Anda di halaman 1dari 12

Naskah diterima : 2 Nopember 2010 Revisi : Pertama 9 Nopember 2010 Revisi Terakhir : 21 Desember 2010

ARTIKEL

Kajian Keamanan Pangan Dan Kesehatan


Minyak Goreng
Slamet Budijanto dan Azis Boing Sitanggang
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Dramaga, Bogor

ABSTRAK
Penggunaan minyak goreng di Indonesia umumnya dipakai sebagai media panas untuk
penggorengan berulang dengan jumlah minyak berlebih (deep frying). Pemilihan minyak
goreng dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya stabilitas terhadap oksidasi, rasa
dan aspek kesehatan. Seringkali terjadi kesulitan dalam memilih karena minyak tidak
jenuh yang dianggap sehat tidak tahan terhadap panas, demikian juga sebaliknya minyak
jenuh yang tahan panas tidak baik bagi kesehatan. Pemilihan harus didasarkan pada
penggunaannya, misalnya pada penggunaan tidak berulang maka minyak tidak jenuh
merupakan pilihan yang baik. Akan tetapi jika penggunaan berulang seperti yang dilakukan
di Indonesia maka minyak jenuh akan lebih baik jika dibandingkan dengan menggunakan
minyak tidak jenuh.
kata kunci : minyak jenuh, minyak tidak jenuh, oksidasi, rasa, aspek kesehatan
ABSTRACT
Cooking oil in Indonesia is generally used as a heat medium for repeated frying with
excessive cooking oil (deep frying). Selection of cooking oil is influenced by several
factors, such as stability against oxidation, taste and health aspects. The most common
difficulty when choosing cooking oil is that unsaturated oil is considered healthy but not
resistant to heat, and on the other hand heat resistant saturated oil is not good for health.
The selection should be based on the usage, for example in the use of unrepeated frying
the unsaturated oil is a good choice. However, if repeated/recurring use of oil as is the
purpose, the saturated oil is better when compared to the unsaturated oil.
keywords : saturated oil, unsaturated oil, oxidation, taste, health

I. PENDAHULUAN minyak industri adalah memiliki nilai oksidasi


yang tinggi (high oxidative value), titik asap
ipida yang digunakan pada bahan pangan
L secara konvensional digolongkan menjadi
dua kelompok berdasarkan wujudnya pada
yang tinggi (high smoke point), nilai foaming
yang rendah (low foaming point), titik cair yang
suhu ruang (25ºC), yaitu minyak yang rendah serta memiliki flavor dan nilai nutrisi.
berbentuk cair dan lemak yang berbentuk Karakteristik kandungan asam lemak dari
padat.Beberapa contoh minyak adalah minyak beberapa minyak goreng dan lemak yang
kelapa sawit, minyak kelapa, minyak kedelai, sering digunakan oleh industri makanan
minyak jagung dan minyak zaitun, sedangkan (catering industries) dan industri snack (snack
contoh lemak antara lain lemak sapi, lemak manufacturers) dapat dilihat pada Tabel 1.
babi dan lemak coklat. Karakter umum dari

PANGAN, Vol. 19 No. 4 Desember 2010: 361-372 361


Tabel 1. Karakteristik asam lemak dari beberapa minyak goreng dan lemak

RSO = refined and deodorized rapeseed oil; Hyd. RSO = partially hydrogenated rapeseed oil,
yang berisi 22% asam lemak trans
IV = iodine value; IP = induction period yang mengindikasikan stabilitas oksidatif dari minyak
yang terkait. * C16:1 = 3.7%, C17:0 = 1.5%, C17:1 = 0.8%
Sumber : Rossel, 2001.
Pada pasar Indonesia minyak makan padat (fat) digunakan dalam proses deep-fat
dapat dijumpai dalam bentuk minyak goreng, frying dengan alasan untuk kestabilan
minyak salad, shortening, lemak padat dan penyimpanan produk-produk frying snack
margarin atau butter. Umumnya dalam proses seperti potatoes chips dan corn chips.Akan
penggorengan, minyak goreng yang berasal tetapi saat ini dalam proses deep-fat frying
dari minyak sawit lebih banyak digunakan cenderung menggunakan minyak goreng
dalam bentuk curah. Sebagaian besar minyak karena kandungan asam lemak tidak jenuh
makan berasal dari nabati walaupun dapat rendah dan umumnya lebih stabil. (Hui, 1996).
juga diperoleh dari hewan dengan beberapa Proses deep-fat frying dengan menggunakan
perlakuan fraksinasi seperti misalnya minyak goreng yang berasal dari kelapa sawit
butterfat. Minyak dari hewan dalam bentuk sangat fenomik di Indonesia karena
cair hanya dijumpai pada minyak ikan. Akan berkembang sangat pesat baik untuk
tetapi minyak ikan sangat mudah rusak karena pemakaian rumah tangga maupun untuk
kandungan EPA dan DHA-nya. Dengan pemakaian food service industries karena
kandungan omega-3nya (•3) minyak ikan memberikan kontribusi yang baik pada karakter
akan lebih sesuai untuk digunakan untuk sensorik produk hasil penggorengan serta
neutraceutical (ingridien pangan fungsional) biaya produksi yg relatif lebih rendah dalam
dibandingkan untuk minyak makan karena skala yang besar (Morton, 1998).
akan menghasilkan nilai tambah jauh lebih Penggunaan minyak goreng dalam
baik. kehidupan sehari-hari dapat dipisahkan
Deep-fat frying adalah salah satu jenis menjadi tiga bagian: (i) penggunaannya dalam
dari proses penggorengan dimana volume kehidupan rumah tangga (domestic use), (ii)
minyak dapat menutupi keseluruhan industri makanan yang dijual secara ritel
permukaan produk yang digoreng. Pada proses (industrial frying of foods), dan (iii)
Deep-fat frying terjadi peristiwa pengeringan penggorengan pada restoran. Pemisahan
dan pemasakan bahan melalui minyak yang penggunaan minyak goreng antara ritel dan
bersuhu tinggi (Sahin, dkk., 1999). Dahulu lemak pada restoran sangat diperlukan karena terkait

362 PANGAN, Vol. 19 No. 4 Desember 2010: 361-372


dengan kepuasaan konsumen (consumers’ penggunaan CNO sebagai minyak goreng
satisfaction) terhadap produk-produk yang sudah biasa karena faktor lingkungan serta
ditawarkan. Pada restoran, kualitas dari produk adanya flavor khusus yang diinginkan dari
yang ditawarkan dapat dirasakan dan minyak CNO tersebut. Aplikasinya dapat dilihat
dipastikan sama oleh pimpinan koki. Berbeda dari penggorengan potongan buah pisang
halnya dengan penggunaan pada ritel, setelah (keripik pisang) ataupun kacang-kacangan.
proses penggorengan, produk gorengan Penggunaan CNO tetap dilakukan karena
didinginkan terlebih dahulu atau mungkin selama penggorengan proses pembentukan
dibekukan dan disimpan di gudang atau di asap dapat ditekan dengan metode tertentu.
outlet sebelum dipasarkan dan dikonsumsi Kondisi penggorengan seperti ini tidak normal,
oleh konsumen. Berbagai ketidakstabilan dari sehingga negara-negara Eropa, industri
minyak goreng akan mengakibatkan kerusakan makanannya tidak menggunakan PKO ataupun
(off flavor) selama periode dari penggorengan CNO sebagai industrial frying media
awal (initial frying) sampai pada konsumsi dikarenakan alasan diatas dan juga karena
produk (final consumption). Oleh karena itu harga PKO dan CNO (lauric-acid-rich oils)
dibutuhkan pengawasan mutu (stabilitas) dari umunya lebih mahal dibandngkan media
minyak goreng yang digunakan untuk penggorengan lainnya. Pada Tabel 2 dapat
mencegah kerusakan produk pangan ataupun dilihat komposisi asam lemak dari berbagai
kondisi mutu produk yang tidak memenuhi minyak cair.
standar-standar yang diberlakukan (SNI, EU, Minyak kelapa sawit (Palm oil, PO) tidak
US-FDA). memiliki masalah dengan asam lemak berantai
II. KARAKTERISTIK DAN KOMPOSISI pendek yang terkait dengan pembentukan
DARI MINYAK GORENG SERTA asap, tetapi jenis minyak ini memiliki
KECOCOKANNYA DALAM PROSES kandungan sam lemak jenuh yang sangat
PENGGORENGAN tinggi (Tabel 2) yang secara nutrisi dianggap
Aplikasi dari minyak makan yang paling tidak baik karena mudah teroksidasi. PO dapat
banyak ditemui adalah dalam proses berbentuk padat pada suhu ruang yang cukup
penggorengan, dan dressings. Minyak yang tinggi sehingga dapat mengakibatkan masalah
memiliki kandungan asam lemak laurat tinggi jika fasilitas gudang penyimpanan minyak di
(lauric-acid-rich oils) seperti PKO (palm kernel industri penggorengan berada diluar (outdoor).
oil) dan minyak kelapa (coconut, CNO) Beberapa karakter yang menguntungkan dari
biasanya tidak digunakan dalam proses PO adalah memiliki bilangan iodin (iodine
penggorengan di industri karena mengandung value, I.V) yang rendah dan jumlah asam
asam lemak berantai pendek (total Catom< 14) lemak tidak jenuh yang rendah. Hal ini sangat
yang bersifat volatil (Tabel 2). Jika minyak penting karena asam lemak tidak jenuh sangat
tersebut digunakan dalam proses erat kaitannya dengan oksidasi dan kerusakan
penggorengan, maka uap air dari produk hasil (off flavour) baik pada minyak itu sendiri
penggorengan akan mengakibatkan hidrolisis maupun pada produk hasil penggorengan.
dari gliserida dan melepaskan asam lemak Minyak zaitun adalah minyak goreng yang
bebas. Selain itu, sifat volatil dari minyak premium. Minyak ini memiliki kandungan asam
goreng ini akan mengakibatkan peningkatan lemak jenuh yang rendah, jadi memiliki nilai
pembentukan asap (smoke development) pada nutrisional yang lebih baik. Minyak ini juga
proses penggorengan. Tentu saja fenomena baik untuk proses penggorengan karena
ini dijumpai juga pada minyak goreng pada memiliki titik cair yang rendah yang berarti
umumnya (non lauric-acid-rich oils), akan tetapi mudah disimpan pada suhu yang lebih rendah.
bahaya pembentukan asapnya tidak sebesar Kandungan asam lemak linoleat (C18:2) dan
pada PKO dan CNO. Akan tetapi, di Filipina linolenat (C18:3) yang rendah serta nilai I.V

Kajian Keamanan Pangan Dan Kesehatan Minyak Goreng (Slamet Budijanto dan Azis Boing Sitanggang) 363
yang rendah (sekitar 80) mengakibatkan pemadatan walaupun pada suhu ruang yang
minyak ini cukup tahan terhadap proses lebih rendah. Tetapi masalah yag ada pada
oksidasi. Kestabilannya terhadap proses kedua minyak ini adalah kandungan asam
oksidasi juga diakibatkan oleh kandungan lemak tidak jenuhnya yang tinggi. Hal ini
antioksidan (komponen phenol) yang mengakakibatkan kedua minyak ini rentan
terkandung pada minyak ini. Minyak zaitun terhadap proses oksidasi dan terjadinya
memiliki beberapa tingkatan seperti (i) extra- kerusakan (off flavour). Perlu diingat bahwa
virgin yang berharga sangat mahal, (ii) high- pada industri penggorengan, proses oksidasi
grade minyak olive yang biasa digunakan oleh yang perlu dikontrol bukan hanya pada saat
restaurant yang berkelas tinggi, dan (iii) refined proses penggorengan tetapi juga pada saat
olive oil yang biasanya digunakan pada industri produk-produk hasil penggorengan disimpan
penggorengan. sebelum dipasarkan atau dikonsumsi oleh
Minyak kedelai dan minyak lobak memiliki konsumen. Kecepatan oksidasi dari produk
karakteristik yang hampir sama, karena mereka pangan hasil penggorengan juga terkait dengan
memiliki I.V dan kandungan asam lemak jenuh seberapa banyak minyak yang terserap
yang relatif rendah dan tidak mengalami kedalam bahan pangan selama penggorengan.

Tabel 2. Komposisi asam lemak dari beberapa minyak makan

364 PANGAN, Vol. 19 No. 4 Desember 2010: 361-372


Tabel 2. Komposisi asam lemak dari beberapa minyak makan (lanjutan)

ND = tidak dianalisis; Tr = trace (<0.05)


Sumber : Rossel, 1999; Rossel, 1992; IOOC, 1999; Mccaskill & Zhang, 1999; Griffith, dkk., 1997;
Griffith, dkk., 1994; Kocthar, 2000.

Lemak hewan dapat juga digunakan sekali mengalami proses oksidasi yang
dalam proses penggorengan, dua jenis yang mengakibatkan off flavour.
paling terkenal adalah lemak sapi dan babi.
III. STABILITAS MINYAK GORENG
Walaupun lemak babi memiliki asam lemak
jenuh yang sangat tinggi dan berbentuk padat Minyak makan dapat digunakan dalam
pada suhu ruang, lemak hewani segar memiliki bentuk natural atau dalam bentuk setelah
flavor yang khas yang dapat terkandung pada mengalami proses pemurnian. Pada lemak
produk hasil penggorengan. Tidak seperti khususnya lemak hewan seperi lemak babi
minyak nabati, pada lemak hewani tidak dan lemak sapi umumnya digunakan dalam
mengandung antioksidan natural (natural bentuk naturalnya tanpa mengalami proses
tocopherol antioxidants). Oleh karena itu, pemurnian. Hal ini bertujuan untuk memper-
beberapa industri yang menggunakan lemak tahankan aroma khas lemak hewani.
sapi dalam proses penggorengan kadang Sedangkan minyak nabati sebelum digunakan
mencampur lemak sapi dengan sejumlah kecil selalu melalui proses pengolahan yang dikenal
minyak nabati. dengan istilah proses pemurnian minyak oleh
Minyak ikan jarang digunakan dalam karena itu sering dikenal dengan minyak RBDO
proses penggorengan. Minyak ini memiliki I.V (Refined bleached deodorized oil).
yang sangat tinggi dan kandungan asam lemak Di Indonesia pada umumnya minyak
tidak jenuh dengan jumlah rantai C > 20 yang makan digunakan dalam (i) proses
tinggi. Asam lemak tidak jenuh ini sangat rentan penggorengan (deep-fat frying) dalam bentuk

Kajian Keamanan Pangan Dan Kesehatan Minyak Goreng (Slamet Budijanto dan Azis Boing Sitanggang) 365
minyak olein, shortening, minyak sawit, minyak digunakan minyak yang tahan panas
kelapadan minyak zaitun; (ii) salad oil dalam (minyak/lemak jenuh). Sedangkan jika kita
bentuk minyak kedelai, minyak jagung dan ingin mengembangkan produk yang
minyak zaitun (olive oil). Kalau dilihat dari penyimpanan suhu dingin seperti mayonaise
komposisi kimianya seperti terlihat pada dan salad dressing berarti harus menggunakan
Gambar 1 dan Tabel 2, terlihat bahwa pada minyak yang tidak membeku (mengkristal)
umumnya salad oil mempunyai kandungan pada suhu dingin (minyak tidak jenuh). Oleh
asam lemak tidak jenuh (mono unsaturated karena itu mengetahui komposisi asam
fatty acids, MUFA dan poly unsaturated fatty lemak/minyak menjadi sangat penting.
acid, PUFA) jauh lebih tinggi dibandingkan St a b i l i t a s m i n y a k / l e m a k s a n g a t
dengan kandungan asam lemak jenuhnya. dipengaruhi oleh komposisi asam lemaknya
Misalnya minyak kedelai, minyak jagung dan dan komposisi minor yang terkandung secara
minyak zaitun kandungan asam lemak jenuhnya alami pada minyak yang terkait (kolesterol,
masing-masing hanya 15 persen, 13 persen foaming, mineral: besi, tembaga). Semakin
dan 15 persen jika dibandingkan dengan minyak tidak jenuh minyak/lemak maka minyak/lemak
makan yang dipakai sebagai deep-fat frying tersebut akan semakin mudah rusak. Demikian
yang mempunyai kandungan asam lemak jenuh juga semakin banyak jumlah ikatan rangkap
yang tinggi seperti minyak sawit dan minyak dari asam lemak akan semakin mudah
kelapa yang kandungan asam lemak jenuhnya diokasidasi seperti tergambar pada Tabel 1.
masing-masing 50 persen dan 91 persen. Kerusakan yang paling utama adalah karena
Komposisi asam lemak dari minyak/lemak oksidasi karena adanya oksigen (autooksidasi),
akan sangat berpengaruh terhadap cahaya (fotooksidasi) dan adanya prooksidan
penggunaannya. Secara garis besar dapat seperti logam dan klorofil serta suhu. Dimana
dikatakan jika ingin menggunakan minyak semakin tinggi suhu akan semakin cepat
dengan suhu tinggi dan berulang harus proses oksidasi.

Persentase Asam Lemak


SFA = asam lemak jenuh, MUFA = asam lemak tidak jenuh tunggal, PUFA = asam lemak tidak
dengan iktan rangkan >_ 2.
Gambar 1. Komposisi asam lemak jenuh dan tidak jenuh cooking minyak makan

366 PANGAN, Vol. 19 No. 4 Desember 2010: 361-372


Tabel 3. Perbandingan Kecepatan Oksidasi dari Beberapa Asam Lemak

Mekanisme proses oksidasi secara umum dapat dilihat pada Gambar 2 dibawah ini

Gambar 2. Mekanisme umum oksidasi lemak pada sistem pangan


Sumber : Pokorny dkk., 2001.
Pada umumnya tanpa proses akan cepat terjadi sehingga proses
penggorengan pun minyak akan mengalami autooksidasi akan cepat terjadi serta
oksidasi akibat adanya hidroperoksida (radikal mempersingkat IP. Perbandingan kurva IP
bebas) yang terbentuk selama proses dapat dilihat pada Gambar 3 dibawah ini.
pembuatan minyak. Pada proses oksidasi ini, Pada tahap awal oksidasi minyak/lemak
periode induksi akan berjangka lebih lama akan menghasilkan produk primer oksidasi
dibandingkan dengan minyak selama proses berupa hidroperoksida yang bersifat labil
penggorengan. Periode induksi (induction mudah terdekomposisi akan tetapi tidak
period, IP) adalah waktu dimana hanya menyebabkan bau yang menyimpang. Hasil
p e r u b a h a n k e c i l y a n g t e r j a d i pa d a dekomposisi hidroperoksida akan
minyak/lemak terkait dengan proses oksidasi. menghasilkan produk oksidasi sekunder seperti
Setelah IP inilah kerusakan minyak/lemak aldehida, keton, asam, alkohol, komponen
akibat oksidasi terjadi lebih cepat dan besar. hidroksi, lakton, hidrokarbon, dienal, epoksida
Beberapa komponen yang mempersingkat IP dan polimer (Gambar 4). Produk dekomposisi
telah disebutkan diatas seperti cahaya, logam, inilah yang menyebabkan off flavour dari
prooksidan, suhu. Selama proses minyak/lemak walaupun pada konsentrasi
penggorengan, terjadinya peningkatan suhu yang sangat kecil yaitu pada hitungan bagian
mengakibatkan pembentukan radikal bebas per miliyaran (part per billion, ppb).

Kajian Keamanan Pangan Dan Kesehatan Minyak Goreng (Slamet Budijanto dan Azis Boing Sitanggang) 367
Gambar 3. Periode induksi dari minyak/lemak tanpa proses penggorengan dan dengan proses
penggorengan.

Gambar 4. Pembentukan produk-produk hasil dekomposisi hidroperoksida

Proses kerusakan minyak karena oksidasi yang digoreng akan semakin mempercepat
pada saat penggorengan selain karena keruskan. Hal ini karena dengan adanya air
dipengaruhi oleh komposisi asam lemak (jenis dan suhu tinggi minyak/lemak akan terhidrolisa
minyak/lemaknya), juga dipengaruhi oleh faktor menghasilkan asam lemak bebas yang mudah
lainnya seperti kandungan air bahan yang diokasidasi. Sedangkan alat penggorengan
digoreng, suhu penggorengan dan peralatan dari besi atau tembaga akan mempercepat
penggorengan. Semakin tinggi kadar air bahan proses kerusakan karena besi dan tembaga

368 PANGAN, Vol. 19 No. 4 Desember 2010: 361-372


dapat berfungsi sebagai prooksidan yaitu khususnya jantung koroner adalah konsumsi
mempercepat terjadinya reaksi oksidasi. minyak/lemak jenuh akan beresiko menaikkan
Untuk menurunkan laju oksidasi minyak kolesterol darah dan mempunyai prevalensi
selama penggorengan, antioksidan sering ke penyakit jantung koroner. Dan sebaliknya
ditambahkan dari luar. Antioksidan disini tidak jika konsumsi minyak tidak jenuh terutama
dapat memperbaiki kualitas minyak tetapi PUFA akan dapat menurunkan kolesterol darah
hanya dapat memperlambat, mencegah dan berimplikasi terhadap turunnya resiko
terjadinya kerusakan minyak akbiat oksidasi. terkena penyakit jantung koroner. Pendapat
Antioksidan akan memperpanjang waktu tersebut didasarkan dari banyak penelitian
induksi sehingga dapat menekan pembentukan yang dilakukan pada hewan percobaan dengan
produk hasil reaksi oksidasi. Mekanisme kerja pemberian minyak/lemak dalam bentuk segar
antioksidan dalam menghambat atau bukan dengan minyak yang sudah digunakan.
memperlama reaksi oksidasi dapat terjadi Dengan berbagai perkembangan penelitian
melalui (i) penyerapan radikal bebas yang sangat beragam dari berbagai institusi
(scavenging) yang sering disebut sebagai ternya persoalan hubungan asupan lemak dan
antioksidan primer dan (ii) melalui proses yang pengaruhnya ke konsentrasi kolseterol sangat
tidak terlibat langsung dalam penyerapan kompleks. Secara umum memang benar
radikal bebas, antioksidan sekunder. Contoh- kandungan asam lemak jenuh dapat
contoh dari antioksidan primer adalah vitamin menaikkan konsentrasi kolesterol darah. Akan
E (•-tokoferol). Mekanisme kerja dari tetapi fenomena ini sangat dipengaruhi oleh
antioksidan sekunder adalah dengan cara panjang rantai karbonnya, bahkan minyak
mengikat komponen-komponen yang bersifat yang kandungan asam lemak jenuh rantai
prooksidan seperti pengikatan metal-metal, sedang (Medium chain trigliserida, MCT)
pengkonversian hidroperoksida menjadi dilaporkan tidak menaikkan kolesterol darah
senyawa yang bersifat tidak radikal dan yang juga terjadi dengan short chain fatty acid.
penyerapan cahaya ultraviolet. Kandungan kolesterol pada pangan kombinasi
dengan minyak jenuh memang banyak
IV. ASPEK KESEHATAN DAN KEAMANAN dilaporkan dapat menaikkan kolesterol darah
PANGAN MINYAK GORENG secara signifikan. Konsentrasi kolesterol dari
Dari sisi gizi minyak/lemak merupakan beberapa jenis minyak/lemak serta makanan
komponen yang padat kalori dimana segram lainnya dapat dilihat pada Tabel 3.
minyak/lemak menghasilkan sembilan kkal Pada hal yang berbeda, beberapa asam
atau dua kali lebih besar dibandingkan kalori lemak memang harus disuplai kedalam tubuh
yang dihasilkan oleh karbohidrat dan protein. yang sering disebut dengan asam lemak
Minyak/lemak pada pangan juga berfungsi esensial. Kedua asam lemak tersebut adalah
sebagai carrier vitamin larut dalam minyak asam lemak linoleat (C18:2) yang tergolong
yaitu vitamin, A,D,E dan K. Selain itu, kepada PUFA •-6 dan asam •-linolenat (C18:3)
minyak/lemakmemberikan aspek palatibilitas yang tergolong pada PUFA•-3. Khususnya
b a g i p r o d u k pa n g a n s e p e r t i d a pa t PUFA•-3 (asam •-linolenat) sangat diperlukan
mempengaruhi tekstur, rasa ataupun bagi tubuh untuk pertumbuhan terutama bagi
mouthfeel. Selain dari aspek gizi tersebut pertumbuhan otak dan retina
asupan minyak dan lemak sangat terkait
dengan aspek kesehatan. Asupan minyak dan
lemak sering dikaitkan dengan penyakit jantung
koroner atau penyakir degeratif lainnya.
Pendapat yang paling kuat hubungan
asupan minyak dengan penyakit degeneratif

Kajian Keamanan Pangan Dan Kesehatan Minyak Goreng (Slamet Budijanto dan Azis Boing Sitanggang) 369
Tabel 4. Kandungan kolesterol dari berbagai minyak/lemak dan makanan lainnya
(interval rataan)

Sumber : Rossel, 2001


Konsumsi minyak/lemak juga sering V. MEMILIH MINYAK GORENG
dikaitkan dengan peningkatan tekanan darah. Minyak goreng yang akan digunakan tentu
Tekanan darah dikatakan tinggi (hipertensi) saja harus segar, dan memiliki kriteria minyak
jika memiliki nilai tekanan diastol lebih besar goreng normal. Beberapa kriteria minyak
dari 90 mmHg dan tekanan sistol lebih besar goreng yang memiliki mutu yang baik dapat
dari 140 mmHg (hipertensi :D/S > 90/140). dilihat pada Tabel 5 dibawah ini.
Konsumsi minyak/lemak yang tinggi dapat
Jika ingin membeli minyak goreng di pasar
meningkatkan berat badan. Hal ini akan
makan ada beberapa aspek yang perlu
mengakibatkan perubahan profil plasma lipid.
diperhatikan, seperti:
Hubungan antara kenaikan berat badan dan
kenaikan tekanan darah belum dapat dijelaskan 1. Citarasa
secara detail. Benang merah yang bisa ditarik Pilih minyak goreng yg memberi citarasa
adalah bahwa kenaikan berat badan akan gurih dan khas sesuai selera
mempengaruhi resistansi dari insulin yang 2. Stabilitas (tahan ketengikan)
pada akhirnya mengakibatkan hiperinsulinemia. Dapat dilihat pada kemasan minyak
Dengan kondisi hiperinsulinemia akan goreng tersebut
mengakibatkan hal hal seperti (i) merubah 3. Nilai gizi dan aspek kesehatan
kesetimbangan elektrolit didalam membran Dapat dilihat pada kemasan minyak
sel, (ii) mengaktifkan sistem saraf simpatetik, goreng tersebut
(iii) mempengaruhi metabolisme lipid, (iii)
menstimuli proliferasi dari sel otot muskular. Penggorengan sangat umum sekali dalam
Faktor-faktor inilah yang sering dikaitkan kehidupan masyarakat Indonesia. Makanan
dengan peningkatan tekanan darah. yang digoreng termasuk jenis makanan yang
digemari. Rasanya yang gurih, renyah,
Dalam hal minyak goreng, patut dicermati
ditambah harga yang murah membuat
bagaimana minyak tersebut digunakan. Jika
gorengan banyak disukai. Namun, kebiasaan
pemakaiannya dalam bentuk penggorengan
makan makanan gorengan bisa berbahaya
dangkal hanya satu kali penggorengan, maka
bagi kesehatan. Oleh karena itu ada beberapa
acuan penelitian bahwa minyak tidak jenuh
hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan
bagi tubuh bisa diikuti. Akan tetapi jika pola
minyak dalam penggorengan dan diet
penggunaannya adalah dengan deep frying
minyak/lemak dalam kehidupan sehari-hari.
yaitu dengan pemakaian berulang penggunaan
lemak tidak jenuh menjadi tidak bijaksana. 1. Biasakan membaca label dengan
Karena minyak tidak jenuh akan cepat teliti. Minyak dengan kadar kolesterol
mengalami kerusakan terutama kerusakan tinggi, pilihlah yang banyak mengandung
oksidatif. Kerusakan oksidatif pada minyak asam lemak tidak jenuh (seperti minyak
ini dapat menyebabkan gejala karsinogenik kacang dan minyak jagung)
dan berbagai penyakit. 2. Menyimpan minyak goreng atau lemak

370 PANGAN, Vol. 19 No. 4 Desember 2010: 361-372


Tabel 5. Kriteria kandungan minyak goreng yang berkualitas baik

pada tempat yang sejuk dan gelap. Panas pada bahan pangan tersebut. Agar minyak
dan cahaya dapat mempercepat proses goreng tidak mudah rusak, sebaiknya
kerusakan minyak dan lemak karena tidak memakai panas yang terlalu tinggi
mengakibatkan proses oksidasi. pada saat penggorengan.
3. Memperhatikan diet minyak/lemak. 7. U n t u k m i n y a k j e l a n ta h , s e t e l a h
4. Pada saat menggoreng, cuci, bersihkan, menggoreng hendaknya minyak
dan keringkan wajan penggoreng dengan didinginkan dan kemudian disaring.
baik. Pastikan bahwa wajan tidak lagi Penyaringan akan menghilangkan sisa-
mengandung sabun atau detergen yang sisa produk pangan yang gosong,
walaupun sedikit, akan menyebabkan sehingga tidak akan mempengaruhi
terbentuknya busa dan gelembung udara perubahan warna dan citarasa produk
selama proses penggorengan. Hal ini yang akan digoreng dengan
akan mempercepat proses kerusakan menggunakan minyak yang sama.
minyak. 8. Munculnya busa pada saat penggorengan
5. Keringkan atau tiriskan dengan baik dengan minyak jelantah menandakan
produk pangan yang akan digoreng. Air bahwa minyak tersebut sudah benar-
yang berlebihan pada produk pangan benar rusak dan jangan menambahkan
yang digoreng mempercepat kerusakan volume minyak tertentu baru kedalam
dan ketengikan minyak goreng karena m i n y a k j e l a n ta h t e r s e b u t u n t u k
akan membantu proses hidrolisis minyak mengurangi busa karena tetap akan
goreng. mengakibatkan efek yang negatif terhadap
6. Pada proses penggorengan, panaskan kesehatan tubuh.
minyak terlebih dulu sebelum
VI. PENUTUP
memasukkan bahan pangan yang akan
digoreng. Hal ini akan mempersingkat Penggorengan dengan cara pan frying
waktu dimana produk pangan tersebut atau tumis dimana minyak hanya digunakan
tercelup dengan minyak, sehingga sekali dalam jumlah yang sedikit dapat
mengurangi jumlah minyak yang terserap menggunakan minyak goreng yang lebih

Kajian Keamanan Pangan Dan Kesehatan Minyak Goreng (Slamet Budijanto dan Azis Boing Sitanggang) 371
bervariasi seperti salad oil, minyak olein seperti Rossell, J.B. 1992. Chemistry of lipids in The
yang ada di pasaran maupun dalam bentuk Chemistry of Muscle Based Foods. Ed.
margarin. Sedangkan penggorengan dengan Ledward, D.A., Johnstone, D.E. and Knight,
cara deep frying menggunakan minyak berlebih M.K. Pub Royal Soc. of Chem. Cambridge,
UK.
dan digunakan beberapa kali harus
menggunakan minyak yang tahan panas Rossell, J.B. 1998. Development of purity criteria
seperti deep frying fat. for edible vegetable oils in Lipid Analysis in
Oils and Fats. Ed. Hamilton, R.J. Blackie
Academic and Professional, London and New
DAFTAR PUSTAKA York.
Rossel, J.B. 2001. Frying: Improving quality.
Griffith, R.E., Farmer, M.R. and Rossell, J.B. 1994.
Woodhead Publishing Limited and CRC Press
Authenticity of edible oils and fats. Part XXI.
LLC, Cambridge, England.
Sesame Seed Oil Samples. Leatherhead Food
RA Research Reports No. 721. Sahin, S., Sastry, S.K, and Bayindirili, L. (1999).
Heat transfer during frying of potato slices.
Griffith, R.E., Farmer, M.R. and Rossell, J.B. 1997.
Lebensmittel-Wissenschaft und-Technologie,
Authenticity of edible oil and fats. Part XXV.
32, 19–24.
Walnut, Cherry, Passion Flower, Oat, Wheat,
Barley, Poppy, Rice Bran, Lupin, Pumpkin and
melon-seed oils Leatherhead Food RA
Research Reports No. 744.
Hui, Y.H. 1996. Edible oil dan fats products: Products BIODATA PENULIS
and application technology. John Willey and
Sons, Inc, New York, USA Slamet Budiyanto,lahir di Madiun, 2 Mei 1961,
menyelesaikan Pendidikan S1 Teknologi Pangan
International Olive Oil Council (IOOC). 1999. Trade
IPB 1985, S2 dan S3 Food Chemistry Tohoku
standard applying to olive oil and olive pomace-
University Japan, 1990 dan 1993. Saat ini penulis
oil. Document COI/T.15/NC no. 2/Rev 9
bekerja sebagai Staf Pengajar pada Departemen
(Madrid, 10 June 1999).
Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi
Kochhar, S.P. 2000. Sesame oil – a powerful Pertanian Institut Pertanian Bogor.Penulis juga
antioxidant. Lipid Technology Newsletter, 6 sebagai peneliti di Seafast Center dan Direktur
(2), 35–39. F-Technopark IPB, juga aktif melakukan
Mccaskill, D.R. and Zhang, F. 1999. Use of rice pembinaan terhadap UKM.
bran oil. Food Technology 53 (2), 50-52. Azis Boing Sitanggang, lahir di Raya Timuran,
Rossel, J.B. 2001. Frying: Improving quality. Sumatera Utara, 11 September 1986.
Woodhead Publishing Limited and CRC Press Menyelesaikan Pendidikan S1Ilmu dan Teknologi
LLC, Cambridge, England. Pangan IPB 2008 dan S2 Chemical Engineering
Morton, I. D. 1998. Geography and history of the and Materials Science pada Faculty of
frying process. Grasasy Aceites, 49 (3-4), Engineering, Yuan Ze University (YZU), Taiwan
247–249. (R.O.C) 2010. Penulis akan menjadi Staf
Pokorny, J., Yanishlieva, N, and Gordon, M. 2001. Pengajar pada Departemen Ilmu dan Teknologi
Antioxidants in food: Practical applications. Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Institut
Pertanian Bogor mulai Maret 2011
Woodhead Publishing Ltd. Cambridge, UK

372 PANGAN, Vol. 19 No. 4 Desember 2010: 361-372

Anda mungkin juga menyukai