Anda di halaman 1dari 7

A.

Program Pembinaan Kesehatan Komunitas


1. Pengertian Ilmu Kesehatan Komunitas
Kesehatan adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan
manusia kesehatan manusia mulai dari tingkat individu hingga pada
tingkatan eksosistem serta perbaikan fungsi setiap unitdalam sistem hayati
tubuh manusia mulai dari tingkat sub sampai tingkat sistem tubuh.
Komunitas adalah sekelompok manusia yang sering berhubungan lebih
sering dibandingkan manusia lainyang berada di luarnya serta saling
ketergantungan untuk memenuhi kebutuhan barang atau jasa yang penting
untuk mencukupi kehidupan sehari-hari.
Menurut Spradly (1985), Logan dan Dawkin (1987) Keperawatan
kesehatan komunitas adalah pelayanan perawatan professional yang
ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan kepada kelompok risiko
tinggi, dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui
pencegahan penyakit dan pendekatan kesehatan dengan menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melubatkan
klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pelayanan keperawtan.

2. Program Pembinaan Kesehatan Komunitas


Proses pelayanan kesehatan dan kualitas pelayanan berkaitan
dengan ketersediaan sarana kesehatan yang terdiri dari (Puskesmas, Balai
Pengobatan), pelayanan rujukan (Rumah Sakit), Ketersediaan tenaga
kesehatan, peralatan dan obat-obatan. Secara operasiaonal pelaksanaan
pelyanan kesehatan komunitas dalam organisasi pemerintah daerah
menjadi beban tugas dan wewenang dari Dinas Kesehatan. Karena itu,
Dinas Kesehatan memiliki tujuan untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan masyarakat dan menjadikannya lebih efisien, efektif serta dapat
dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Kondisi tersebut sudah sesuai
dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
951/Menkes/SK/VI/2000 yaitu: “Tujuan pembangunan kesehatan adalah
untuk neningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang yang optimal”.
Program kesehatan masyarakat, meliputi:
 Pembinaan gizi masyarakat
 Pembinaan kesehatan keluarga
 Pembinaan upaya kesehatan kerja dan olah raga
 Dukungan mananjemen
 Promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
 Penyehatan lingkungan

a. Gizi Masyarakat
Adanya pencapaian MDGs untuk menanggulangi kemiskinan
dan kelaparan menjadikan suatu tantangan yang harus dihadapi di
Indonesia, hal ini sesuai dengan penelitian yang menyebutkan bahwa
tantangan utama pencapaian MDGs bidang kesehatan adalah
bagaimana pemerintah dapat menerjemahkan komitmen dan kebijakan
intervensi efektif yang sudah tersedia menjadi program rutin pelayanan
kesehatan yang dapat langsung menyentuh masyarakat, terutama
mereka yang paling membutuhkan, yaitu masyarakat miskin (Utomo,
2011).
Pihak pemerintah masih perlu meningkatkan upaya kesehatan yang
berkesinambungan karena keadaan sosial ekonomi terutama pada penduduk
miskin yang mendasari terjadinya kurang gizi yang masih menjadi ancaman.
Sehingga Dinas Kesehatan perlu melaksanakan Program Perbaikan Gizi
Masyarakat khususnya Pemantauan Pertumbuhan Balita yang keberhasilannya
dapat diukur dari beberapa kegiatan, meliputi cakupan K/S yaitu indikator untuk
menggambarkan persentase balita yang mempunyai Kartu Menuju Sehat (KMS)
atau buku KIA.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Pasal 141:


(1) Upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk peningkatan
mutu gizi perorangan dan masyarakat.
(2) Pelayanan gizi adalah suatu upaya memperbaiki atau
meningkatkan makanan, dietetik masyarakat, kelompok,
individu atau klien yang merupakan suatu rangkaian kegiatan
yang meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis, simpulan,
anjuran, implementasi dan evaluasi gizi, makanan dan dietetik
dalam rangka mencapai status kesehatan optimal dalam
kondisi sehat atau sakit.
(3) Upaya perbaikan gizi dilakukan pada seluruh siklus kehidupan
sejak dalam kandungan sampai dengan lanjut usia dengan
prioritas kepada kelompok rawan:
a) Bayi dan balita;
b) Remaja perempuan; dan
c) Ibu hamil dan ibu menyusui.
(4) Peningkatan mutu gizi dilakukan melalui:
a) Perbaikan pola konsumsi makanan yang sesuai dengan gizi
seimbang;
b) Perbaikan perilaku sadar gizi, aktivitas fisik dan kesehatan;
c) Peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi yang sesuai
dengan kemajuan ilmu dan teknologi;

d) Peningkatan sistem kewaspadaan pangan dan gizi;


e) Penanganan kekurangan energi protein (KEP), anemia zat
besi, gangguan akibat kekurangan zat yodium dan
kekurangan vitamin A.
(5) Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Pemerintah
Kabupaten/Kota bertanggung jawab terhadap pendidikan dan
informasi yang benar tentang gizi kepada masyarakat.
(6) Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah
Kabupaten/Kota bertanggung jawab atas pemenuhan
kecukupan gizi keluarga miskin dan dalam situasi darurat.
(7) Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah
Kabupaten/Kota dan masyarakat melakukan upaya untuk
mencapai status gizi yang baik, termasuk dalam pemenuhan
kecukupan gizi keluarga miskin dan penanggulangan gizi
buruk dengan mendirikan pusat atau unit pemulihan gizi.
(8) Dinas menyusun petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis
upaya perbaikan gizi.

Anda mungkin juga menyukai