Disusun Oleh :
Putri Salwa Az-Zahra Alwi / 195070301111024
Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Komposisi tubuh adalah persentase berat tubuh yang terdiri dari jaringan
nonlemak dan jaringan lemak. Menilai komposisi tubuh adalah langkah penting
dalam mengevaluasi status kesehatan seseorang (Sherwood, 2012).
Komposisi tubuh diukur untuk mendapatkan persentase lemak, tulang, air, dan
otot dalam tubuh. Metode pengukuran persen lemak tubuh cukup bervariasi dengan
kelebihan dan keterbatasannya masing- masing, baik dilihat dari segi akurasi, biaya,
radiasi, waktu, dan kenyamanan bagi subjek yang diukur. pengetahuan mengenai
persen lemak tubuh merupakan hal yang penting bagi setiap individu karena berkaitan
dengan status gizi dan risiko terhadap berbagai penyakit metabolik
Dalam pengukuran lingkar tubuh pada setiap metode tentunya memiliki kelebihan
dan kekurangan. Selain itu juga dapat terjadi kesalahan dalam pengukuran berat
badan, sehingga perlu dilakukan peminimalisiran kesalahan agar mendapatkan data
lingkar tubuh yang valid dan dapat digunakan untuk mencerminkan status gizi
seseorang.
Berdasarkan hal tersebut perlunya diperhatikan mengenai metode dan cara-
cara pengukuran lingkar tubuh yang baik dan benar untuk meminimalisir kesalahan
pada pengukuran lingkar tubuh.
1. Baku lingkar lengan atas yang digunakan sekarang belum mendapat pengujian
yang memadai untuk digunakan di Indonesia.
2. Kesalahan pengukuran pada LILA (pada berbagai tingkat keterampilan
pengukur) relatif lebih besar dibandingkan dengan tinggi badan.
3. Lingkar lengan atas sensitif untuk suatu golongan tertentu (prasekolah), tetapi
kurang sensitif pada golongan lain terutama orang dewasa.
Alat yang digunakan merupakan suau pita pengukur yang terbuat dari
”Fiberglass” atau jenis kertas tertentu berlapis plastic. LiLa biasanya digunakan
sebagai parameter untuk mengukur bahwa seseorang menderita Obesitas atau
Overweight. Lingkar lengan pada laki- laki dewasa normal adalah 29,3 cm dan pada
perempuan dewasa adalah 28,5 cm.
Setelah pengukuran LiLa telah selesai dilakukan, selanjutnya nilai LiLa diubah
dari cm ke presentase dengan rumus:
Pada pengukuran LILA memiliki nilai ambang batas nilai normal yaitu 23,5
cm. Apabila kurang dari 23,5 cm tau di bagian pita merah artinya wanita tersebut
beresiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) dan diperkirakan akan melahirkan BBLR
( Berat bayi lahir rendah) dimana hal tersebut dapat mempunyai resiko kematian gizi
kurang, gangguan pertumbuhan, dan gangguan perkembangan anak.
Tindak lanjut dari pengukuran lila ditekankan apabila hasil pengukuran LiLA
dibawah nilai ambang batas maka sangat dianjurkan untuk menjaga kesehatan,
makan- makanan yang bergizi, kemudian dirujuk sedini mungkin dan diberi
penyuluhan.
2.2.1.4 Metode Pengukuran LiLA
1.Minta subjek berdiri dengan tegap, dan menekukan lengan KIRI nya sehingga
membentuk sudut 90 derajat.
2. Tentukan posisi ujung siku dengan cara siku dilipat dengan telapak tangan ke
arahperut.
3. Tentukan titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku dengan menggunakan
pita LiLA atau meteran, dan beri tanda dengan pulpen/spidol(sebelumnya dengan
sopan minta izin kepada responden). Bila menggunakan pita LiLA perhatikan titik
nolnya.
6. Baca angka yang ditunjukkan oleh tanda panah pada pita LiLA (kearah angka
yanglebih besar).
7. Tuliskan angka pembacaan pada form hasil ukur.
Dalam antropometri gizi rasio lingkar kepala dan lingkar dada cukup berarti
dalam menentukan KEP ( Kekurangan Energi Protein) pada anak-anak. Lingkar
kepala juga dapat digunakan sebagai informasi tambahan dalam pengukuran umur.
Menurut rujukan CDC 2000, bayi laki-laki yang baru lahir ukuran ideal
lingkar kepalanya adalah 36 cm, dan pada usia 3 bulan menjadi 41 cm. Sedangkan
pada bayi perempuan ukuran ideal lingkar kepalanya adalah 35 cm, dan akan
bertambah menjadi 40 cm pada usia 3 bulan. Pada usia 4-6 bulan akan bertambah 1
cm per bulan, dan pada usia 6-12 bulan pertambahan 0,5 cm per bulan.
Pada anak, ukuran otak meningkat secara cepat selama tahun pertama.
Bagaimanapun ukuran otak dan lapisan tulang kepala dan tengkorak dapat bervariasi
sesuai dengan keadaan gizi. Pengukuran lingkar kepala dilakukan pada bayi sampai
umur 3 tahun karena pada anak umur lebih dari 3 tahun bukan merupakan
pemeriksaan yang rutin.
2.2.3 Lingkar Dada
Penimbangan berat bayi baru lahir merupakan cara terbaik untuk deteksi dini
berat bayi lahir rendah/BBLR. Namun sebagai kendala bahwa di lapangan tidak
selalu tersedia alat timbang yang akurat, sehingga dilakukan pengukuran Lingkar
Dada (LiDa) bayi segera setelah dilahirkan. Lingkar dada tersebut dapat dipakai
sebagai pengganti penimbangan berat lahir untuk deteksi BBLR. Pengukuran lingkar
dada biasa digunakan pada anak umur 2- 3 tahun karena pertumbuhan lingkar dada
pesat sampai pada umur tersebut.
Manfaat lain lingkar kepala adalah: a) Rasio lingkar dada dan lingkar kepala
dapat digunakan sebagai indikator KEP pada balita, b) Pada umur 6 bulan lingkar
dada dan lingkar kepala sama, c) Setelah umur ini lingkar kepala tumbuh lebih lambat
daripada lingkar dada, d) Pada anak yang KEP terjadi pertumbuhan lingkar dada yang
lambat rasio lingkar dada dan lingkar kepala < 1.
Jika batas ambang berat bayi lahir ditentukan dengan lingkar dada, maka bayi
lahir sangat rendah jika lingkar dada dengan indikasi pada pita warna merah (<27,0
cm) setara dengan kurang dari 2000 g, bayi lahir rendah jika berada pita warna
kuning (27,0 – 29,4 cm) setara dengan 2000-2499 g.
1. Pengukuran dilakukan pada bagian antara tulang rusuk dan crista iliaca
memlaui umbilicus
2. Baca hasil ketelitian 0,1 cm
3. Baca dengan posisi mata sejajar dengan jendela pengukuran pada pita
pengukur.
4. Lakukan pengukuran sebanyak 3 kali dan diambil reratanya.
5. Kadang-kadang ditemukan hasil pengukuran yang sama dengan lingkar
pinggang
Ukuran panggul seseorang yang berusia 40 tahun akan sama dengan ukuran
panggul orang tersebut ketika berusia 22 tahun. Oleh sebab itu, rasio lingkar
pinggang dan panggul (RLPP) atau waist to hip ratio (WHR) dapat menggambarkan
kegemukan. Pada waktu melakukan pengukuran lingkar pinggang dan panggul, klien
menggunakan pakaian seminimal mungkin atau bahkan ditanggalkan, berdiri tegap
dengan santai pada kedua kaki dan berat badan terdistribusi normal, kedua tangan di
samping, kedua kaki rapat, serta klien sebaiknya dalam keadaan berpuasa.
Sebagai contoh seorang pria dengan lingkar pinggang 90, 0 cm dan lingkar
90
pinggul 87 cm, maka Rasio Lingkar Pinggang dan Panggul atau RLPP = 1,034
87
maka individutersebut berisiko untuk menderita sindrome metabolik yaitu hipertensi,
diabetes mellitus dan jantung koroner.
2) Responden berdiri tegak dengan kedua lengan berada pada kedua sisi
tubuh dan kaki rapat.
Seorang anak berumur 6 tahun dengan lingkar leher lebih besar dari 28,5 cm
berisiko lebih empat kali menjadi kelebihan berat badan atau obesitasitas (sesuai
dengan BMI) dibandingkan dengan anak laki-laki dengan ukuran lingkar leher yang
lebih kecil.
Lingkar leher dapat menjadi metode pengukuran yang mudah dan murah
untuk skrining individu obesitas (Liubov et.al, 2001). Lingkar leher sebagai indeks
untuk obesitas tubuh bagian atas merupakan salah satu prediktor terjadinya penyakit
kardiovaskuler (Sjostrom et.al, 2001).
Lingkar leher >37,0 cm untuk laki-laki dan >34 cm untuk wanita merupakan
cut of point yang tepat untuk mengidentifikasi individu dengan IMT>25kg/m2,
lingkar leher >39.5 cm untuk laki-laki dan >36.5 cm untuk wanita adalah cut of point
tepat untuk mengidentifikasi individu dengan obesitas (IMT>30 kg/m2).
1. Standard of Reference
Pada pengukuran lingkar kepala yang sering dijumpai adalah standard of
reference diakrenakan variasi dalam penampilan tengkorak terjadi pada
kelompok etnis yang berbeda.
2. Akurasi dalam pengukuran
Kesalahan pada pengukuran dapat berpengaruh terhadap akurasi dalam
pengukuran salah satunya yang sering terjadi adalah alat yang digunakan atau
pta metlin tidak rata sehingga mempengaruhi hasil pengukuran. Selain itu
juga pada lingkar dada biasanya pernafasan anak- anak cenderung tidak
teratur sehingga mempengaruhi akurasi pengukuran.
3.1 Kesimpulan
Antropometri diartikan sebagai ukuran tubuh,ditinjau dari sudut gizi
maka antropometri ditinjau dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi untuk
berbagai ketidak seimbangan antara asupan energi dan protein. Dalam
pengukuran ukuran tubuh salah satunya adalah mengukur lingkar tubuh.
Pengukuran komposisi tubuh juga bisa dilakukan dengan pengukuran
lingkar tubuh
Pengukuran lingkar tubuh terdiri dari berbagai metode seperti
pengukuran lingkar lengan, pengukuran dada, pengukuran perut,
pengukuran leher, dan lain- lain. Dimana pengukuran lingkar tubuh pada
dasarnya memilki fungsi yang sama yaitu untuk memperkirakan status
gizi.
Pengukuran lingkar tubuh juga mempunyai fungsi lain seperti untuk
perkiraan umur yang dapat dilakukan dengan menghitung lingkar leher,
sebagai gambaran informasi mengenai cadangan lemak, persentase lemak
di dalam tubuh yang dapat dilakukan dengan menghitung lingkar lengan
atas, lingkar perut, lengkar pinggul dan panggul.
Alat yang digunakan untuk mengukur lingkar tubuh secara
keseluruhan sama yaitu menggunakan pita methlyn. Tetapi membutuhkan
ketelitian dan teknik yang berbeda di setiap pengukurannya.
DAFTAR PUSTAKA
I. Mulyasari, and P. Purbowati, "Lingkar lengan atas dan panjang ulna sebagai
parameter antropometri untuk memperkirakan berat badan dan tinggi badan
orang dewasa," Jurnal Gizi Indonesia (The Indonesian Journal of Nutrition),
vol. 7, no. 1, pp. 30-36, Dec. 2018.
Setyawati, V. Hartini, Eko. 2018. Buku Ajar Dasar Ilmu Gizi Kesehatan Masyarakat.
Yogyakarta: Budi Utama
Supariasa. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerit Buku Kedokteran EGC