3
BAB II
PEMBAHASA
N
A. Program Pembinaan Kesehatan Komunitas
1. Pengertian Ilmu Kesehatan Komunitas
Kesehatan adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan
manusia kesehatan manusia mulai dari tingkat individu hingga pada
tingkatan eksosistem serta perbaikan fungsi setiap unitdalam sistem hayati
tubuh manusia mulai dari tingkat sub sampai tingkat sistem tubuh.
Komunitas adalah sekelompok manusia yang sering berhubungan lebih
sering dibandingkan manusia lainyang berada di luarnya serta saling
ketergantungan untuk memenuhi kebutuhan barang atau jasa yang penting
untuk mencukupi kehidupan sehari-hari.
Menurut Spradly (1985), Logan dan Dawkin (1987) Keperawatan
kesehatan komunitas adalah pelayanan perawatan professional yang
ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan kepada kelompok risiko
tinggi, dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui
pencegahan penyakit dan pendekatan kesehatan dengan menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melubatkan
klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pelayanan keperawtan.
4
dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
951/Menkes/SK/VI/2000 yaitu: “Tujuan pembangunan kesehatan adalah
untuk neningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang yang optimal”.
Program kesehatan masyarakat, meliputi:
Pembinaan gizi masyarakat
Pembinaan kesehatan keluarga
Pembinaan upaya kesehatan kerja dan olah raga
Dukungan mananjemen
Promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
Penyehatan lingkungan
5
puskesmas. Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka
puskesmas perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih
sederhana yang disebut puskesmas pembantu dan puskesmas keliling.
Khusus untuk kota besar dengan jumlah penduduk satu juta jiwa atau
lebih, wilayah kerja puskesmas dapat meliputi satu kelurahan.
Puskesmas di ibukota kecamatan dengan jumlah penduduk 150.000
jiwa atau lebih, merupakan puskesmas Pembina yang berfungsi
sebagai pusat rujukan bagi puskesmas kelurahan dan juga mempunyai
fungsi koordinasi (Effendi, 2009).
Menurut Trihono (2005) ada 3 (tiga) fungsi puskesmas yaitu:
pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan yang berarti
puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau
penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat
dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta
mendukung pembangunan kesehatan. selain itu puskesmas aktif
memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan
setiap program pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk
pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah
mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit
tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
b. Gizi Masyarakat
Adanya pencapaian MDGs untuk menanggulangi kemiskinan
dan kelaparan menjadikan suatu tantangan yang harus dihadapi di
Indonesia, hal ini sesuai dengan penelitian yang menyebutkan bahwa
tantangan utama pencapaian MDGs bidang kesehatan adalah
bagaimana pemerintah dapat menerjemahkan komitmen dan kebijakan
intervensi efektif yang sudah tersedia menjadi program rutin pelayanan
kesehatan yang dapat langsung menyentuh masyarakat, terutama
mereka yang paling membutuhkan, yaitu masyarakat miskin (Utomo,
2011).
6
Pihak pemerintah masih perlu meningkatkan upaya kesehatan
yang berkesinambungan karena keadaan sosial ekonomi terutama pada
penduduk miskin yang mendasari terjadinya kurang gizi yang masih
menjadi ancaman. Sehingga Dinas Kesehatan perlu melaksanakan
Program Perbaikan Gizi Masyarakat khususnya Pemantauan
Pertumbuhan Balita yang keberhasilannya dapat diukur dari beberapa
kegiatan, meliputi cakupan K/S yaitu indikator untuk menggambarkan
persentase balita yang mempunyai Kartu Menuju Sehat (KMS) atau
buku KIA.\
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Pasal 141:
(1) Upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk peningkatan
mutu gizi perorangan dan masyarakat.
(2) Pelayanan gizi adalah suatu upaya memperbaiki atau
meningkatkan makanan, dietetik masyarakat, kelompok,
individu atau klien yang merupakan suatu rangkaian kegiatan
yang meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis, simpulan,
anjuran, implementasi dan evaluasi gizi, makanan dan dietetik
dalam rangka mencapai status kesehatan optimal dalam
kondisi sehat atau sakit.
(3) Upaya perbaikan gizi dilakukan pada seluruh siklus kehidupan
sejak dalam kandungan sampai dengan lanjut usia dengan
prioritas kepada kelompok rawan:
a) Bayi dan balita;
b) Remaja perempuan; dan
c) Ibu hamil dan ibu menyusui.
(4) Peningkatan mutu gizi dilakukan melalui:
a) Perbaikan pola konsumsi makanan yang sesuai dengan gizi
seimbang;
b) Perbaikan perilaku sadar gizi, aktivitas fisik dan kesehatan;
c) Peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi yang sesuai
dengan kemajuan ilmu dan teknologi;
7
d) Peningkatan sistem kewaspadaan pangan dan gizi;
e) Penanganan kekurangan energi protein (KEP), anemia zat
besi, gangguan akibat kekurangan zat yodium dan
kekurangan vitamin A.
(5) Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Pemerintah
Kabupaten/Kota bertanggung jawab terhadap pendidikan dan
informasi yang benar tentang gizi kepada masyarakat.
(6) Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah
Kabupaten/Kota bertanggung jawab atas pemenuhan
kecukupan gizi keluarga miskin dan dalam situasi darurat.
(7) Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah
Kabupaten/Kota dan masyarakat melakukan upaya untuk
mencapai status gizi yang baik, termasuk dalam pemenuhan
kecukupan gizi keluarga miskin dan penanggulangan gizi
buruk dengan mendirikan pusat atau unit pemulihan gizi.
(8) Dinas menyusun petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis
upaya perbaikan gizi.
8
Kawasan pemukiman, sarana dan prasarana umum,
Kawasan sarana lalu lintas tertib dan pelayanan transportasi
Kawasan pertambangan sehat
Kawasan hutan sehat
Kawasan industry dan perkotaan
Kawasan pariwisata sehat
Ketahanan pangan dan gizi
Kehidupan masyarakat sehat yang mandiri
Kehidupan sosial yang sehat
Dedesentralisasi bidang kesehatan sebagai pendekatan yang
dianggap paling tepat saat ini dalam mengatasi permasalahan kesehatan
kota. Beberapa peraturan perundang-undangan bidang kesehatan
sebagai tindak lanjut UU no.22 tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah dan UU no.25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang merupakan inti kebijakan
desentralisasi, misalnya Keputusan Menkes RI no.
574/Menkes/SK/IV/2000 tentang Kebijakan Pembangunan Kesehatan
menuju Indonesia Sehat 2010 (IS 2010).
Pemerintah melalui Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri
dan Menteri Kesehatan No. 34 Tahun 2005 dan
No.1138/Menkes/PB/VIII/2005 tanggal 3 Agustus 2005 menetapkan
pedoman penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat. yang berupaya untuk
menciptakan dan meningkatkan kualitas lingkungan baik fisik, sosial,
budaya, mengembangkan ekonomi masyarakat dengan
mengembangkan potensi-potensi masyarakat dengan cara
memberdayakan fungsi-fungsi kehidupan dalam membangun potensi
maksimal suatu kota/desa.
9
1
0
11
DAFTAR PUSTAKA
manajemen-pelayanankesehatan.net › bab-v-upaya-perbaikan-gizi
11