Anda di halaman 1dari 32

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial

yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

ekonomis (Undang – Undang No. 23 tahun 1992).Pembangunan

kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional

diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan

untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat

kesehatan masyarakat yang optimal.

Indonesia sebagai negara agraris, sebagian besar penduduknya

bermukim di daerah pedesaan dengan tingkat pendidikan mayoritas

sekolah dasar dan belum memiliki budaya hidup sehat.Hidup sehat

adalah hidup bersih sedangkan kebersihan itu sendiri belum menjadi

budaya sehari-hari.Hidup sehat adalah hidup berdisiplin dan disiplin

belum menjadi budaya sehari-hari bangsa kita.

Budaya memeriksakan secara dini kesehatan anggota keluarga

belum tampak. Hal ini terlihat dari banyaknya klien yang datang

kepelayanan kesehatan untuk memeriksakan keadaan kesehatan

sebagai tindakan kuratif belum didukung sepenuhnya oleh upaya

promotif dan preventif, misalnya gerakan 3M pada pencegahan

demam berdarah belum terdengar gaungnya jika belum memdekati

musim hujan atau sudah ada yang terkena demam berdarah.


2

Menanamkan budaya hidup sehat harus sejak dini dengan melibatkan

pranata yang ada di masyarakat, seperti posyandu atau

sekolah.Posyandu yang ada di komunitas seharusnya diberdayakan

untuk menanamkan perilaku hidup bersih, sehat, dan berbudaya pada

anak.

Pembangunan kesehatan masyarakat merupakan bagian integral

dari suatu pembangunan kesehatan nasional, selain itu juga

merupakan bagian integral dari pembangunan sosial dan ekonomi

masyarakat. Keterlibatan masyarakat dalam perencanaan,

pengorganisasian, dan pengelolaan upaya kesehatan termasuk upaya

perawatan diri, pada akhirnya akan menjadi tumpuan kemandirian

masyarakat dalam hal kesehatan.

Berbagai kegiatan masyarakat dalam upaya kesehatan telah

banyak dilaksanakan di desa (kelurahan) dengan budaya kerja sama,

gotong royong, musyawarah serta peluang-peluang kemandirian

mereka seperti kemandirian dalam pembiayaan kesehatan. Peran

serta masyarakat merupakan hal yang mutlak diperlukan dalam

pembangunan kesehatan.Kesehatan merupakan kebutuhan dan hak

setiap insan agar dapat menjalani hidup yang produktif dan

bahagia.Agar setiap orang di mana pun dan kapan pun dapat

memperoleh hidup sehat, kesehatan harus menjadi kemampuan yang

melekat pada setiap insan.Hal ini hanya dapat dicapai bila masyarakat,
3

baik secara individu maupun kelompok, berperan serta untuk

meningkatkan kehidupan sehatnya.

Saat ini pemerintah menjadikan puskesmas sebagai ujung

tombak utama pelayanan kesehatan pada masyarakat sekaligus

sebagai wadah isu strategis.Puskesmas juga mampu menjadi tempat

pelayanan kesehatan pilihan utama masyarakat, karena dekat dengan

tempat tinggal dan murah dari segi biaya.

Pusat Kesehatan Masyarakat (puskesmas) adalah suatu

kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat

pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran

serta masyarakat di samping memberikan pelayanan secara

menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya

dalam bentuk kegiatan pokok.

Peneliti sebelumnya telah memaparkan beberapa faktor yang

menyebabkan mengapa pemanfaatan pelayanan kesehatan di

Puskesmas minim yaitu, kondisi geografis wilayah, kondisi ekonomi

dan kemiskinan, tingkat pendidikan dan pengetahuan, pengobatan

dasar, sumber Daya Manusia (SDM).

Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas merupakan

pelayanan kesehatan yang menyeluruh yang meliputi pelayanan kuratif

(pengobatan), preventif (upaya pencegahan), promotif (peningkatan

kesehatan), dan rehabilitative (pemulihan kesehatan). Pelayanan

tersebut ditujukan kepada semua penduduk, dengan tidak


4

membedakan jenis kelamin dan golongan umur, sejak pembuahan

dalam kandungan sampai tutup usia.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas kesehatan (Dinkes)

bahwa jumlah penduduk yang berkunjung ke Puskesmas Tamalanrea

dalam tiga tahun terakhir adalah pada tahun 2017 sebanyak 1.979 jiwa

dan yang memanfaatkan pelayanan kesehatan adalah sebanyak 1.026

(51%) dan pada tahun 2018 sebanyak 2.229 jiwa yang memanfaatkan

pelayanan kesehatan adalah sebanyak 1.239 (55%). Pada tahun 2019

jumlah penduduk adalah sebanyak 2.624 jiwa dan yang memanfaatkan

pelayanan kesehatan adalah sebanyak 1.678 (63%).

Dan berdasarkan data yang diperoleh Puskesmas Tamalanrea

bahwa jumlah kunjungan masyarakat dalam empat tahun terakhir

khususnya untuk masyarakat di Puskesmas Tamalanrea adalah pada

tahun 2017 jumlah penduduk sebanyak 969 jiwa dan yang berkunjung

ke pelayanan kesehatan adalah sebanyak 159 jiwa (16%). Pada tahun

2018 sebanyak 1.025 jiwa dan yang berkunjung ke pelayanan

kesehatan adalah sebanyak 273 (26%). Pada tahun 2019 jumlah

penduduk sebanyak 1.340 jiwa dan yang berkunjung ke pelayanan

kesehatan adalah sebanyak 448 jiwa (33%) dan pada periode Januari-

September 2019 jumlah penduduk sebanyak 1462 jiwa dan sebanyak

368 jiwa (25%) kunjungan masyarakat ke pelayanan kesehatan.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian yang dapat menggambarkan seberapa besar


5

pemanfaatan pelayanan kesehatan masyarakat dan pengaruh faktor

pengetahuan, pendidikan, sosial ekonomi, jarak pelayanan kesehatan

dan media khususnya di Puskesmas Tamalanrea .

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah

penelitian sebagai berikut: “Berapa besar pemanfaatan pelayanan

kesehatan masyarakat di Puskesmas Tamalanrea , serta faktor-faktor

apa saja yang mempengaruhinya?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui gambaran pemanfaatan pelayanan kesehatan

masyarakat di Puskesmas Tamalanrea .

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui gambaran antara faktor pengetahuan dengan

pemanfaatan pelayanan kesehatan masyarakat di Puskesmas

Tamalanrea .

b. Untuk mengetahui gambaran antara faktor pendidikan dengan

pemanfaatan pelayanan kesehatan masyarakat di Puskesmas

Tamalanrea .
6

c. Untuk mengetahui gambaran antara faktor sosial ekonomi

dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan masyarakat di

Puskesmas Tamalanrea .

d. Untuk mengetahui gambaran antara faktor jarak tempat

pelayanan kesehatan dengan pemanfaatan pelayanan

kesehatan masyarakat di Puskesmas Tamalanrea .

e. Untuk mengetahui gambaran antara faktor media dengan

pemanfaatan pelayanan kesehatan masyarakat di Puskesmas

Tamalanrea .

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, antara lain :

1. Teoritis

a. Dari segi pengembangan ilmu, hasil penelitian ini diharapkan

dapat meningkatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas

Tamalanrea .

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

dalam bidang kesehatan.

2. Praktisi

Manfaat dari penelitian ini adalah :

a. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di masayarakat.

b. Sebagai sarana dalam meningkatkan mutu kualitas hidup sehat

di masyarakat.
7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan

sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan

menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan perseorangan,

keluarga, kelompok, ataupun masyarakat. Sedangkan pengertian dari

Pelayanan yaitu kegiatan dinamis berupa membantu menyiapkan,

menyediakan dan memproses, serta membantu keperluan orang lain

(Iqbal Wahit M, 2016, hal : 17).

Pada dasarnya kesehatan merupakan kebutuhan manusia yang

utama sebagai ukuran kualitas hidup yang mendasar sekali dan yang

harus dipenuhi oleh setiap orang, karena dengan kesehatan akan

memungkinkan setiap orang untuk melakukan kegiatan dalam rangka

mencukupi kebutuhan hidup yang lain. Sejalan dengan hal tersebut

maka kesehatan harus selalu diusahakan oleh setiap pribadi, keluarga

dan masyarakat sehingga pada saatnya mereka dapat hidup layak dari

sisi kesehatan (Notoatmojo S, 2017, hal : 36).

Menurut WHO kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera secara

utuh baik fisik, mental dan sosial, dan tidak hanya terbebas dari

penyakit dan kecacatan. Defenisi ini mengingatkan petugas kesehatan


8

tentang pentingnya melihat sesuatu diluar konteks penyakit. Agar

dapat memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai dan efektif, maka

perlu (Ramadhani, nurul M, 2018, hal : 61) :

1. Mempertimbangkan pengaruh faktor sosial budaya, ekonomi,

agama, lingkungan dan psikologi tentang resiko penyakit dan

prosesnya.

2. Menghadapi suatu penyakit dengan melakukan pengkajian,

analisis, dan berbagai tindakan yang mempengaruhi kesehatan,

termasuk faktor biologis dan genetik

Sehat adalah keadaan di mana seseorang ketika diperiksa oleh

ahlinya tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda

penyakit atau kelainan.Sedangkan sistem kesehatan adalah kumpulan

dari berbagai faktor yang kompleks dan saling berhubungan yang

terdapat dalam suatu Negara, yang diperlukan untuk memenuhi

kebutuhan dan tuntutan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok,

ataupun masyarakat pada setiap saat yang dibutuhkan.Untuk Negara

Indonesia, pengertian sistem kesehatan dikenal dengan istilah Sistem

Kesehatan Nasional (SKN), yaitu suatu tatanan yang mencerminkan

upaya bangsa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan mencapai

derajat kesehatan yang optimal sebagai perwujudan kesejahteraan

umum seperti yang dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang

Dasar 1945 (Iqbal Wahit M, 2017, hal : 18).


9

Ada dua macam jenis pelayanan kesehatan:

1. Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok

pelayanan kesehatan masyarakat (public health services) ditandai

dengan cara pengorganisasian yang umumnya secara bersama-

sama dalam satu organisasi. Tujuan utamanya adalah untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah

penyakit, dan sasarannya terutama untuk kelompok dan

masyarakat

2. Pelayanan Kedokteran

Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok

pelayanan kedokteran (medical services) ditandai dengan cara

pengorganisasian yang dapat bersifat sendiri (solo practice) atau

secara bersama-sama dalam satu organisasi (institution), tujuan

utamanya untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan

kesehatan, serta sasarannya terutama untuk perorangan dan

keluarga.

Prinsip pelayanan prima di bidang kesehatan yaitu :

1. Mengutamakan pelanggan

2. Sistem yang efektif

3. Melayani dengan hati nurani

4. Perbaikan berkelanjutan

5. Memberdayakan
10

Pada tahun 1980 WHO mendeklarasikan Health for All By the

Year 2000 yang isinya menghimbau kepada anggota WHO untuk

melakukan langkah-langkah dalam melakukan pembangunan

kesehatan, sehingga derajat kesehatan setiap orang meningkat.

Indonesia menindaklanjuti komitmen ini melalui Sistem Kesehatan

Nasional atau yang dikenal dengan singkatan SKN tahun 1982

dengan Rancangan Pembangunan Jangka Panjang bidang Kesehatan

(RPJPK). Setelah itu, memasuki abad ke - 21 Indonesia telah

menetapkan Indonesia Sehat 2010 sebagai visi pembangunan

kesehatan dengan penerapan paradigma baru, yaitu paradigma sehat.

Untuk mencapai tujuan-tujuan pembagunan khususnya dibidang

kesehatan dalam kenyataan sering dihadapkan pada sejumlah kendala

seperti pengetahuan, sikap, kesadaran, dan kebiasaan serta

kemampuan keuangan dari masyarakat. Hal ini berarti menimbulkan

terjadinya kesenjangan antara apa yang menjadi harapan dan

kenyataan. Kesemuanya itu akan membawa pengaruh terhadap

kesehatan masyarakat (Notoatmojo S, 2016, hal : 37).

Dalam rangka mewujudkan status kesehatan masyarakat yang

optimal, maka berbagai upaya harus dilaksanakan, salah satu di

antaranya ialah menyelenggarakan pelayanan kesehatan.

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan untuk masyarakat di tingkat

dasar di Indonesia adalah melalui Pusat Kesehatan Masyarakat

(Puskesmas) yang merupakan unit organisasi fungsional Dinas


11

Kesehatan Kabupaten/Kotamadya dan diberi tanggung jawab sebagai

pengelola kesehatan bagi masyarakat tiap wilayah Kecamatan dari

Kabupaten/ Kotamadya bersangkutan (Depkes RI, 2017).

Masih rendahnya pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi

oleh beberapa faktor yang berkaitan dengan pemanfaatan pelayanan

kesehatan.menggambarkan bahwa ada tiga faktor yang mendorong

dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan, yaitu faktor predisposing

(meliputi pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai-nilai, dan persepsi),

faktor enabling (ketersediaan fasilitas kesehatan, keterjangkauan

biaya, jarak dan fasilitas transportasi), dan faktor reinforcing (dukungan

dari pemimpin, tokoh masyarakat, keluarga, dan orang tua) (Azwar,

2018, hal : 44).

Faktor determinan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan

menjadi 3 kategori, yaitu karakterisetik predisposisi (jenis kelamin,

umur, dan status perkawinan, tingkat pendidikan, pekerjaan,

kepercayaan kesehatan, dll), karakteristik kemampuan (terdiri dari

sumber daya keluarga dan sumber daya masyarakat), dan karakteristik

kebutuhan (penilaian individu dan penilaian klinik terhadap suatu

penyakit) (Azwar, 2017, hal : 44).

Sejalan dengan makin tingginya tingkat pendidikan dan keadaan

sosial ekonomi masyarakat, maka kebutuhan dan tuntutan masyarakat

akan kesehatan tampak makin meningkat pula. Untuk dapat memenuhi

kebutuhan dan tuntutan tersebut, tidak ada upaya lain yang dapat
12

dilakukan, kecuali menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang

sebaik-baiknya.

Untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sebaik-

baiknya, diperlukan pelayanan yang berorientasi kepada pasien,

artinya produk atau jasa yang didesain sesuai dengan kebutuhan dan

harapan pasien, dengan demikian mutu pelayanan dapat

meningkat.Fokus kepada pasien merupakan tanda bahwa organisasi

pelayanan telah menerapkan suatu sistem manajemen mutu.Adopsi ini

hendaknya menjadi keputusan yang strategis bagi organisasi. Dimana

fokus pasien ini merupakan salah satu dari delapan prinsip manajmen

mutu versi Internasional Standard Organization (ISO) 9001:2000

(Kurniasari & Kuntjoro, 2017, hal : 55).

Winslow adalah salah satu seorang tokoh Publick Healt (PH).

Salah satu pemikirannya yang kita warisi hingga saat ini adalah

batasan ilmu PH. Ilmu PH, menurut Winslow adalah ilmu atau seni

yang bertujuan untuk mencegah penyakit, memperpanjang umur, dan

meningkatkan efisien hidup, masyarakat melalui upaya kelompok-

kelompok masyarakat yang terkoordinasi, perbaikan kesehatan

lingkungan, mencegah dan memberantas penyakit menular, dan

melakukan pendididkan kesehatan untuk masyarakat / perorangan.

Upaya ini dilaksanakan dengan mengkoordinasikan tenaga kesehatan

dalam suatu wadah pelayanan kesehatan masyarakat yang penerapan

Manajemen pada Program Kesehatan Masyarakat ditunjukkan untuk


13

menumbuhkan swadaya masyarakat dan meningkatkan derajat

kesehatan secara optimal. (Zainuddin, 2017, hal : 39).

Menyadari akan arti pentingnya peran aktif masyarakat dalam

menunjang keberhasilan pembangunan dalam bidang kesehatan

diperlukan adanya agen-agen pembangunan yang dapat

menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam

pembagunan. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan kesehatan

yang mempunyai peran besar salah satunya adalah peran Kader Pos

Pelayanan Terpadu (Posyandu) (Azwar, 2018, hal : 46).

Titik berat pelayanan kesehatan saat ini masih bertumpu pada

pemerintah dan swasta, tetapi kurang melibatkan masyarakat sebagai

penerima pelayanan kesehatan.Melibatkan masyarakat dalam

pelayanan kesehatan berarti memberdayakan masyarakat dalam

memelihara dan meningkatkan kesehatannya sendiri, karena

kesehatan masyarakat bukan hanya masalah pihak provider dalam hal

ini pemerintah dan pihak swasta, melainkan juga menjadi tanggung

jawab masyarakat / konsumen. Oleh karena itu penyelenggaraan

pelayanan kesehatan juga merupakan tanggung jawab bersama

antara pihak pemberi pelayanan (provider) dan pihak penerima

pelayanan (consument) (Iqbal Wahit M, 2016, hal : 20).

Pemanfaatan pelayanan kesehatan saat ini terhitung masih

sangat minim, ada beberapa kendala yang dihadapi dalam pemberian

pelayanan kesehatan antara lain masyarakat yang tidak mampu


14

mengakses pelayanan kesehatan yang tersedia karena keterbatasan

sarana dan prasarana, nilai sosial dan budaya masyarakat, pelayanan

kesehatan yang tidak sesuai dengan kebutuhan/harapan, kualitas

penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang rendah, serta alokasi dan

penggunaan sumber daya untuk penyampaian pelayanan yang tidak

memadai (Sukoco, 2018, hal : 27).

Pengetahuan tentang faktor yang mendorong individu membeli

pelayanan kesehatan merupakan informasi kunci untuk mempelajari

utilisasi pelayanan kesehatan. Mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi pencarian pelayanan kesehatan berarti juga

mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan (utilisasi)

pelayanan kesehatan (Ilyas, 2017, hal : 66).

B. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

seseorang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra

penglihatan, pendengaran, penghidu, perasa, dan peraba. Tetapi

sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior)

(Notoatmojo S, 2016, hal : 39).

Pengetahuan adalah pengetahuan tentang jalan hidup yang ingin

ditempuh, pengetahuan tentang kemampuan-kemampuan diri, realita


15

dan ilmu pengetahuan.Semuanya adalah kekuatan seperti yang

pernah dikatakan Francisko Bacon.

Sungguh, ini merupakan pandangan yang sangat mendalam

tentang kesuksesan, dan merupakan bakat terpendam yang menjelma

yang menjadi kekuatan untuk berbuat sesuatu.Di saat seseorang mulai

bisa mengatur dan menetapkan batasan-batasan dalam pekerjaan,

mulailah menetapkan dan membatasi tujuan. Maka fungsi seseorang

adalah apa yang diketahui. “orang yang terbaik di masa Islam jika

mereka memahami”. Kebaikan akan tetap ada, tapi harus dihiasi

dengan pengetahuan (Notoatmojo S, 2017, hal : 40).

Menurut Rogers, bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku

baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu :

1. Awareness (kesadaran)

Dimana orang tersebut menyadari dalam arti pengetahuan lebih

dahulu terdapat stimulus (objek).

2. Interest (merasa tertarik)

Terhadap stimulus atau objek tersebut (disini sikap sudah mulai

terbentuk).

3. Evaluastion (menimbang - nimbang)

Terhadap yang baik dan tidaknya suhu stimulus tersebut bagi

dirinya.Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.


16

4. Trial

Dimana subjek sudah mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai

dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

5. Adoption

Dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan

keadaan dan sikap terhadap stimulus.

Ada beberapa tingkatan menurut Bloom dari domain kognitif

tentang bagaimana proses terjadinya menjadi tahu yaitu sebagai

berikut (Notoatmojo S, 2017, hal : 42).

1. Pengetahuan (Knowledge)

Bila seseorang hanya menjelaskan secara garis besar apa

yang telah dipelajari, sejauh ini hanya istilah – istilah saja.

2. Memahami (Comprehension)

Bila seseorang berada pada tingkat pengetahuan dasar, ia

dapat menerangkan kembali secara mendasar ilmu pengetahuan

yang telah dipelajari.

3. Aplikasi (Aplication)

Bila seseorang telah berada pada kemampuan untuk

menggunakan apa yang telah dipelajari di situasi – situasi yang

lain.

4. Analisis (Analysis)

Bila seseorang memiliki kemampuan dalam menyusun,

menganalisis dan menerangkan hubungan satu dengan yang lain.


17

5. Sintesis (Synthesis)

Orang yang memiliki kemampuan analisis disamping punya

kemampuan menyusun kembali atau ke bentuk yang lain.

6. Evaluasi (Evaluation)

Bila seseorang memiliki pengetahuan secara menyeluruh dan ia

mampu mengevaluasi segala yang dilakukannya.

Tingkat pengetahuan yang tercakup di dalam domain kognitif

mempunyai enam tingkatan sebagai berikut (Effendi, f, makhfudi,

2016, hal : 64).

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai pengingat akan suatu materi yang

telah dipeljari sebelumnnya. Termasuk ke dalam pengetahuan

tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik

dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

diterima.Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang

paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu

tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. Contohnya “…

dapat menyebutkan tanda – tanda bahwa penderita demam

berdarah dengue”.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat


18

menginterpretasikan materi tersebut secara benar.Orang yang

telah paham terhadap objek atau materi tersebut harus dapat

menjelaskan, menyebutkan.Contoh, menyimpulkan, meramalkan,

dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Contohnya “…

dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang

bergizipada masa postpartum”.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah di pelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan

hokum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam

konteks atau situasi yang lain. Contohnya, “…dapat menggunakan

rumus statistik dalam perhitungan hasil penelitian”.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam kompenen – kompenen, tetapi masih di

dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu

sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan

kata kerja seperti dapatmenggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5. Sintesis (synthetic)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam satu


19

bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah

suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi –

formulasi yang telah ada. Contohnya, dapat menyusun,

merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan, dan sebagainya

terhadap suatu teori atau rumus-rumus yang telah ada.

C. Tinjauan Umum Tentang Pendidikan

Dari segi istilah, pendidikan berasal dari kata educatus yang

berarti merawat, melengkapi atau membimbing.Berdasarkan hal

tersebut dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah upaya yang sadar,

sengaja dikatakan bahwa pendidikan adalah upaya yang sadar,

sengaja untuk memperlengakapi seseorang atau kelompok orang.

Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata

laku dalam mendewasakan seseorang atau kelompok manusia melalui

upaya pengajaran dan pelatihan (Irman Soemantri, 2017, hal : 32).

Prof. R. S. Peters, pakar pendidikan di Inggris mengatakan bahwa

pendidikan mempunyai tujuan membentuk manusia seutuhnya.

Pendidikan mempunyai tujuan membentuk manusia

seutuhnya.Pendidikan haruslah berusaha membangun manusia

terdidik, bukan saja mempunyai “Pengetahuan Tentang” tetapi juga

memiliki pengertian luas mengenai landasan atau asumsi dasar dari

pengetahuan tersebut. Selanjutnya Peters mengatakan, orang yang

terdidk tidak hanya memiliki keterampilan berbuat hal – hal khusus dan
20

sempit, melainkan juga memiliki kesadaran tinggi akan pertumbuhan

dirinya secara menyeluruh (Luhulima, 2016, hal L 23).

Menurut Sutari imam Barnadib, bahwa perbuatan mendidik dan

dididik memuat faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi dan

menentukan yaitu :

1. Adanya tujuan yang hendak dicapai

2. Adanya subyek manusia yang melakukan pendidikan

3. Yang hidup bersama dalam lingkungan hidup tertentu

4. Yang menggunakan alat – alat tertentu untuk mencapai tujuan.

Tingkat pendidikan seseorang pada dasarnya sangat

mempengaruhi kesadaran masyarakat mengenai bagaimana pola

hidup yang sehat. Apabila pemerintah menyadari kurangnya

kesadaran masyarakat dalam bidang kesehatan maka perlu segera

diambil tindakan yang bersifat nyata, misalnya diadakannya

penyuluhan masalah kesehatan, pelaksanaan program kesehatan

yang berkelanjutan dan upaya-upaya lain yang dapat menumbuhkan

kesadaran masyarakat dalam bidang kesehatan (Effendi, f, makhfudi,

2017, hal : 66).

D. Tinjauan Umum Tentang Sosial ekonomi

Sosial ekonomi adalah ilmu yang mempelajari tindakan-tindakan

manusia yang ditimbulkan oleh adanya hubungan antara kebutuhan-

kebutuhan yang tak terbatas dengan alat-alat mana mempunyai

pamakaian alternatif.Kemampuan seseorang atau keluarga dalam


21

mengakses/mencapai pelayanan kesehatan adalah berbeda-

beda.Bagi orang kaya hal ini bukan merupakan masalah, mereka bisa

memilih pelayanan kesehatan sesuai keinginan. Sedangkan bagi

keluarga miskin akan menjadi masalah tersendiri. Krisis moneter sejak

beberapa tahun terakhir berlanjut menjadi krisis ekonomi. Dampak dari

krisis ekonomi berlanjut pada sektor kesehatan, masyarakat

mengeluhkan tidak mampu membiayai pelayanan kesehatan terutama

bagi penduduk kurang mampu (miskin).Itu semua karena menurunnya

tingkat pendapatan dan daya beli masyarakat, serta meningkatnya

biaya kesehatan.Status sosial ekonomi juga merupakan sebuah

komponen kelas sosial yang mengacu pada tingkat pendapatan

keluarga dan sumber pendapatan. Salah satu fungsi keluarga adalah

tersedianya dukungan ekonomi yang memadai dan pengalokasian

sumber-sumber (Friedman, Marylin, 2017, hal : 85).

Krisis ekonomi dan moneter yang puncaknya terjadi tahun 1998

sangat menurunkan kemampuan keuangan pemerintah membiayai

pembangunan nasional termasuk pembangunan sektor

kesehatan.Krisis nasional multidimeni yang diikuti dengan euforia

gerakan reformasi telah ikut memperburuk kondisi perekonomian

nasional. Krisis ekonomi Amerika setelah pemboman gedung WTC di

New York tanggal 11 September 2011 dan serangan teroris yang

melakukan pengeboman di Bali tanggal 12 Oktober 2002

memperparah upaya pemulihan ekonomi. Beban krisis ekonomi yang


22

juga berdampak pada sektor kesehatan sangat dirasakan oleh

masyarakat golongan ekonomi lemah terutama mereka yang tinggal di

pedesaan.Kenaikan harga obat dan beban kehidupan sehari hari

sangat mempengaruhi perilaku kesehatan mereka, terutama ketika

mereka harus mengakses pusat-pusat pelayanan kesehatan.Dampak

krisis ekonomi di sektor kesehatan muncul dalam bentuk peningkatan

jumlah keluarga miskin dan pengangguran. Situasi ini memperbesar

risiko kematian ibu hamil dan anak apabila Puskesmas sebagai pusat

pembangunan kesehatan tidak ditingkatkan kemampuannya

mendeteksi dan menanggulangi masalah kesehatan masyarakat dan

faktor risikonya yang potensial beerkembang di wilayah kerjanya

(Friedman, Marylin, 2018, hal : 87).

E. Tinjauan Umum Tentang Jarak pelayanan kesehatan

Jarak pelayanan kesehatan merupakan jarak tempuh atau waktu

yang masyarakat gunakan ke pelayanan kesehatan. Sesuai dengan

keadaan geografis, luas wilayah, sarana perhubungan, dan kepadatan

penduduk dalam wilayah kerja suatu puskesmas, tidak semua

penduduk dapat dengan mudah mengakses pelayanan puskesmas.

Agar jangkauan pelayanan puskesmas lebih merata, puskesmas perlu

ditunjang dengan Puskesmas Pembantu, Keliling, dan Bidan Desa.

Selain itu, peningkataan peran masyarakat untuk mengelolah

posyandu dan membina dasawisma juga dapat menunjang jangkauan

pelayanan kesehatan (Effendi, f, makhfudi, 2017, hal : 68).


23

F. Tinjauan Umum Tentang Media

Media adalah suatu alat yang dimanfaatkan oleh masyarakat

untuk mendapatkan informasi pelayanan kesehatan.Promosi

kesehatan masyarakat dapat diberikan kepada sasaran baik secara

langsung maupun melalui media tertentu.Dalam situasi di mana

pendidik (sumber) tidak dapat bertemu langsung dengan sasaran,

media pendidikan sangat diperlukan. Media yang dapat dipergunakan

adalah sebagai berikut :

a. Media elektronik : radio, televisi, internet, telepon, telepon

genggam (handphone), teleconference.

b. Media cetak : majalah, koran, selebaran (leaflet dan flyer),

booklet, papan besar (billboard), spanduk, poster, flannelgraph,

bulletin board.

c. Media lain : surat, kendaraan (mobil, motor, becak, dll).

Pemilihan media promosi kesehatan ditentukan oleh banyaknya

sasaran, keadaan geografis, karakteristik partisipan, dan sumber daya

pendukung.Contohnya, di daerah terpencil yang hanya dapat dicapai

dengan pesawat terbang khusus dan pendidikan kesehatan yang

diinginkan adalah yang mencapai sebanyak mungkin sasaran, maka

media yang dipilih adalah flyer atau media elektronik jika sumber

dayanya memungkinkan.Beberapa media promosi kesehatan dapat

juga dipergunakan sebagai alat peraga jika pendidik kesehatan

bertemu langsung dengan partisipan dalam proses promosi kesehatan.


24

Media poster dapat dianggap sebagai alat peraga berupa gambar,

demikian juga dengan billboard dan sebagaianya.(Effendi, f, makhfudi,

2017, hal : 69).

G. Kerangka Konsep

Berdasarkan uraian yang dipaparkan pada bagian latar belakang,

telah diketahui bahwa hasil penelitian sebelumnya menunjukan hal-hal

yang menyebabkan mengapa pemanfaatan pelayanan kesehatan di

Puskesmas minim antara lain kondisi geografis, kondisi ekonomi dan

kemiskinan, tingkat pendidikan dan pengetahuan, pengobatan dasar

dan sumber Daya Manusia (SDM) (Erfan Muhammad K, 2018, hal :

79).

Variablel Independen Variabel Dependen

1. Pengetahuan
2. Pendidikan
3. Sosial ekonomi
4. Jarak tempat
pelayanan
kesehatan
5. Faktor media Pemanfaatan pelayanan
kesehatan masyarakat

Pekerjaan
25

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Variabel yang tidak diteliti

H. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif

Adapun defenisi operasional dan kriterian objektif dari setiap

variabel yang diteliti, adalah sebagai berikut :

1. Pengetahuan

Yang dimaksud dengan pengetahuan adalah tingkat

pemahaman masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan

kesehatan.Pengetahuan di ukur dengan kuisioner di berikan dalam

bentuk pertanyaan. Jika jawabannya (a) atau Ya, nilainnya 2 dan

jika jawabannya b (tidak) nilainnya (1). Nilai tetinggi adalah 10 dan

nilai terendah adalah 5. Nilai mean diperoleh dengan

menjumlahkan skor tertinggi (10) dan skor terendah (5) kemudian

di bagi dua dan diperoleh mean 7,5. Untuk mengkategorikan tingkat

pengetahuan baik atau kurang, dituliskan dalam bentuk persentase.

Kriteria Objektif :

Baik : Jika responden menjawab ≥ 7,5

Kurang : Jika responden menjawab < 7,5


26

2. Pendidikan

Yang di maksud dengan pendidikan yaitu pengalaman

responden mengikuti pendidikan formal, dinilai bedasarkan ijazah

terakhir yang dimiliki responden.

Kriteria objektif:

Pendidikan Tinggi : jika pendidikan tamat S1 ke atas.

Pendidikan Rendah : jika pendidikan tamat SD-SMA ke bawah

3. Sosial ekonomi

Sosial ekonomi diukur berdasarkan penghasilan rumah

tangga, dengan menggunakan standar upa minimum daerah.

Kriteria objektif :

Cukup : jika penghasilan per bulan ≥ Rp.1.000.000

Kurang : jika penghasilan per bulan <Rp.1.000.000

4. Jarak tempat pelayanan kesehatan

Yang di maksud dengan jarak tempat pelayanan kesehatan

disini yaitu jarak tempuh atau jangkauan masyarakat untuk

memanfaatkan pelayanan kesehatan.

Kriteria Objektif :

Jauh : Jika responden menempuh jarak > 3 km

Dekat :Jika responden menempuh jarak 1-3 km

5. Media

Media adalah suatu alat yang dimanfaatkan oleh masyarakat

untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.


27

Kriteria Objektif :

Dimanfaatkan : Jika responden menjawab ≥ 7,5

Tidak dimanfaatkan : Jika responden menjawab < 7,5

6. Pemanfaatan pelayanan kesehatan

Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah menggunakan

sarana kesehatan yang telah disediakan oleh pemerintah dengan

sebaik-baiknya.

Kriteria objektif :

Dimanfaatkan : Jika responden memanfaatkan

pelayanan

kesehatan ≥ 60%

Tidak dimanfaatkan : Jika responden tidak memanfaatkan

pelayanan kesehatan < 60%

I.Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Alternatif (Ha)

a. Adanya hubungan antara pengetahuan dengan pemanfaatan

pelayanan kesehatan di Puskesmas Tamalanrea .

b. Adanya hubungan antara pendidikan dengan pemanfaatan

pelayanan kesehatan di Puskesmas Tamalanrea .

c. Adanya hubungan antara sosial ekonomi dengan

pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas

Tamalanrea .
28

d. Adanya hubungan antara jarak tempat pelayanan kesehatan

dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas

Tamalanrea .

e. Adanya hubungan antara faktor media dengan pemanfaatan

pelayanan kesehatan di Puskesmas Tamalanrea .

2. Hipotesis Nol (Ho)

a. Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan

pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas

Tamalanrea .

b. Tidak ada hubungan antara pendidikan dengan pemanfaatan

pelayanan kesehatan di Puskesmas Tamalanrea .

c. Tidak ada hubungan antara sosial ekonomi dengan

pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas

Tamalanrea .

d. Tidak ada hubungan antara jarak tempat pelayanan

kesehatan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di

Puskesmas Tamalanrea .

e. Tidak ada hubungan antara faktor media dengan

pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas

Tamalanrea .
29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini maka peneliti

menggunakan rancangan penelitian non-eksperimen dengan metode

deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional study, yang

betujuan untuk melihat gambaran jumlah masyarakat yang

memanfaatkan pelayanan kesehatan di lihat dalam waktu bersamaan.

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Tamalanrea .

2. Waktu

Penelitian ini akan dilaksanakan pada Juli 2020.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah 426 KK yang berada di

Puskesmas Tamalanrea .

2. Sampel

Sampel pada penelitian ini diambil secara purposiv sampling

yaitu sampel yang diambil berdasarkan responden yang ditemukan

di Puskesmas Tamalanrea . Dan sampel yang digunakan adalah

50 KK yang tinggal di Puskesmas Tamalanrea

.
30

D. Sumber Data

Dalam penelitian ini ada dua sumber data yang digunakan yaitu :

1. Sumber data primer, yaitu data yang bersumber dari responden

dengan cara langsung melalui wawancara dan observasi lapangan

dimana penelitian itu dilakukan. Dalam penelitian ini sumber data

penelitian diperoleh dari kader Posyandu sebagai kader kesehatan.

2. Sumber data sekunder, yaitu data yang bersumber pada catatan-

catatan, buku-buku, brosur-brosur yang ada hubungannya dengan

judul atau permasalahan yang diteliti.

E. Cara Pengumpulan Data

Cara yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian

ini adalah :

1. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal

yang variabelnya berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,

notulen rapat, leger dan agenda. Pelaksanaan dari metode

dokumentasi ini dilakukan terhadap dokumen-dokumen yang

berkaitan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan masyarakat

di Puskesmas Tamalanrea .

F. Pengolahan Data

Prosedur pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai

berikut:
31

1. Editing

Proses editing dilakukan setelah data terkumpul dan dilakukan

dengan memeriksa kelengkapan data, memeriksa kesinambungan

data, dan memeriksa keseragaman data.

2. Kooding

Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data,

Semua jawaban atau data perlu disederhanakan yaitu memberikan

simbol – simbol tertentu, untuk setiap jawaban atau pengkodean.

Pengkodeaan dilakukan dengan memberikan nomor halaman

daftar pertanyaan, nomor pertanyaan, nama dan kode.

3. Tabulasi data

Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data ke

dalam suatu tabel menurut sifat-sifat yang dimiliki sesuai dengan

tujuan penelitian, tabel medah untuk dianalisa.Tabel tersebut dapat

berupa tabel sederhana maupun tabel silang.

G. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti menekankan kepada

masalah etika yang meliputi :

1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden (Informen Consent)

Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan

diteliti, tujuannya adalah responden mengetahui maksud dan tujuan

penelitian serta dampak yang diteliti selama pengumpulan data.

Jika responden bersedia diteliti maka harus menandatangani


32

persetujuan, jika menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan

memaksa dan menghormati haknya.

2. Tanpa Nama (Anonymity)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti

tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar

pengumpulan data (koesioner) yang diisi oleh responden lembar

tersebut hanya diberi nomor kode tertentu.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden

dijamin oleh peneliti.

Anda mungkin juga menyukai