Anda di halaman 1dari 9

KASUS FRAKTUR

Ny. H (41 tahun) dibawa ke IGD RSUP. Dr. M.Djamil Padang setelah mengalami
kecelakaan lalu lintas. Pasien seorang pengendara sepeda motor mengalami
kecelakaan lalu lintas, tertabrak sepeda motor lain dari arah samping kiri kemudian
pasien jatuh ke kanan dan menabrak pembatas jalan. saat kejadian penderita dalam
kondisi sadar, tanpa disertai tanda cidera kepala. Hasil pemeriksaan TTV didapatkan :
TD :120/70 mmHg, Pernapasan :20x/I, Nadi :82 x/i Suhu :36,8 ºC . Hasil
pemeriksaan fisik didapatkan inspeksi humerus kanan didapatkan deformitas dan
jejas, tanpa adanya vulnus apertum. Pada palpasi terdapat krepitasi disertai nyeri
tekan. Pergerakan range of motion (ROM) terbatas. Pada status lokalis cruris kanan,
inspeksi terdapat swelling dan deformitas tetapi tidak tampak jejas maupun vulnus
apertum. Pada palpasi terdapat nyeri tekan dan krepitasi. Pasien tidak mampu
melakukan knee fleksi, dan ROM terbatas. Pemeriksaan x-ray humerus kanan
ditemukan fraktur tertutup humerus 1/3 tengah. Pemeriksaan xray dan CT Scan genu
kanan ditemukan tampak gambaran fraktur kominutif bicondylar dari tibial plateau
posterior. X-ray Genu AP/Lateral CT Scan Genu Kanan 3 hari setelah masuk rumah
sakit (MRS) pasien menjalani operasi open reduction Internal fixation (ORIF)
humerus dan tibial. Hasil pengkajian post-op didapatkan Pasien mengatakan nyeri
menusuk dan panas di bagian kaki yang siap operasi dan lamanya nyeri ±5 menit.
Kaki klien tampak dibalut dengan tensocrepe dan ferbam di sebelah kanan. Dari
observasi pasien tanpak meringis dan menahan nyeri, pasien tanpak merasakan nyeri
di bagian kaki sebelah kanan yang siap operasi dengan skala nyeri 6, lmanya nyeri ±5
menit, luka tertutup perban, keadaaan perban tanpak berdarah dan luka klien terdapat
luka lembab, dengan panjang luka ± 9 cm, kulit klien tanpak memerah di bagisn luka
yang siap operasi dan terasa panas. Klien beraktifitas dibantu keluarga. Klien tampak
terpasang infus RL dengan 20 tetes/menit. Kulit terasa panas di sekitar luka bekas
operasi. Kekutan otot : Therapy : Infus RL 500cc 20 tetes/menit Injeksi Cefriaxson
2x1 gram /12 Jam Injeksi Ranitidine 2x1 gram /12 Jam.
ANALISA DATA
No Data Etiologi Diagnosa
1. DO : agen pencedera Nyeri Akut
1. pasien tampak meringis fisik
dan menahan nyeri,
2. pasien tampak merasakan
nyeri di bagian kaki
sebelah kanan yang siap
operasi dengan skala
nyeri 6, lmanya nyeri ±5
menit,
DS :
 Pasien mengatakan nyeri
menusuk dan panas di
bagian kaki yg siap
operasi lamanya nyeri 5
menit

DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik d.d mengeluh nyeri, tampak meringis
INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA SIKI SLKI
1. Nyeri akut Manajemen Nyeri Tingkat Nyeri :
berhubungan Defenisi : Mengidentifikasi - kemampuan menuntaskan
dengan agen dan mengelola sensorikatau aktifitas dipertahankan pada
pencedera fisik emosional yang berkaitan 2 (cukup menurun)
dengan kerusakan jaringan ditingkatkan pada 4 (cukup
atau fungsional dengan onset meningkat)
mendadak atau lambat dan - keluhan nyeri
berintesitas ringan hingga dipertahankan pada 2 (cukup
berat. meningkat) ditingkatkan
pada 4 (cukup menurun)
Observasi - meringis dipertahankan
- identifikasi pada 2 (cukup meningkat)
lokasikarakteristik, durasi, ditingkatkan pada 4 (cukup
frekuensi, kualitas, intesitas menurun)
nyeri - gelisah dipertahankan pada
- identtifikasi skala nyeri 2 (cukup meningkat)
- identifkasi respon nyeri non ditingkatkan pada 4 (cukup
verbal menurun)
- identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri

Terapeutik
- berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
- fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi
- jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
- jelaskan strategi meredakan
nyeri
- anjurkan monitor nyeri
secara mandiri

ANALISIS PICO
Unsur PICO Analisis Kata Kunci
P (Problem) Pasien tampak meringis dan Nyeri Akut
menahan nyeri, pasien tanpak
merasakan nyeri di bagian
kaki sebelah kanan yang siap
operasi dengan skala nyeri 6,
lmanya nyeri ±5 menit,
I (Intervention) Klien akan diberikan Kompres dingin pada
intervensi kompres dingin fraktur
C (Comparison) Intervensi pembandingnya mobilisasi dn ambulasi dini
adalah mobilisasi dn
ambulasi dini
O (Outcome) Mengurangi rasa nyeri akut Manajemen Nyeri
yang dirasakan pada klien
dengan mengajarkan klien
manajemen nyeri.

Pertanyaan Klinis
Pada klien nyeri akut akibat post operasi fraktur bagaimanakah efektifitas
pemberian kombinasi terapi kompres dingin dibandingkan dengan terapi mobilisasi
dn ambulasi dini terhadap manajemen nyeri pada klien?

ANALISIS JURNAL 1
Judul artikel jurnal : PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES DINGIN
TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI PADA PASIEN POST OPERASI
FRAKTUR DI RS SILOAM SRIWIJAYA PALEMBANG TAHUN 2020
Referensi : Anggraini, O., & Fadila, R. A. (2021). PENGARUH PEMBERIAN
KOMPRES DINGIN TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI PADA PASIEN
POST OPERASI FRAKTUR DI RS SILOAM SRIWIJAYA PALEMBANG TAHUN
2020. Jurnal Kesehatan dan Pembangunan, 11(21), 72-80.
Peneliti Ovi Anggraini, R.A. Fadila
Metode penelitian kuantitaif dengan menggunakan uji statistik paired t-test
penelitian
Intervensi Nyeri post operasi disebabkan oleh karena adanya kerusakan
jaringan karena prosedur pembedahan. Untuk mengatasi nyeri
tersebut dapat dilakukan manajemen nyeri non farmakologi.
Manajemen nyeri non farmakologi merupakan salah satu intervensi
keperawatan secara mandiri untuk mengurangi nyeri yang dirasakan
oleh pasien terutama pada pasien post operasi.
Tindakan pemberian kompres dingin adalah memberikan rasa
dingin pada daerah tertentu dengan menggunakan kain, es batu atau
ice gel (cold pack) sehingga memberikan efek rasa dingin pada
daerah tersebut. Tempat yang diberikan kompres dingin tergantung
lokasinya dan selama pemberian kompres lakukan observasi pada
kulit setelah 5 menit pemberian bila tidak terjadi kontraindikasi dan
dapat ditoleransi oleh kulit, kompres dapat diberikan selama 20
menit
Hasil 1. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa
dari 15 responden sebelum pemberian kompres dingin
sebanyak 9 responden mengalami skala nyeri dengan
kategori sedang dan 6 responden mengalami skala nyeri
dengan kategori berat. Setelah dilakukan pemberian kompres
diketahui bahwa dari jumlah 15 responden sebanyak 10
responden mengalami skala nyeri dengan kategori ringan
dan sebanyak 5 responden mengalami skala nyeri dengan
kategori sedang.
2. Dari hasil analisis uji tersebut diperoleh nilai p value = 0.000
dengan taraf signifikan α= 0.05 yang berarti 0.000 < 0.05
maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian
kompres dingin terhadap penurunan skala nyeri sebelum
pemberian kompres dingin terhadap skala nyeri setelah
diberikan kompres dingin.
3. Tindakan pemberian kompres dingin dapat memberikan efek
fisiologis seperti menurunkan respon inflamasi jaringan,
menurunkan aliran darah dan mengurangi edema
Kelebihan 1. Penulisan judul dan abstrak sudah sesuai dengan kaidah
penulis jurnal.
2. Metodologi yang digunakan sudah dijelaskan secara rinci
3. Sudah menggunakan tata bahasa yang sesuai dengan EYD
4. Pada jurnal ini terdapat perbandingan hasil penelitian yang
di lakukan peneliti dengan penelitian sebelumnya
5. Sumber penelitian merupakan referensi terbaru
Kekurangan -

ANALISIS JURNAL 2
Judul artikel jurnal : NYERI PADA PASIEN POST OP FRAKTUR
EKSTREMITAS BAWAH DENGAN PELAKSANAAN MOBILISASI DAN
AMBULASI DINI
Referensi : Andri, J., Febriawati, H., Padila, P., Harsismanto, J., & Susmita, R.
(2020). Nyeri pada Pasien Post Op Fraktur Ekstremitas Bawah dengan Pelaksanaan
Mobilisasi dan Ambulasi Dini. Journal of Telenursing (JOTING), 2(1), 61-70.
Peneliti Juli Andri , Henni Febriawati , Padila , Harsismanto, J , Rahayu
Susmita
Metode Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain
penelitian cross sectional
Intervensi Penatalaksanaan fraktur tersebut dapat mengakibatkan masalah atau
komplikasi seperti kesemutan, nyeri, kekakuan otot, bengkak atau
edema serta pucat pada anggota gerak yang dioperasi. Masalah
tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya adalah
kurang atau tidak dilakukannya mobilisasi dini pasca pembedahan.
Beberapa literatur menyebutkan bahwa pentingnya melakukan
mobilisasi dini yaitu untuk memperbaiki sirkulasi, mencegah
terjadinya masalah atau komplikasi setelah operasi serta
mempercepat proses pemulihan pasien. Mobilisasi merupakan
kemampuan setiap individu untuk bergerak secara bebas, mudah
dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mempertahankan kesehatannya.
Hasil 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum dilakukan
intervensi sebagian besar mengalami nyeri berat berjumlah
24 orang. Setelah dilakukan intervensi sebagian besar
mengalami nyeri sedang berjumlah 27 orang.
2. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara
pelaksanaan mobilisasi danambulasi dini dengan nyeri pada
pasien post op fraktur ekstremitas bawah dengan masing-
masing nilai p = 0,000.
Kelebihan 1. Metodologi yang digunakan sudah dijelaskan secara rinci
2. Sudah menggunakan tata bahasa yang sesuai dengan
EYD
3. Pada jurnal ini terdapat perbandingan hasil penelitian
yang di lakukan peneliti dengan penelitian sebelumnya
4. Sumber penelitian merupakan referensi terbaru
Kekurangan 1. Penulisan judul dan abstrak kurang sesuai dengan kaidah
penulis jurnal.
2. Lokasi dan waktu penelitian tidak lampirkan dalam judul

Eviden Based Practice

Intervensi Kombinasi Kompres dingin dan mobilisasi dan ambulasi


dini
Pengertian Tindakan pemberian kompres dingin adalah memberikan
rasa dingin pada daerah tertentu dengan menggunakan
kain, es batu atau ice gel (cold pack) sehingga memberikan
efek rasa dingin pada daerah tersebut. Tempat yang
diberikan kompres dingin tergantung lokasinya dan selama
pemberian kompres lakukan observasi pada kulit setelah 5
menit pemberian bila tidak terjadi kontraindikasi dan dapat
ditoleransi oleh kulit, kompres dapat diberikan selama 20
menit.
Tujuan Menurunkan intensitas nyeri, menghentikan perdarahan
dan mencegah peradangan
Prosedur A. Fase prainteraksi :
tindakan 1. Melakukan verifikasi program terapi
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat :

 Handschoen

 Masker

 Apron

 Kirbat es atau eskap dengan sarungnya

 Baskom berisi potongan – potongan kecil es


batu dan satu sendok teh garam agar es tidak
cepat mencair

 Air dalam baskom

 Lap kerja
 Perlak atau pengalas

 Bengkok

B. Fase orientasi
1. Memberikan salam terapeutik, bina hubungan
saling percaya dan menyapa nama klien
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
4. Menanyakan kesiapan klien

C. Fase kerja
1. Menjaga privasi klien
2. Mengatur pasien dalam posisi nyaman
3. Mengisi kirbat es hingga 2/3 bagian
4. Mengeluarkan udara dan menutup kirbat es dan
pastikan tidak bocor
5. Mengeringkan dengan lap kerja dan memasang
sarung
6. Meletakan pengalas atau perlak dibawah daerah
yang akan dikompres
7. Meletakan kirbat pada bagian tubuh yang akan
dikompres dengan kepala kirbat mengarah
keluar tempat tidur
8. Kaji keadaan kulit setiap 5 menit terhadap nyeri,
mati rasa, dan suhu tubuh. Setiap 20 menit ganti
es dalam eskap/kirbat.
9. Angkat eskap/kirbat bila sudah selesai
10. Memantau respon pasien
11. Merapikan pasien

D. Fase terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan
2. Berpamitan dengan pasien
3. Mengontrak waktu atau menginformasikan akan
datang 2 jam lagi untuk evaluasi kembali
4. Mencuci tangan
5. Dokumentasi tindakan dalam lembar catatatan
keperawatan

Anda mungkin juga menyukai