Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH METODE ILMIAH : PENILAIAN STATUS GIZI

“ANTROPOMETRI : KOMPOSISI TUBUH (LINGKAR TUBUH)”


Disusun unutk memenuhi nilai tugas mata kuliah Metode Ilmiah : Penilaian Status
Gizi
Dosen Pengampu : Ilmiah Fahmi, S.Gz, M.Gizi

Disusun Oleh :
Putri Salwa Az-Zahra Alwi / 195070301111024

Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Antropometri dinyatakan sebagai suatu studi yang menyangkut pengukuran
dimensi tubuh manusia dan aplikasi rancangan yang menyangkut geometri fisik,
massa, kekuatan dan karakteristik tubuh manusia yang berupa bentuk dan ukuran.
Antropometri adalah suatu parameter status nutrisi yang penting, yang meliputi
pengukuran tinggi badan, berat badan, proporsi, lingkar kepala, ketebalan lipatan
kulit dan ukuran lingkar lengan (Harjadi,1998).

Komposisi tubuh adalah persentase berat tubuh yang terdiri dari jaringan
nonlemak dan jaringan lemak. Menilai komposisi tubuh adalah langkah penting
dalam mengevaluasi status kesehatan seseorang (Sherwood, 2012).

Komposisi tubuh diukur untuk mendapatkan persentase lemak, tulang, air, dan
otot dalam tubuh. Metode pengukuran persen lemak tubuh cukup bervariasi dengan
kelebihan dan keterbatasannya masing- masing, baik dilihat dari segi akurasi, biaya,
radiasi, waktu, dan kenyamanan bagi subjek yang diukur. pengetahuan mengenai
persen lemak tubuh merupakan hal yang penting bagi setiap individu karena berkaitan
dengan status gizi dan risiko terhadap berbagai penyakit metabolik

Lingkar tubuh menyiratkan jumlah kandungan lemak didalam tubuh. Lingkar


tubuh yang perlu diukur ialah lingkar lengan atas dan bawah, lingkar pinggang
(perut), lingkar pinggul, lingkar paha dan betis, serta lingkar leher.

Dalam pengukuran lingkar tubuh pada setiap metode tentunya memiliki kelebihan
dan kekurangan. Selain itu juga dapat terjadi kesalahan dalam pengukuran berat
badan, sehingga perlu dilakukan peminimalisiran kesalahan agar mendapatkan data
lingkar tubuh yang valid dan dapat digunakan untuk mencerminkan status gizi
seseorang.
Berdasarkan hal tersebut perlunya diperhatikan mengenai metode dan cara-
cara pengukuran lingkar tubuh yang baik dan benar untuk meminimalisir kesalahan
pada pengukuran lingkar tubuh.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana komposisi tubuh dalam antropometri?
2. Bagaimana cara pengukuran dan metode yang tepat pada pengukuran
lingkar tubuh?
3. Apa kelebihan, kelemahan, serta kesalahan dalam pengukuran lingkar
tubuh?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk memberi informasi mengenai komposisi tubuh dalam
antropometri..
2. Untuk mengetahui cara pengukuran dan metode yang tepat pada
pengukuran lingkar tubuh.
3. Untuk mengetahui kelebihan, kelemahan, serta kesalahan dalam
pengukuran lingkar tubuh..
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Komposisi Tubuh dalam Antropometri
Antropometri adalah ilmu yang mempelajari berbagai ukuran tubuh manusia.
Ukuran yang sering digunakan adalah berat badan dan tinggi badan. Selain itu juga
ukuran tubuh lainnya seperti lingkar lengan atas, lapisan lemak bawah kulit, tinggi
lutut, lingkar perut, dan lingkar pinggul (Supariasa,dkk, 2002).

Melalui antropometri seseorang dapat menggunakannya sebagai indikator


untuk mengevaluasi prognosis kronis dan penyakit akut. Bagi tenaga medis
antropometri sangat diperlukan sebagai panduan dalam intervensi medis, terutama
bagi ahli gizi.

Pengukuran antropometri ada 2 tipe yaitu: pertumbuhan dan ukuran


komposisi tubuh yang dibagi menjadi pengukuran lemak tubuh dan massa tubuh yang
bebas lemak.

Komposisi tubuh didefinisikan sebagai proporsi relatif dari jaringan lemak


dan jaringan bebas lemak dalam tubuh. Komposisi tubuh terdiri dari empat komponen
utama, yaitu jaringan lemak tubuh total (total body fat), jaringan bebas lemak (fat-
free mass), mineral tulang (bone mineral), dan cairan tubuh (body water). Dua
komponen komposisi tubuh yang paling umum diukur adalah jaringan lemak tubuh
total dan jaringan bebas lemak (Williams, 2007).
Menilai komposisi tubuh adalah langkah penting dalam mengevaluasi status
kesehatan seseorang (Sherwood, 2012).

2.2 Lingkar Tubuh


Lingkar tubuh merupakan salah satu parameter yang dapat dijadikan sebagai
indicator untuk mengukur status gizi. Lingkar tubuh terdiri dari lingkar lengan atas,
lingkar kepala, lingkar dada, lingkat perut, lingkar pinggul, punggung, dan lain- lain.

2.2.1 Lingkar Lengan Atas


Lingkar lengan atas menggambarkan cadangan lemak keseluruhan dalam tubuh.
Besarnya ukuran lingkar lengan atas menunjukkan persediaan lemak tubuh cukup
banyak, sebaliknya ukuran yang kecil menunjukkan persediaan lemak sedikit. Oleh
karena itu, ukuran lingkar lengan atas dapat menggambarkan persediaan cadangan
lemak tubuh. Pengukuran LILA ini mudah dilakukan, tidak memerlukan alat- alat
khusus, dan harganya pun lebih terjangkau. Tetapi ada hal –hal yang harus
diperhatikan dalam pengukuran LILA tertutama jika digunakan sebagai pilihan
tunggal dalam indeks status gizi, antara lain:

1. Baku lingkar lengan atas yang digunakan sekarang belum mendapat pengujian
yang memadai untuk digunakan di Indonesia.
2. Kesalahan pengukuran pada LILA (pada berbagai tingkat keterampilan
pengukur) relatif lebih besar dibandingkan dengan tinggi badan.
3. Lingkar lengan atas sensitif untuk suatu golongan tertentu (prasekolah), tetapi
kurang sensitif pada golongan lain terutama orang dewasa.

Alat yang digunakan merupakan suau pita pengukur yang terbuat dari
”Fiberglass” atau jenis kertas tertentu berlapis plastic. LiLa biasanya digunakan
sebagai parameter untuk mengukur bahwa seseorang menderita Obesitas atau
Overweight. Lingkar lengan pada laki- laki dewasa normal adalah 29,3 cm dan pada
perempuan dewasa adalah 28,5 cm.

Setelah pengukuran LiLa telah selesai dilakukan, selanjutnya nilai LiLa diubah
dari cm ke presentase dengan rumus:

Hasil Pengukuran LiLa (cm)


%LiLa = x 100%
𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝐿𝐼𝐿𝐴 (𝑐𝑚)

2.2.1.1Lingkar Lengan Atas pada Wanita Umur Subur


Lingkar lengan atas atau yang biasa disebut LILA biasanya diukur pada wanita
subur yaitu wanita usia 15-45 tahun. Pengukuran LILA pada wanita subur adalah
suatu cara yang digunakan untuk mengetahui resiko Kekurangan Energi Kronis
(KEK) pada wanita subur.

Pada pengukuran LILA memiliki nilai ambang batas nilai normal yaitu 23,5
cm. Apabila kurang dari 23,5 cm tau di bagian pita merah artinya wanita tersebut
beresiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) dan diperkirakan akan melahirkan BBLR
( Berat bayi lahir rendah) dimana hal tersebut dapat mempunyai resiko kematian gizi
kurang, gangguan pertumbuhan, dan gangguan perkembangan anak.

2.2.1.2 LiLA pada Balita


Lingkar lengan atas pada balita diukur dengan pita ukur non-elastis yang
akan nyaman bila digunkan untuk bayi. Pengukuran lingkar lengan atas ada bayi
bertujuan sebagai alternatif bila tidak memungkinkan mengukur BB dan TB (keadaan
darurat atau untuk skrining). Nilai ambang batas untuk balita 12,5 – 13 cm dapat
menggantikan interpretasi BB-TB rendah atau wasting.

2.2.1.3 LiLA pada Ibu Hamil


Pengukuran Lingkar lengan atas dimaksudkan untuk mengetahui prevalensi
ibu hamil yang menderita Kurang Energi kronis (KEK). Apabila ibu hamil memiliki
ukuran lingkar lengan atas yang dibawah nilai amabang batas yaitu 23,5 , maka dapat
diperkirakan bahwa ibu hamil tersebut akan melahrikan BBLR ( beat bayi lahir
rendah). Oleh karena itu pengukuran LiLA ini sangat penting untuk dilakukan.

Pengukuran LiLA relative stabil selamamasa hamil sehingga pengukuran


LiLa dianjurkan satu kali saatpertama kali diukur atau pada bulan pertama kehamilan.

Tindak lanjut dari pengukuran lila ditekankan apabila hasil pengukuran LiLA
dibawah nilai ambang batas maka sangat dianjurkan untuk menjaga kesehatan,
makan- makanan yang bergizi, kemudian dirujuk sedini mungkin dan diberi
penyuluhan.
2.2.1.4 Metode Pengukuran LiLA
1.Minta subjek berdiri dengan tegap, dan menekukan lengan KIRI nya sehingga
membentuk sudut 90 derajat.

2. Tentukan posisi ujung siku dengan cara siku dilipat dengan telapak tangan ke
arahperut.

3. Tentukan titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku dengan menggunakan
pita LiLA atau meteran, dan beri tanda dengan pulpen/spidol(sebelumnya dengan
sopan minta izin kepada responden). Bila menggunakan pita LiLA perhatikan titik
nolnya.

4. Lingkarkan pita LiLA sesuai tanda pulpen di sekeliling lengan responden


sesuaitanda (di pertengahan antara pangkal bahu dan siku).Masukkan ujung pita di
lubang yang ada pada pita LiLA.
5. Pita ditarik dengan perlahan, jangan terlalu ketat atau longgar.

6. Baca angka yang ditunjukkan oleh tanda panah pada pita LiLA (kearah angka
yanglebih besar).
7. Tuliskan angka pembacaan pada form hasil ukur.

Hal yang harus diperhatikan saat mengukur LiLA adalah pengukuran


dilakukan di bagian tengah antara bahu dan siku. Lengan yang diukur adalah lengan
yang tidak banyak digunakan untuk beraktivitas. Misalnya apabila yang sering
digunakan adalah lengan kanan maka yang diukur adalah lengan kiri begitupun
sebaliknya. Lengan harus dalam posisi bebas, lengan dan otot tidak dalam posisi
tegng atau kencang. Alat pengukur dalam keadaan kusut dan terlipat sehingga
membuat permukaannya rata.

2.2.2 Lingkar Kepala


Pengukuran memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepala / peningkatan
ukuran kepala. Contohnya yang sering adalah kepala besar (hidrocefalus) & kepala
kecil (mikrosefalus). Lingkar kepala terutama dihubungkan dengan ukuran otak &
tulang tengkorak. Lingkar kepala dapat juga digunakan sebagai informasi tambahan
dalam pengukuran umur. Masalah yang sering dijumpai adalah mengenai standard of
reference. Tulang tengkorak/ lingkar kepala dipengaruhi oleh suku bangsa dan
genetik. Juga dipengaruhi oleh kebudayaan, seperti orang Amerika Utara, dimana
kepala anak agak besar.
Lingkar kepala dapat digunakan sebagai pengukuran ukuran pertumbuhan
lingkar kepala dan pertumbuhan otak, walaupun tidak sepenuhnya berkorelasi dengan
volume otak. Pengukuran lingkar kepala merupakan predikator terbaik dalam melihat
perkembangan syaraf anak dan pertumbuhan global otak dan struktur internal.

Dalam antropometri gizi rasio lingkar kepala dan lingkar dada cukup berarti
dalam menentukan KEP ( Kekurangan Energi Protein) pada anak-anak. Lingkar
kepala juga dapat digunakan sebagai informasi tambahan dalam pengukuran umur.

2.2.2.1 Pengukuran Lingkar Kepala pada Bayi dan Anak-Anak


Alat yang sering digunakan terbuat dari serat kaca dengan lebar kurang dari 1
cm, fleksibel, tidak mudah patah. Pengukuran sebaiknya dibuat mendekati 1 desimal.

Cara mengukur lingkar kepala dilakukan dengan melingkarkan pita pengukur


melalui bagian paling menonjol di bagian kepala belakang (protuberantia occipitalis)
dan dahi (glabella). Saat pengukuran sisi pita yang menunjukkan sentimeter berada di
sisi dalam agar tidak meningkatkan kemungkinan subjektivitas pengukur. Kemudian
cocokkan terhadap standar pertumbuhan lingkar kepala.

Menurut rujukan CDC 2000, bayi laki-laki yang baru lahir ukuran ideal
lingkar kepalanya adalah 36 cm, dan pada usia 3 bulan menjadi 41 cm. Sedangkan
pada bayi perempuan ukuran ideal lingkar kepalanya adalah 35 cm, dan akan
bertambah menjadi 40 cm pada usia 3 bulan. Pada usia 4-6 bulan akan bertambah 1
cm per bulan, dan pada usia 6-12 bulan pertambahan 0,5 cm per bulan.

Pada anak, ukuran otak meningkat secara cepat selama tahun pertama.
Bagaimanapun ukuran otak dan lapisan tulang kepala dan tengkorak dapat bervariasi
sesuai dengan keadaan gizi. Pengukuran lingkar kepala dilakukan pada bayi sampai
umur 3 tahun karena pada anak umur lebih dari 3 tahun bukan merupakan
pemeriksaan yang rutin.
2.2.3 Lingkar Dada
Penimbangan berat bayi baru lahir merupakan cara terbaik untuk deteksi dini
berat bayi lahir rendah/BBLR. Namun sebagai kendala bahwa di lapangan tidak
selalu tersedia alat timbang yang akurat, sehingga dilakukan pengukuran Lingkar
Dada (LiDa) bayi segera setelah dilahirkan. Lingkar dada tersebut dapat dipakai
sebagai pengganti penimbangan berat lahir untuk deteksi BBLR. Pengukuran lingkar
dada biasa digunakan pada anak umur 2- 3 tahun karena pertumbuhan lingkar dada
pesat sampai pada umur tersebut.

Manfaat lain lingkar kepala adalah: a) Rasio lingkar dada dan lingkar kepala
dapat digunakan sebagai indikator KEP pada balita, b) Pada umur 6 bulan lingkar
dada dan lingkar kepala sama, c) Setelah umur ini lingkar kepala tumbuh lebih lambat
daripada lingkar dada, d) Pada anak yang KEP terjadi pertumbuhan lingkar dada yang
lambat rasio lingkar dada dan lingkar kepala < 1.

Jika batas ambang berat bayi lahir ditentukan dengan lingkar dada, maka bayi
lahir sangat rendah jika lingkar dada dengan indikasi pada pita warna merah (<27,0
cm) setara dengan kurang dari 2000 g, bayi lahir rendah jika berada pita warna
kuning (27,0 – 29,4 cm) setara dengan 2000-2499 g.

2.2.3.2 Pengukuran Lingkar Dada


Alat yang digunakan adalah pita kecil yang tidak mudah patah biasanya
terbuat dari fiberglass . Pengukuran dilakukan pada garis puting susu dari daerah
dada ke punggung lalu kembali lagi ke dada. Masalah yang sering terjadi adalah
mengenai akurasi pengukuran karena pernafasan anak yang tidak teratur. Pengukuran
sebiknya dibuat mendekati 1 desimal.

2.2.4 Lingkar Perut


Lingkar perut dapat menggambarkan adanya timbunan lemak di dalam rongga
perut. Semakin panjang lingkar perut menunjukkan bahwa semakin banyak timbunan
lemak di dalam rongga perut yang dapat memicu timbulnya antara lain penyakit
jantung dan diebetes mellitus. Untuk pria dewasa Indonesia lingkar perut normal
adalah 92.0 cm dan untuk wanita 80.0 cm..

Seseorang dikatakan obesitas sentral bila lingkar perutnya >90 cm (untuk


pria) atau >80 cm (untuk perempuan). Ketika ukuran lingkar perut Anda memasuki
batasan obesitas sentral, biasanya tidak menimbulkan keluhan atau gejala penyakit,
tapi bisa saja sebenarnya sudah mulai terjadi bermacam gangguan metabolisme dalam
tubuh Anda dikenal sebagai Sindrom Metabolik yang di kemudian hari dapat
menimbulkan masalah kesehatan yang lebih besar seperti diabetes mellitus tipe 2,
penyakit jantung koroner (PJK), hipertensi atau tekanan darah tinggi, stroke,
perlemakan hati (fatty liver), dan gagal jantung.

2.2.4.1 Pengukuran Lingkar Perut


Cara sederhana untuk menentukan terjadinya obesitas sentral adalah dengan
mengukur lingkar perut. Pengukuran dilakukan pada bagian pinggang, di antara
tulang panggul bagian atas dan tulang rusuk bagian bawah. Alat yang digunakan alah
pita metlin.
Persiapan:

1. Persiapan pita pengukur, pastikan tidak kusut atau tidak terlipat


2. Angka yang menunjukan pengukuran masih jelas dan terbaca
3. Persiapkan pasien dengan membebaskan medan pengukuran dari gangguan
seperti pakaian dan accecoris
4. Pasien dapat memakai pakaian yang seminimal mungkin sehingga tidak
mempengaruhi hasil pengukuran
5. Dilakukan dalam posisi pasien berdiri dan posisi ekspirasi maksimal
Pengukuran:

1. Pengukuran dilakukan pada bagian antara tulang rusuk dan crista iliaca
memlaui umbilicus
2. Baca hasil ketelitian 0,1 cm
3. Baca dengan posisi mata sejajar dengan jendela pengukuran pada pita
pengukur.
4. Lakukan pengukuran sebanyak 3 kali dan diambil reratanya.
5. Kadang-kadang ditemukan hasil pengukuran yang sama dengan lingkar
pinggang

2.2.5 Rasio Lingkar Pinggang dan Panggul (RLPP)


Lingkar pinggang menunjukkan simpanan lemak. Kandungan lemak yang
terdapat di sekitar perut menunjukkan adanya perubahan metabolisme dalam tubuh.
Perubahan metabolisme tersebut dapat berupa terjadinya penurunan efektivitas
insulin karena beban kerja yang terlalu berat.
Peningkatan jumlah lemak di sekitar perut juga dapat menunjukkan
terjadinya peningkatan produksi asam lemak yang bersifat radikal bebas. Tingginya
kandungan lemak di sekitar perut menggambarkan risiko kegemukan. Ukuran lingkar
pinggang akan mudah berubah tergantung banyaknya kandungan lemak dalam tubuh.
Sebaliknya, ukuran panggul pada orang sehat relatif stabil.

Ukuran panggul seseorang yang berusia 40 tahun akan sama dengan ukuran
panggul orang tersebut ketika berusia 22 tahun. Oleh sebab itu, rasio lingkar
pinggang dan panggul (RLPP) atau waist to hip ratio (WHR) dapat menggambarkan
kegemukan. Pada waktu melakukan pengukuran lingkar pinggang dan panggul, klien
menggunakan pakaian seminimal mungkin atau bahkan ditanggalkan, berdiri tegap
dengan santai pada kedua kaki dan berat badan terdistribusi normal, kedua tangan di
samping, kedua kaki rapat, serta klien sebaiknya dalam keadaan berpuasa.
Sebagai contoh seorang pria dengan lingkar pinggang 90, 0 cm dan lingkar
90
pinggul 87 cm, maka Rasio Lingkar Pinggang dan Panggul atau RLPP = 1,034
87
maka individutersebut berisiko untuk menderita sindrome metabolik yaitu hipertensi,
diabetes mellitus dan jantung koroner.

2.2.6 Lingkar Panggul


Ukuran antropometri lainnya yang didasarkan pada lingkar tubuh juga
digunakan di bidang ini. Salah satu ukuran tersebut adalah rasio lingkar panggul yang
lebih merupakan indikator distribusi lemak ketimbang julah total lemak tubuh.
Lingkar panggul tampaknya sulit diinterpretasikan, khususnya pada populasi yang
berusia lajut.

Lingkar panggul pada manula dapat mencerminkan lingkar pinggang yang


besar tetapi juga dapat merefleksikan lingkar panggul yang mengecil.Lingkar panggul
sering ditafsirkan keliru sebagai ukuran lemak perut saja. Jumlah lemak perut dapat
diperkirakan dengan kecepatan yang tinggi melalui pengukuran lingkar pinggang
saja, ukuran normal lingkar pinggang laki- laki 80 cm dan wanita 94 cm (Mulyono,
2013).

2.2.6.1 Pengukuran Lingkar Panggul


1) Responden mengenakan pakaian yang tidak terlaku menekan.

2) Responden berdiri tegak dengan kedua lengan berada pada kedua sisi
tubuh dan kaki rapat.

3) Pengukur jongkok di samping responden sehingga tingkat maksimal dari


panggul terlihat.

4) Alat pengukur dilingkarkan secara horizontal tanpa menekan kulit.Seorang


pembantu diperlukan untuk meletakkan alat ukur dengan tepat.
5) Dibaca dengan teliti hasil pengukuran pada pita hingga 0,1 cm terdekat

2.2.7 Lingkar Pinggang


Pengukuran yang dilakukan pada lingkar pinggang menggunalkan pita lingkar
pinggang. Dengan langkah langkah dibawah ini:

1. Subjek menggunakan pakaian yang longgar (tidak menekan) sehingga alat


ukur dapat diletakkan dengan sempurna. Sebaiknya pita pengukur tidak
berada di atas pakaian yag digunakan.
2. Subjek berdiri tegak dengan perut dalam keadaan yang rileks.
3. Letakkan alat ukur melingkari pinggang secara horisontal, dimana merupakan
bagian terkecil dari tubuh. Bagi subjek yang gemuk, dimana sukar
menentukan bagian paling kecil, maka daerah yang diukur adalah antara
tulang rusuk dan tonjolan iliaca. Seorang pembantu diperlukan untuk
meletakkan alat ukur dengan tepat.
4. Lakukan pengukuran di akhir ekspresi yang normal dengan alat ukur tidak 3.
menekan kulit.
5. Bacalah hasil pengukuran pada pita hingga 0,1 cm terdekat. 5.
2.2.8 Lingkar Leher
Ukuran lingkar leher merupakan indikator lemak tubuh bagian atas. Lemak
tubuh bagian atas dapat membantu memprediksi tertentu obesitas yang berhubungan
dengan komplikasi penyakit, seperti tekanan darah tinggi, diabetes, penyakit jantung,
dan apnea tidur obstruktif.

Seorang anak berumur 6 tahun dengan lingkar leher lebih besar dari 28,5 cm
berisiko lebih empat kali menjadi kelebihan berat badan atau obesitasitas (sesuai
dengan BMI) dibandingkan dengan anak laki-laki dengan ukuran lingkar leher yang
lebih kecil.
Lingkar leher dapat menjadi metode pengukuran yang mudah dan murah
untuk skrining individu obesitas (Liubov et.al, 2001). Lingkar leher sebagai indeks
untuk obesitas tubuh bagian atas merupakan salah satu prediktor terjadinya penyakit
kardiovaskuler (Sjostrom et.al, 2001).

Lingkar leher >37,0 cm untuk laki-laki dan >34 cm untuk wanita merupakan
cut of point yang tepat untuk mengidentifikasi individu dengan IMT>25kg/m2,
lingkar leher >39.5 cm untuk laki-laki dan >36.5 cm untuk wanita adalah cut of point
tepat untuk mengidentifikasi individu dengan obesitas (IMT>30 kg/m2).

Berdasarkan validasi yang dilakukan pada kelompok yang berbeda, sebagai


salah satu metode skrining obesitas lingkar leher memiliki sensitivitas 98%, spesifitas
89%, akurasi 94% untuk laki-laki dan 99% untuk perempuan (Liubov et.al, 2001).

2.3 Kelebihan dan Kekurangan Pengukuran Lingkar Tubuh


Kelebihan dalam pengukuran lingkar tubuh adalah mudah untuk dilakukan
karena hanya memakai 1 alat saja yaitu pita metlin. Selain itu dalam pengukurannya
pun bisa dilakukan dimana saja karena alat mudah dibawa. Pengukuran lingkar tubuh
tidak hanya berfungsi untuk mengetahui komposisi tubuh dan status gizi tapi bisa
untuk pengukuran umur contohnya pada lingkar kepala selain itu juga dapat dijadikan
alat untuk deteksi berat badan contohnya pengukuran lingkar dada. Pengukuran
lingkar tubuh juga tidak memerlukan biaya yang mahal karena relatif murah.

Kelemahan pengukuran lingkar tubuh adalah kurang sensitif contohnya adalah


pengukuran LILA yang hanya sensitif untuk golongan tertentu. Karena pengukuran
dapat dilakukan oleh siapa saja maka kesalahan dalam pengukuran relatif besar yang
dapat mempengaruhi akurasi pengukuran.
2.4 Masalah dalam Pengukuran Lingkar Tubuh
Selain kelebihan dan kelemahan dalam pengukuran lingkar tubuh ada juga
masalah yang sering timbul saat pengukuran, diantaranya:

1. Standard of Reference
Pada pengukuran lingkar kepala yang sering dijumpai adalah standard of
reference diakrenakan variasi dalam penampilan tengkorak terjadi pada
kelompok etnis yang berbeda.
2. Akurasi dalam pengukuran
Kesalahan pada pengukuran dapat berpengaruh terhadap akurasi dalam
pengukuran salah satunya yang sering terjadi adalah alat yang digunakan atau
pta metlin tidak rata sehingga mempengaruhi hasil pengukuran. Selain itu
juga pada lingkar dada biasanya pernafasan anak- anak cenderung tidak
teratur sehingga mempengaruhi akurasi pengukuran.

Dengan adanya masalah diatas maka untuk meninimalisisr kesalahan


dalam pengukuran lingkar tubuh yaitu:
1. Pelatihan petugas
2. Pengukuran dilakukan lebih dari 1 kali
3. Pemilihan dan perawatan alat ukur yng baik dan sesuai dengan apa yang akan
diukur
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Antropometri diartikan sebagai ukuran tubuh,ditinjau dari sudut gizi
maka antropometri ditinjau dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi untuk
berbagai ketidak seimbangan antara asupan energi dan protein. Dalam
pengukuran ukuran tubuh salah satunya adalah mengukur lingkar tubuh.
Pengukuran komposisi tubuh juga bisa dilakukan dengan pengukuran
lingkar tubuh
Pengukuran lingkar tubuh terdiri dari berbagai metode seperti
pengukuran lingkar lengan, pengukuran dada, pengukuran perut,
pengukuran leher, dan lain- lain. Dimana pengukuran lingkar tubuh pada
dasarnya memilki fungsi yang sama yaitu untuk memperkirakan status
gizi.
Pengukuran lingkar tubuh juga mempunyai fungsi lain seperti untuk
perkiraan umur yang dapat dilakukan dengan menghitung lingkar leher,
sebagai gambaran informasi mengenai cadangan lemak, persentase lemak
di dalam tubuh yang dapat dilakukan dengan menghitung lingkar lengan
atas, lingkar perut, lengkar pinggul dan panggul.
Alat yang digunakan untuk mengukur lingkar tubuh secara
keseluruhan sama yaitu menggunakan pita methlyn. Tetapi membutuhkan
ketelitian dan teknik yang berbeda di setiap pengukurannya.
DAFTAR PUSTAKA

Bardosono, S. (2005). Penilaian Status Gizi Balita (Antropometri).

Firlia A. 2010. Pengukuran Antropometri dan Hubugannya dengan “ Golden


Standard” Persen Lemak Tubuh, Bioelectrical Impedance Analysis: Studi
Validasi Pada Anak Sekolah Dasar. Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Universitas Indonesia: Depok
Par’i, Holil Muhammad. 2014. Diktat Prinsip Dasar Penilaian Status Gizi.
Bandung: Kementrian Kesehatan RI Politeknik Kesehatan Bandung.

I. Mulyasari, and P. Purbowati, "Lingkar lengan atas dan panjang ulna sebagai
parameter antropometri untuk memperkirakan berat badan dan tinggi badan
orang dewasa," Jurnal Gizi Indonesia (The Indonesian Journal of Nutrition),
vol. 7, no. 1, pp. 30-36, Dec. 2018.

Setyawati, V. Hartini, Eko. 2018. Buku Ajar Dasar Ilmu Gizi Kesehatan Masyarakat.
Yogyakarta: Budi Utama
Supariasa. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerit Buku Kedokteran EGC

Wayan, A. 2016. Modul Antropometri. Fakultas Kedokteran. Universitas Udayana:


Bali

Widardo, dkk. 2018. Keterampilan Klinik Topik Antropometri. Fakultas Kedokteran.


Universitas Sebelas Maret: Surakarta

Anda mungkin juga menyukai