Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI

“PRESISI AKURASI”

DOSEN PENGAMPU :

Dr. Gusnedi, STP, MPH

Marni Handayani, S. SiT, M. Kes

Edmon, SKM, M. Kes

Rina Hasniyati, SKM, M. Kes

Oleh :

Mardhatillah

202210619

SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA (2B)

POLTEKKES KEMENKES PADANG

T.A. 2021/2022
LAPORAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI

Judul Praktikum : Presisi Akurasi

Hari/Tanggal : Jumat / 12 November 2021

Tujuan : Tujuan dari persisi dan akurasi ini adalah untuk memberikan
pengetahuan tentang interpretasihasil pengukuran yang telah dilakukan
untuk meminimalisir kesalahan yang terjadi

Tinjauan pustaka :

Nugroho (2016) menjelaskan bahwa tingkat ketepatan (exactness) sebuah hasil


pengukuran disebut dengan presisi. Apabila suatu pengukuran yang dilakukan berulang kali
menghasilkan nilai yang sama, maka pengukuran disebut mempunyai presisi yang tinggi.
Presisi disebut juga “reproduktifitas” atau “reliabilitas”. Suatu pengukuran sebaiknya
dilakukan beberapa kali yang tidak bergantung satu sama lain. Presisi adalah fungsi dari
kesalahan acak atau random error dalam pengukuran, dan kebanyakan kasusnya memang
merupakan variasi dalam pengukuran yang benar-benar terjadi (Almatsier, 2013).
Presisi mengacu  pada kedekatan dua ataulebih pengukuran satu sama lain. Presisi
menunjukkan tingkat reliabilitas dari data yang diperoleh. Hal ini dapat dilihat dari standar
deviasi yang diperoleh dari pengukuran, presisi yang baik akan memberikan standar deviasi
yang kecil dan bias yang rendah. Jika diinginkan hasil pengukuran yang valid, maka perlu
dilakukan pengulangan, misalnya dalam pengukuran berat badan atau tinggi badan seseorang
dilakukan pengulangan sebanyak n kali. Dari data tersebut dapat diperoleh ukuran harga nilai
terukur adalah rata-rata dari hasil yang diperoleh dan standar deviasi.
Akurasi adalah menunjukkan kedekatan antara nilai prediksi/model dengan nilai
aktual (real). Akurasi mengacu pada kedekatan nilai yang diukur dengan nilai standar atau
yang dikenal. Misalnya, jika di laboratorium mendapatkan pengukuran berat 3,2 kg untuk zat
tertentu, tetapi berat aktual atau dikenal adalah 10 kg, maka pengukuran tidak akurat. Akurasi
adalah sejauh mana hasil pengukuran sesuai dengan nilai standar yang telah diterima. Hasil
pengukuran dapat sangat akurat apabila alat ukurnya sangat sensitive. Namun,
ketidakakuratan dapat terjadi karena instrumen yang digunakan belum dikalibrasi atau karena
kesalahan membaca alat ukur.

Alat dan Bahan :


 Kertas
 Pulpen
 Microtoise
 Aplikasi Persisi Akurasi
 Form Persisi Akurasi

Prosedur Praktikum :

Dalam pelaksanaan prosedur standarisasi berikut ini digunakan 9 orang yang diukur
secara berulang oleh 1 petugas pengukur dan supervisor. Setiap petugas mengukur tinggi
badan dua kali setiap subyek. Pengukuran dan pencatatan dilakukan sedemikian rupa
sehingga hasil pengukuran ulang tidak terpengaruh oleh hasil pengukuran sebelumnya.
Langkah-langkah penghitung data :
                                                                                                      
1. Hasil dua kali pengukuran disajikan pada kolom I dan II
2. Pada kolom d disajikan hasil pengukuran (I-II), berikut tanda masing-masing (+/-)
3. Pada kolom d2 diisikan hasil kuadrat (I-II)
4. Tanda plus dan minus pada kolom dihitung. Jumlah tanda yang muncul terbanyak
menjadi pembilang dan pecahan dengan subyek sebagai penyebut. Tanda nol tidak
dihitung.
5. Pada lembar petugas diisikan jumlah (a + b).Kelima langkah ini dilakukan secara
serentak oleh semua petugas pengukur dan supervisor
6. Data pengukuran supervisor di entrikan ke dalam form supervisor
7. Perbedaan s petugas dan S penyelia diisikan ke kolom D (s-S) dengan tanda yang
tepat, dan kuadratnya pada kolom D2
8. Tanda plus dan minus (s-S) dihitung. Jumlah tanda muncul terbanyak menjadi
pembilang dan pecahan dengan jumlah subyek sebagai penyebut, tanda nol tidak di
hitung.
9. Hasil penjumlahan d2 dan D2, serta hasil perhitungan tanda dipindahkan ke lembar
lain .

Penilaian hasil, Ketentuan umum berikut ini digunakan dalam menganalisa hasil :
1. Jumlah d2 penyelia biasanya paling kecil, presisinya paling besar karena
kompetensinya lebih besar.
2. Jumlah d2 petugas (berkaitan dengan presisi) tidak lebih besar dari dua kali jumlah d2
penyelia
3. Jumlah D2 petugas (berkaitan dengan akurasi) tidak lebih besar dan tiga kali jumlah
d2 penyelia
4. Jumlah D2 petugas harus lebih besar dan jumlah d2 nya. Jika tidak, data tersebut
harus diperiksa dan dihitung kembali.

Hasil Praktikum :

(Hasil praktikum dilampirkan di halaman berikutnya)

Pembahasan :

Presisi adalah fungsi dari kesalahan acak atau random error dalam pengukuran, dan
kebanyakan kasusnya memang merupakan variasi dalam pengukuran yang benar-benar
terjadi (Almatsier, 2013). Akurasi adalah menunjukkan kedekatan antara nilai prediksi/model
dengan nilai aktual (real). Nilai akurasi menunjukan kedekatan hasil terhadap nilai
sebenarnya yang telah ditentukan oleh metode standar. Nilai presisi menunjukan
seberapadekat suatu hasil pemeriksaan bila dilakukan berulang dengan sampel yang sama.
Dalam pegambilan data dalam praktek presisi dan akurasi sampel yang di ukur ada 9
orang dan yang mengukur ada 2 orang, dalam pengmpilan data tinggi badan di lakukan 2 x
kali pengukuran untuk megetahui presisi dan akurasinya.
Supervisor mengukur 13 orang sampel yang di ukur dan Supervisor juga melakukan
pengukuran sebnayak 2 kali, setelah pengukuran selesai lalu di lihat hasilnya, ternyata ada
perbedaan antara pengukuran pertama dan pengukuran ke dua, begitu pun antara Supervisor
dan petugas ternyata ada sedikit hasil data pengukuran yang berbeda antara Supervisor dan
petugas, Perbedaan hasil pengukuran antara supervisor dan petugas juga dapat dilihat dari
kualitas alat ukur.
Pada perhitungan presisi dan akurasi yang dilakuakan didapatkan hasil kalkulasi
sebanyak 2/11 dengan angka presisi petugas (pengukur) 7,55 dan angka akurasi pengukur 95.
933,5. untuk presisi supervisior (PS) yaitu 0.9 maka hasil presisi akurasi supervisior 2 x PS =
0.18 dengan keterangan presisi kurang. Lalu untuk akurasi 3 x PS = 0.3 dengan keterangan
akurasi kurang. Dari hasil presisi dan akurasi dapat disimpulkan bahwa presisi kurang dan
akurasi kurang, Enumerator belum bisa dipakai serta harus dilatih kembali dan diuji ulang
presisi dan akurasinya.
Kesimpulan :

1. Dari pratikum diatas dapat kita simpulkan bahwa presisi adalah fungsi dari
kesalahan acak atau random error dalam pengukuran, dan kebanyakan kasusnya
memang merupakan variasi dalam pengukuran yang benar-benar terjadi
(Almatsier, 2013). Akurasi adalah menunjukkan kedekatan antara nilai
prediksi/model dengan nilai aktual (real). Nilai akurasi menunjukan kedekatan
hasil terhadap nilai sebenarnya yang telah ditentukan oleh metode standar. Nilai
presisi menunjukan seberapadekat suatu hasil pemeriksaan bila dilakukan berulang
dengan sampel yang sama.
2. Pengukuran yang di lakukan secara 2 kali sangat penting karena untuk
mengetahui seberapa dekat perbedaan nilai pada saat dilakukan pengulangan
pengukuran dan  Kedekatan hasil pengukuran dengan nilai sebenarnya cara
pengukuran tersebut biasanya sering di sebut dengan presisi dan akurasi.
3. Pada praktek yangdilakukan mengenai pengukuran dan presisi akurasi ini, petugas
berada pada posisi 1 dengan keterangan jika presisi kurang danakurasi kurang,
enumerator belum bisa dipakai sehingga harus dilatih kembali dan diuji ulang
presisi dan akurasinya.
DAFTAR PUSTAKA

Bahan Ajar Penilaian Status Gizi


http://perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1503000033/12._BAB_II_.pdf
Niftita Rahma Ibrahim. Penilaian Status Gizi (Psg) “Presisi dan Akurasi”. Politeknik
Kesehatan Makassar
Ni Made Rai Pradnya Andari. 2018. Penilaian Status Gizi, Interpretasi Hasil Pengukuran.
Politeknik Kesehatan Denpasar
Ni Putu Sri Ratnasar. 2018. Penilaian Status Gizi, Presisi dan Akurasi. Politeknik Kesehatan
Denpasar.

Payakumbuh, 16 November 2021


Yang membuat laporan,

Mardhatillah
NIM. 202210619

Anda mungkin juga menyukai