Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM PENENTUAN STATUS GIZI

PENENTUAN STATUS GIZI ANTROPOMETRI UNTUK


DEWASA

PENYUSUN :
SOLEMAN LITTO PAJANGING
KM.14.00458

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA HUSADA
YOGYAKARTA
TAHUN 2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus, karena atas
segala rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan

penyusunan

laporan Penentuan Status Gizi yang berjudul PSG antropometrik untuk dewasa
tepat pada waktunya sebagai tugas praktik dari mata kuliah Penentuan Status Gizi.
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada dosen bidang studi, serta
teman-teman yang telah dalam membantu penyusunan laporan ini. Penulis
menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan dalam penyusunan
laporan ini. Oleh karena, itu Penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi perbaikan untuk ke depannya.
Harapan dari Penulis semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua
untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan dapat pula membangkitkan semangat
dalam mempromosikan kesehatan dan berkarya yang lebih baik untuk masa yang
akan datang. Terima kasih atas perhatiannya, dan semoga Tuhan Yang Baik selalu
melimpahkan rahmat-Nya kepada kita.

Yogyakarta, November 2016

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................
KATA PENGANTAR...............................................................................
DAFTAR ISI ............................................................................................
DAFTAR TABEL ....................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................
B. Tujuan ...........................................................................................
BAB II MATERI DAN METODE
A. Materi ...........................................................................................
B. Metode ..........................................................................................
BAB III HASIL KEGIATAN ..................................................................
BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
LAMPIRAN .............................................................................................

i
ii
iii
iv
v
1
2
3
3
4
5
9
10
11

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Hasil Pengukuran Indeks Antropometri pada model


(mahasiswa) semester 5 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Kelompok I............
Tabel 4.1. Kategori ambang batas IMT untuk Indonesia ...................
Tabel 4.2. Kerugian berat badan kurang .....................................................
Tabel 4.3. Tabel Risiko/Tipe Kegemukan terhadap Penyakit Degeneratif

4
6
7

berdasarkan RLPP ......................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN
Rekapitulasi hasil ............ 11
Dokumentasi ........... 12

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini, masalah gizi banyak ditemukan. Antara lain, obesitas
atau overweight. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang
banyak terjadi di zaman modern ini. Obesitas merupakan suatu kelainan
atau penyakit dimana terjadi penimbunan lemak yang berlebihan.
Prevalesi obesitas di Indonesia menurut Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2013 meningkat jika dibandingkan dengan Riskesdas 2010.
Angka obesitas pada laki-laki tahun 2010 sekitar 15% dan sekarang
meningkat menjadi 20% (Riskesdas, 2013). Depkes RI (2009)
menunjukkan prevalensi obesitas pada remaja usia 13-15 tahun yang
berjenis kelamin laki-laki sebesar 2,9% dan perempuan 2,0%, sedangkan
untuk usia 16-18 tahun masing-masing sebesar
1,3% dan 1,5%. Menurut Riskesdas (2013), diketahui bahwa prevalensi
obesitas pada kelompok umur 13 15 tahun di Indonesia sebesar 2,5%
dan prevalensi obesitas di Provinsi Yogyakarta sebesar 2,6%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa prevalensi di Provinsi Yogyakarta lebih tinggi
dibandingkan prevalensi nasional. Sedangkan prevalensi obesitas di
Indonesia pada kelompok umur 16 18 tahun adalah 1,4%. Prevalensi
obesitas pada kelompok usia tersebut di Provinsi Yogyakarta tergolong
lebih tinggi dari prevalensi nasional, yaitu sebesar 4,1%.

Selain itu,

masalah gizi lainnya adalah kurang gizi karena malnutrisi (under


nutrition), KEK(Kekurangan Energi Kronis), dan lain-lain. Masalah Gizi
Kurang lebah banyak ditemukan di daerah NTT, NTB, Sulawesi Tenggara
(Riskesdas 2013). Sementara untuk stunting sebanyak 8,8 juta anak
indonesia alami stunting. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013
mencatat angka kejadian stunting nasional mencapai 37,2 persen. Angka
ini meningkat dari 2010 sebesar 35,6 persen (Artikel ugm.ac.id , 2016).

Berdasarkan prevalensi masalah gizi yang terjadi diatas, maka


perlu dilakukan pencegahan untuk menghindari bertambahnya prevalensi
masalah kesehatan gizi tersebut. Salah satu cara yang paling gampang
dilakukan adalah pengukuran antropometri. Secara umum, antropometri
artinya ukuran tubuh atau antropometri berhubungan dengan berbagai
macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai
tingkat umur dan tingkat gizi.
Oleh karena itu, Antropometri penting dilakukan dalam praktikum
ini untuk bisa mengetahui berbagai dimensi tubuh. Dengan demikian agar
responden (model/model (mahasiswa)) dapat mengatur asupan gizi,
sehingga

malnutrisi

dapat

dihindarkan.

Selain

itu,

pengukuran

antropometri sangat mudah dilakukan dan tidak membutuhkan keahlian


yang mendalam. Serta alat ukurnya mudah didapatkan dan murah.
B. Tujuan
1. Mampu melakukan pengukuran antropometrik BB. TB, lingkar
tubuh dan tebal lemak) untuk orang dewasa
2. Mampu menentukan status gizi atau status kegemukan pada orang
dewasa berdasarkan IMT, rasio lingkar pinggang-pinggul dan tebal
lemak
3. Mampu melakukan pengukuran LILA pada WUS
4. Mampu menentukan status gizi pada WUS dengan indeks LILA

BAB II
MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut:
1. Detecto scale
2. Microtoice
3. Pita ukur metline
4. Pita LILA
5. Model (model (mahasiswa) 8 orang)
B. Metode
Adapun metode prosedur kerja dalam praktikum ini adalah;
1. Lakukan pengukuran BB dengan timbangan Detecto scale
2. Lakukan pengukuran TB dengan microtoice
3. Lakukan pengukuran lingkar lengan atas dengan pita LILA
4. Lakukan pengukuran lingkar pinggang dan pinggul dengan pita
metline.
5. Tentukan status gizi dari model berdasarkan IMT, indeks LILA,
rasio lingkar pinggang-pinggul

BAB III
HASIL KEGIATAN
Praktikum pengukuran antropometri di laksanakan pada :
Tempat: Laboratorium gizi STIKES Wira Husada Yogyakarta
Hari/tanggal : Rabu, 23 November 2016
Jumlah model : 8 orang model (mahasiswa) Prodi IKM semester V,
kelompok I
Adapun hasil pengukuran antropometri sebagai berikut:
No

Nama

BB

1.

Novi S

44

2.

Ahas W T

49

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Abdul M

51

Soleman L

Salomi K

53

45

Ria K

55

Nisa
Rita S

36

Trivania I

44

TB
154,
1
160,
5
177,
5
165
160,
8
150,
2
142,
8
159,
1

LIL
A
23
-

22

28,5

20

21,8

Indeks

Lpi

Lpa

IMT

SG

65

76

18,5

Normal

0,85

72,

83,

19

Normal

0,86

66,
7
69
67,
5
73
57,
5

62

RPP

LILA

Kurang
81

16,2

BB tingkat

0,82

berat
83,
5

19,4

Normal

0,83

Kurang
79

17,4

BB tingkat

0,85

ringan
82

24,3

Normal

0,89

Kurang
72

17,6

BB tingkat

0,79

ringan
Kurang
75

17,4

BB tingkat

0,83

ringan

Tabel 3.1. Hasil Pengukuran Indeks Antropometri pada model (mahasiswa)


semester 5 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Kelompok I
BAB IV
PEMBAHASAN

Dari hasil pengukuran yang dilakukan di Laboratorium STIKES Wira


Husada terhadap 3 model (mahasiswa) laki-laki dan 5 model (mahasiswi)
perempuan, dapat dilihat bahwa terdapat 4 orang model (mahasiswa) yang
memiliki Status Gizi normal untuk indikator IMT dengan Berat Badan/Tinggi
Badan (BB/TB). Sedangkan 4 orang lain tidak normal dimana 1 orang berada
pada Status Gizi kekurangan berat badan tingkat berat dengan IMT=16,2 dan 3
orang lainnya berada pada Status Gizi kekurangan berat badan tingkat ringan
dengan masing-masing IMT yaitu 17,4; 17,4; dan 17,6.
IMT tersebut dihitung dengan menggunakan rumus:
Berat Badan( kg)
Indeks Massa Tubuh=
Tinggi badan ( m ) x Tinggi Badan( m)
Sebagai contoh, Model (mahasiswa) Abdul Muchlis memiliki berat badan 51 kg
dan tinggi badan 177,5 cm. Maka dapat dihitung:
51 kg
IMT =
1,775 m x 1,775 m
IMT =16,2

kg
2
m

Hasil perhitungan diatas di bandingkan dengan kategori ambang batas


dibawah ini untuk menentukan model Abdul Muchlis memiliki Status Gizi lebih,
normal atau kurang.

Kurus

Kategori
Kekurangan berat badan tingkat berat
Kekurangan berat badan tingkat ringan

Normal
Gemuk

Kelebihan berat badan tingkat ringan


Kelebihan berat badan tingkat berat

IMT
<17,0
17,0-18,5
>18,5-25,0
>25,0-27,0
>27,0

10

Tabel 4.1. Kategori ambang batas IMT untuk Indonesia (Sumber: Depkes, 1994.
Pedoman praktis pemantauan Status Gizi orang dewasa, Jakarta dalam Supariasa,
2001)
IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau Status Gizi orang
dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan,
maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat
mencapai usia harapan hidup lebih panjang.
Dari hasil pengukuran Status Gizi diatas, maka 4 orang model
(mahasiswa) yang kekurangan berat badan mempunyai resiko terhadap penyakit
infeksi (supariasa, Hal 60, 2001). Pada indikator BB/TB, diketahui bahwa Tinggi
badan adalah indikator yang tidak bisa diubah lagi(hanya bisa bertambah tinggi,
tidak bisa diturunkan angkanya), oleh karena itu, model (mahasiswa) yang
memiliki IMT di bawah normal harus menaikkan berat badan agar dapat
menyeimbangi Tinggi badan dari orang tersebut. Selain menambah faktor resiko
untuk penyakit infeksi, kelebihan dan kekurangan berat badan pun menghambat
produktivitas dalam bekerja, sehingga kinerja menjadi tidak maksimal (Supariasa,
2001).

Berat badan
Kurus
(kurang)

Kerugian
1. Penampilan cenderung kurang baik
2. Mudah letih
3. Risiko sakit tinggi, antara lain:
- Penyakit infeksi
- Depresi
- Anemia
- Diare
4. Wanita kurus yang hamil mempunyai risiko tinggi
melahirkan bayi dengan BBLR
5. Kurang mampu bekerja keras

11

Tabel 4.2. Kerugian berat badan kurang (Sumber: Depkes, 1994. Pedoman praktis
pemantauan Status Gizi orang dewasa, Jakarta dalam Supariasa, 2001)
Berdasarkan tabel diatas dapat kita simpulkan bahwa, orang yang memiliki
berat badan kurang, maka harus memperbaiki nutrisi harian agar menghindari
kerugian-kerugian tersebut.
Dari indikator lain, dapat dilihat pada RLPP, berkisar antara 0,82-0,89. Hal
ini, jika diinterpretasikan maka:
RLPP

Risiko/Tipe Kegemukan

Pria
Wanita
Rendah
<0.9
<0.8
Sedang
0.9
0.8
Tinggi
1
0.9
Tabel 4.3. Tabel Risiko/Tipe Kegemukan terhadap Penyakit Degeneratif
berdasarkan RLPP (Sumber: Jurnal Universitas Muhammadiyah Surakarta,
2014)

Berdasarkan tabel tersebut, maka mahasiswa laki-laki yang tercatat


memiliki risiko/tipe kegemukan terhadap penyakit degeneratif yang rendah,
dimana mahasiswa tersebut memiliki RLPP antara 0,82-0,86. Sedangkan
mahasiswa perempuan memiliki RLPP antara 0,79-0,89 (rentangan 1), hal ini
berarti mahasiswa perempuan tersebut berada pada risiko/tipe kegemukan
terhadap penyakit regeneratif tingkat ringan dan sedang.
Pengukuran LILA hanya dilakukan pada mahasiswa perempuan kena
untuk mengukur KEK pada WUS(wanita usia subur, dalam hal ini hanya terdapat
1 orang yang tidak mengalami KEK, selebihnya berisiko mengalami KEK pada
masa yang akan datang, da berpotensi melahirkan BBLR. Pada saat pengukuran
sebagian besar berada pada garis merah (<23,5).

12

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengukuran antropometri yang dilakukan di
laboratorium STIKES Wira Husada Yogyakarta, dapat disimpulkan bahwa
pengukuran antropometri dapat memprediksi penyakit yang terjadi pada
orang yang memiliki LILA, IMT, RPP di bawah normal serta di bawah
normal. Serta dapat dijadikan sebagai pedoman untuk mengendalikan
proporsi tubuh sehingga menghindari obesitas dan KEK.
B. Saran
1. Sebaiknya menggunakan alat ukur yang representatif. Contoh,
pengukur berat badan 1 tidak berbeda dengan pengukur tinggi badan 2.
2. Mahasiswa yang memiliki IMT dibawah moral harus memperbaiki
nutrisi.

13

DAFTAR PUSTAKA
Ariyani, Diny Eva. 2012. Validitas ukuran lingkar lengan atas terhadap indeks
massa tubuh dalam mendeteksi resiko kekurangan energi kronis pada
wanita

(20-45

tahun)

di

Indonesia.

Universitas

Indonesia.

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20297244-S1883-Diny%20Eva
%20Ariyani.pdf (di akses 29 November 2016)
Humas UGM. 2010. Sepertiga anak usia sekolah di Indonesia alami stunted.

UGM.

https://ugm.ac.id/id/berita/2663-

sepertiga.anak.usia.sekolah.di.indonesia.alami.stunted
Ika.

November 2016)
2016. 8,8 Juta

Anak

Indonesia

Alami

(di

akses

Stunting.

29

Humas

UGM.https://ugm.ac.id/id/berita/1109888.juta.anak.indonesia.alami.stunting. (di akses 29 November 2016)


Supariasa, I Dewa Nyoman, dkk. 2001. Penentuan Status Gizi. EGC: Jakarta.

14

Lampiran-Lampiran

a. Hasil Rekapitulasi
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Nama
Novi Susanti
Ahas W Takanyuai
Abdul Muchlis
Soleman L Pajanging
Salomi Kabba
Ria Khoirun Nisa
Rita Sobrian
Trivania I Ency Lado

BB
44
49
51
53
45
55
36
44

TB
154,1
160,5
177,5
165
160,8
150,2
142,8
159,1

LILA
23
22
28,5
20
21,8

Lpi
65
72,6
66,7
69
67,5
73
57,5
62

Lpa
76
83,8
81
83,5
79
82
72
75

15

b. Dokumentasi

Gambar 1. Pengukuran LILA

Gambar 2. Penimbangan Berat Badan

Gambar 3. Pengukuran LPi

Gambar 4. Alat yang digunakan

16

Gambar 5. Pengukuran LPa

Gambar 6. Pengukuran Tinggi Badan

17

Anda mungkin juga menyukai