Anda di halaman 1dari 43

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN LUKA BAKAR

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah III

DOSEN PENGAMPU :

Elvi Oktariana, Sp.Kep.KMB

OLEH : KELOMPOK 10

VINA PANDUWINATA (1911311031)

ZAHRATUL ALINI (1911312004)

ANNISA LISTYANTI (1911312016)

PUJA JUNIZA (1911312064)

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT


dan segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat,
taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Pasien Luka Bakar”.
Dalam penyusunan makalah ini kami sangat menyadari bahwa masih banyaknya
terdapat kekurangan dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan, pengalaman serta kehilafan
yang kami miliki. Maka dari itu, dengan ikhlas kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat mendidik dan membangun dari semua pihak demi kesempurnaan penyusunan
makalah ini dimasa yang akan datang.
Penyusunan makalah ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa bantuan, bimbingan
serta saran dari berbagai pihak. Untuk itulah pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak
terima kasih yang tak terhingga.
Semoga Allah SWT membalas dan selalu melimpahkan rahmat serta hidayahnya atas
bantuan yang telah diberikan kepada kami dalam penyusunan makalah ini, akhirnya semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembangunan ilmu pendidikan dan ilmu keperawatan 
serta bagi kita semua, Aamiin.

Padang, 04 Oktober 2021

Kelompok 10

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................2


DAFTAR ISI ...........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................4
1.2 Tujuan Penulisan .........................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar

A. Definisi ...................................................................................................................6
B. Etiologi.....................................................................................................................6
C. Patofisiologi.............................................................................................................8
D. Manifestasi Klinis/Tanda dan Gejala ...................................................................13
E. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik ...............................................................18
F. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan .............................................................19
2.2 Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian ...............................................................................................................23
B. Diagnosa ..................................................................................................................26
C. Intervensi..................................................................................................................26

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ..........................................................................................................29
3.2 Saran ....................................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................30

3
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, jenis
yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi
dibandingkan dengan cedera oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan juga cukup
mahal untuk penanganannnya. Penyebab luka bakar selain karena api (secara
langsung ataupun tidak langsung), juga karena pajanan suhu tinggi dari matahari,
listrik maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api
(misalnya tersiram panas) banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga.
(Sjamsuhidajat, 2005)

Kulit adalah organ kompleks yang memberikan pertahanan tubuh pertama


terhadap kemungkinan lingkungan yang merugikan. Kulit melindungi tubuh terhadap
infeksi, mencegah kehilangan cairan tubuh, membantu mengontrol suhu tubuh,
berfungsi sebagai organ eksretoridan sensori, membantu dalam proses aktivasi
vitamin D, dan mempengaruhi citra tubuh. Luka bakar adalah hal yang umum, namun
merupakan bentuk cedera kulit yang sebagian besar dapat dicegah.( Horne dan
Swearingen, 2000)

Kurang lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar di Amerika Serikat setiap
tahunnya. Dari kelompok ini 200 ribu pasien memerlukan penanganan rawat jalan dan
100 ribu pasien dirawat di rumah sakit. Sekitar 12 ribu orang meninggal setiap
tahunnya akibat luka bakar dan cedera inhalasi yang berhubungan dengan luka bakar
lebih separuh dari kasus luka bakar dirumah sakit seharusnya dapat dicegah. Perawat
dapat memainkan peranan yang aktif dalam pencegahan kebakaran dan luka bakar
dengan mengajarkan konsep pencegahan dan mempromosikan undang undang tentang
pengamanan kebakaran. Asuhan keperawatan komprehensif yang diberikan manakala
terjadi luka bakar adalah penting untuk pencegahan kematian dan kecacatan. Adalah
penting bagi perawat untuk memiliki pengertian yang jelas tentang perubahan yang
saling berhubungan pada semua sistem tubuh setelah cedera luka bakar juga
penghargaan terhadap dampak emosional dari cedera pada korban luka bakar dan

4
keluarganya. Hanya dengan dasar pengetahuan komprehensif perawat dapat
memberikan intervensi terapeutik yang diperlukan pada semua tahapan penyembuhan.

B.     Tujuan

a. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memahami Konsep dasar pada klien dengan luka bakar.    

b. Tujuan Khusus

1) Mahasiswa mampu memahami definisi, etiologi dan penatalaksanaan dari


luka bakar.
2) Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa dari pengkajian terhadap luka
bakar.
3) Mahasiswa mampu menyusun rencana dalam pelaksanaan perawatan luka
bakar.
4) Mahasiswa mampu melakukan tindakan sesuai rencana yang telah disusun.
5) Mahasiswa mampu mengevaluasi dari rencana tindakan yang telah disusun.

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar

A. Definisi Luka Bakar


Luka bakar adalah luka yang disebabkan kontak dengan suhu tinggi seperti
api, air panas, bahkan kimia dan radiasi, juga sebab kontak dengan suhu rendah
(frosh bite). (Mansjoer 2000 : 365)

Luka bakar (combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak


langsung atau terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik (electrict),
zat kimia (chemycal), atau radiasi (radiation) .

Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti kobaran api ditubuh (flame), jilatan api ketubuh
(flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat
sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta sengatan matahari (sunburn).

B. Etiologi Luka Bakar

Luka bakar banyak disebabkan karena suatu hal, diantaranya adalah:

a. Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn): gas, cairan, bahan padat

Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald),
jilatan api ketubuh (flash), kobaran api di tubuh (flam), dan akibat terpapar
atau kontak dengan objek-objek panas lainnya (logam panas, dan lain-lain)
(Moenadjat, 2005).

b. Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn)

Luka bakar bahan kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau
alkali yang biasa digunakan dalam bidang industry militer ataupun bahan
pembersih yang sering digunakan untuk keperluan rumah tangga (Moenadjat,
2005).

6
c. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)

Listrik menyebabkan kerusakan yang disebabkan karena arus, api dan


ledakan. Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki
resistensi paling rendah. Kerusakan terutama pada pembuluh darah,
khususnya tunika intima, sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi ke
distal. Sering kali kerusakan berada jauh dari lokasi kontak,baik kontak
dengan sumber arus maupun grown (Moenadjat, 2005).

d. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)

Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber


radioaktif. Tipe injury ini sering disebabkan oleh penggunaan radio aktif
untuk keperluan terapeutik dalam dunia kedokteran dan industry. Akibat
terpapar sinar matahari yang terlalu lama juga dapat menyebabkan luka bakar
radiasi (Moenadjat, 2005).

7
C. Patofisiologi Luka Bakar

Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energy dari sumber panas ke


tubuh. Panas tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi atau radiasi
elektromagnetik, derajat luka bakar yang berhubungan dengan beberapa faktor
penyebab, konduksi jaringan yang terkena dan lamanya kulit kontak dengan
sumber panas. Kulit dengan luka bakar mengalami keruskan pada epidermis,
dermis, maupun jaringan subkutan tergantung pada penyebabnya.

8
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan.
Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi.
Sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia.
Menigkatnya permeabilitas menyebabkan udem dan menimbulkan bula yang
mengandung banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume
cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan
kehilangan cairan akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula
yang terbentuk pada luka bakar derajat dua, dan pengeluaran cairan ke
keropeng luka bakar derajat tiga.

Bila luas bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi


tubuh masih bisa mengatasinya, tetapi bilalebih dari 20%, akan terjadi syok
hipovolemik dengan gejala khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat,
nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun, dan produksi urin berkurang.
Pembengkakan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi setelah delapan jam.
(Wim De Jong, 2004)

Penderita syok atau terancam syok


 Anak     : luasnya luka >10%
 Dewasa : luasnya luka >15%
Letak luka memungkinkan penderita terancam cacat berat
 Wajah, mata
 Tangan dan kaki
 Perineum
Terancam udem laring
 Tertutup asap atau udara hangat
                              Bagan 2.1 indikasi rawat inap

Pada awalnya tubuh menanggapi dengan memirau (shunting) darah ke


otak dan jantung menjauh dari organ-organ tubuh lainnya. Kekurangan aliran
darah yang berkepanjangan ke organ-organ tersebut bersifat merugikan.
Kerusakan yang dihasilkan bergantung pada keburuhan dasar organ tubuh.
Beberapa organ dapat bertahan hanya untuk beberapa jam tanpa pasokan darah
yang menyediakan sumber gizi. Setelah resusitasi, tubuh mulai menyerap

9
kembali cairan edema dan membuangnya lewat pembentukan urine (diuresis).
(Black & Hawk, 2009)

Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang ditentukan oleh


kedalaman luka bakar. walaupun demikian, beratnya luka bergantung pada
dalam, luas, dan letak luka. Umur dan keadaan kesehatan penderita sebelumnya
akan sangat memengaruhi prognosis. (Wim De Jong, 2004) Untuk luka bakar
yang lebih kecil, tanggapan tubuh terhadap cedera terlokalisasi pada area yang
terbakar. Namun, pada luka yang lebih luas (misalnya, meliputi 25% atau lebih
total area permukaan tubuh [total body surface area-TBSA]), tanggapan tubuh
terhadap cedera bersifat sistemik dan sebanding dengan luasnya cedera.
Tanggapan sistemik terhadap cedera luka bakar biasanya bifasik, ditandai oleh
penurunan fungsi (hipofungsi) yang diikuti dengan peningkatan fungsi
(hiperfungsi) setiap sistem organ. (Black & Hawk, 2009)

 Respons Sistemik

Perubahan patofisiologi yang disebabkan oleh luka bakar yang berat


selama awal periode syok luka bakar mencangkup hipoperfusi jaringan dan
hipofungsi organ yang terjadi sekunder akibat penurunan curah jantung dengan
diikuti oleh fase hiperdinamik serta hipermetabolik. Kejadian sistemik awal
sesudah luka bakar yang berat adalah ketidakstabilan hemodinamika akibat
hilangnya integritas kapiler dan kemudian terjadinya perpindahan cairan natrium
serta protein dari ruang intravaskuler ke dalam ruang interstisial. Ketidakstabilan
hemodinamika bukan hanya melibatkan mekanisme kardiovaskuler tetapi juga
keseimbangan cairan serta elektrolit, volume darah, mekanisme pulmoner dan
mekanisme lainnya.

 Respons Kardiovaskuler

Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada


volume darah terlihat dengan jelas. Karena berkelanjutnya kehilangan cairan dan
berkurangnya volume vaskuler, maka curah jantung akan terus menurun dan
terjadi penurunan tekanan darah. Sebagai respon, system saraf simpatik akan
melepaskan katekolamin yang meningkatkan resistensi perifer dan frekuensi

10
denyut nadi. Selanjutnya vasokontriksi pembuluh darah perifer menurunkan
curah jantung.

Resusitasi cairan yang segera dilakukan memungkinkan dipertahankannya


tekanan darah dalam kisaran normal yang rendah sehingga curah jantung
membaik. Umumnya jumlah kebocoran cairan yang terbesar terjadi dalam 24-36
jam pertama sesudah luka bakar dan mencapai puncaknya dalam tempo 6 hingga
8 jam.

Pada luka bakar yang kurang dari 30% luas total permukaan tubuh, maka
gangguan integritas kapiler dan perpindahan cairan akan terbatas pada luka bakar
itu sendiri sehingga pembentukkan lepuh dan edema hanya terjadi di daerah luka
bakar. Pasien luka bakar yang lebih parah akan mengalami edema sistemik yang
masif. karena edema akan bertambah berat pada luka bakar yang melingkar
(sirkumferensial), tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada
ekstermitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi iskemia.

 Respons Pulmonal

Volume pernapasan sering kali normal atau hanya menurun sedikit setelah
cedera luka bakar yang luas. Setelah resusitasi cairan, peningkatan volume
pernapasan-dimanifestasikan sebagai hiperventilasi-dapat terjadi, terutama bila
klien ketakutan, cemas, atau merasa nyeri. Hiperventilasi ini adalah hasil
peningkatan baik laju respirasi dan volume tidal dan muncul sebagai hasil
hipermetabolisme yang terlihat setelah cedera luka bakar. Biasanya hal tersebut
memuncak pada minggu kedua pascacedera dan kemudian secara bertahap
kembali ke normal seiring menyembuhnya luka bakar atau ditutupnya luka
dengan tandur kulit.

 Cedera Inhalasi

Paparan terhadap gas asfiksian merupakan penyebab paling sering


mortalitas dini akibat cedera inhalasi. Karbon monoksida (CO), asfiksian yang
paling sering ditemui, dihasilkan ketika zat organik (misalnya: kayu atau batu
bara) terbakar. Ia adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa
yang memiliki afinitas terhadap hemoglobin tubuh 200 kali lebih kuat
dibandingkan dengan oksigen. Dengan menghirup gas CO, molekul oksigen

11
tergeser, dan CO berikatan dengan hemoglobin untuk membentuk
karboksihemoglobin (COHb). Hipoksia jaringan terjadi akibat penurunan
kemampuan pengantaran oksigen oleh darah secara keseluruhan.

 Depresi Miokardium

Beberapa investigator penelitian telah mengemukakan bahwa factor


depresi miokardium terjadi pada cedera yang lebih luas dan bersirkulasi pada
periode pascacedera dini. Depresi pada curah jantung yang signifikan dan serta-
merta terjadi, bahkan sebelum volume plasma yang beredar berkurang,
menunjukkan respons neurogenic terhadap beberapa zat yang beredar. Penurunan
curah jantung ini sering berlanjut dalam beberapa hari bahkan setelah volume
plasma telah kembali dan keluaran urine kembali normal. Baru-baru ini,
kombinasi mediator inflamasi dan hormone disebutkan sebagai penyebab depresi
miokardium yang terjadi setelah cedera.

 Berubahnya Integritas Kulit

Luka bakar itu sendiri menampilkan perubahan patofisiologi yang


disebabkan akibat gangguan kulit dan perubahan jaringan di bawah
permukaannya. Kulit, ujung saraf, kelenjar keringat, dan folikel rambut yang
cedera akibat terbakar kehilangan fungsi normalnya. Hal yang terpenting, fungsi
barrier kulit hilang. Kulit yang utuh dalam keadaan normal menjaga agar bakteri
tidak memasuki tubuh dan agar cairan tubuh tidak merembes keluar,
mengendalikan penguapan, dan menjaga kehangatan tubuh. Dengan rusaknya
kulit mekanisme untuk menjaga suhu normal tubuh dapat terganggu, dan risiko
infeksi akibat invasi bakteri meningkat, serta kehilangan air akibat penguapan
meningkat.

 Imunosupresi

Fungsi sistem imun tertekan setelah cedera luka bakar. Penurunan


aktivitas limfosit, dan penurunan pembentukan immunoglobulin, serta perubahan
fungsi neutrofil dan makrofag terjadi secara nyata setelah cedera luka bakar luas
terjadi. sebagai tambahan, cedera luka bakar mengganggu barrier primer terhadap
infeksi-kulit. Secara bersama, perubahan-perubahan ini menghasilkan
peningkatan risiko infeksi dan sepsis yang mengancam nyawa.

12
 Respons Psikologis

Berbagai respons psikologis dan emosional terhadap cedera luka bakar


telah dikenali, berkisar mulai dari ketakutan hingga psikosis. Respons korban
dipengaruhi usia, kepribadian, latar belakang budaya dan etnik, luas dan lokasi
cedera, dampak pada citra tubuh, dan kemampuan koping pracedera. Sebagai
tambahan, pemisahan dari keluarga dan teman-teman selama perawatan di rumah
sakit dan perubahan pada peran normal dan tanggung jawab klien memengaruhi
reaksi terhadap trauma luka bakar.

D. Manifestasi Klinik Combutsio/ Luka Bakar

Luka bakar dapat diklasifikasikan menurut dalamnya jaringan yang rusak dan
disebut sebagai luka bakar superfisial partial thickness, deep partial thickness dan full
thickness. Istilah deskriptif yang sesuai adalah luka bakar derajat-satu, -dua, -tiga.

Kedalaman Bagian Gejala Penampilan luka Perjalanan


dan penyebab kulit yang kesembuhan
luka bakar terkena
Derajat satu Epidermi Kesemutan, Memerah, menjadi Kesembuhan
(superfisial): s hiperestesia putih ketika ditekan lengkap dalam
tersengat (supersensivitas), minimal atau tanpa waktu satu
matahari, rasa nyeri mereda edema minggu,
terkena api jika didinginkan terjadi
dengan pengelupasan
intensitas kulit
rendah

Derajat-dua Epidermis Nyeri, Melepuh, dasar luka Kesembuhan


(partial- dan hiperestesia, berbintik-bintik dalam waktu
thickness): bagian sensitif terhadap merah, epidermis 2-3 minggu,
tersiram air dermis udara yang dingin retak, permukaan pembentukan
mendidih, luka basah, terdapat parut dan
terbakar oleh edema depigmentasi,
nyala api infeksi dapat

13
mengubahnya
menjadi
derajat-tiga
Derajat-tiga Epidermis Tidak terasa Kering, luka bakar Pembentukan
(full- , nyeri, syok, berwarna putih eskar,
thickness): keseluruh hematuria seperti bahan kulit diperlukan
terbakar an dermis (adanya darah atau gosong, kulit pencangkokan
nyala api, dan dalam urin) dan retak dengan bagian , pembentukan
terkena kadang- kemungkinan lemak yang tampak, parut dan
cairan kadang pula hemolisis terdapat edema hilangnya
mendidih jaringan (destruksi sel kontur serta
dalam waktu subkutan darah merah), fungsi kulit,
yang lama, kemungkinan hilangnya jari
tersengat arus terdapat luka tangan atau
listrik masuk dan keluar ekstrenitas
(pada luka bakar dapat terjadi
listrik)

 Setiap area luka bakar mempunyai tiga zona cedera, yaitu :


1. Zona koagulasi : area yang paling dalam, dimana terjadi kematian
seluler.
2. Zona statis : area pertengahan, tempat terjadinya gangguan suplai darah,
inflasi, dan cedera jaringan.
3. Zona hiperemia : area yang terluar, biasanya berhubungan dengan luka
bakar
derajat 1 dan seharusnya sembuh dalam seminggu.

 Dalam menetukan dalamnya luka bakar kita harus memperhatikan faktor-faktor


berikut :
1. Riwayat terjadinya luka bakar
2. Penyebab luka bakar
3. Suhu agen yang menyebabkan luka bakar
4. Lamanya kontak dengan agen
5. Tebalnya kulit

14
Gambar luka bakar derajat I (superfisial)

Gambar luka bakar derajat II (partial-thickness)

Gambar luka bakar derajat III (full-thickness)

15
gambar klasifikasi luka bakar

 Luas Luka Bakar

Berbagai metode dalam menentukan luas luka bakar :


a. Rumus Sembilan (Rule of Nines)
Estimasi luas permukaan tubuh yang terbakar disederhanakan dengan
menggunakan Rumus Sembilan. Rumus Sembilan merupakan cara yang cepat
untuk menghitung luas daerah yang terbakar. Sistem tersebut menggunakan
persentase dalam kelipatan sembilan terhadap permukaan tubuh yang luas.

gambar rumus sembilan (rule of nines) pada orang dewasa

16
gambar rumus sembilan (rule of nines) pada anak-anak

b. Metode Lund and Browder


Metode yang lebih tepat untuk memperkirakan luas permukaan tubuh yang
terbakar adalah metode Lund dan Browder yang mengakui bahwa persentase luas
luka bakar pada berbagai bagian anatomik, khususnya kepala dan tungkai, akan
berubah menurut pertumbuhan. Dengan membagi tubuh menjadi daerah-daerah
yang sangat kecil dan memberikan estimasi proporsi luas permukaan tubuh untuk
bagian-bagian tubuh tersebut, kita bisa memperoleh estimasi tentang luas
permukaan tubuh yang terbakar. Evaluasi pendahuluan dibuat ketika pasien tiba
di rumah sakit dan kemudian direvisi pada hari kedua serta ketiga paska luka
bakar karena garis demarkasi biasanya baru tampak jelas sesudah periode
tersebut.

Metode Lund and Browder

c. Metode Telapak Tangan


Pada banyak pasien
dengan luka bakar yang
menyebar, metode yang dipakai
untuk memperkirakan
persentase luka bakar adalah
metode telapak tangan (palm method). Lebar telapak tangan pasien kurang lebih

17
sebesar 1% luas permukaan tubuhnya. Lebar telapak tangan dapat digunakan
untuk menilai luas luka bakar.

E. Pemeriksaan Penunjang

a. Hitung darah lengkap: Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya pengeluaran


darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan
adanya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang meningkat menunjukkan adanya
kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan
yang diakibatkan oleh panas terhadap pembuluh darah.

b. Leukosit: Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau


inflamasi.

c. GDA (Gas Darah Arteri): Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera inhalasi.
Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan karbon dioksida
(PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.

d. Elektrolit Serum: Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera
jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun
karena kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan
hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis.

e. Natrium Urin: Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan,


kurang dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan.

f. Alkali Fosfat: Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan perpindahan cairan


interstisial atau gangguan pompa, natrium.

g. Glukosa Serum: Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress.

h. Albumin Serum: Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema


cairan.

i. BUN atau Kreatinin: Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi


ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.

18
j. Loop aliran volume: Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau
luasnya cedera.

k. EKG: Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia.

l. Fotografi luka bakar: Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar.

F. Penatalaksanaan Luka Bakar


a. Pre Hospital

Seorang yang sedang terbakar akan merasa panik, dan akan belari untuk
mencari air. Hal ini akan sebaliknya akan memperbesar kobaran api karena
tertiup oleh angin. Oleh karena itu, segeralah hentikan (stop), jatuhkan (drop),
dan gulingkan (roll) orang itu agar api segera padam. Bila memiliki karung basah,
segera gunakan air atau bahan kain basah untuk memadamkan apinya.
Sedanguntuk kasus luka bakar karena bahan kimia atau benda dingin, segera
basuh dan jauhkan bahan kimia atau benda dingin. Matikan sumber listrik dan
bawa orang yang mengalami luka bakar dengan menggunakan selimut basah pada
daerah luka bakar. Jangan membawa orang dengan luka bakar dalam keadaan
terbuka karena dapat menyebabkan evaporasi cairan tubuh yang terekspose udara
luar dan menyebabkan dehidrasi. Orang dengan luka bakar biasanya diberikan
obat-obatan penahan rasa sakit jenis analgetik : Antalgin, aspirin, asam
mefenamat samapai penggunaan morfin oleh tenaga medis

b. Hospital

1)   Resusitasi A, B, C.
Setiap pasien luka bakar harus dianggap sebagai pasien trauma, karenanya
harus dicek Airway, breathing dan circulation-nya terlebih dahulu.

 Airway - apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka segera


pasang Endotracheal Tube (ET). Tanda-tanda adanya trauma inhalasi
antara lain adalah: riwayat terkurung dalam api, luka bakar pada wajah,
bulu hidung yang terbakar, dan sputum yang hitam.
 Breathing - eschar yang melingkari dada dapat menghambat gerakan dada
untuk bernapas, segera lakukan escharotomi. Periksa juga apakah ada

19
trauma-trauma lain yang dapat menghambat gerakan pernapasan,
misalnya pneumothorax, hematothorax, dan fraktur costae
 Circulation - luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan sehingga
menimbulkan edema. pada luka bakar yang luas dapat terjadi syok
hipovolumik karena kebocoran plasma yang luas. Manajemen cairan pada
pasien luka bakar, ada 2 cara yang lazim dapat diberikan yaitu dengan
Formula Baxter dan Evans

2)      Resusitasi Cairan


Dua cara yang lazim digunakan untuk menghitung kebutuhan cairan pada
penderita luka bakar yaitu :

 cara Evans

Untuk menghitung kebutuhan pada hari pertama hitunglah :

 Berat badan (kg) X % luka bakar X 1cc Nacl


 Berat badan (kg) X % luka bakar X 1cc larutan koloid
 3.2000cc glukosa 5%

Separuh dari jumlah (1). (2), (3) diberikan dalam 8 jam pertama.
Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan
setengah jumlah cairn hari pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah
jumlah cairan yang diberikan hari kedua. Sebagai monitoring pemberian
lakukan penghitungan diuresis.

 Cara Baxter

Merupakan cara lain yang lebih sederhana dan banyak


dipakai. Jumlah kebutuhan cairan pada hari pertama dihitung dengan
rumus :
Baxter = % luka bakar X BB (kg) X 4cc
Separuh dari jumlah cairan yang diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya
diberikan dalam 16 jam. Hari pertama terutama diberikan elektrolit yaitu
larutan ringer laktat karena terjadi hiponatremi. Untuk hari kedua
diberikan setengah dari jumlah pemberian hari pertama.

20
 Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka.
 Monitor urine dan CVP.
 Topikal dan tutup luka
 Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang jaringan
nekrotik.
 Tulle
 Silver sulfa diazin tebal.
 Tutup kassa tebal.
 Evaluasi 5 – 7 hari, kecuali balutan kotor.
 Obat – obatan
 Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian.
 Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai
kultur.
 Analgetik : kuat (morfin, petidine)
 Antasida : kalau perlu

Penatalaksanaan Pembedahan
Eskaratomi dilakukan juga pada luka bakar derajat III yang melingkar pada
ekstremitas atau tubuh. Hal ini dilakukan untuk sirkulasi bagian distal akibat
pengerutan dan penjepitan dari eskar. Tanda dini penjepitan berupa nyeri,
kemudian kehilangan daya rasa menjadi kebal pada ujung-ujung distal. Tindakan
yang dilakukan yaitu membuat irisan memanjang yang membuka eskar sampai
penjepitan bebas.
Debirdemen diusahakan sedini mungkin untuk membuang jaringan mati dengan
jalan eksisi tangensial.

c. Perawatan Luka Bakar

Perawatan luka bakar harus direncanakan menurut luas dan dalamnya luka
bakar; kemudian perawatannya dilakukan melalui tiga fase luka bakar, yaitu: fase
darurat/resusitasi, fase akut atau intermediet, dan fase rehabilitasi.

 Fase Resusitatif

21
Fase resusitatif cedera luka bakar terdiri atas waktu antara cedera awal
sampai 36 hingga 48 jam setelah cedera. Fase ini berakhir ketika resusitasi
cairan selesai. Selama fase ini, masalah saluran napas dan pernapasan yang
mengancam nyawa adalah perhatian utama. Fase ini juga ditandai dengan
terjadinya hypovolemia, yang menyebabkan kebocoran cairan kapiler dari
ruang intravaskuler ke ruang interstisial, menyebabkan edema. Walaupun
cairan tetap berada dalam tubuh, cairan tersebut tidak mungkin berperan dalam
menjaga sirkulasi yang memadai, karena tidak berada di ruang vaskuler lagi.

 Fase Akut

Fase pemulihan akut setelah luka bakar mayor dimulai ketika


hemodinamik klien sudah stabil, integritas kapiler sudah kembali, dan diuresis
sudah mulai muncul. Waktu tersebut dimulai kira-kira pada 48 hingga 72 jam
setelah waktu cedera. Untuk klien baik dengan luka bakar moderat atau minor,
fase akut pada dasarnya dimulai pada waktu cedera. Fase akut berlanjut hingga
penutupan luka tercapai.

 Fase Rehabilitasi

Fase rehabilitasi dalam pemulihan mewakili fase terakhir dalam


pemulihan luka bakar dan mencakup waktu sejak penutupan luka sampai
pemulangan dan setelahnya. Dalam rangka mencapai hasil terbaik, pemberi
perawatan harus mengerti konsekuensi cedera luka bakar, dan penanganan
rehabilitasi harus dimulai sejak hari saat cedera terjadi. Pada akhirnya,
program rehabilitasi luka bakar dirancang untuk pemulihan fungsional dan
emosional maksimal. Cara-cara untuk meningkatkan penyembuhan luka,
mencegah dan meminimalkan deformitas dan parut hipertrofik, meningkatkan
fungsi dan kekuatan fisik, meningkatkan dukungan emosional, serta
memberikan pengajaran adalah bagian dari fase rehabilitasi yang berlangsung.

Fase Durasi Prioritas


Fase resusitasi yang darurat Dari awitan cedera hingga  Pertolongan pertama

22
atau segera selesainya resusitasi cairan  Pencegahan syok
 Pencegahan gangguan
pernapasan
 Deteksi dan penanganan
cedera yang menyertai
  Penilaian luka dan
perawatan pendahuluan
Fase akut Dari dimulainya diuresis  Perawatan dan penutupan
hingga hampir selesainya luka
proses penutupan luka  Pencegahan atau
penanganan komplikasi,
termasuk infeksi
 Dukungan nutrisi
Fase rehabilitasi Dari penutupan luka yang  Pencegahan parut dan
besar hingga kembalinya kontraktur
kepada tingkat penyesuaian  Rehabilitasi fisik,
fisik dan psikososial yang oksupasional dan vokasional
optimal  Rekonstruksi fungsional dan
kosmetik
 Konseling psikososial

2.2 Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
a. Identitas klien dan keluarga
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama,
pekerjaan, suku bangsa, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor
registrasi dan adekuat.
2) Identitas penanggung jawab
Meliputi nama, jenis kelamin, pekerjaan, hubungan dengan klien
dan alamat.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
23
Biasanya pasien dengan luka bakar mengeluh adanya nyeri,
tergantung dari derajat luka bakar dan luasnya luka bakar juga
menentukan beratnya nyeri. Misalnya daerah wajah akan lebih
mengalami nyeri yang lebih berat bila dibandingkan dengan
daerah ekstrimitas. Selain itu luka bisa disertai dengan tanda-tanda
syok seperti penurunan kesadaran, tanda-tanda vital yang tidak
stabil.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Saat dikaji pasien mengeluh Nyeri pada daerah yang terkena
luka bakar, napas sesak, sering merasa haus dan tidak napsu
makan
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Perlu dikaji apakah pernah mengalami luka bakar
sebelumnya, riwayat pengobatan luka bakar terdahulu.Kaji riwayat
penyakit jantung, ginjal, paru-paru dan DM.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adakah riwayat penyakit yang sama pada keluarga klien
seperti yang dialaminya sekarang. Apakah dalam keluarga klien
ada yang punya penyakit keturunan seperti asma, jantung dan DM.
5) Struktur keluarga
Menggambarkan kedudukan klien dalam keluarga.

c. Data Biologis
Untuk mengetahui aktivitas antara di rumah dan di rumah sakit
meliputi pola makan, tidur, kebersihan dan eliminasi.

 Pengkajian Gordon
1) Pola persepsi kesehatan
Pada pemeliharaan kebersihan badan mengalami penurunan
karena klien tidak dapat melakukan sendiri.

2) Pola nutrisi metabolik


Pada pemenuhan kebutuhan nutrisi kemungkinan didapatkan
anoreksia, mual, dan muntah.

24
3) Pola Eliminasi
Haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna
mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan
kerusakan otot dalam; dieresis (setelah kebocoran kapiler dan
mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada;
khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai
stress penurunan motilitas/peristaltik gastrik.

4) Pola aktivitas dan latihan


Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada
area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.

5) Pola istirahat dan tidur


Pola pemenuhan istirahat tidur juga mengalami gangguan. Hal
ini disebabkan karena adanya rasa nyeri .

6) Pola kognitif perseptual


Adanya kekhawatiran karena berbagai nyeri contoh luka bakar
derajat pertama secara eksteren sensitive untuk disentuh; ditekan;
gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang
derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan
derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat
tiga tidak nyeri.

7) Pola persepsi diri


Pada klien dengan luka bakar sering muncul masalah konsep
diri body image (citra tubuh) yang disebabkan karena fungsi kulit
sebagai kosmetik mengalami gangguan perubahan. Selain itu juga luka
bakar juga membutuhkan perawatan yang laam sehingga mengganggu
klien dalam melakukan aktifitas. Hal ini menumbuhkan stress, rasa
cemas, dan takut.

8) Pola peran hubungan

25
Adanya masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan,
kecacatan.
Tanda : ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri,
marah.

9) Pola seksualitas dan reproduksi


-

10) Pola Koping toleransi stress


Mengalami stress (trauma) akibat luka bakar yang diderita yang
menyebabkan fungsi tubuh terganggu

11) Pola nilai kepercayaan


-

B. Diagnosa Keperawatan
 Kerusakan integritas kulit b.d trauma
 Nyeri akut b.d kerusakan kulit atau jaringan, pembentukan edema
 Defisit volume cairan b.d kehilangan cairan melalui rute abnormal
 Gangguan Mobilitas Fisik b.d edema

C. Intervensi Keperawatan

No Nanda NOC NIC


1. Kerusakan integritas Penyembuhan Luka Perawatan luka : luka bakar
kulit b.d trauma bakar (1106) (3661)
 Presentasi Aktivitas-aktivitas
kesembuhan area  Dinginkan luka bakar
transplantasi dengan air hangat (20°C)
(ditingkatkan ke-5) atau cairan normal saline
 Presentasi pada saat cedera terjadi,

26
kesembuhan area jika memungkinkan
luka bakar  Cuci luka bakar karena zat
(ditingkatkan ke-5) kimiasecara terus-menerus
 Granulasi jaringan selaam 30 menit atau lebih
(ditingkatkan ke-5) untuk memastikan
 Pergerakan sendi hilangnya agen yang
yang terkena luka menyebabkan luka bakar
bakar (ditingkatkan  Kaji tempat area masuk
ke-5) dan keluarnya arus, pada
 Perfusi jaringan luka bakar yang
area luka bakar disebabkan oleh sengatan
(ditingkatkan ke-5) listrik untuk mengevaluasi
organ mana saja yang
mungkin terkena dampak
 Lakukan pemeriksaan
EKG pada semua kasus
luka bakar yang
disebabkan oleh sengatan
listrik
 Tingkatkan suhu tubuh
pasien luka bakar karena
kedinginan
 Pertahankan jalan napas
terbuka untuk memastikan
ventilasi
 Monitor tingkat kesadaran
pasien yang mengalami
luka bakar luas
2. Nyeri akut b.d Kontrol Nyeri (1605) Manajemen nyeri (1400)
kerusakan kulit atau  Mengenali kapan Aktivitas-aktivitas
jaringan, nyeri terjadi  Lakukan pengkajian nyeri
pembentukan edema (ditingkatkan ke-5) komprehensif yang
 Menggambarkan meliputi lokasi,
karakteristik, durasi,
27
faktor penyebab frekuensi, kualitas,
(ditingkatkan ke-5) intensitas aatu
 Menggunakan beratnyanyeri dan faktor
jurnal harian untuk pencetus
memonitor gejala  Observasi adanya petunjuk
adari waktu ke nonverbal mengenai
waktu ketidaknyamanan terutama
(ditingkatkan ke-5) pada mereka yang tidak
 Menggunakan dapat berkomunikasi
tindakan secara efektif
pencegahan  Pastikan perawatan
(ditingkatkan ke-5) analgesik pada pasien
 Menggunakan dilakukan dengan
analgesik yang pemantauan yang ketat
direkomendasikan  Gunakan strategi
(ditingkatkan ke-5) komunikasi terapeutik
untuk mengetahui
pengalaman nyeri dan
sampaikan penerimaan
pasien terhadap nyeri
 Gali pnegetahuan dan
kepercayaaan pasien
mengenai nyeri
 Pertimbangkan pengaruh
budaya terhadap respon
nyeri
 Tentukan akibat dan
pengalaaman nyeri
terhadap kuliatas hidup
pasien
 Gali bersama-sama pasien
faktor-faktro yang dapat
menurunkan atau

28
memperberat nyeri
 Pertimbankan pengaruh
budaay terhadpa respon
nyeri
3. Defisit volume cairan Keseimbangan Manajemen Cairan (2080)
b.d kehilangan cairan Cairan (0601) Aktivitas-aktivitas
melalui rute abnormal  Tekanan darah  Pantau kadar serum
(ditingkatkan ke-5) elektrolit yang abnormal,
 Denyut nadi radial seperti yang tersedia
(ditingkatkan ke-5)  Monitor perubahan status
 Tekanan vena paru atau jantung yang
sentral menunjukkan kelebihan
(ditingkatkan ke-5) cairan atau dehidrasi
 Denyut perifer  Pantau adanya tanda dan
(ditingkatkan ke-5) gejala overhidrasi yang
 Keseimbangan memburuk atau dehidrasi
intake dan output  Dapatkan spesimen
dalam 24 jam laboratorium untuk
(ditingkatkan ke-5) pemantauan perubahan
 Turgor kulit cairan atau elektrolit
(ditingkatkan ke-5)  Berikan cairan yang
sesuai
 Tingkatkan intake/asupan
cairan per oral
 Berikan pemberian cairan
nasogatrik yang
diresepkan berdasarkan
output yang sesuai
4. Gangguan Citra tubuh Citra tubuh (1200) Peningkaatn Citra tubuh
b.d perubahan  Gambaran internal (5220)
persepsi diri diri (ditingkatkan Aktivitas-aktivitas
ke-5)  tentukan harapan citra diri
 Kesesuaiaan anatra pasien didasarkan pada
realitas tubuh dan tahap perkembangan

29
ideal tubuh dengan  gunakan bimbingan
penampilan tubuh antisipasif menyiapkan
(ditingkatkan ke-5) pasien terkait dengan
 Deskripsi bagian perubahan-perubahan citra
tubuh yang terkena tubuh yang telah
dampak diprediksikan
(ditingkatkan ke-5)  tentukan jika terdapat
 Sikap terhadap perasaan tidak suka
menyentuh bagian terhadap karaktertik fisik
tubuh yang terkena khusus yang menciptakan
dampak disfungsi paarlisis sosial
(ditingkatkan ke-5) utnuk remaja, dan
 Sikap terhadap kelompok resiko tinggi lain
penggunaan  bantu pasien untuk
strategi untuk mendiskusikan perubahan-
meningkatkan perubahan (bagia tubuh)
penampilan disebabkan adanya
(ditingkatkan ke-5) penyakit atau pembedahan,
 kepuasan dengan dengan cara yang tepat
penampilan tubuh
(ditingkatkan ke-5)

BAB III

KASUS

Seorang pria, Tn. O 25 th, dibawa ke UGD karena luka bakar


disebabkan oleh kompor yangmeledak 2 jam yang lalu. Tn. O sadar namun
tampak sangat sesak dan mengeluh kesakitandengan suara yang serak dan
kalimat yang pendek-pendek. Sebagai Bidan magang di UGD, Anda meminta

30
perawat menggunting pakaian Tn. O dan melihat bahwa terdapat eritema
padawajah, leher, dada, perut, dan hampir seluruh lengan kiri Tn. O. Pada
eritema tersebut terdapatbeberapa bula, beberapa bula sudah pecah dan berair.
Alis Tn. O juga tampak terbakar. Padapemeriksaan fisik TD 130/80 mmHg, N
98 x/menit, RR 32 x/menit, T 37,7 0C. Dari data pemeriksaan laboratorium
dan diagnostik di dapatkan hemoglobin 12,7 g/dl ,eritrosit 4,75, hematokrit
36,5, lekosit 6,85. Mcw 76,5.rdw cv 12,6. Rdwsv 36,6.limfosit 14.0,neutrofil
74, mch 26,7. Saat dirawat pasien mendpat obat invdrl 30 tpm, ceftriaxon 2x1
IV (1 vial),ranitidine 2x1 IV (30 mg),ketorolac 3x1 IV (30 mg),futrolit dan
kalnex.Bidan jaga seniordi UGD mempersilakan Anda untuk menangani
pasien ini. Dia mengarahkan Anda untuk melakukan primary survey dengan
memperingatkan Anda untuk menangani masalah airway danbreathing yang
terjadi pada pasien.Anda juga diminta mencari tanda-tanda trauma inhalasi
padapasien dan menangani luas luka berdasarkan Rule of Nines. Bagaimana
Anda menangani pasienini?

3.1Pengkajian

a. Identitas klien dan keluarga


 Identitas klien
Nama : Tn.O
Tanggal Lahir : 6 September 1996
Umur : 25 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : Jl. Pahlawan RT 007 LK VII, Kel. Jua-Jua, Kayu Agung.
No RM : 16-46-20
Tanggal Masuk : 4 Oktober 2021
Tanggal Pengkajian : 4 Oktober 2021

 Identitas penanggung jawab

31
Nama Ayah : Tn. I
Umur : 48 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Jl. Pahlawan RT 007 LK VII, Kel. Jua-Jua, Kayu Agung
Nama Ibu : Ny. F
Umur : 46 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Pahlawan RT 007 LK VII, Kel. Jua-Jua, Kayu Agung.
d. Riwayat kesehatan
 Keluhan utama
tampak sangat sesak dan mengeluh kesakitan dengan suara
yang serak dan kalimat yang pendek-pendek.
 Riwayat Kesehatan Sekarang
Saat dikaji pasien mengeluh Nyeri pada daerah yang terkena
luka bakar, napas sesak, sering merasa haus dan tidak napsu
makan
 Riwayat Kesehatan Dahulu
Tn.O belum pernah mengalami luka bakar sebelumnya.
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Tn. O tidak ada riwayat penyakit keturunan asma,jantung,
dan DM.

 Pengkajian Gordon
 Pola persepsi kesehatan
Pada pemeliharaan kebersihan badan Tn. O mengalami
penurunan karena klien tidak dapat melakukan sendiri.

 Pola nutrisi metabolik


 - Sebelum sakit

32
 Pasien tidak terdapat keluhan pada pemenuhan makanan
sebelum sakit.
 - Saat sakit
 Pasien tidak terdapat keluhan pada pemenuhan makanan saat
sakit.

 Pola Eliminasi
Tn. O tidak mengalami gangguan eliminasi

 Pola aktivitas dan latihan


Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada
area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus. Terdapat
Eritema pada hamper seluruh tangan kiri Tn.O

Latihan

- Sebelum sakit: Klien mengatakan baik- baik saja dan memiliki


stamina yang cukup dalam melakukan aktivitas sehari- hari.

- Saat sakit: Klien mengeluh nyeri pada daerah luka dan susah
melakaukan mobilitas.

 Pola istirahat dan tidur


Tn. O mengalami gangguan pola pemenuhan istirahat tidur
karena merasa kesakitan karena luka bakar

 Pola kognitif perseptual


Adanya kekhawatiran karena berbagai nyeri contoh luka bakar
derajat pertama secara eksteren sensitive untuk disentuh; ditekan;
gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang
derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan
derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat
tiga tidak nyeri.

33
 Pola persepsi diri
Tn. O merasa cemas dan takut karena terdapat eritema pada
wajah, leher, dada, perut, dan hampir seluruh lengan kiri Tn. O yang
dapat mengganggu penampilan.

 Pola peran hubungan


-

 Pola seksualitas dan reproduksi


-

 Pola Koping toleransi stress


Mengalami stress (trauma) akibat luka bakar yang diderita yang
menyebabkan fungsi tubuh terganggu

 Pola nilai kepercayaan


-

Pengkajian Fisik

 Pemeriksaan Fisik
• Keadaan umum : Baik
• Tingkat kesadaran : Komposmentis
• Status generalis : Pasien
didapatkan frekuensipernapasan dan tekanan darah tidak normal.

b. Tanda- tanda vital :

• Tekanan darah 130/80 mmHg


• Frekuensi nadi 98 x/menit
• Frekuensi pernafasan 32x/menit
• Suhu 37 derajat

c. Keadaan Fisik

• Kepala dan leher : terdapat eritema pada dan leher Tn.O


• Dada : terdapat eritema pada dada Tn.O
• Payudara : -

34
• Abdomen : Terdapat eritema pada perut Tn.O
• Ekstermitas atas dan bawah :terdapat eritema pada hamper seluruh
lengan kanan Tn.O

 Pemeriksaan Penunjang
• Dari data pemeriksaan laboratorium dan diagnostik di dapatkan
hemoglobin 12,7 g/dl ,eritrosit 4,75, hematokrit 36,5, lekosit 6,85.
Mcw 76,5.rdw cv 12,6. Rdwsv 36,6.limfosit 14.0,neutrofil 74,
mch 26,7. Saat dirawat pasien mendpat obat invdrl 30 tpm,
ceftriaxon 2x1 IV (1 vial),ranitidine 2x1 IV (30 mg),ketorolac 3x1
IV (30 mg),futrolit dan kalnex.

Analisa data

DATA ETIOLOGI MASALAH


Ds : Agen pencedera kimiawi Nyeri akut
 Klien mengeluh sakit

Do :
 Tampak sangat sesak
 Kalimat yang
disampaikan sngkat-
singkat
 Klien tampak sesak
 Suara serak
 Kalimat yang
disampaikan pendek-
pendek
 RR : 32x/menit

Do : Bahan kimia iritatif Gangguan integritas


 Terdapat eritema pada kulit / jaringan

35
wajah, leher, dada,
perut, dan hamper
seluruh lengan kiri
 Terdapat beberapa bula
 Beberapa bula sudah
pecah dan mencair

3.2Diagnosa keperawatan

1. Nyeri akut b.d agen pencedera kimiawi d.d klien mengeluh sakit
2. Gangguan integritas kulit/jaringan b.d bahan kimia iritatif d.d terdapat eritema
pada wajah, leher, dada, perut, dan hamper seluruh lengan kiri

3.3Intervensi Keperawatan

N DIAGNOSA SLKI SIKI


o
1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan intervensi 1. Manajemen nyeri
pencedera kimiawi d.d diharapkan
Observasi
klien mengeluh sakit 1. Tingkat nyeri
 identifikasi lokasi,
Kriteria hasil :
karakteristik,
 Keluhan nyeri
durasi, frekuensi,
ditingkatkan dari 1 ke
kualitas, intensitas
3(sedang)
nyer
 Pola nafas
 identifikasi skala
ditingkatkan pada3
nyeri
( sedang) kek 5
membaik Edukasi
2. kontrol nyeri  jelaskan strategi
kriteria hasil : pereda nyeri
 kemampuan  anjurkan
menggunakan teknik menggunakan
non farmakologis di analgesic secara
tingkatkan pada 1 ke tepat

36
3 kolaborasi
 keluhan nyeri  kolaborasi
dipertahankan pada 4 pemberian
ke 2 analgesik, bila
3. status kenyamanan perlu
 kesejahteraan fisik 2. Pemberian
ditingkatkan dari 2 ke analgesik
4
Observasi
 merintih ditingkatkan
 Identifikasi
dari 1 ke 4
karakteristik nyeri
 Identifikasi
riwayat alergi obat
 Identifikasi
kesesuaian jenis
analgesic

Terapeutik
 Tetapkan target
efektifitas untuk
mengoptimalkan
respons pasien

Edukasi
 Jelaskan efek
terapi dan efek
samping obat

kolaborasi
 kolaborasi
pemberian
analgesik, bila
perlu

Edukasi manajemen nyeri


Observasi

37
 identifikasi
kesiapan dan
kemampuan
menerima
informasi

edukasi
 anjurkan
menggunakan
analgesic secara
tepat

Latihan pernafasan
Observasi
 monitor frekuensi,
irama dan
kedalaman namas
sebelum dan
sesudah latihan

teapeutik
 sediakan tempat
yang tenang
 posisikan klien
dalam keadaan
rileks

edukasi
 jelaskan tujuan dan
prosedur latihan
pernafasan

2. Gangguan integritas Integritas kulit dan jaringan Perawatan luka bakar


kulit/jaringan b.d bahan Kriteria hasil : Observasi
kimia iritatif d.d  kerusakan lapisan  identifikasi
terdapat eritema pada kulit ditingkatkan penyebab luka

38
wajah, leher, dada, dari 2 ke 4 bakar
perut, dan hamper  kemerahan  identifikasi durasi
seluruh lengan kiri ditingkatkan dari 1 ke terkena luka bakar
4 dan riwayat
 sensasi ditingkatkan penanganan luka
dari 3 ke 4 sebelumnya
 suhu kulit di  monitor kondisi
tingkatkan dari 2 ke 3 luka

terapeutik
 gunakan teknik
aseptic selama
perawatan luka
 lakukan terapi
relaksasi untuk
mengurangi nyeri

edukasi
 jelskan tanda dan
gejala infeksi

kolaborasi
 kolaborasi
pemberian
analgesic bila
perlu

39
BAB IV

PENUTUP

4.1Kesimpulan

Kulit adalah organ kompleks yang memberikan pertahanan tubuh


pertama terhadap kemungkinan lingkungan yang merugikan. Kulit melindungi
tubuh terhadap infeksi, mencegah kehilangan cairan tubuh, membantu
mengontrol suhu tubuh, berfungsi sebagai organ eksretoridan sensori,
membantu dalam proses aktivasi vitamin D, dan mempengaruhi citra tubuh.
Luka bakar adalah hal yang umum, namun merupakan bentuk cedera kulit
yang sebagian besar dapat dicegah.

Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter,
jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif
tinggi dibandingkan dengan cedera oleh sebab lain .Biaya yang dibutuhkan
juga cukup mahal untuk penanganannnya. Penyebab luka bakar selain karena
api (secara langsung ataupun tidak langsung), juga karena pajanan suhu tinggi
dari matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat
tidak langsung dari api (misalnya tersiram panas ) banyak terjadi pada
kecelakaan rumah tangga.

Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan


kontak dengan sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api
ke tubuh (flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak
panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta  sengatan
matahari.

4.2Saran

40
Untuk mahasiswa sebaiknya dalam memberikan asuhan keperawatan pada
klien dengan luka bakar diharapkan mampu memahami konsep dasar luka bakar serta
konsep asuhan keperawatan.

41
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C. Buku ajar keperawatan medikal-bedah Burnner & Suddarth editor,
Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare ; alih bahasa, Agung Waluyo, dkk; editor edisi
bahasa indonesia, Monica Ester. Ed.8. Jakarta : EGC, 2001

R Sjamsuhidajat, Wim De Jong, 2007. Buku Ajar Ilmu Bedah Penerbit Buku Kedokteran.
EGC

Black & Hawk. 2009. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Buku 2. Singapore: Elsevier

Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol. 3. Jakarta:
EGC

Doengoes, Marilyn E. 1999. Rencana asuhan Keperawatan: pedoman untuk Perencanaan


dan Pendokumentasian

Andra & Yessie. 2013. Kamus Asuhan Keperawatan. Bandung : Sailemba

Smeltzer, suzanna. 2002. Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

NANDA International.2018. Diagnosa Keperawatan Defenisi dan Klasifikasi. 2018-2020.


Jakarta : EGC.

Moorhead Sue, dkk. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC) 5th Indonesian Edition.
Indonesia: Mocomedia

Bulechek, M.G dkk.(2013). Nursing Interventions Classification (NIC) 6th Indonesian


Edition. Indonesia: Mocomedia

https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjglNDGwPHr
AhWJYisKHYETDIEQFjACegQIAhAB&url=https%3A%2F%2Fwww.academia.edu
%2F29950808%2FMakalah_Luka_Bakar&usg=AOvVaw1R9gAzsAhgYijoJE0uD1Hf

42
Diakses pada tgl 18 September 2020 pada pukul 08.15 WIB

43

Anda mungkin juga menyukai