasuk
pembangunan kesehatan di daerah-daerah terpencil dan daerah perbatasan.
Daerah Terpencil Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) menjadi prioritas karena
adanya disparitas antar wilayah DPTK dan Non DTPK, kondisi geografi yang
sulit ditempuh dan iklim atau cuaca yang sering berubah, luas wilyah DTPK yang
sangat besar, status kesehatan masyarakat yang masih rendah, sarana dan

1
prasarana kesehatan terbatas, terbatasnya jumlah, jenis dan mutu SDM kesehatan,
pembiayaan kesehatan terbatas dan tidak koordinir, sumber daya dan kekayaan
alam DTPK yang besar untuk daerah perbatasan terutama kedaulatan negara.

Pelayanan kesehatan di daerah terpencil perbatasan dan kepulauan


menjadi lebih sulit karena keterbatasan akses akibat kondisi geografis dan iklim
yang menyebabkan keterbatasan sarana prasarana pelayanan kesehatan maka
akses masyarakat ke sarana pelayanan kesehatan rendah dan minat tenaga
kesehatan juga rendah. Khususnya di daerah perbatasan dengan negara tetangga
terdapat masalah kesehatan yang berhubungan dengan mobilitas penduduk

Berbagai negara telah menggunakan istilah Kesehatan di Semua


Kebijakan untuk menggambarkan tindakan-tindakan yang memasukkan unsur
kesehatan ke dalam semua kebijakan publik. Promosi kesehatan selaras dengan
konsep kesetaraan kesehatan dan dapat dijadikan fokus oleh lembaga swadaya
masyarakat yang mendedikasikan diri untuk mewujudkan keadilan sosial atau hak
asasi manusia. Literasi kesehatan dapat dikembangkan di sekolah-sekolah,
sedangkan aspek promosi kesehatan seperti promosi menyusui bergantung pada
aturan hukum, termasuk aturan di ruang publik.

B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. S
B. Manfaat Promosi Kesehatan
Daerah Bermasalah Kesehatan (DBK) adalah (1) kabupaten/kota yang
memiliki IPKM di bawah rerata dan proporsi penduduk miskinnya lebih
tinggi dari rerata, atau (2) kabupaten/kota yang memiliki masalah khusus
seperti geografi (daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan), sosial budaya
yang berdampak buruk pada kesehatan dan penyakit tertentu yang spesifik.
DBK mengambarkan adanya kesenjangan pencapaian indikator-indikator
pembangunan kesehatan antar-daerah di Indonesia. Di Indonesia terdapat 10
provinsi yang memiliki lebih dari 50% jumlah kabupaten/kotanya masuk ke
dalam kriteria IPKM yang perlu menjadi daerah prioritas perhatian
Kementerian Kesehatan dan jajarannya melalui upaya Penanggulangan
Daerah Bermasalah Kesehatan (PDBK). Kesepuluh provinsi tersebut adalah
Aceh, NTB, NTT, Sultra, Sulteng, Gorontalo, Sulbar, Maluku, Papua Barat
dan Papua. Berdasarkan pada nilai IPKM masing-masing daerah, selanjutnya
dapat dibedakan adanya 3 (tiga) kategori DBK (kabupaten/kota), yaitu DBK
Ringan, DBK Berat dan DBK Khusus. Klasifikasi DBK Ringan dan DBK
Berat didasarkan pada hasil penilaian indeks IPKM sesuai ketentuan yang
ditetapkan pada Riskesdas 2007. Daerah Bermasalah Kesehatan Ringan
(DBK) adalah kabupaten atau kota yang mempunyai nilai IPKM rerata sampai
dengan -1 (minus satu) simpangan baku dan mempunyai nilai kemiskinan
(Pendataan Status Ekonomi/PSE) di atas rerata (masing-masing untuk
kelompok kabupaten atau kelompok kota). Daerah Bermasalah Kesehatan
Berat (DBK-B) adalah kabupaten/kota yang memiliki nilai IPKM lebih rendah
dari rerata IPKM -1 (minus 1) simpang baku.
Daerah Bermasalah Kesehatan Khusus (DBK-K) adalah kabupaten/ kota
yang mempunyai masalah khusus seperti geografi (daerah terpencil,

3
perbatasan dan kepulauan), sosial budaya (tradisi/adat kebiasaan) yang
mempunyai dampak buruk terhadap kesehatan, penyakit tertentu yang spesifik
seperti Fasciolopsis buski, Schistosomiasis, dll.
Upaya kesehatan merupakan suatu kegiatan untuk meningkatkan,
memelihara dan mempertahankan kesehatan baik yang dilakukan secara
mandiri maupun diselenggarakan oleh pemerintah. Upaya kesehatan di
Indonesia dikelompokkan menjadi upaya kesehatan dalam bidang promotif,
preventif, kuratif serta rehabilitatif. Aspek kuratif dan rehabilitatif sebagai
cakupan dari upaya kesehatan bersifat pemeliharaan kesehatan sedangkan
aspek promotif dan preventif merupakan cakupan dalam upaya kesehatan
bersifat peningkatan kesehatan. Upaya kesehatan tersebut ditujukan agar
mencapai sasaran pembangunan kesehatan. Upaya promosi kesehatan di
rumah sakit merupakan bagian dari sektor kesehatan. Pelaksanaan promosi
kesehatan di rumah sakit memiliki tujuan untuk mendukung upaya
pembangunan kesehatan. Oleh karena itu upaya kesehatan dalam aspek
promotif mengandung makna bahwa kesehatan individu maupun masyarakat
harus selalu diupayakan sampai ke tingkat yang optimal.
Manfaat tujuan adanya promosi kesehatan adalah meningkatkan
kemampuan baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat agar mampu
hidup sehat dan mengembangkan upaya kesehatan yang bersumber
masyarakat serta terwujudnya lingkungan yang kondusif untuk mendorong
terbentuknya kemampuan tersebut.

4
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ketersediaan fasilitas dan tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan
kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan Komunitas Adat Terpencil
merupakan faktor utama dalam meningkatkan pelayanan kesehatan, serta
perlunya dukungan dari pemerintah dan sektor swasta terkait yang berada di
sekitar Komunitas Adat Terpencil untuk lebih peduli terhadap kelangsungan
hidup mereka. Perubahan perilaku dan dampak yang di alami oleh Komunitas
Adat Terpencil terhadap pelayanan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas.
Selain itu sinergi pemerintah pusat dan daerah semakin kuat dalam
mewujudkan peningkatan kehidupan yang adil dan merata pada warga
Komunitas Adat Terpencil.
B. Saran
1. Perlunya Dinas Kesehatan bersama dinas terkait untuk melakukan
pendataan ulang seluruh warga pada Komunitas Adat Terpencil sehingga
tidak ada keraguan bagi petugas kesehatan didalam memberikan
pelayanan kesehatan baik di Faskes tingkat pertama (Puskesmas) dan
Faskes lanjutan (Rumah Sakit), serta penataan pola hidup bagi
kelangsungan kehidupan Komunitas Adat Terpencil yang lebih berkualitas
sehingga bisa terjamin kesehatannya.
2. Bagi Komunitas Adat Terpencil agar dapat lebih meningkatkan
pengetahuan tentang kesehatan dan menjalin hubungan komunikasi antara
petugas kesehatan dengan komunitas secara berkesinambungan
diantaranya dibentuknya kader kesehatan dari warga.

5
DAFTAR PUSTAKA
Mila Triana Sari, Hartati Sandora, Haflin, 2019. Persepsi Komunitas Adat Terpencil
Suku Anak Dalam (SAD) terhadap Pelayanan Kesehatan. Jurnal Ilmiah
Universitas Batanghari Jambi. Vol. 19, No. 3.
Ratih Gayatri Setyabudi, Mutia Dewi, 2017. Analisis Strategi Promosi Kesehatan
dalam Rangka Meningkatkan Kesadaran Hidup Sehat oleh Rumah Sakit Jiwa
Daerah Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Komunikasi.
Vol. 12, No. 1
Wikipedia, 2021. Promosi Kesehatan. Diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki
/Promosi_kesehatan
Zelbi Windarini Tiraihati ANALISIS PROMOSI KESEHATAN BERDASARKAN OTTAWA CHARTER
DI RS ONKOLOGI SURABAYA Jurnal Promkes, Vol. 5, No. 1 Juli 2017:

Anda mungkin juga menyukai