Anda di halaman 1dari 23

Tugas Kelompok Matkul : Pendidikan Pancasila

Kelompok : 7
Nama Anggota : 1. Aulia Nabila 202210605
2.Aulia Safitri 202210606
3.Azizah Fathriani 202210608
4. Delvi Rahmadani 202210609
5.Siti Aisyah 202210635
6.Tarisya Farinka 202210636
7.Tsa’dyah Hapernozain 202210637

A. PRA PROKLAMASI

 Sebagai sebuah bangsa, bangsa Indonesia dapat dilacak dari abad ke-7M. Ditandai
munculnya kerajaan Kutai, Mataram Kuno, Sriwijaya, Singosari, Majapahit, Demak,
Samudera Pasai, Banten, Tidore, dll.
 Meskipun dalam perjalanan sejarah setiap kerajaan/daerah terlibat berbagai konflik.
Setiap Kerajaan/Daerah yang ada dalam wilayah Nusantara memiliki jiwa yang sama.
Jiwa bangsa yang dijunjung bersama tersebut, menjaga eksistensi bangsa selama
berabad-abad
 Pada masa kerajaan ini, istilah Pancasila dikenali buku Nagarakertagama karangan
Prapanca dan buku Sutasoma karangan Empu Tantular. Dalam buku tersebut istilah
Pancasila mempunyai arti “berbatu sendi yang lima” (dalam bahasa Sansekerta), juga
mempunyai arti “pelaksanaan kesusilaan yang lima” (Pancasila Krama), yaitu :

1. Tidak boleh melakukan kekerasan


2. Tidak boleh mencuri
3. Tidak boleh berjiwa dengki
4. Tidak boleh berbohong
5. Tidak boleh mabuk minuman keras

 Pertengahan Abad ke-16, Nusantara mulai kedatangan penjajah (kolonial)


Kolonialisme inilah yang merusak jiwa bangsa yang di junjung berabad-abad.
Kekayaan alam di nusantara dikuras, setiap daerah dan kerajaan dipecah belah, dan
bangsa Indonesia diperbudak. 20 Mei 1908 muncul Budi Utomo yang diperingati hari
kebangkitan nasional.

 28 Oktober 1928, Sumpah pemuda membangkitkan kembali jiwa bangsa yang


terpendam oleh kolonialisme. Sumpah pemuda menjadi awal kemunculan
eksistensi bangsa Indonesia. Bangsa yang tidak terkotak-kotak dalam kedaerahan,
tetapi sebagai satu kesatuan. Muncul juga organisasi dan tokoh yang mulai
memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia.
 29 April 1945 BPUPKI dibentuk oleh Pemerintahan Pendudukan Jepang. 28 Mei
1945 BPUPKI dilantik oleh Letnan Harada, Panglima Tentara ke-16 di Jakarta. 29
Mei- 1 Juni 1945 Sidang BPUPKI.
 Proses perumusan jiwa bangsa sebagai dasar negara dilakukan dalam sidang pertama
BPUPKI
a. M. Yamin mengusulkan (29 Mei 1945) :

1. Peri Kebangsaan,
2. Peri Kemanusiaan,
3. Peri Ketuhanan,
4. Peri Kerakyatan (a. Permusyawaratan, b. Perwakilan, c. Kebijaksanaan)
5. Kesejahteraan Rakyat (Keadilan Sosial)

b. Prof.Dr. Soepomo (30 Mei 1945) :

1. Persatuan (persatuan hidup)


2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan lahir bathin
4. Musyawarah
5. Semangat gotong royong (keadilan sosial)

c. Ki bagus hadikusumo : agar dasar pancasila yang disepakati adalah dasar islam
mengingat sebahagian besar rakyat indonesia beragama islam
d. Soekarno (1 Juni 1945) :

1. Nasionalisme (kebangsaan Indonesia)


2. Internasionalisme (peri kemanusiaan),
3. Mufakat (demokrasi),
4. Kesejahteraan sosial,
5. Ketuhanan Yang Berkebudayaan

Alternatifnya dapat diperas menjadi Tri Sila dan dapat diperas lagi menjadi Eka
Sila. Tri Sila meliputi: socio-nationalisme, socio-democratie dan Ketuhanan Yang
Maha Esa. Sedangkan Eka Sila “Gotong Royong”

 Sidang menerima usulan nama Pancasila bagi dasar filsafat Negara, diusulkan oleh
Soekarno pada 1 Juni 1945, sehingga 1 Juni diperingati sebagai hari lahir Pancasila
 Perumusan dasar negara dalam sidang BPUPK masih bersifat usulan perseorangan.
Dibentuk Panitia 9 yang diketuai oleh Soekarno yang pada awalnya bertujuan
menampung usulan-usulan yang bersifat perorangan. Dalam perjalannya ternyata
Panitia 9 juga berhasil merumuskan Rancangan Mukadimah (Pembukaan Hukum
Dasar) yang dinamakan ‘Piagam Jakarta’ pada 22 Juni 1945. Pada alinea keempat
Piagam Jakarta terdapat rumusan Pancasila sebagai berikut : Ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya, Kemanusiaan yang
adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
 10-16 Juli 1945 Sidang BPUPKI kedua adalah disetujuinya naskah awal “Pembukaan
Hukum Dasar” yang kemudian dikenal dengan Piagam Jakarta.

B. AWAL KEMERDEKAAN
     Pada awal kemerdekaan bangsa Indonesia, penerapan Pancasila sebagai dasar negara yang
disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) tidak serta berjalan dengan
mulus.
     Berbagai permasalahan pernah terjadi dihadapi bangsa Indonesia dalam penerapan
pancasila di masa awal kemerdekaan.

Berikut upaya-upaya untuk mengganti Pancasila sebagai dasar negara dengan ideologi lain:

1.Pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI)


- Pada 18 September 1948 terjadi
- Dipimpin oleh Muso di Madiun.
- Tujuan :
a. untuk mendirikan Negara Soviet Indonesia yang berideologi komunis.
b. mengganti Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa dengan paham
komunis.
- Akhirnya : pemberontakan PKI mampu digagalkan oleh Pemerintah Indonesia di bawah
Presiden Sukarno. Dan Muso tewas ditembak

   Pemberontakan tersebut merupakan pemberontakan besar pertama setelah Indonesia


merdeka.

2.Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII)


-pada 7 agustus 1949
- dipimpin oleh : Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo
- tujuaan : mengganti Pancasila sebagai dasar negaradengam syari'at Islam. ditandai dengan
didirikannya Negara Islam Indonesia (NII).
- Akhirnya : Kartosuwiryo dan para pengikutnya baru bisa ditangkap pada 4 Juni 1962.

3. Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS)


- Dipimpin : Christian Robert Steven Soumokil
- Tujuan : membentuk negara sendiri yang didirikan pada 25 April 1950. Di mana meliputi
pulau-pulau seperti Seram,
Ambon, dan Buru.
- Akhirnya : Pada November 1950, RMS di Ambon dapat dikalahkan oleh tentara Indonesia,
pemberontakan di Seram masih berlanjut hingga Desember 1963.
    Kekalahan di Ambon berujung pada pengungsian
pemerintah RMS ke Seram, kemudian mendirikan pemerintahan dalam pengasingan di
Belanda pada tahun 1966.

4. Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta) atau Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia


(PRRI)
- pada 1957-1958
- dipimpin : Sjarifuddin Prawiranegara dan Ventje Sumual
- lokasi : sumatera dan sulawesi
- Latar belakang : bentuk koreksi untuk pemerintah pusat yang dipimpin Presiden Sukarno.
Karena Sukarno tidak bisa lagi diberikan nasihat dalam menjalankan pemerintahan sehingga
terjadi ketimpangan sosial.
Pemerintah pusat dianggap telah melanggar undang-undang, pemerintahan yang
sentralistis, sehingga pembangunan di daerah menjadi terabaikan.

5. Angkatan Perang Ratu Adil (APRA)


- pada : 15 Januari 1949.
- pemimpin : Kapten KNIL Raymond Westerling
- tujuan : bertujuan untuk mempertahankan bentuk negara federal di Indonesia dan memiliki
tentara sendiri bagi negara-negara RIS.
     APRA melakukan pemberontakan pada 23 Januari 1950 dengan menyerang dan
menduduki Bandung serta menguasai markas Staf Divisi Siliwingi.
- akhirnya :  usahanya mampu digagalkan oleh APRIS yang mengirimkan pasukan di wilayah
Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Dengan adanya peristiwa ini, maka semakin mempercepat pembubaran RIS dan kembali ke
bentuk NKRI pada 17 Agustus 1950
C. SISTEM PEMERINTAHAN ORDE LAMA
Sistem pemerintahan orde lama menjadi bagian dari perjalanan panjang sejarah
Indonesia. Tidak bisa tidak bahwa cerita tersebut ikut mengantarkan Indonesia pada masa
sekarang ini.
a. Sistem Pemerintahan Orde Lama - Akar Sistem Pemerintahan di Indonesia
Pelajaran sejarah juga pasti membahas tentang sistem pemerintahan orde lama ini. Seolah
menggambarkan bagaimana keadaan Indonesia saat berada pada masa-masa kelam. Saat
keadaan politik dan sosial di Indonesia belum stabil. Pembahasan tentang sistem
pemerintahan orde lama ini akan cukup menarik untuk diikuti.
Tahun 1945 adalah tahun paling bersejarah dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Kemerdekaan Indonesia diraih pada tahun itu. Bebas dari pengaruh penjajah untuk kemudian
mulai menata segala sesuatunya sendiri. Masa-masa itulah yang dikenal dengan istilah orde
lama. Tidak salah jika sistem pemerintahan orde lama disebut-sebut sebagai awal sejarah
pemerintahan bangsa Indonesia.
Pada masa orde lama inilah, bangsa kita baru memulai menata segala perihal aturan dalam
mengelola negara. Saat itu, kita baru saja memroklamirkan diri menjadi negara merdeka
meskipun belum bebas seratus persen dari kekuasaan penjajah. Maka, bisa dikatakan bahwa
era pemerintahan orde lama menjadi cikal bakal pengaturan sistem untuk bangsa Indonesia.
Bahwa sistem pemerintahan orde lama ini adalah akar dari semua sistem pemerintahan yang
saat ini berlaku.
Sistem pemerintahan orde lama adalah sebuah sistem pemerintahan negara Indonesia yang
berlangsung di bawah pimpinan Soekarno. Penerapan sistem pemerintahan orde lama
berlangsung sejak proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945
hingga 1968. Berakhirnya sistem pemerintahan orde lama berganti dengan sistem
pemerintahan orde baru. Penamaan orde baru merupakan nama yang diberikan oleh Soeharto
yang berkuasa pada era orde baru. Soekarno sendiri tidak begitu suka dengan sebutan “orde
lama” untuk era kepemimpinannya. Ia lebih suka menyebut eranya dengan sebutan “orde
revolusi”.
Setelah proklamasi kemerdekaan dikumandangkan, sejak itulah bangsa Indonesia mulai
memasuki babak kehidupan baru sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat. Setelah
perjuangan merebut kemerdekaan, tantangan selanjutnya adalah mengatur negara ini dengan
sistem yang sesuai.Dan sistem pemerintahan orde baru adalah sistem pertama yang dilakukan
oleh pemerintah Indonesia.Meskipun sistem pemerintahan orde lama dianggap banyak
melakukan trial and error terhadap sistem pemerintahan Indonesia. Namun, pengaruh dari
sistem pemerintahan tersebut sama sekali tidak bisa kita kesampingkan. Hingga akhirnya
Indonesia mengalami perubahan sistem pemerintahan beberapa kali untuk mencari sistem
paling sesuai. Mencocokkan banyaknya sistem pemerintahan dengan keadaan Indonesia saat
itu benar-benar sulit. Kestabilan di semua lini menjadi hal yang tarus dicari bahkan hingga
kini. Entah itu sistem pemerintahan orde baru apalagi reformasi. Semuanya seolah belum
begitu "menunjukkan giginya". Masih bungkam, atau sama sekali takpunya gigi?
Tokoh dari sistem pemerintahan orde lama yang dimiliki Indonesia adalah siapa lagi kalau
bukan Bung Karno. Dengan segenap pemikiran, kepintaran, dan kecakapannya, Bung Karno
perlahan mulai "membangun badan" negara ini. Di luar tanggapan masyarakat, apakah beliau
berhasil atau tidak.
b. Sistem Pemerintahan Orde Lama - Indonesia Era Soekarno
Selama pemerintahan Soekarno, pernah diterapkan beberapa sistem pemerintahan di
Indonesia. Indonesia pernah menerapkan sistem pemerintahan presidensial. Kemudian,
sistem pemerintahan presidensial diganti dengan betuk pemerintahan parlementer. Juga
pernah menerapkan sistem pemerintahan demokrasi liberal yang kemudian diganti dengan
sistem pemerintahan demokrasi terpimpin. Semua sistem tersebut pada dasarnya terangkum
dalam istilah sistem pemerintahan orde lama.
Sistem Pemerintahan Orde Lama - Penerapan Sistem Pemerintahan Presidensial di Indonesia
Sistem pemerintahan presidensial merupakan sistem pemerintahan orde lama yang pertama
kali diterapkan Soekarno dalam memimpin bangsa Indonesia. Namun, sistem ini hanya
berjalan kurang lebih selama tiga bulan. Perubahan sistem presidensial terjadi karena adanya
penyimpangan terhadap UUD 1945. Di dalam sistem pemerintahan presidensial, kekuasaan
negara terfokus kepada presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan. Sistem
pemerintahan orde lama ini tidak menggunakan teori pemisahan negara seperti yang ada di
dalam trias politica yang dirancang Montesquieu. Jadi, dalam sistem ini, tidak ada lembaga
pemegang supremasi tertinggi. Presiden dan wakilnya dipilih secara langsung oleh rakyat
yang masa kepemimpinannya ditentukan oleh konstitusi.
c. Sistem Pemerintahan Orde Lama - Penerapan Sistem Pemerintahan Parlementer di
Indonesia
Sistem pemerintahan parlementer juga pernah dianut Indonesia pada sistem pemerintahan
orde lama. Namun, sistem parlementer yang digunakan masih parlementer semu (quasy
parlemenary). Pemerintahan parlementer lahir atas dasar konstitusi Republik Indonesia
Serikat pada 1950. Sutan Syahrir merupakan perdana menteri pertama di dalam sistem
pemerintahan ini. Sistem pemerintahan parlementer merupakan sistem pemerintahan orde
lama yang menjadikan posisi parlemen memiliki peranan penting di dalam pemerintahan.
Parlemen mempunyai wewenang untuk mengangkat perdana menteri. Selain itu, parlemen
bisa menjatuhkan pemerintahan dengan cara mengeluarkan mosi tidak percaya terhadap
pemerintahan tersebut.
d. Sistem Pemerintahan Orde Lama - Penerapan Sistem Pemerintahan Demokrasi di
Indonesia
Indonesia, dalam sistem pemerintahan orde lama pernah menggunakan sistem pemerintahan
demokrasi. Namun, sistem pemerintahan demokrasi tersebut juga masih bersifat semu. Ini
dikarenakan jalannya sistem demokrasi tidak sepenuhnya dilakukan. Sistem pemerintahan
demokrasi yang pernah diterapkan adalah sistem pemerintahan demokrasi liberal dan sistem
pemerintahan demokrasi terpimpin. Sistem pemerintahan demokrasi didasarkan pada UUD
1950 yang menggantikan konsitusi RIS 1949. Saat itu, sebenarnya masih menggunakan
sistem pemerintahan parlementer kabinet. Namun, sistem parlementer kabinet itu pun
menggunakan cara demokrasi liberal yang masih semu. Sistem pemerintahan orde lama
tersebut Hal ini bisa dilihat dari beberapa ciri. Misalnya, pemilihan perdana menteri yang
diangkat oleh presiden. Presiden juga mempunyai wewenang untuk membubarkan lembaga
DPR. Kedudukan presiden dan wakilnya tidak dapat diganggu gugat oleh lembaga
pemerintahan mana pun. Jika dilihat seperti itu, sistem pemerintahan orde lama terkesan
otoriter.
Pada 1959 hingga 1966, Soekarno mengenalkan sistem pemerintahan demokrasi terpimpin.
Kedudukan presiden pada sistem ini makin kuat. Ia memiliki kekuasaan yang mutlak.
Presiden  bisa dijadikan alat untuk melenyapkan berbagai kekuasaan yang dianggap
menghalanginya. Kebebasan berpendapat dan kegiatan partai politik sangat dibatasi. Sistem
demokrasi terpimpin ini juga merupakan bagian dari sistem pemerintahan orde lama. Belajar
dari trial and error-nya sistem pemerintahan masa orde lama harusnya menjadikan Indonesia
lebih tahu sistem apa yang harus diterapkan. Sayangnya, pada masa orde baru pun, banyak
sekali terjadi gejolak karena tidak sesuainya sistem pemerintahan yang diterapkan.
Namun, pada era reformasi ini, kondisi sistem pemerintahan Indonesia sepertinya makin
membaik dengan menggunakan sistem demokrasi Pancasila. Sebuah sistem yang
bagaimanapun lahir dari sistem pemerintahan orde lama yang terjadi jauh sebelumnya.
Semua ini tidak lepas dari proses belajar sejak diberlakukannya berbagai sistem
pemerintahan  orde lama. Kita tidak bisa memungkiri bahwa dari orde lamalah bangsa kita
mulai cerdas dan membangun tatanan pemerintahan yang lebih baik. Baik atau buruknya
nilai rasa yang dimiliki ketika membicarakan sistem pemerintahan orde lama, sistem
pemerintahan tersebut nyatanya ikut mengantarkan Indonesia menjadi sebuah negara yang
mampu berdiri hingga sekarang ini. Tidak dapat dipungkiri jika Soekarno, bagaimanapun
keadaannya, adalah sosok pemikir hebat yang berani mengambil risiko.
Berakhirnya orde lama

Setelah turunnya presiden soekarno dari tumpuk kepresidenan maka berakhirlah orde
lama.kepemimpinan disahkan kepada jendral Soeharto mulai memegang
kendali.pemerintahan dan menanamkan era kepemimpinanya sebagai orde baru konsefrasi
penyelenggaraan sistem pemerintahan dan kehidupan demokrasi menitikberatkan pada aspek
kestabilan politik dalam rangka menunjang pembangunan nasional.untuk mencapai titik-titik
tersebut dilakukanlah upaya pembenahan sistem keanekaragaman dan format politik yang
pada prinsipnya mempunyai sejumlah sisi yang menonjol.yaitu;
1.adanya konsep difungsi ABRI
2.pengutamaan golongan karya
3.manifikasi kekuasaan di tangan eksekutif
4.diteruskannya sistem pengangkatan dalam lembaga-lembaga pendidikan pejabat
5.kejaksaan depolitisan khususnya masyarakat pedesaan melalui konsep masca mengembang
(flating mass)
6.karal kehidupan pers

Konsep difungsi ABRI pada masa itu secara inplisit sebelumnya sudah ditempatkan oleh
kepala staf angkatan darat.mayjen A.H. NASUTION tahun 1958 yaitu dengan konsep jalan
tengah prinsipnya menegaskan bahwa peran tentara tidak terbatas pada tugas profesional
militer belaka melainkan juga mempunyai tugas-tugas di bidang sosial politik dengan konsep
seperti inilah dimungkinkan dan bahkan menjadi semacam KEWAJIBAN JIKALAU
MILITER BERPARTISIPASI DI BIDANG POLITIK PENERAPAN , konjungsi ini menurut
penafsiran militer dan penguasa orde baru memperoleh landasan yuridis konstitusional di
dalam pasal 2 ayat 1 UUD 1945 yang menegaskan majelis permusyawaratan rakyat.
C. DEMOKRASI ORDE LAMA 

a. Pengertian Orde Lama

Orde Lama adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soekarno di Indonesia.
Orde Lama berlangsung dari tahun 1945 hingga 1968. Dalam jangka waktu tersebut,
Indonesia menggunakan bergantian sistem ekonomi liberal dan sistem ekonomi komando.
Di saat menggunakan sistem ekonomi liberal, Indonesia menggunakan sistem pemerintahan
parlementer. Presiden Soekarno di gulingkan waktu Indonesia menggunakan sistem ekonomi
komando.
Pada masa orde lama, ada 2 macam demokrasi yang sempat diberlakukan, yaitu :
1. Demokrasi Liberal
2. Demokrasi Terpimpin

b. ORDE LAMA (1950 – 1965 )

 Demokrasi Liberal (1950 – 1959)

    Dalam proses pengakuan kedaulatan dan pembentukan kelengkapan negara,


ditetapkan pula sistem demokrasi yang dipakai yaitu sistem demokrasi liberal. Dalam sistem
demokrasi ini presiden hanya bertindak sebagai kepala negara. Presiden hanya berhak
mengatur formatur pembentukan kabinet. Oleh karena itu, tanggung jawab pemerintah ada
pada kabinet. Presiden tidak boleh bertindak sewenang-wenang. Adapun kepala
pemerintahan dipegang oleh perdana menteri.
 
Dalam sistem demokrasi ini, partai-partai besar seperti Masyumi, Pni, dan PKI
mempunyai partisipasi yang besar dalam pemerintahan. Dibentuklah kabinet-kabinet yang
bertanggung jawab kepada parlemen (Dewan Perwakilan Rakyat ) yang merupakan kekuatan-
kekuatan partai besar berdasarkan UUDS 1950. Setiap kabinet yang berkuasa harus mendapat
dukungan mayoritas dalam parlemen (DPR pusat).
 
Setelah itu, dibentuklah kabinet baru untuk mengendalikan pemerintahan selanjutnya.
Dengan demikian satu ciri penting dalam penerapan sistem Demokrasi Liberal di negara kita
adalah silih bergantinya kabinet yang menjalankan pemerintahan.
  
Program kerja Kabinet Natsir pada masa pemerintahannya secara garis besar sebagai
berikut ;

a. Menyelenggarakan pemilu untuk konstituante dalam waktu singkat.

b. Memajukan perekonomian, keeshatan dan kecerdasan rakyat.

c. Menyempurnakan organisasi pemerintahan dan militer.

d. Memperjuangkan soal Irian Barat tahun 1950.

e. Memulihkan keamanan dan ketertiban.


 
Dalam menjalankan kebijakannya, kabinet ini banyak memenuhi hambatan terutama
dari tubuh parlemen sendiri. Bentuk negara yang belum sempurna dengan beberapa daerah
masih berada ditangan pemerintahan Belanda memperuncing masalah yang ada dalam
kabinet tersebut. Perbedaan politik antara presiden dan kabinet tersebut menyebabkan
kedekatan antara presiden dengan golongan oposisi (PNI). Hal itu menentang sistem politik
yang telah berlaku sebelumnya, bahwa presiden seharusnya memiliki sikap politik yang
sealiran dengan parlemen. Secara berturut-turut setelah kejatuhan kabinet Natsir, selama
berlakunya sistem Demokrasi Liberal, presiden membentuk kabinet-kabinet baru hingga
tahun 1959.
 
Pada masa Demokrasi Liberal ini juga berhasil menyelenggarakan pemilu I yang
dilakukan pada 29 september 1955 dengan agenda pemilihan 272 anggota DPR yang di lantik
pada 20 Maret 1956. Pemilu pertama tersebut juga telah berhasil badan konstituante (sidang
pembuat UUD). Selanjutnya badan konstituante memiliki tugas untuk merumuskan UUD
baru. Dalam badan konstituante sendiri, terdiri berbagai macam partai, dengan dominasi
partai-partai besar seperti NU, PKI, Masyumi dan PNI. Dari nama lembaga tersebut dapatlah
diketahui bahwa lembaga tersebut bertugas untuk menyusun konstitusi. Konstituante
melaksanakan tugasnya ditengah konflik berkepanjangan yang muncul diantara pejabat
militer, pergolakan daerah melawan pusat dan kondisi ekonomi tak menentu.

 DEMOKRASI TERPIMPIN (1959 – 1965)

a. Sistem politik Demokrasi Terpimpin


 
Kekacauan terus menerus dalam kesatuan negara Republik Indonesia yang disebabkan
oleh begitu banyaknya pertentangan terjadi dalam sistem kenegaraan ketika diberlakukannya
sistem demokrasi liberal. Pergantian dan berbagai respon dari dari daerah dalam kurun waktu
tersebut memaksa untuk dilakukannya revisi terhadap sistem pemerintahan. Ir.Soekarno
selaku presiden memperkenalkan konsep kepemimpinan baru yang dinamakan demokrasi
terpimpin. Tonggak bersejarah di berlakukannya sistem demokrasi terpimpin adalah
dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
Dekrit President 5 Juli 1959

KAMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA/PANGLIMA TERTINGGI ANGKATAN


PERANG

Dengan ini menyatakan dengan khidmat :

Bahwa anjuran Presiden dan Pemerintah untuk kembali kepada Undang-Undang Dasar
1945 yang disampaikan kepada segenap rakyat Indonesia dengan amanat Presiden pada
tanggal 22 April 1959 tidak memperoleh keputusan dari Konstituante sebagaimana
ditentukan dalam Undang-Undang Dasar Sementara;

Bahwa berhubung dengan pernyataan sebagian besar anggota-anggota Sidang Pembuat


Undang-Undang Dasar untuk tidak lagi menghadiri sidang. Konstituante tidak mungkin lagi
menyelesaikan tugas yang dipercayakan oleh rakyat kepadanya;

Bahwa hal yang demikian menimbulkan keadaan keadaan ketatanegaraan yang


membahayakan persatuan dan keselamatan Negara, Nusa, dan Bangsa, serta merintangi
pembangunan semesta untuk mencapai masyarakat yang adil makmur;

Bahwa dengan dukungan bagian terbesar rakyat Indonesia dan didorong oleh keyakinan
kami sendiri, kami terpaksa menempuh satu-satunya jalan untuk menyelamatkan Negara
Proklamasi;

Bahwa kami berkeyakinan bahwa Piagam Jakarta tertanggal 22 Juni 1945 menjiwai
Undang-Undang Dasar 1945 dan adlah merupakan suatu rangkaian kesatuan dengan
Konstitusi tersebut,

Maka atas dasar-dasar tersebut di atas,

KAMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA/PANGLIMA TERTINGGI ANGKATAN


PERANG

Menetapkan pembubaran Konstituante.

Menetapkan Undang-Undang Dasar 1945 berlaku lagfi bagi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia terhitung mulai hari tanggal penetapan dekrit ini dan tidak
berlakunya lagi Undang-Undang Dasar Sementara.

Pembentukan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara, yang terdiri atas anggota-anggota


Dewan Perwakilan Rakyat ditambah dengan utusan dari daerah-daerah dan golongan-
golongan serta pembentukan Dewan Pertimbangan Agung Sementara akan diselenggarakan
dalam waktu sesingkat-singkatnya.Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 5 Juli 1959
Atas nama Rakyat Indonesia

Presiden Republik Indonesia/Panglima Tertinggi Angkatan Perang

SOEKARNO

Peristiwa tersebut mengubah tatanan kenegaraan yang telah terbentuk sebelumya. Satu
hal pokok yang membedakan antara sistem Demokrasi Liberal dan Demokrasi Terpimpin
adalah kekuasaan Presiden. Dalam Demokrasi Liberal, parlemen memiliki kewenangan yang
terbesar terhadap pemerintahan dan pengambilan keputusan negara. Sebaliknya, dalam sistem
Demokrasi Terpimpin presiden memiliki kekuasaan hampir seluruh bidang pemerintahan.

Dengan diberlakukannya Dekrit Presiden 1959 terjadi pergantian kabinet dari Kabinet
Karya (pimpinan Ir.Djuanda) yang dibubarkan pada 10 juli 1959 dan digantikan dengan
pembentukan Kabinet Kerja yang dipimpin oleh Ir.Soekarno sebagai perdana menteri dan
Ir.Djuanda sebagai menteri pertama.
 
Kabinet ini  yang memiliki program khusus yang berhubungan dengan masalah
keamanan,sandang pangan, dan pembebasan Irian Barat. Pergantian institusi pemerintahan
anatara lain di MPR (pembentukan MPRS), pemebntukan DPR-GR dan pembentukan DPA.

Perkembangan dalam sistem pemerintahan selanjutnya adalah pernetapan GBHN


pertama. Pidato Presiden pada acara upacara bendera tanggal 17 agustus 1959
berjudu”Penemuan Kembali Revolusi Kita”dinamakan Manifestasi Politik Republik
Indonesia (Manipol) ,yang berintikan USDEK ( UUD 1945,Sosialisme Indonesia, Demokrasi
Terpimpin, Kepribadian Indonesia ). Institusi negara selanjutnya adalah mengitegrasikan
sejumlah badan eksekutif seperti MPRS, DPRS, DPA, Depernas, dan Front Nasional dengan
tugas sebagai menteri dan ikut serta dalam sidang-sidang kabinet tertentu yang selanjutnya
ikut merumuskan kebijaksanaan pemerintahan dalam lembaga masing-masing.
 
Sebagai akibat dari dekrit presiden 5 Juli 1959, maka Indonesia menjalankan sistem
demokrasi terpimpin dan struktur ekonomi Indonesia menjurus pada sistem etatisme (segala-
galanya diatur oleh pemerintah). Dengan sistem ini, diharapkan akan membawa pada
kemakmuran bersama dan persamaan dalam sosial, politik,dan ekonomi (mengikuti Mazhab
Sosialisme). Akan tetapi, kebijakan-kebijakan ekonomi yang diambil pemerintah di masa ini
belum mampu memperbaiki keadaan ekonomi Indonesia, antara lain :
 
a)Devaluasi yang diumumkan pada 25 Agustus 1959 menurunkan nilai uang sebagai
berikut :Uang kertas pecahan Rp 500 menjadi Rp 50, uang kertas pecahan Rp 1000 menjadi
Rp 100, dan semua simpanan di bank yang melebihi 25.000 dibekukan.
b)Pembentukan Deklarasi Ekonomi (Dekon) untuk mencapai tahap ekonomi sosialis
Indonesia dengan cara terpimpin. Dalam pelaksanaannya justru mengakibatkan stagnasi bagi
perekonomian Indonesia. Bahkan pada 1961-1962 harga barang-baranga naik 400%.
c)Devaluasi yang dilakukan pada 13 Desember 1965 menjadikan uang senilai Rp 1000
menjadi Rp 1. Sehingga uang rupiah baru mestinya dihargai 1000 kali lipat uang rupiah lama,
tapi di masyarakat uang rupiah baru hanya dihargai 10 kali lipat lebih tinggi. Maka tindakan
pemerintah untuk menekan angka inflasi ini malah meningkatkan angka inflasi.
 
Kegagalan-kegagalan dalam berbagai tindakan moneter itu diperparah karena
pemerintah tidak menghemat pengeluaran-pengeluarannya. Pada masa ini banyak proyek-
proyek mercusuar yang dilaksanakan pemerintah, dan juga sebagai akibat politik konfrontasi
dengan Malaysia dan negara-negara Barat. Sekali lagi, ini juga salah satu konsekuensi dari
pilihan menggunakan sistem demokrasi terpimpin yang bisa diartikan bahwa Indonesia
berkiblat ke Timur (sosialis) baik dalam politik, eonomi, maupun bidang-bidang lain.
 
Berakhirnya Orde Lama

  Setelah turunnya presiden Soekarno dari tumpuk kepresidenan maka berakhirlah orde
lama. Kepemimpinan disahkan kepada jendral Soeharto mulai memegang kendali.
Pemerintahan dan menanamkan era kepemimpinanya sebagai orde baru konsefrasi
penyelenggaraan sistem pemerintahan dan kehidupan demokrasi menitikberatkan pada aspek
kestabilan politik dalam rangka menunjang pembangunan nasional. Untuk mencapai titik-titik
tersebut dilakukanlah upaya pembenahan sistem keanekaragaman dan format politik yang
pada prinsipnya mempunyai sejumlah sisi yang menonjol.yaitu;
 
1]adanya konsep difungsi ABRI

2]pengutamaan golonga karya

3]manifikasi kekuasaan di tangan eksekutif

4]diteruskannya sistem pengangkatan dalam lembaga-lembaga pendidikanpejabat

5]kejaksaan depolitisan khususnya masyarakat pedesaan melalui konsep masca


mengembang [flating mass]

6]karal kehidupan pers

Konsep difungsi ABRI pada masa itu secara inplisit sebelumnya sudah ditempatkan
oleh kepala staf angkatan darat, mayjen A.H. NASUTION tahun 1958 yaitu dengan konsep
jalan tengah prinsipnya menegaskan bahwa peran tentara tidak terbatas pada tugas
profesional militer belaka melainkan juga mempunyai tugas-tugas di bidang sosial politik.
Dengan konsep seperti inilah dimungkinkan dan bahkan menjadi semacam kewajiban jikalau
militer berpatisipasi dan bidang politik penerapan konjungsi ini menurut penafsiran militer
dan penguasa orde baru memperoleh landasan yuridis konstitusional di dalam pasal 2 ayat 1
UUD 1945 yang menegaskan majelis permusyawaratan rakyat.

A. Masa Orde Baru


Orde baru merupakan suatu penataan kembali kehidupan masyrakat, bagsa dan
Negara Indonesia yang didasarkan pada dasar Negara, yaitu Pancasila dan UUD 1945. Hal ini
dilakukan karena munculnya ancaman terhadap ideologi Pancasila yaitu peristiwa
pemberontakan Gerakan 30 September (G30S/PKI)
1. Latar Belakang Orde Baru
Orde-baru dilator belakangi oleh peristiwa kudeta yang dilakukan oleh Partai
Komunis Indonesia atau PKI terhadap kebijakan pemerintah saat ini. Hingga pada
tanggal 30 September 1965 terjadi penculikan beberapa Jendral TNI yang kemudian
disiksa, dan dibunuh oleh para pemberontak tersebut. Peristiwa penculikan dan
pembunuhan para Jendral TNI tersebut mengakibatkan munculnya reaksi besar
terhadap Partai Komunitas Indonesia (PKI) yang kemudian masyarakat dan TNI
melakukan penangkapan dan pembantaian terhadap para anggota PKI di berbagai
daerah di Indonesia.
Tepat tanggal 11 Maret 1966 Soekarno menandatangani SUPERSEMAR,
yang isinya Soekarno menyerahkan mandatnya kepada Soeharto sebagai presiden
Republik Indonesia. Akirnya pada tanggal 22 Februari 1967 Soeharto diangkat
menjadi presiden RI ke-2 secara resmi, yaitu melalui Ketetapan MPRS No. XV
/MPRS / 1966 dan sidang istimewa MPRS (Majelis Permusyawaratan Rakyat
Sementara)
2. Kebijakan Orde Baru
a. Kebijakan ekonomi
Kebijakan ekonomi pemerintahan Soekarno adalah mencanangkan program
Rencana Pembangunan Lima Tahun (REPELITTA) dan tahun 1984
Indonesia berhasil menjadi Negara dengan swasembada besar. Selai itu,
menciptakan program trilogy pembangunan dengan tujuannya adalah agar
ekonomi masyarakat merata diseluruh Indonesia.
b. Kebijakan politik
Pemerintah orde-baru melakukan pembubaran Partai Komunis Indonesia dan
organisasi-organisasi pendukungnya.pemerintah menyederhanakan partai
politik menjadi hanya 3 partai politik saja, yaitu Golkar, PDI, dan PPP.
Kebijakan lainnya adalah masuknya Irian Barat dan Timor Timur ke wilayah
Indonesia dan menggagas berdirian ASEAN dan beberapa kebijakan politik
luar negeri, seperti memperbaiki hubungan dengan Negara Malaysia serta
masuk Indonesia kembali menjadi anggota PBB.
c. Kebijakan sosial
1) Pencanangan program Keluarga Berencana (KB)
2) Program transmigrasi
3) Gerakan wajib belajar
4) Gerakan orang tua asuh
3. Kelebihan dan Kekurangan Orde Baru
a. Kelebihan orde baru
1) Tahun 1996 Gros Domestic Produk perkapita Indonesia
meningkat dari $70 menjadi $100.
2) Berhasil mencanangkan Program Keluarga Berencana (KB),
program wajib belajar dan gerakan nasional orang tua asuh.
3) Meningkatnya jumlah masyrakat yang bisa membaca dan
menulis.
4) Tingkat pengangguran mengalami penurunan.
5) Kebutuhan rakyat akan pangan, sandang, dan papan sudah cukup
terpenuhi.
6) Stabilitas dan keamanan Negara Indonesia meningkat.
7) Mewujudkan Rencana Pembangunan Lima Tahun (REPELITA).
8) Bekerjasama dengan Negara asing di bidang ekonomi dan
menerima pinjaman dana dari luar negeri.
b. Kekurangan masa orde baru
1) Terjadi korupsi besar-besaran di semua lapisan masyarakat.
2) Kekuasaan yang terus berkelanjutan tanpa adanya tanda-tanda
akan mundur.
3) Terjadi pengekangan kebebasan pers dan berpendapat.
4) Meningkatnya kesenjangan di masyrakat.
5) Pembangunan hanya berpusat di ibu kota.
6) Banyak terjadi pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) karena
pemerintah menganggap bahwa kekerasan dapat menyelesaikan
masalah.

B. Orde Reformasi
Pada masa reformasi, Pancasila sebagai reinterprestasi. Yaitu Pancasila harus selalu
di interprestasikan kembali sesuai dengan perkembangan zaman, berarti dalam
menginterprestasikannya harus relavan dan kontekstual dan harus sinkron atau sesuai dengan
kenyataan pada zaman saat itu. Karena saat ini debat tentang masih relavan atau tidaknya
Pancasila dijadikan ideologi masih kerap terjadi. Pancasila seakan tidak memiliki kekuatan
mempengaruhi dan menuntun masyarakat. Pancasila tidak lagi popular seperti pada masa lalu.
Pancasila banyak diselewengkan dianggap sebagai bagian dari pengalama buruk di masa lalu
dan bahkan ikut disalahkan dan menjadi sebab kehancuran.
Pancasila di masa reformasi tidak jauh bebeda dengan Pancasila di masa orde lama
dan orde baru, yaitu tetap ada tantangan yang harus dihadapi. Tantangan itu adalah KKN
yang merupakan masalah yang sangat besar dan sulit untuk di tuntaskan. Pada masa ini
korupsi benar-benar merajalela. Para pejabat Negara yang melakukan korupsi sudah tidak
malu lagi. Mereka justru merasa bangga, ditunjukkan saat pejabat itu keluar dari gedung KPK
dengan melambaikan tangan serta tersenyum seperti artis yang baru kenal. Selain KKN,
globalisasi menjadi racun bagi bangsa Indonesia kerena semakin lama ideologi Pancasila
tergerus oleh ideologi liberal dan kapitalis. Apalagi tantangan pada masa ini bersifat terbuka,
lebih bebas, dan nyata.
Pengertian reformasi secara umum adalah suatu gerakan untuk memformatkan ulang , menata
ulang atau menata kembali hal-hal yang menyimpang untuk dikembalikan pada format atau
bentuk semula, sesuai dengan nilai-nilai ideal yang dicita-citakan rakyat, yakni pancasila
sebagai consensus nasional.
Reformasi memiliki kondisi atau syarat-syarat sebagai berikut:
1. Gerakan reformasi terjadi akibat terjadinya penyimpangan pada era sebelumnya
yaitu orde baru dan orde lama. Berbagai sebab tersebut, bisa berupa distorsi
kebijakan (ketidaksesuaian atau kecocokan kebijakan) maupun hukum.
2. Gerakan reformasi harus dilakukan dengan semangat dan cita-cita yang
(berdaasarkan ideologis) tertentu, yakni Pancasila sebagai ideologi, dasar, dan
filsafat bangsa dan Negara Indonesia.
3. Gerakan reformasi dilakukan dengan berdasarkan kepada suatu kerangka struktur
tertentu ( dalam hal ini Undang-Undang Dasar 1945) sebagai kerangka acuan
reformasi.
4. Gerakan reformasi dilakukan kea rah suatu perubahan kondisi serta keadaan yang
lebih baik dalam segala aspek kehidupan bermasyrakat,berbangsa, dan bernegara,
yakni antara lain tatanan politik, ekonomi Indonesia, sosial, budaya, serta
kehidupan beragama.
5. Gerakan reformasi pada hakikatnya dilakukan dengan semangat mendekatkan
dari kondisi ideal nilai-nilai Pancasila yang memiliki prinsip sesuai ke-5 silanya.

2.

URGENSI PANCASILA DENGAN GIZI


URGENSI DEMOKRASI PANCASILA DALAM PELAKSANAAN

TUGAS DIBIDANG GIZI

Bumi pancasila itulah sebutan bagi negara Indonesia. Bisa kita katakan sebagai bumi

pancasila disebabkan tidak ada satu pun jalan kehidupan berbangsa dan bernegara yang sah di bumi

pertiwi indonesia kecuali sesuai dengan pancasila. Dijadikannya pancasila sebagai landasan ideal

bagi bangsa Indonesia dan ditempatkan teks pancasila dalam pembukaan UUD 1945, serta

diterapkan sistem demokrasi pancasila, menimbulkan dampak besar dalam seluruh aspek kehidupan

bangsa Indonesia termasuk dalam aspek kesehatan.

Demokrasi menurut bangsa Indonesia adalah kedaulatan ditangan rakyat. Pengertian lain

dari demokrasi Indonesia adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan / perwakilan, yang berdasarkan ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang adil

dan beradab, persatuan indonesia dan bertujuan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh

rakyat Indonesia.

Dalam konteks gizi yang dihubungkan dengan kesehatan, demokrasi diartikan sebagai

kedaulatan, kesejahteraan, serta  kesehatan itu ada ditangan orang itu sendiri ( rakyat).

Dr Husein Al Bajri Pendiri Rumah Sakit Holistik Internasional dalam bukunya mengatakan

bahwa “ Tubuh Anda Adalah Dokter Yang Terbaik “ beliau menjelaskan bahwa sehat itu dapat

diperoleh jika orang itu mempunyai keinginan untuk sehat dengan cara mengatur pola makan dan

berolahraga, selain itu beliau juga menyarankan  untuk tidak sering berkunjung ke dokter karena

anda adalah dokter yang paling istimewa. Berdasarkan konteks demokrasi diatas, maka demokrasi

pancasila yang didasarkan pada ketuhanan yang maha esa, kemanusian yang adil dan beradab,

persatuan Indonesia yang bertujuan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat

indonesia  merupakan cita – cita negara. Itu semua bermakna mewujudkan keadaan masyarakat

yang bersatu secara organik, dimana setiap anggota mempunyai kesempatan yang sama untuk

tumbuh dan berkembang serta belajar hidup pada kemampuan aslinya. Segala usaha diarahkan

kepada potensi rakyat, memupuk perwatakan dan peningkatan kualitas rakyat, sehingga
kesejahteraan tercapai secara merata dan pada akhirnya kesehatan yang optimal pun dapat

terpenuhi dari  berbagai cara, baik itu dari asupan makanan maupun melalui perawatan medis.

Demokrasi oleh banyak pihak, termasuk didalamnya petugas gizi meyakini bahwa demokrasi

pancasila merupakan suatu sistem kehidupan bermasyarakat yang dapat menjamin warga

masyarakat mencapai kehidupan yang sejahtera. Jika dihubungkan dengan bidang gizi, maka

demokrasi  merupakan suatu sistem kehidupan bermasyarakat yang dapat  menjamin pasien / klien

untuk mencapai kesehatan yang optimal dalam hubungannya dengan makanan. Sejalan dengan

keyakinan tersebut, dewasa ini banyak bangsa – bangsa di dunia, termasuk indonesia, tengah

melakukan perubahan menuju masyarakat demokratis.

Agar maksud dan tujuan penerapan demokrasi pancasila tercapai dalam hubungannya

dengan pelaksanaan tugas di bidang gizi , maka  nilai – nilai demokrasi pancasia atau pokok – pokok

etika tersebut selalu dihubungkan atau dikaitkan dengan kode etik ( etika ) yang berlaku dalam

profesi gizi yang merupakan sebagai acuan, sebagai sebuah nilai atau norma yang bersifat universal

dan merupakan bagian integral dalam praktik pelaksanaan tugas pokoknya. Disamping itu, selalu

diserasikan dan diselaraskan dengan nilai – nilai agama dan budaya yang berlaku dan berkembang di

masyarakat yang selalu dipelihara dan dijunjung tinggi bersama dalam kehidupan sosial.

Secara garis besar kode etik ( etika ) ahli gizi adalah berkewajiban untuk meningkatkan

keadaan gizi, kesehatan, kecerdasan, dan kesejahteraan rakyat, baik dalam lingkup institusi

pelayanan gizi atau dalam masyarakat umum. Hal ini merupakan bentuk kehidupan bermasyarakat,

bahwa setiap warga saling menerima dan memberikan dukungan maupun perlindungan.

Dalam ilmu agama, Allah menyatakan agar setiap orang saling tolong – menolong dalam

masalah kebajikan dan ketaqwaan, dan sebaliknya, melarang untuk saling berpartisipasi dalam soal

dosa dan permusuhan ( wa ta’awannu ‘ ala – birri wa al – taqwa, wa ala ta’awanu ‘ ala al itsmi wa

al udwan ).  Dengan kode etik inilah diharapkan dapat:


1.        Mewujudkan sikap jujur, peduli, memahami, mencintai, dan saling tolong menolong diantara

sesama. Sebagai contoh, jika dihubungkan dengan pelaksanaan tugas di bidang gizi bahwa petugas

gizi berkewajiban untuk berusaha meningkatkan keadaan gizi, kesehatan, kecerdasan, dan

kesejahteraan rakyat. Petugas gizi juga senantiasa menjalankan profesinya dengan bersikap jujur,

tulus, dan adil serta senantiasa menjaga kerahasiaan klien atau masyarakat yang dilayaninya, baik

ketika klien masih atau sudah tidak berada dalam pelayanannya, bahkan juga setelah klien

meninggal dunia.

2.        Mewujudkan pemerintah yang bersih, efisien dan efektif, serta menumbuhkan suasana demokratis

yang bertanggung jawab, tanggap akan aspirasi rakyat, siap melayani, menghargai perbedaan, tidak

diskriminasi, dan sedia menerima perbedaan yang lebih benar, serta menjunjung tinggi HAM dan

keseimbangan hak dan kewajiban dalam berkehidupan berbangsa.  Sebagai contoh jika dihubungkan

dengan pelaksanaan tugas di bidang gizi bahwa petugas gizi, dalam menjalankan profesinya,

senantiasa menghormati dan menghargai kebutuhan unit setiap klien yang dilayani dan peka

terhadap budaya, serta tidak melakukan diskriminasi dalam hal suku, agama, ras, ketidakmampuan,

jenis kelamin, usia, dan ahli gizi selalu mengaku salah bila memang salah, dan senantiasa

menunjukkan kerendahan hati untuk bersedia menerima pendapat orang lain jika memang

pendapat tersebut benar atau memiliki manfaat yang laus.

3.        Mencegah terjadinya praktek monopoli, kebijakan ekonomi yang mengarah pada perbuatan KKN,

diskriminasi, serta menghindari prilaku menghalalkan segala cara dalam memperoleh keuntungan.

Sebagai contoh jika dihubungkan dengan pelaksanaan tugas di bidang gizi bahwa petugas gizi  dalam

menjalankan profesinya, berkewajiban untuk tidak boleh dipengaruhi oleh kepentingan pribadi,

termasuk menerima uang selain imbalan yang layak sesuai dengan jasanya, meskipun dengan

sepengetahuan klien / masyarakat.

4.        Menciptakan iklim kondusif bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai contoh

jika dihubungkan dengan pelaksanaan tugas di bidang gizi bahwa petugas gizi berkewajiban untuk

senantiasa memajukan dan memperkaya pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan dalam

menjalankan profesinya sesuai perkembangan ilmu dan teknologi terkini serta selalu
memperbaharui pengetahuan dan keterampilannya dalam rangka meningkatkan kuantitas dan

kualitas pelayanan. Selain itu, ahli gizi harus mampu melakukan prediksi kejadian di masa yang akan

datang.

Dalam konteks gizi, salah satu upaya mengembangkan kultur demokratis di kalangan petugas

gizi ialah melalui penerapan pancasila dalam profesi gizi. Sebagai bangsa indonesia kita harus

mengakui pancasila merupakan pedoman bagi segala bentuk penyelenggaraan kehidupan berbangsa

dan bernegara di bumi pertiwi ini. Tetapi sebagai pandangan hidup adakah pancasila masih menjadi

kesatuan jiwa dan cara berpikir bangsa Indonesia termasuk didalam bagi petugas kesehatan. Nilai –

nilai pancasila kini telah tergerus oleh globalisasi yang selalu membawa karakter individualistik dan

liberal. Kita sebagai petugas kesehatan sekaligus sebagai bangsa Indonesia tidak lagi mampu

menjadikan Pancasila sebagai benteng untuk menahan arus globalisasi yang membawa dampak

kehidupan yang sejatinya bertentangan dengan pancasila dan nilai – nilai pancasila.

Persoalan – persoalan yang tak pernah kunjung selesai adalah bentuk persolan – persoalan

bangsa yang tak pernah kunjung selesai adalah bentuk lunturnya demokrasi Pancasila dari jiwa

bangsa Indonesia. Demokrasi pancasila pancasila yang mengandung arti bahwa suatu negara yang

pemerintahannya dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat  ( Democracy is Goverment of the

people, By the people and for the people ), terkadang diartikan oleh masyarakat sebagai suatu

negara yang pemerintahannya dari rakyat, oleh rakyat dan untuk penguasa bukan untuk rakyat.

Semua persoalan itu sejatinya adalah persoalan yang hanya membutuhkan satu solusi saja, yaitu

sebuah karakter sebagai identititas bangsa Indonesia. Sebuah karakter yang mampu menghantarkan

bangsa ini ke depan gerbang kesejahteraan, dan karakter itu bernama Pancasila.

Kini sebagai bangsa maupun sebagai petugas kesehatan kita terlalu sibuk memikirkan

bagaimanan pendapatan kita meningkat, produktivitas kerja meningkat dan bagaimana memperoleh

dan mempertahankan kekuasaan atau jabatan disebuah instansi atau perusahaan. Tapi kita tidak

pernah lagi berpikir bagaimana kita membumikan pancasila dihati anak bangsa, terutama di hati

para petugas kesehatan agar tidak ada lagi namanya KKN dan pada akhirnya mereka bisa tumbuh

sebagai pemegang tongkat estafet sebagai seorang pancasilais. Perhatian kita tersita oleh persoalan
– persoalan teknis yang sejatinya bisa diselesaikan secara mudah asal kita sebagai bangsa punya

pendirian bukan “ Seperti Air Di Daun Talas “

Demokrasi pancasila yang berdasarkan pada butiran – butiran sila pancasila kini hanya

dijadikan sebagai bacaan wajib dalam setiap upacara, bacaan dan hapalan wajib dalam setiap

jenjang pendidikan. Nilai – nilai yang seharusnya merupakan cerminan dari kehidupan masyarakat

Indonesia termasuk seharusnya merupakan cerminan oleh petugas kesehatan dalam menjalankan

tugasnya, tetapi kita dalam artian mahasiswa kesehatan yang bukan hanya mahasiswa gizi, namun

mahasiswa kesehatan lainnya, tidak pernah mewajibkan untuk menerapkan nilai – nilai pancasila

dan hanya menjadi sebuah materi pembelajaran yang harus dipelajari dan jika mata kuliah itu habis,

seakan – akan apa yang pernah dipelajari hanyalah khayalan belaka tanpa ada penerapan yang

berarti. Hal ini juga tidak diterapkan dalam dunia kesehatan, bukan hanya di bidang gizi, namun

disemua bidang kesehatan, dimana nilai – nilai yang terdapat dalam butiran pancasila hanyalah

sebuah bacaan, tetapi tidak ada penerapan yang bermakna. Saya selaku calon tenaga ahli gizi sering

berpendapat bahwa nilai – nilai pancasila yang terdapat dalam butiran pancasila hanyalah  “ butiran

debu “.

Untuk itu kita sebagai generasi penerus bangsa dan sebagai petugas gizi harus mampu

menerapkan nilai – nilai tersebut. Untuk dapat hal tersebut maka perlu adanya berbagai upaya yang

didukung oleh seluruh masyarakat Indonesia termasuk didalamnya para petugas gizi.

Pertanyaan yang sering muncul sampai sekarang di benak saya apakah kita belum menyadari

mengapa dulu para founding father menciptakan sistem demokrasi pancasila yang penerapannya

berdasarkan pada butiran – butiran sila pancasila ????????.

Sesungguhnya para founding father kita, sadar bahwa bangsa ini tidak akan pernah

tenggelam dan terkucilkan dari bangsa lain selama kita punya karakter sebagai identitas sebagai

bangsa. Meski kita hidup sebagai bangsa yang serba kekurangan. Sebab segala bentuk persoalan

teknis pasti dapat diselesaikan dengan bijak selagi kita berperang teguh pada nilai – nilai Pancasila.

Kini generasi bangsa telah mulai melupakan urgensi demokrasi Pancasila yang sebenarnya,  kita lebih

tertarik dengan kehidupan gaya barat yang hedonis dan individualistik. Kita tidak lagi memikirkan

jiwa keadilan sosial dan kesejahteraan sosial yang menjadi salah satu nilai pancasila.
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme kini telah menjadi kebiasaan, jika kita tidak mau berkata itu

telah menjadi budaya bangsa Indonesia dan menjadikan Indonesia peringkat ke lima terkorup di

dunia. Budaya KKN juga sudah sangat parah, seolah - olah KKN di Indonesia sudah merupakan

tradisi. Coba siapa yang bisa menyebutkan lembaga mana di Indonesia ini yang bebas dari KKN ?

bahkan untuk bisa bekerja sebagai pegawai negeri sipil maupun polisi kita bisa memberi suap

dengan jumlah tertentu.Kasus ini bukan hanya terjadi dalam bidang politik, ekonomi namun

terkadang terjadi dalam dunia kesehatan contoh kecilnya  adalah untuk menjadi PNS di instansi

kesehatan membutuhkan pengorbanan yang sangat luar biasa, mulai dari pengorbanan uang,

maupun mental dan terkadang hanyalah orang – orang yang ada hubungan keluarga dengan

penguasa di instansi tersebut yang bisa menjadi PNS di instansi tersebut. Hal ini membuktikan

bahwa masih tingginya sikap Nepotisme di negara kita.  Banyak hal – hal yang dulunya tabu kini telah

menjadi suatu hal yang bias, karena kita tidak lagi mau mengkaji dan mengimplementasikan nilai –

nilai Pancasila sebagai pandangan hidup yang bernilai filosofis dan sosiologis kini menjadi hal yang

perlu untuk menjadi kajian generasi bangsa. Penumbuhan kembali pancasila sebagai pandangan

hidup yang tersemayam dalam jiwa manusia Indonesia adalah hal yang mendesak dan persoalan

utama itu sebagai bangsa Indonesia. Jika kita tidak ingin ia hanya bernilai semantik belaka, dan

hanya slogan – slogan disetiap upacara, yang pada akhirnya kita hanya akan menjadi bangsa

yang Pengekor bukan Pelopor   ditengah globalisasi yang terus mewarnai dunia

Lalu apakah kita masih bangga dengan UUD dasar kita jika banyak pasal - pasal didalam

Undang - undang tersebut hanya sebagai formalitas belaka ? seperti contoh Pasal 27, pasal 31

sampai pasal 34 UUD 1945. Mungkin Indonesia harus berani mengganti sistem peekonomian dengan

sistem perekonomian komunis terencana yang dimana dengan sistem tersebut mengharuskan

pemerintah memiliki, mengelola dan menggunakan seluruh faktor produksi dan digunakan benar -

benar untuk kepentingan rakyat banyak. Namun, kepemilikan pemerintah atas faktor-faktor

produksi tersebut sifatnya hanya  sementara, ketika perekonomian masyarakat dianggap telah

matang, pemerintah harus mengembalikan hak atas faktor-faktor produksi itu kepada rakyatnya
Peringatan hari kemerdekaan Indonesia yang jatuh pada 17 Agustus 2012, yang bertepatan

dengan pelaksanaan ibadah puasa bagi umat muslim, terasa sekali hambarnya. Apakah hal ini hanya

kebetulan karena bertepatan dengan ibadah puasa yang sedang dilakukan sehingga sebagian umat

muslim membatasi kegiatannya termasuk dalam rangka perayaan hari kemerdekaan ini, termasuk

para petugas kesehatan yang kurang berperan aktif dalam merayakan hari kemerdekaan atau karena

hal lain yang lebih mengkhawatirkan yaitu rasa nasionalisme yang mulai tergerus. Untuk kedua

asumsi diatas, biarlah hati kita masing – masing yang menjawabnya, namun di era informasi saat ini

makna dari kemerdekaan itu sendiri tidak hanya s]ebatas caremonia atau uforia semata namun lebih

dari pada itu tepat lagi kalau arti dari kemerdekaan itu sendiri diimplementasikan dalam kehidupan

sehari – hari dimana masing – masing dari kita memiliki rasa kemerdekaaan yang memerdekakan,

baik memerdekakan hati kita dari belenggu individualisme yang saat ini menjangkiti hati masyarakat

kebanyakan atau kemerdekaan yang kita isi dengan cara memerdekakan orang lain disekeliling kita

yang secara sosial dan tingkat kehidupan jauh dari pada merdeka.

Kemerdekaan ini akan lebih bermakna saat kita bisa membuat masyarakat miskin ikut

merasakan kemerdekaan, dalam pelaksanaan tugas gizi, kemerdekaan ini akan bermakna saat kita

bisa membuat masyarakat mendapatkan kesehatan yang optimal melalui asupan makanan dalam

artian mereka merdeka dari rasa lapar, merdeka dari masalah gizi khususnya masalah gizi kurang

yang menjadi permasalahan utama dan paling utama di Indonesia,  merdeka dari diskriminatif,

merdeka dari pembodohan dan yang terpenting merdeka dari penindasan oknum pejabat, baik

pejabat politik, maupun pejabat di bidang kesehatan yang menggerogoti negeri ini sehingga

menimbulkan dampak kemiskinan dan kesulitan ekonomi, yang berimbas langsung pada masyarakat

bawah. Dalam konteks gizi kemiskinan dan kesulitan ekonomi merupakan salah satu faktor

penyebab terjadinya masalah gizi kurang. Oleh karena untuk mengatasi masalah ini, peran petugas

gizi sangatlah diperlukan untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, memiliki kesehatan yang

optimal.

Anda mungkin juga menyukai