Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MASALAH POLA MAKAN PADA REMAJA DI INDONESIA


Dosen Pengampu : Resky Aulia Yusuf, SKM, MS

NAMA KELOMPOK :
1. SYAHRUNI RAMADHANY 14120220101
2. KINANTI DWI CAPRISYA 14120220102

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa
karena dengan rahmat dan anugerah-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah
ini, pada mata kuliah Komunikasi Kesehatan dengan judul “Masalah Pola Makan
Pada Remaja di Indonesia” dengan tepat waktu.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Komunikasi Kesehatan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Terima kasih juga tak lupa kami ucapkan kepada pihak-pihak yang mendukung
baik secara langsung maupun tidak langsung, kami juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membagi pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik serta saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 14 April 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................ 1

A. Latar Belakang..................................................................................................... 1
B. Rumuan Masalah.................................................................................................. 1
C. Tujuan Masalah.................................................................................................... 2
D. Manfaat penulisan................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................. 3

A. Pengertian Persepsi............................................................................................... 3
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi....................................................... 3
C. Proses Persepsi..................................................................................................... 4
D. Jenis-Jenis Persepsi............................................................................................... 4
E. Persepsi Menurut Konsep Gestalt......................................................................... 4
F. Penyebab Perbedaan Persepsi Antarindividu dan Antarkelompok...................... 5
G. Konsep Sehat Sakit............................................................................................... 6

BAB III PENUTUP.......................................................................................................... 9

A. Kesimpulan........................................................................................................... 9
B. Saran..................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa remaja adalah masa adanya hal yang berubah dan proses
tersebut berlangsung cepat dalam hal pertumbuhan fisik, jiwa, kognitif, dan
solial. Remaja adalah tahapan yang harus dilalui seseorang sebelum
memasuki masa dewasa. Remaja memiliki peluang menjadi sumber daya
manusia (SDM) yang berkualitas dengan melihat perkembangan potensi
biologisnya.
Pada usia remaja sering terjadi permasalahan dalam hal gizi salah
satunya adalah pola makan yang tidak teratur. Pengaturan pola makan yang
tidak teratur dan terjadinya diet yang terlalu ketat dilakukan para remaja
untuk menjaga penampilan. Dewasa ini banyak remaja biasa melewatkan
sarapan. Hal ini biasanya disebabkan aktivitas remaja yang tinggi di sekolah
maupun di luar sekolah (Hardinsyah, 2017). Remaja perempuan memiliki
body image yang lebih tinggi dari laki-laki. Remaja perempuan berusaha
menjaga penampilan tubuhnya agar tetap langsing sehingga sering menjaga
pola makannya dengan mengurangi porsi makan, frekuensi makan atau
melakukan diet tertentu secara keliru yang mengakibatkan kebutuhan gizi
tidak terpenuhi secara optimal (Kalsum dan Halim, 2016). Pola makan yang
tidak beraturan akan menyebabkan terbiasanya mengkonsumsi makanan
jajanan yang tidak sehat.
Status gizi adalah suatu keadaan dimana tubuh mengkonsumsi suatu
makanan serta zat gizi pada makanan tersebut digunakan. Beberapa cara
dapat dilakukan untuk menentukan status gizi pada remaja, salah satu cara
dengan menentukan Indeks Massa Tubuh menurut umur (IMT/U). Menilai
status gizi dengan kategori tersebut dinilai sesuai untuk menilai status gizi
remaja karena remaja masih dalam masa pertumbuhan. Konsumsi makanan
dapat memberikan kontribusi langsung dalam mempengaruhi status gizi

1
seseorang (Almatsier, 2010). Konsumsi jenis makanan serta pola hidup yang
biasa dilakukan setiap hari dapat memengaruhi status gizi seseorang.
Menurut data What We Eat in America (WWEIA) dan National Health
and Nutrition Examination Survey (NHANES) menunjukkan bahwa remaja
usia 12-18 tahun melewatkan sarapan sebanyak 24% laki-laki dan 29%
perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa kebiasaan melewatkan sarapan
masih tinggi pada perempuan (O’Neil, 2015). Melewatkan sarapan masih
menjadi permasalahan di Indonesia. Menurut data yang dihimpun oleh
Hardinsyah (2012), banyak remaja dan dewasa yang melewatkan sarapan
sebesar 17% dan 13% tidak sarapan setiap hari.
World Health Organization (WHO), juga pandemi Covid-19 telah mengganggu
layanan kesehatan mental kritis di 93% negara di seluruh dunia, sementara permintaan
layanan kesehatan mental meningkat. WHO melaporkan bahwa 72% layanan kesehatan
mental untuk remaja dihentikan antara Juni dan Agustus 2020. Dalam kelompok ini, telah
terjadi lonjakan prevalensi gangguan makan, yang diperparah oleh pandemi Covid-19
(WHO, 2020).
World Health Organization (WHO) telah menempatkan gangguan makan di
antara penyakit mental prioritas untuk anak-anak dan remaja mengingat risiko yang
ditimbulkannya bagi kesehatan mereka. Mengenali faktor risiko yang terkait dengan
masalah ini dapat menjadi dasar untuk merancang intervensi yang tepat waktu dan efektif
(Candy, 2022).
World Health Organization (WHO) telah menempatkan gangguan makan di
antara penyakit mental prioritas untuk anak-anak dan remaja mengingat risiko yang
ditimbulkannya bagi kesehatan mereka dan komorbiditas psikiatri yang besar. Di antara
yang paling sering, gangguan depresi 23,3%, gangguan kecemasan 10%, gangguan
adaptif 3,3% dan persepsi negatif tentang hubungan keluarga 43,3%, yang memperburuk
masalah dan menyebabkan komplikasi penting dalam keadaan kesehatan. Untuk alasan
ini, UGD menjadi lebih relevan untuk kepentingan klinik, penelitian dan epidemiologi.
Berbagai faktor mengintervensi terjadinya gangguan makan dan menunjukkan risiko
yang lebih tinggi seperti faktor biologis, psikologis, keluarga dan sosiokultural (2-7).
Dengan demikian, bukti ilmiah berlimpah ketika menangani berbagai aspek gangguan

2
makan, namun keadaan seni mengungkapkan bahwa dalam lima tahun terakhir tidak ada
tinjauan literatur yang diterbitkan tentang masalah ini, yang relevan untuk merancang
atau memandu intervensi efektif yang memungkinkan para profesional untuk mencegah
peristiwa ini. Dalam pengertian ini, tujuan dari pekerjaan ini adalah untuk melakukan
tinjauan mendalam terhadap bukti yang dipublikasikan tentang faktor yang terkait dengan
perilaku makan pada remaja (Candy, 2022).
Masa remaja adalah tahap antara masa kanak-kanak dan dewasa antara usia 10
sampai 19 tahun tua. Remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat, pertumbuhan
kognitif dan psikososial, yang mempengaruhi perasaan mereka, pengambilan keputusan
dan cara mereka interaksi. Karena setiap kelompok usia menghadapinya berbeda risiko
kesehatan, remaja juga rentan terhadap hal-hal tertentu risiko. Anak-anak usia 10-14
tahun rentan terhadap risiko yang berkaitan dengan air, kebersihan, dan sanitasi,
sedangkan untuk anak usia 15-19 tahun, risikonya sering dikaitkan dengan kebiasaan
yang tidak sehat, seperti seperti penyalahgunaan alkohol, pola makan yang buruk, dan
jumlah minimum latihan fisik (Ritma, 2022).
Menurut World Health Organization (WHO), Ada lebih dari 500 juta remaja putri
yang tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Jumlah remaja di Indonesia
berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2018 sebanyak 63,82 juta jiwa. Dengan
jumlah tersebut, kesehatan dan kesejahteraan remaja harus diutamakan. Untuk menjamin
kesehatan dan kesejahteraan remaja yang semakin meningkat, negara di semua tingkatan
harus memastikan bahwa remaja dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dalam
lingkungan yang bebas dari berbagai masalah kesehatan (Puspa, 2022).
Saat ini, remaja menjadi kelompok yang rentan menghadapi beban ganda
malnutrisi. Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan penduduk usia 13-18 tahun memiliki
masalah gizi pendek (52.6%), kurus (16.8%) dan kegemukan (29.5%). Pola makan dan
kebiasaan olahraga remaja sebagai prediktor status gizi juga memprihatinkan. Sebanyak
97.5% remaja belum mencukupi asupan energi harian sesuai AKG dan 52.6% remaja
memiliki kebiasaan olahraga rendah. Status gizi anak umur 5-18 tahun dikelompokan
menjadi tiga kelompok umur yaitu 5-12 tahun, 13-15 tahun dan 16-18 tahun. Indikator
status gizi yang digunakan untuk kelompok umur ini didasarkan pada pengukuran
antropometri berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) yang disajikan dalam bentuk indeks

3
tinggi badan menurut umur (TB/U) dan Indeks Massa Tubuh menurut umur (IMT/U)
(Riskesdas, 2018).
Terlepas dari banyaknya informasi yang tersedia saat ini, nilai gizi buah dan
sayuran serta manfaat makan sehat masih diabaikan oleh masyarakat. “Panduan Gizi Gizi
Gizi Seimbang yang dikembangkan Kemenkes tidak diketahui publik sehingga
menyebabkan rendahnya asupan buah dan sayur di kalangan remaja,” ujar Melania
Gondomartojo, Kepala Bidang Gizi WFP di Indonesia. World Health Organization
(WHO) merekomendasikan lima porsi buah dan sayuran per hari. Di Indonesia,
mayoritas remaja hanya makan 0,5-1 porsi buah dan 1 porsi sayuran per hari, menurut
studi terbaru WFP, Understanding Health and Nutrition Among Adolescents (WHO,
2021).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Persepsi

Persepsi berasal dari bahasa Inggris Perception Yang berarti penglihatan, tanggapan,
daya memahami/ menanggapi. Sedangkan secara istilah, para psikolog berbeda-beda
dalam mendifinisikan pengertian persepsi, di antaranya: Sarlito Wiraman Samono,
persepsi merupakan kemampuan untuk membeda-bedakan, mengelompokan,
memfokuskan dan sebagainya. Irwanto dkk, mengemukakan bahwa persepsi ialah proses
diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala maupun peristiwa) sampai
rangsang itu disadari dan dimengerti. Gulo (1982), persepsi ialah proses seseorang
menjadi sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera.

Jadi, Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu suatu
stimulus yang diterima Oleh individu melalui alat reseptor yaitu indera. Persepsi
merupakan stimulus yang diindera Oleh individu, diorganisasikan kemudian
diinterpretasikan sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang
diinderanya. Dengan kata Iain persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan
atau informasi kedalam Otak manusia.

Persepsi stimulus dapat datang dari luar, tetapi juga dapat datang dari dalam individu
sendiri. Tetapi, sebagian besar persepsi melalui alat indera penglihatan. Persepsi bersifat
individual, meskipun stimulus yang diterimanya sama, tetapi karena setiap orang
memiliki pengalaman yang berbeda, kemampuan berfikir yang berbeda, maka hal
tersebut sangat memungkinkan terjadinya perbedaan persepsi pada setiap individu. Taraf
terakhir dari proses persepsi adalah individu menyadari apa yang diterima melalui alat
indera atau reseptor.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi


1) Faktor Internal : Fisiologis, Perhatian, Minat, Kebutuhan yang searah, Pengalaman dan
ingatan dan Suasana hati.

5
2) )Faktor Eksternal: Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus, Wama dari obyek-
obyek, Keunikan dan kekontrasan stimulus, Intensitas dan kekuatan dari stimulus dan
Motion atau Gerakan.

C. Proses Persepsi
Persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan sete!
ah rangsangan diterapkan kepada manjgsia. Persepsi, pengenalan, penalaran, dan Perasaan
kadang-kadang disebut variabel psikologis yang muncul di antara rangsangan dan tanggapan.
Persepsi melewati 3 proses, yaitu:
a. Proses fisik (kealaman) — Objek-Stimulus- Reseptor atau alat indera.
b. Proses Fisiologis —Sumulus-Saraf Sensons- Otak.
c. Proses Psikologis--Proses dalam otak sehingga individu menyadari stimulus yang di
terima.
Proses terjadinya persepsi menurut Widayatun, karena adanya obyek atau
stimulus yang merangsang untuk ditangkap panca indera kemudian stimulus tadi
dibawa ke otak. Dari otak terjadi adanya "pesan" atau jawaban (respon) adanya
stimulus, berupa pesan atau respon yang dibalikan ke Indera kemball berupa
"tanggapan" atau persepsi atau hasil kerja indera berupa pengalaman hasil
pengelolaaan otak.

D. Jenis-Jenis Persepsi
a. Persepsi visual : Persepsi visual didapatkan dari indera penglihatan.
b. Persepsi auditori : Persepsi auditori didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga.
c. Persepsi perabaan : Persepsi pengerabaan didapatkan dari indera taktil yaitu kulit.
d. Persepsi penciuman : Persepsi penciuman atau olfaktori didapatkan dari indera
penciuman yaitu hidung.
e. Persepsi pengecapan : Persepsi pengecapan atau rasa didapatkan dari indera pengecapan
yaitu lidah.

E. Persepsi Menurut Konsep Gestalt

6
Gestalt adalah istilah psikologi yang berarti "kesatuan yang utuh". Hal ini mengacu pada
teori Persepsi Visual yang dikembangkan oleh psikolog Jerman pada tahun 1920. Teori-teori
ini berusaha untuk menggambarkan bagaimana orang cenderung untuk mengatur unsur-unsur
visual dalam kelompok atau keutuhan bersatu ketika prinsip-prinsip tertentu diterapkan.
1. Hukum kedekatan (Proximity). Hukum ini menyatakan bahwa apabila stimulus itu
saling berdekatan satu dengan yang lain, objek-objek persepsi yang berdekatan
cenderung diamati sebagai suatu kesatuan. Kedekatan terjadi ketika elemen
ditempatkan berdekatan. Mereka cenderung dianggap sebagai sebuah kelompok.
2. Hukum kesamaan (Similarity). Kesamaan terjadi ketika benda terlihat mirip satu
sama lain. Orang sering menganggap mereka sebagai kelompok atau pola.
3. Hukum bentuk-bentuk tertutup (Closure). Adanya kecenderungan orang mempersepsi
sesuatu yang kurang lengkap menjadi lengkap. Penutupan terjadi ketika sebuah benda
tidak lengkap atau spasi tidak benar-benar tertutup.
4. Hukum kesinambungan (Continuity). Pola-pola yang sama dan berkesinambungan,
walau ditutup oleh pola-pola lain, tetap diamati sebagai kesatuan.
5. Hukum Kontinutas. Yang mempunyai kontinuitas satu dengan yang lain, akan terlihat
dari ground dan akan di persepsi sebagai suatu kesatuan.

F. Penyebab perbedaan Persepsi antarindividu dan antarkelompok :


1) Perhatian. Pada setiap saat ada ratusan, mungkin ribuan rangsangan yang teflangkap oleh
semua indra kita. Tentunya, kita tidak mampu menyerap seluruh rangsangan yang ada di
sekitar kita sekaligus. Karena keterbatasan daya serap dan persepsi kita, maka kita
terpaksa hanya bisa memusatkan perhatian kita pada satu atau dua objek saja.
2) Set. Set (mental set) adalah kesiapan mental seseorang untuk menghadapi sesuatu
rangsangan yang akan timbul dengan cara tertentu.
3) Kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan sesaat maupun yang menetap pada diri seseorang,
akan mempengaruhi persepsi orang tersebut. Dengan demikian kebutuhan-kebutuhan
yang berbeda akan menyebabkan perbedaan persepsi.
4) Sistem nilai. Sistem nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat berpengaruh persepsi.
Suatu eksperimen di Amerika Serikat (dalam Baker, Rierdan & Wapner, 1974)
menunjukkan bahwa anak-anak yang berasal dan keluarga miskin mempersepsikan mata

7
uang logam lebih besar dari pada ukuran yang sebenarnya. Gejala ini ternyata tidak
terdapat pada anak-anak yang berasal dari keluarga kaya.
5) Tipe Kepribadian. Tipe kepribadian juga akan mempengaruhi persepsi. Misalnya Frida
dan Linda bekerja di satu kantor yang sama di bawah pengawasan satu orang atasan yang
sama. Frida bertipe tertutup (introvert) dan pemalu, sedangkan Linda lebih terbuka
(extrovert) dan percaya diri. Sangat mungkin Frida akan mempersepsikan atasannya
sebagai tokoh yang menakutkan dan perlu dijauhi, sementara buat Linda bosnya itu orang
biasa saja yang dapat diajak bergaul seperti orang biasa lainnya.
6) Gangguan kejiwaan. Sebagai gejala normal, ilusi berbeda dan halusinasi dan delusi, yaitu
kesalahan persepsi pada penderita gangguan jiwa (biasanya pada penderita
schizophrenia). Delusi merupakan keyakinan bahwa dirinya menjadi sesuatu yang tidak
sesuai dengan realita (fixed false belief), misalnya merasa dirinya menjadi Rasul Tuhan,
Raja Majapahlt, atau Superman.

G. Konsep Sehat Sakit


Perbedaan konsep sehat-sakit yang kemudian akan menimbulkan permasalahan konsep
sehat-sakit di dalam masyarakat. Secara objektif seseorang, salah satu organ tubuhnya
terganggu fungsinya namun, dia tidak merasa sakit. Atau sebaliknya, seorang merasa sakit
bila mersakan sesuatu di dalam tubuhnya, tetapi dari pemeriksaan klinis tidak diperoleh bukti
bahwa dia sakit. Lebih lanjut penjelasan ini dapat di gambarkan sebagai berikut.

Penyakit (disease)
Tak hadir Hadir
Sakit (illness) (not present) (present)

Tak dirasa
1 2
(not perceived)
Dirasakan
3 4
(perceveid)

8
Area 1 (satu) menggambarkan bahwa seseorang tidak mengandung atau menderita
penyakit dan juga tidak merasa sakit (no disease and no illness). Dalam keadaan demikian maka
orang tersebut sehat menurut konsep kita (dari kaca mata petugas kesehatan).

Area 2 (dua) menggambarkan seseorang mendapat serangan penyakit (secara klinis),


tetapi orang itu sendiri tidak merasa sakit (disease but no illness). Dalam kenyataannya area ini
adalah yang paling luas wilahnya. Artinya, anggota-anggota masyarakat yang secara klinis
maupun laboratories menunjukkan gejala klinis behwa mereka diserang atau menderita suatu
jenis penyakit, tetapi mereka tidak merasakan sebagai sakit. Oleh karena itu, mereka tetap
menjalankan kegiatannya sehari-hari sebagaimana orang sehat.

Dari sini keluar konsep sehat masyarakat, yaitu bahwa sehat adalah orang yang dapat
bekerja atau menjalankan pekerjaannya sehari-hari, dan keluar konsep sakit, di mana dirasakan
oleh seseorang yang sudah tidak dapat bangkit dari tempat tidurnya, tidak dapat menjalankan
pekerjaannya sehari-hari.

Pelayanan kesehatan didirikan berdasarkan asumsi behwa masyarakat membutuhkannya.


Namun, kenyataannya masyarakat baru mau mencari pengobatan (pelayanan kesehatan) setelah
benar-benar tidak dapat berbuat apa-apa. Hal ini pun bukan berarti mereka harus mencari
pengobatan ke fasi\itas-fasilitas kesehatan modern (puskesmas dasn sebagainya), tetapi juga ke
fasilitas pengobatan tradisional (dukun dan sebagainya) yang kadang-kadang menjadi pilihan
masyarakat yang pertama. ltulah sebabnya maka rendahnya penggunaan puskesmas atau tidak
digunakannya fasilitas fasiiitas pengobatan modern dapat disebabkan oleh persepsi masyarakat
tentang sakit yang berbeda dengan konsep provider.

Area 3 (tiga) menggambarkan penyakit yang tidak hadir pada seseorang, tetapi tersebut
merasa sakit atau tidak enak badan (illness but no disease). Pada kenyataannya kondisi ini hanya
sedikit di dalam masyarakat. Orang yang merasa sakit padahal setelah pemeriksaan baik secara
klinis maupun laboratories tidak diperoleh bukti bahwa ia menderita suatu penyakit. Hal ini
mungkin karena gangguan-gangguan psikis saja.

9
Area 4 (empat) ini menggambarkan adanya suatu penyajian yang sama. Seorang
memang menderita sakit dan juga ia rasakan sebagai rasa sakit (illness with disease). Hal ini
sebenarnya yang dapat dikatakan benar-benar sakit. Dałam kondisi yang demikian ini fasilitas
kesehatan dapat mencaapi sasarannya secara optimis. Artinya, pelayanan yang diprogramkan
akan berłemu dengan kebutuhan masyarakat.

Untuk meningkatkan daerah yang ke 4 ini diperlukan suatu koreksi terhadap masyarakat
mengenai konsep sehat-sakit. Selama masih ada perbedaan konsep ini di dałam masyarakat, dan
selama masih belum ada pembetulan atas konsep-konsep yang salah ini maka peningkatan
utilisasi fasilitas-fasilitas kesehatan akan berjalan lamban dan bahkan macet sama sekali.
Persepsi masyarakat tentang merupakan konsep sehat-sakit masyarakat berbeda pada tiap
kelompok masyarakat. Untuk iłu maka tiap-tiap unit pelayanan kesehatan komunitas perlu
mencari sendiri konsep sehat-sakit masyarakat yang dilayaninya. Untuk iłu penelitian tentang
aspek-aspek sosial budaya kesehatan sangat diperlukan oleh tiap unit pelayanan kesehatan
komunitas. Jelasnya, tiap-tiap puskesmas perlu mengumpulkan data sosial budaya masyarakat
yang dilayani guna meningkatkan jangkauan pelayanannya.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Persepsi berasal dari bahasa Inggris Perception Yang berarti penglihatan,
tanggapan, daya memahami/ menanggapi. Sedangkan secara istilah, para psikolog
berbeda-beda dalam mendifinisikan pengertian persepsi, di antaranya: Sarlito
Wiraman Samono, persepsi merupakan kemampuan untuk membeda-bedakan,
mengelompokan, memfokuskan dan sebagainya. Irwanto dkk, mengemukakan
bahwa persepsi ialah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar
gejala maupun peristiwa) sampai rangsang itu disadari dan dimengerti. Gulo (1982),
persepsi ialah proses seseorang menjadi sadar akan segala sesuatu dalam
lingkungannya melalui indera.
Jadi, Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu
suatu stimulus yang diterima Oleh individu melalui alat reseptor yaitu indera.
Persepsi merupakan stimulus yang diindera Oleh individu, diorganisasikan kemudian
diinterpretasikan sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang
diinderanya. Dengan kata Iain persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya
pesan atau informasi kedalam Otak manusia.

B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini,
akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis
perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan sebagai
bahan evaluasi untuk ke depannya. Sehingga bisa terus menghasilkan penelitian dan
karya tulis yang bermanfaat bagi banyak orang.

11
DAFTAR PUSTAKA

Idris, F. P., Asrina, A., & A. Fachri, S. (2023). Psikologi Kesehatan. Makassar

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2019. Laporan Nasional Riskesdas 2018.
Jakarta: Lembaga Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Candy Laurine Suarez-Albor, Maura Galletta, and Edna Margarita Gómez-Bustamante, 2022.
Factors associated with eating disorders in adolescents: a systematic review. Acta
Biomed, Vol. 9, No. 3

World Health Organization (WHO), 2020. Increased prevalence of eating disorders observed
during Covid-19 pandemic. https://www.clinicaltrialsarena.com/comment/increased-
prevalence-eating-disorders/

World Health Organization (WHO), 2021. WFP and Government launch digital campaign to
promote healthy eating among Indonesian adolescents in Indonesia
https://www.wfp.org/news/wfp-and-government-launch-digital-campaign-promote-
healthy-eating-among-indonesian-adolescents

Word Health Organization. (2021). WHO Guidelines on Adolescent Health. (Cited 2021 July15)
Available From Https://Www.Who.Int/HealthTopics/Adolescent-Health/#tab=tab_1
Article From Website.

Ritma Dewanti, Ari Probandari, Sri Mulyani, 2022. Factors Affecting The Choices Of Healthy
Diet Among Adolescents In Rural Areas. National Nutrition Journal, Vol. 17, No. 1

Puspa Sari, Dewi Marhaeni Diah Herawati, Meita Dhamayanti and Dany Hilmanto, 2022. The
Study of Nutrient Intake and Adolescent Girls’ Quality of Life in a Rural Area of
Indonesia. Children, Vol. 9, No. 1248

12

Anda mungkin juga menyukai