Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN

PENENTUAN STATUS GIZI PADA BALITA

Tugas Mata Kuliah Praktikum Penilaian Status Gizi

Dosen Pengampu:
Pradipta Kurniasanti, SKM., M.Gizi

Disusun oleh:

Nama : Adi Puji Kurniawan


NIM : 1907026091
Kelas : GZK-3D

PROGRAM STUDI GIZI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia yaitu tentang status gizi. Hal ini
terjadi karena kenaikan dan penurunan jumlah balita yang mengalami permasalahan
status gizi tiap tahunnya tidak menentu. Balita merupakan kelompok masyarakat yang
rentan gizi. Pada kelompok tersebut mengalami siklus pertumbuhan dan perkembangan
yang membutuhkan zat-zat gizi yang lebih besar dari kelompok unsur lain sehingga
balita paling mudah menderita kelainan gizi.
Beberapa faktor yang menyebabkan gizi buruk di Indonesia terdiri dari beberapa
tahap yaitu penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung yaitu konsumsi
makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak. Penyebab gizi kurang
tidak hanya disebabkan makanan yang kurang tetapi juga karena infeksi. Adapun
penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak,
serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan.
Kejadian gizi buruk apabila tidak diatasi akan menyebabkan dampak yang buruk
bagi balita. Dampak yang terjadi antara lain kematian dan infeksi kronis. Deteksi dini
anak yang kurang (gizi kurang dan gizi buruk) dapat dilakukan dengan pemeriksaan
berat badan menurut umur (BB/U) untuk memantau berat badan anak. Penilaian status
gizi balita dapat ditentukan melalui pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan
istilah “antropometri”. Pengukuran antropometri dapat dilakukan dengan melakukan
pengukuran indikator berat badan dan tinggi badan serta memperhatikan umur dan jenis
kelamin balita itu sendiri. Ukuran antropometri untuk penilaian status gizi merupakan
kombinasi antara masing-masing ukuran indikator antropometri yang umum digunakan
untuk menilai status gizi yang umum adalah indeks berat badan terhadap umur (BB/U)
dan indeks berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB). Untuk anak pada umunya,
indeks BB/U merupakan cara baku yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan.
Sedangkan indeks BB/TB merupakan ukuran antropometri yang terbaik karena dapat
menggambarkan status gizi saat ini dengan lebih sensitif dan spesifik.
Untuk menilai status gizi pada anak diperlukan standar antropometri. Standar
antropometri yang digunakan merupakan baku rujukan yang berisi tabel normatif
sebagai pembanding dalam menilai status gizi. Baku rujukan ini dikeluarkan oleh badan
resmi yang mengurusi masalah kesehatan dan gizi. Untuk level dunia adalah WHO
(World Health Organization) dan untuk level negara adalah Kementrian Kesehatan
negara.
Untuk melakukan pemeriksaan dan pengukuran antropometri agar dapat
mengetahui status gizi balita dapat mendatangi tempat pelayanan kesehatan masyarakat
seperti salah satunya yaitu posyandu yang berada di wilayah tempat tinggal. Posyandu
merupakan suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan kesehatan
masyarakat dari Keluarga Berencana dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk
masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas
kesehatan.

1
1.2. Tujuan
1) Tujuan Umum
Mengetahui status gizi pada anak usia 2-5 tahun yang menjadi responden.
2) Tujuan Khusus
a) Mengetahui berat badan pada anak usia 2-5 tahun yang menjadi responden.
b) Mengetahui tinggi badan pada anak usia 2-5 tahun yang menjadi responden.
1.3. Manfaat
1) Mahasiswa
Bagi mahasiswa, laporan ini bisa menjadi bahan masukan bahwa materi gizi
untuk anak usia 2-5 tahun sangat dibutuhkan untuk menjadi seorang ahli gizi yang
memiliki wawasan luas.
2) Masyarakat
Bagi masyarakat, khususnya untuk para ibu atau orang tua lebih memperhatikan
gizi anaknya, terutama yang masih berusia balita yang sangat membutuhkan asupan
gizi yang banyak untuk pertumbuhan dan perkembangannya.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Balita


Balita adalah individu atau sekelompok individu dari suatu penduduk yang berada
dalam rentang usia tertentu. Usia balita dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan
yaitu golongan usia bayi (0-2 tahun), golongan balita (2-3 tahun), dan golongan
prasekolah (>3-5 tahun). Adapun menurut WHO, kelompok usia balita adalah 0-60
bulan (Andriani dan Wirjatmadi, 2012). Anak balita adalah anak yang telah menginjak
usia diatas satu tahun atau lebih populer dengan pengertian anak dibawah lima tahun.
Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5
tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh pada orangtua untuk melakukan
kegiatan penting, seperti mandi, buang air, dan makan (Setyawati dan Hartini, 2018).
Pada masa anak dibawah lima tahun (anak balita, umur 12-59 bulan), kecepatan
pertumbuhan mulai menurun dan terdapat kemajuan dalam perkembangan motorik
(gerak kasar dan gerak halus) serta fungsi sekresi. Periode penting dalam tumbuh
kembang anak adalah pada masa balita. Pertumbuhan dasar yang berlangsung pada
masa balita akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya.
Setelah lahir terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, pertumbuhan dan
perkembangan sel-sel otak masih berlangsung, dan terjadi pertumbuhan serabut-serabut
syaraf dan cabang-cabangnya, sehingga terbentuk jaringan syaraf dan otak yang
kompleks. Jumlah dan pengaturan hubungan-hubungan antar sel syaraf ini akan sangat
mempengaruhi segala kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar berjalan, mengenal
huruf, hingga bersosialisaasi. Pada masa balita, perkembangan kemampuan bicara dan
bahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional, dan intelegensia berjalan sangat cepat
dan merupakan landasan perkembangan berikutnya (Marmi dan Rahardjo, 2015).
Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia.
Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu keberhasilan
pertumbuhan dan perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di
usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang,
karena itu sering disebut golden age atau masa keemasan (Setyawati dan Hartini, 2018).
2.2. Pengertian Status Gizi
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang
diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan
sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan
masukan nutrien. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada
data antropometri serta biokimia dan riwayat diet (Beck, 2000).
Status gizi adalah keadaan gizi seseorang yang dapat dilihat untuk mengetahui
apakah seseorang tersebut itu normal atau bermasalah (gizi salah). Gizi salah adalah
gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kekurangan atau kelebihan dan atau
keseimbangan zat-zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan, kecerdasan, dan
aktivitas atau produktivitas (Siswanto, 2001).

3
Status gizi juga dapat merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara makanan
yang dimasukkan ke dalam tubuh (nutrien input) dengan kebutuhan tubuh (nutrien
output) akan zat gizi tersebut (Supariasa, dkk., 2002). Status gizi balita merupakan
salah satu indikator yang dapat digunakan untuk menunjukan kualitas hidup suatu
masyarakat dan juga memberikan intervensi sehingga akibat lebih buruk dapat dicegah
dan perencanaan lebih baik dapat dilakukan untuk mencegah anak-anak lain dari
penderitaan yang sama (Soekirman, 2000).
2.3. Pengukuran Status Gizi
Dalam pengukuran status gizi terdapat bermacam-macam indikator indeks,
masing-masing indeks mempunyai keunggulan dan kelemahan (Supariasa, 2016). Jenis,
keunggulan, dan kelemahan masing-masing indeks dapat dilihat pada tabel berikut.

Indeks Keunggulan Kelemahan


BB/U Baik untuk mengukur status Interpretasi keliru jika
gizi akut/kronis, berat badan
terdapat edema maupun
dapat berfluktuasi, sensitif
asites, memerlukan data
terhadap perubahan, serta umur yang akurat, sering
dapat mendeteksi terjadi kesalahan dalam
kegemukan pengukuran seperti
pengaruh pakaian dan
gerakan anak, serta masalah
sosial budaya
TB/U Baik untuk menilai status Tinggi badan tidak cepat
gizi masa lampau, ukuran naik, pengukuran relatif
panjang dapat dibuat sulit dan membutuhkan 2
sendiri, serta murah orang untuk melakukannya,
dan mudah dibawa serta ketepatan umur sulit
didapat, terutama di daerah
terpencil
BB/TB Tidak memerlukan data Tidak dapat memberikan
umur dan dapat gambaran apakah anak
membedakan proporsi tubuh tersebut pendek,
(gemuk, normal, dan kurus) membutuhkan 2 macam alat
ukur, pengukuran relatif
lama, serta sering terjadi
kesalahan dalam pembacaan
hasil pengukuran
Sumber: (Supariasa dkk, 2002)

2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

4
1) Faktor Langsung
a) Faktor Infeksi
Defisiensi gizi sering dihubungkan dengan infeksi. Infeksi bisa dihubungkan
dengan gangguan gizi melalui beberapa cara yaitu mempengaruhi nafsu makan,
dapat juga menyebabkan kehilangan bahan makanan karena diare atau muntah
mempengaruhi metabolisme makanan dan banyak cara lain lagi. Secara umum,
defisiensi gizi merupakan awal dari gangguan sistem kekebalan. Gizi kurang dan
infeksi, kedua-duanya dapat bermula dari kemiskinan dan lingkungan tidak sehat
dengan sanitasi yang buruk. Selain itu juga diketahui bahwa infeksi menghambat
reaksi immunologis yang normal dengan menghasilkan sumber-sumber energi
tubuh. Gangguan gizi dan infeksi sering bekerja sama dan jika bekerja sama akan
memberikan prognosis yang lebih buruk jika dibandingkan dengan jika kedua faktor
tadi bekerja sendiri-sendiri. Infeksi memperburuk taraf gizi dan sebaliknya,
gangguan gizi memperburuk kemampuan anak untuk mengatasi penyakit infeksi.
Kuman-kuman yang kurang berbahaya bagi anak-anak dengan status gizi naik, bisa
menyebabkan kematian pada anak-anak dengan status gizi yang buruk (Kemenkes
RI, 2013).
b) Asupan Makan
Tujuan memberi makan pada anak adalah untuk memenuhi kebutuhan zat gizi
yang cukup dalam kelangsungan hidupnya, pemulihan kesehatan sesudah sakit,
untuk aktivitas pertumbuhan dan perkembangan. Dengan memberikan makan anak
juga di didik agar dapat menerima, menyukai makanan yang baik, serta menentukan
jumlah makanan yang cukup dan bermutu (Santoso, 2009).
Makanan sehari-hari yang dipilih dengan baik akan memberikan semua zat
gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Sebaliknya, jika makanan tidak
dipilih dengan baik, tubuh akan mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu.
Konsumsi aneka ragam makanan merupakan salah satu cara untuk mencukupi zat-
zat gizi yang kurang di dalam tubuh (Almatsier, 2010).
2) Faktor Tidak Langsung
a) Pola Asuh
Pola asuh adalah praktek di rumah tangga yang diwujudkan dengan
tersedianya pangan dan perawatan kesehatan serta sumber lainnya untuk
kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan perkembangan anak (LIPI, 2000). Pola
pengasuhan anak berupa sikap dan perilaku ibu atau pengasuh lain dalam hal
hakekatnya dengan anak, memberikan makan, merawat, kebersihan, memberi kasih
sayang, dan sebagainya. Kesemuanya berhubungan dengan keadaan ibu dalam hal
kesehatan (fisik dan mental), status gizi, pendidikan umum, pengetahuan dan
keterampilan, tentang pengasuhan anak yang baik, peran dalam keluarga atau di
masyarakat, sifat pekerjaan sehari-hari, adat kebiasaan keluarga dan masyarakat, dan
sebagainya dari si ibu atau pengasuh anak (Soekirman, 2000).

Dalam WNPG (LIPI, 2000) terdapat beberapa aspek kunci dalampola asuh
anak meliputi:
 Perawatan dan perlindungan bagi ibu

5
 Praktek menyusui dan pemberian MP-ASI
 Pengaruh psiko-sosial
 Penyiapan makanan
 Kebersihan diri dan sanitasi lingkungan
 Praktek kesehatan di rumah dan pola pencarian pelayanan kesehatan
b) Pengetahuan
Kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk menetapkan
informasi dalam kehidupan sehari-hari merupakan penyebab terjadinya gangguan
gizi (Suhardjo, 2003). Ibu yang mempunyai pengetahuan gizi dan kesadaran gizi
yang tinggi akan melatih kebiasaan makan yang sehat sedini mungkin kepada semua
putra-putrinya. Selain itu tingkat pengetahuan ibu sebagai pengelola rumah tangga
akan berpengaruh juga pada macam bahan makanan dalam konsumsi keluarga
sehari-hari. Ibu yang cukup pengetahuan gizinya akan memperhatikan kebutuhan
gizi anaknya agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Pengetahuan ibu memberi makan anak sering menghadapi kesulitan dan juga
pengetahuan ibu tentang cara memperlakukan bahan pangan dalam pengelolaan
sehingga zat gizi yang terkandung di dalamnya tidak rusak atau salah masih perlu
dikaji di pedesaan.
c) Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat,
tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup
(Notoatmodjo, 1993). Suatu sikap belum dapat otomatis terwujud dalam suatu
tindakan (over behaviour). Banyak faktor yang dapat mempengaruhi penentuan
sikap secara utuh seperti pengetahuan, berfikir, berkeyakinan, dan emosi itu semua
memegang peranan sangat penting. Sedangkan untuk mewujudkan sikap menjadi
suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang
memungkinkan antara lain adalah fasilitas.
d) Perilaku
Komponen perilaku atau komponen konatif dalam struktur sikap menunjukkan
bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang
berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Kaitan ini didasari oleh asumsi
bahwa kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku. Maksudnya,
bagaimana orang berperilaku dalam situasi tertentu dan terhadap stimulus tertentu.
Kecenderungan berperilaku secara konsisten, selaras dengan kepercayaan dan
perasaan ini membentuk sikap individual. Karena itu, adalah logis untuk
mengharapkan bahwa sikap seseorang akan dicerminkannya dalam bentuk tendensi
perilaku terhadap objek (Azwar, 1997).

6
BAB III

HASIL DATA DAN INTERPRETASI

3.1. Hasil Pengukuran


No Nama L/P Usia BB (kg) TB LL (cm) LK (cm)
(cm)
1. Khanza Ira P 2 tahun 5 bulan 13,30 95 16 48
2. Amira P 2 tahun 6 bulan 13,45 90 17 47
3. Nada Felisha P 3 tahun 9 bulan 11,10 91 15 50
4. Adiva Kaisa P 4 tahun 6 bulan 19,58 108 18 53
5. Hafiz L 4 tahun 5 bulan 17,90 105 18 49
6. Aqila Misha P 2 tahun 11 bulan 11,55 85 17 48
7. Felicia P 2 tahun 2 bulan 10,50 87 16 45
8. Dwi Hana P 2 tahun 2 bulan 10,45 80 15 46
9. Azril L 4 tahun 10 bulan 16,20 103 16 48
10. Calista P 4 tahun 3 bulan 16,95 104 17 47

3.3. Hasil Perhitungan


Secara umum, rumus perhitungan z-score adalah:
Nilai Individu Subjek −Nilai Median Baku Rujukan
Z-score =
Nilai Simpangan Baku Rujukan
1) Khanza Ira, 2 tahun 5 bulan
 BB/U
13,30−12,5 0,8
Z-score = = = 0,47 (normal)
14,2−12,5 1,7
 TB/U
95−90,7 4,3
Z-score = = = 1,23 (normal)
96,9−93,4 3,5
 BB/TB
13,30−13,9 −¿−0,6
Z-score = = = -0,5 (normal)
13,9−12,7 1,2
2) Amira, 2 tahun 6 bulan
 BB/U
13,45−12,7 0,75
Z-score = = = 0,44 (normal)
14,4−12,7 1,7
 TB/U
90−90,7 −0,7
Z-score = = = -0,19 (normal)
90,7−87,1 3,6
 BB/TB
13,45−12,6 0,85
Z-score = = = 0,71 (normal)
13,8−12,6 1,2

7
3) Nada Felisha, 3 tahun 9 bulan
 BB/U
11,10−15,5 −4,4
Z-score = = = -3,14 (sangat kurang)
12,0−10,6 1,4
 TB/U
91−100,9 −9,9
Z-score = = = -2,41 (pendek)
92,5−88,4 4,1
 BB/TB
11,10−12,9 −1,8
Z-score = = = -2 (normal)
11,8−10,9 0,9
4) Adiva Kaisa, 4 tahun 6 bulan
 BB/U
19,58−17,2 2,38
Z-score = = = 0,88 (normal)
19,9−17,2 2,7
 TB/U
108−106,2 1,8
Z-score = = = 0,4 (normal)
110,7−106,2 4,5
 BB/TB
19,58−17,8 1,78
Z-score = = = 0,99 (normal)
19,6−17,8 1,8
5) Hafiz, 4 tahun 5 bulan
 BB/U
17,90−17,2 0,7
Z-score = = = 0,29 (normal)
19,6−17,2 2,4
 TB/U
105−106,1 −1,1
Z-score = = = -0,25 (normal)
106,1−101,7 4,4
 BB/TB
17,90−16,8 1,1
Z-score = = = 0,69 (normal)
18,4−16,8 1,6
6) Aqila Misha, 2 tahun 11 bulan
 BB/U
11,55−13,7 −2,15
Z-score = = = -1,65 (normal)
12,0−10,7 1,3
 TB/U
85−94,4 −9,4
Z-score = = = -2,54 (pendek)
86,8−83,1 3,7
 BB/TB
11,55−11,4 0,15
Z-score = = = 0,14 (normal)
12,5−11,4 1,1
7) Felicia, 2 tahun 2 bulan

8
 BB/TB
10,50−11,9 −1,4
Z-score = = = -1 (normal)
11,9−10,50 1,4
 TB/U
87−87,4 −0,4
Z-score = = = -0,12 (normal)
87,4−84,1 3,3
 BB/TB
10,50−11,9 −1,4
Z-score = = = -1,56 (normal)
10,9−10,0 0,9

8) Dwi Hana, 2 tahun 2 bulan


 BB/U
10,45−11,9 −1,45
Z-score = = = -1,32 (normal)
10,50−9,4 1,1
 TB/U
80−87,4 −7,4
Z-score = = = -2,24 (pendek)
80,8−77,5 3,3
 BB/TB
10,45−10,2 0,25
Z-score = = = 0,25 (normal)
11,2−10,2 1
9) Azril, 4 tahun 10 bulan
 BB/U
16,20−18,0 −1,8
Z-score = = = -0,82 (normal)
18,0−15,8 2,2
 TB/U
103−108,9 −5,9
Z-score = = = 1,28 (normal)
104,3−99,7 4,6
 BB/TB
16,20−16,2
Z-score = = 0 (normal)
17,7−16,2
10) Calista, 4 tahun 3 bulan
 BB/U
16,95−16,6 0,35
Z-score = = = 0,58 (normal)
19,2−16,6 2,6
 TB/U
104−104,5 −0,5
Z-score = = =-0,12 (normal)
104,5−100,1 4,4
 BB/TB
16,95−16,4 0,55
Z-score = = = 0,32 (normal)
18,1−16,4 1,7

3.2. Interpretasi Data


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
2020 Tentang Standar Antropometri Anak, status gizi Khanza Ira yang berusia 2 tahun

9
5 bulan menurut Indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) anak usia 0-60 bulan yaitu
berat badan normal dengan nilai z-score 0,47 yang berada pada range -2 SD sd +1 SD
(berat badan normal), sedangkan berdasarkan Indeks Tinggi Badan menurut Umur
(TB/U) anak usia 0-60 bulan yaitu normal dengan nilai z-score 1,23 yang berada pada
range -2 SD sd +3 SD (normal). Kemudian berdasarkan Indeks Berat Badan menurut
Tinggi Badan (BB/TB) anak usia 0-60 bulan yaitu gizi baik/normal dengan nilai z-score
-0,5 yang berada pada range -2 SD sd +1 SD (gizi baik/normal).
Pada perhitungan status gizi responden kedua, status gizi Amira yang berusia 2
tahun 6 bulan menurut Indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) anak usia 0-60 bulan
yaitu berat badan normal dengan nilai z-score 0,44 yang berada pada range -2 SD sd +1
SD (berat badan normal), sedangkan berdasarkan Indeks Tinggi Badan menurut Umur
(TB/U) anak usia 0-60 bulan yaitu normal dengan nilai z-score -0,19 yang berada pada
range -2 SD sd +3 SD (normal). Kemudian berdasarkan Indeks Berat Badan menurut
Tinggi Badan (BB/TB) anak usia 0-60 bulan yaitu gizi baik/normal dengan nilai z-score
0,71 yang berada pada range -2 SD sd +1 SD (gizi baik/normal).
Pada perhitungan status gizi responden ketiga, status gizi Nada Felisha yang
berusia 3 tahun 9 bulan menurut Indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) anak usia
0-60 bulan yaitu berat badan sangat kurang dengan nilai z-score -3,14 yang berada pada
range <-3 SD (berat badan sangat kurang), sedangkan berdasarkan Indeks Tinggi Badan
menurut Umur (TB/U) anak usia 0-60 bulan yaitu pendek/stunted dengan nilai z-score
-2,41 yang berada pada range -3 SD sd <-2 SD (pendek/stunted). Kemudian
berdasarkan Indeks Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) anak usia 0-60 bulan
yaitu gizi baik/normal dengan nilai z-score -2 yang berada pada range -2 SD sd +1 SD
(gizi baik/normal).
Pada perhitungan status gizi responden keempat, status gizi Adiva Kaisa yang
berusia 4 tahun 6 bulan menurut Indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) anak usia
0-60 bulan yaitu berat badan normal dengan nilai z-score 0,88 yang berada pada range
-2 SD sd +1 SD (berat badan normal), sedangkan berdasarkan Indeks Tinggi Badan
menurut Umur (TB/U) anak usia 0-60 bulan yaitu normal dengan nilai z-score 0,4 yang
berada pada range -2 SD sd +3 SD (normal). Kemudian berdasarkan Indeks Berat
Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) anak usia 0-60 bulan yaitu gizi baik/normal
dengan nilai z-score 0,99 yang berada pada range -2 SD sd +1 SD (gizi baik/normal).
Pada perhitungan status gizi responden kelima, status gizi Hafiz yang berusia 4
tahun 5 bulan menurut Indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) anak usia 0-60 bulan
yaitu berat badan normal dengan nilai z-score 0,9 yang berada pada range -2 SD sd +1
SD (berat badan normal), sedangkan berdasarkan Indeks Tinggi Badan menurut Umur
(TB/U) anak usia 0-60 bulan yaitu normal dengan nilai z-score -0,25 yang berada pada
range -2 SD sd +3 SD (normal). Kemudian berdasarkan Indeks Berat Badan menurut
Tinggi Badan (BB/TB) anak usia 0-60 bulan yaitu gizi baik/normal dengan nilai z-score
0,69 yang berada pada range -2 SD sd +1 SD (gizi baik/normal).
Pada perhitungan status gizi responden keenam, status gizi Aqila Misha yang
berusia 2 tahun 11 bulan menurut Indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) anak usia
0-60 bulan yaitu berat badan normal dengan nilai z-score -1,65 yang berada pada range
-2 SD sd +1 SD (berat badan normal), sedangkan berdasarkan Indeks Tinggi Badan
menurut Umur (TB/U) anak usia 0-60 bulan yaitu pendek/stunted dengan nilai z-score
-2,54 yang berada pada range -3 SD sd <-2 SD (pendek/stunted). Kemudian
berdasarkan Indeks Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) anak usia 0-60 bulan
yaitu gizi baik/normal dengan nilai z-score 0,14 yang berada pada range -2 SD sd +1
SD (gizi baik/normal).

10
Pada perhitungan status gizi responden ketujuh, status gizi Felicia yang berusia 2
tahun 2 bulan menurut Indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) anak usia 0-60 bulan
yaitu berat badan normal dengan nilai z-score -1 yang berada pada range -2 SD sd +1
SD (berat badan normal), sedangkan berdasarkan Indeks Tinggi Badan menurut Umur
(TB/U) anak usia 0-60 bulan yaitu normal dengan nilai z-score -0,12 yang berada pada
range -2 SD sd +3 SD (normal). Kemudian berdasarkan Indeks Berat Badan menurut
Tinggi Badan (BB/TB) anak usia 0-60 bulan yaitu gizi baik/normal dengan nilai z-score
-1,56 yang berada pada range -2 SD sd +1 SD (gizi baik/normal).
Pada perhitungan status gizi responden kedelapan, status gizi Dwi Hana yang berusia
2 tahun 2 bulan menurut Indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) anak usia 0-60 bulan
yaitu berat badan normal dengan nilai z-score -1,32 yang berada pada range -2 SD sd +1
SD (berat badan normal), sedangkan berdasarkan Indeks Tinggi Badan menurut Umur
(TB/U) anak usia 0-60 bulan yaitu pendek/stunted dengan nilai z-score -2,24 yang berada
pada range -3 SD sd <-2 SD (pendek/stunted). Kemudian berdasarkan Indeks Berat Badan
menurut Tinggi Badan (BB/TB) anak usia 0-60 bulan yaitu gizi baik/normal dengan nilai z-
score 0,25 yang berada pada range -2 SD sd +1 SD (gizi baik/normal).
Pada perhitungan status gizi responden kesembilan, status gizi Azril yang berusia
4 tahun 10 bulan menurut Indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) anak usia 0-60
bulan yaitu berat badan normal dengan nilai z-score -0,82 yang berada pada range -2
SD sd +1 SD (berat badan normal), sedangkan berdasarkan Indeks Tinggi Badan
menurut Umur (TB/U) anak usia 0-60 bulan yaitu normal dengan nilai z-score 1,28
yang berada pada range -2 SD sd +3 SD (normal). Kemudian berdasarkan Indeks Berat
Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) anak usia 0-60 bulan yaitu gizi baik/normal
dengan nilai z-score 0 yang berada pada range -2 SD sd +1 SD (gizi baik/normal).
Pada perhitungan status gizi responden kesepuluh, status gizi Calista yang berusia
4 tahun 3 bulan menurut Indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) anak usia 0-60
bulan yaitu berat badan normal dengan nilai z-score 0,58 yang berada pada range -2 SD
sd +1 SD (berat badan normal), sedangkan berdasarkan Indeks Tinggi Badan menurut
Umur (TB/U) anak usia 0-60 bulan yaitu normal dengan nilai z-score -0,12 yang berada
pada range -2 SD sd +3 SD (normal). Kemudian berdasarkan Indeks Berat Badan
menurut Tinggi Badan (BB/TB) anak usia 0-60 bulan yaitu gizi baik/normal dengan
nilai z-score 0,32 yang berada pada range -2 SD sd +1 SD (gizi baik/normal).

11
BAB IV

PEMBAHASAN
Pada penelitian ini jumlah subjek ada 10 orang terdiri dari 8 anak perempuan dan 2
anak laki-laki. Pada perhitungan status gizi berdasarkan indeks BB/U, terdapat satu orang
anak yang memiliki status berat badan sangat kurang, yaitu Nada Felisha. Sedangkan pada
perhitungan status gizi berdasarkan indeks TB/U, terdapat 3 orang anak yang memiliki tinggi
badan tergolong pendek, yaitu Nada Felisha, Aqila Misha, dan Dwi Hana. Kemudian pada
perhitungan status gizi berdasarkan indeks BB/TB, semua anak memiliki status gizi baik
(normal).
Dari hasil perhitungan status gizi dengan menggunakan z-score secara keseluruhan
semua anak memiliki status gizi normal, namun ada satu orang anak yang perlu mendapat
perhatian khusus karena memiliki berat badan sangat kurang, tinggi badan yang tergolong
pendek, serta mendekati status gizi kurang, yaitu Nada Felisha. Kondisi ini dapat disebabkan
oleh pola makan yang tidak teratur ataupun konsumsi makanan yang tidak baik. Jika
konsumsi makanan yang diberikan pada anak sedikit atau kurang baik dalam kualitas ataupun
kuantitas akan memberikan dampak yang tidak baik pula pada kesehatan anak. Faktor lain
yang menyebabkan anak kekurangan gizi adalah adanya infeksi dan penyakit yang ditularkan.
Anak-anak biasanya mudah tertular penyakit serta sering mengalami infeksi yang umumnya
dikarenakan kegiatan yang sangat aktif dan di tempat yang sembarangan.
Untuk mengatasi anak yang mengalami gizi kurang ini bisa dilakukan dengan
menambah konsumsi makanan bergizi pada anak agar memiliki berat badan yang ideal. Peran
orang tua juga sangat diperlukan dalam mengatur pola makan pada anak agar mendapat gizi
seimbang, tidak memberikan uang jajan berlebih, karena makanan/jajanan yang dibeli dan
dikonsumsi anak-anak belum tentu sehat dan bergizi untuk tubuh anak itu sendiri. Maka dari
itu lebih dianjurkan untuk membuatkan makanan yang sehat dan bergizi di rumah sehingga
kebutuhan gizi anak dapat tercukupi. Selain itu orang tua sebaiknya memberikan penjelasan
kepada anak mengenai makanan apa saja yang boleh untuk mereka konsumsi selama anak
tidak berada dalam jangkauan pengawasan orang tua.

12
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil data dan pembahasan, maka kesimpulan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1) Pada penelitian ini jumlah subjek ada 10 orang terdiri dari 8 anak perempuan dan 2
anak laki-laki, terdapat satu orang anak yang memiliki status berat badan sangat
kurang, yaitu Nada Felisha; 3 orang anak yang memiliki tinggi badan tergolong
pendek, yaitu Nada Felisha, Aqila Misha, dan Dwi Hana; terlepas dari fakta tersebut
semua anak memiliki status gizi baik (normal).
2) Dari hasil perhitungan status gizi dengan menggunakan z-score secara keseluruhan
semua anak memiliki status gizi normal, namun ada satu orang anak yang perlu
mendapat perhatian khusus karena memiliki berat badan sangat kurang, tinggi badan
yang tergolong pendek, serta mendekati status gizi kurang, yaitu Nada Felisha.
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, dapat dikemukakan beberapa saran terkait
dengan tujuan dan manfaat penelitian, antara lain:
1) Perlu diadakan penyuluhan dalam edukasi gizi dan pengetahuan keluarga tentang
upaya peningkatan status gizi dan memanfaatkan sarana media yang ada (media cetak
dan elektronik) sebagai media informasi.
2) Orang tua harusnya memperhatikan gizi dari makanan yang diberikan kepada anak,
sehingga anak bisa mendapatkan gizi yang baik untuk pertumbuhannya.

13
DAFTAR PUSTAKA
Adriani, M., & Wirjatmadi, B. (2012). Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Almatsier, S. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Azwar, S. (1997). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Beck, M. (2000). Ilmu Gizi dan Diet. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica.
Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Marmi, S. S., & Rahardjo, K. (2015). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak.
Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Notoatmodjo, S. (1993). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Santoso, S. (2009). Kesehatan dan Gizi. Jakarta: Rineka Cipta.
Setyawati, V. A. V., & Hartini, E. (2018). Buku Ajar Dasar Ilmu Gizi Kesehatan
Masyarakat. Yogyakarta: Deepublish.
Siswanto, H. (2001). Berapa Besar Masalah Gizi di Indonesia dan Bagaimana
Menanggulanginya. Jurnal Data dan Informasi Kesehatan 1(1): 7-17.
Soekirman. (2000). Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Suhardjo. (2003). Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara.
Supariasa, I. D., Bakri, B., & Fajar, I. (2002). Penilaian Status Gizi. Jakarta : Penerbit
Kedokteran EGC.

14
LAMPIRAN

15

Anda mungkin juga menyukai