Anda di halaman 1dari 24

Pancasila Dalam Kajian Sejarah : Era Pra Kemerdekaan,

Era Kemerdekaan, dan Era Orde Lama


MAKALAH TELAAH
PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH

Disusun Oleh :
Kelompok 1
Angelina Pinto Tontoiyo 220722603090
Asyifa Zahra Nur Anggraeni 220722600966
Kayla Nurhaliza 220722603565
Zunan Faruq Ardiansyah 220722600892

Offering G13

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
DEPARTEMEN GEOGRAFI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pancasila merupakan visi atau tujuan penyelenggaraan hidup berbangsa dan dan
bernegara di Indonesia, yaitu terwujudnya kehidupan yang menjunjung tinggi ketuhanan, nilai
kemanusiaan, kesadaran akan kesatuan, berkerakyatan, serta menjunjung tinggi nilai keadilan.
Pancasila yang saat ini kita kenal sebagai Ideologi bangsa Indonesia tentunya banyak
melewati kilas waktu sejarah bersama berdirinya bangsa ini. Pancasila lahir sebagai dasar
negara melalui rangkaian proses peristiwa panjang serta melalui banyak goncangan mulai
pada era pra kemerdekaan, era kemerdekaan, dan pada masa orde lama.
Pancasila yang lahir pada 1 Juni 1945 resmi ditetapkan sebagai dasar Negara
Indonesia dan terus digunakan hingga saat ini. Penerapannya berbeda-beda sesuai dengan
masa yang ada. Di setiap masa, Pancasila memiliki perkembangan dalam mengartikannya.
Dalam masa-masa tersebut, banyak hal yang belum relevan dalam penerapan nilai-nilai Luhur
Pancasila itu sendiri, oleh karena itu menarik rasanya mengkaji sekilas apa dan bagaimana
Pancasila dalam sejarah bangsa ini.
Pancasila memiliki peran penting dalam setiap era berdirinya NKRI hingga saat ini.
Pada masa pra kemerdekaan Pancasila hadir melalui proses penemuan jati diri bangsa yang
sudah ada, tumbuh dan berkembang pada masyarakat Indonesia. Penemuan Pancasila
mengingatkan kembali akan nilai nilai luhur bangsa Indonesia yang tertimbun oleh penjajahan
bangsa lain.
Pada masa kemerdekaan, Pancasila hadir sebagai penengah pandangan politik yang
netral, dimana pada saat itu banyak berbagai golongan ingin menerapkan berbagai ideologi
yang cocok untuk bangsa ini. Namun para perumus dasar negara menetapkan pancasila
sebagai dasar Negara Republik Indonesia dikarenakan ideologi inilah yang sesuai dengan
masyarakat Indonesia. Sedangkan pada masa Orde Lama, yaitu
Pada masa kekuasaan Presiden Soekarno, Pancasila mengalami ideologisasi. Artinya,
Pancasila berusaha untuk dibangun, dijadikan sebagai keyakinan dan kepribadian bangsa
Indonesia. Maka dari itu menyadari betapa panjang dan hebatnya sejarah pancasila dari era
satu ke era yang lainnya maka makalah telaah ini dibuat dengan tujuan untuk dijadikan
sebagai rujukan pengetahuan bagi masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara
pada era pra kemerdekaan ?
1.2.2 Bagaimana latar belakang penghapusan sila pertama Pancasila
dari Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat islam
bagi pemeluk - pemeluknya menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa ?
1.2.3 Mengapa Ir. Soekarno menolak dirinya disebut sebagai pencipta pancasila?
1.2.4 Apa hubungan penerapan UUD 1945 oleh Dekrit Presiden
dengan lengsernya Ir. Soekarno pada masa orde lama?
BAB II
TELAAH

2.1 Proses Perumusan Pancasila Sebagai Dasar Negara


Pada Era Pra Kemerdekaan
oleh : Angelina Pinto Tontoiyo

Berdasarkan Buku Pendidikan Pancasila Dirjen Dikti Tahun 2013.


Pada 29 Mei 1945 Dr. Radjiman wediodiningrat selaku Ketua Badan Penyelidik
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia ( BPUPKI ) meminta kepada sidang untuk
mengemukakan dasar negara Indonesia. Setelah sekian lamanya bumi pertiwi ini
mengalami penjajahan, menyebabkan bangsa Indonesia kehilangan arah untuk
menentukan dasar negara. BPUPKI melaksanakan sidang pertama
pada 29 Mei - 1 Juni 1945. Mr. Muhammad Yamin berturut-turut tampil untuk
berpidato dengan mengusulkan calon rumusan dasar negara Indonesia sebagai berikut :

1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat

Selanjutnya, pada 30 Mei 1945 Prof. Dr. Soepomo mengemukakan teori-teori Negara,
yaitu :

1. Teori negara perseorangan ( individualis )


2. Paham negara kelas
3. Paham negara integralistik

Kemudian, pada tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno mengusulkan 5 dasar, yaitu :

1. Nasionalisme ( kebangsaan Indonesia )


2. Internasionalisme ( peri kemanusiaan )
3. Mufakat ( demokrasi )
4. Kesejahteraan sosial
5. Ketuhanan Yang Maha Esa

Pada tanggal yang sama, yakni 1 Juni 1945 Ir. Soekarno juga menawarkan
kemungkinan lain selain lima sila dari dasar negara apabila ada yang tidak menyukai
bilangan lima alternatif yang ditawarkan oleh Ir. Soekarno pada saat itu adalah :

Tri Sila : Socio-nationalisme, Socio democratie dan Ke-Tuhanan

Eka Sila : Gotong Royong

Akan tetapi, yang akhirnya terpilih dan lahir pada tanggal 1 Juni adalah Pancasila.
Setelah sidang pertama BPUPKI dilaksanakan, terjadi perbedaan pendapat oleh
anggota BPUPKI. Elit Nasionalis Muslim di BPUPKI mengusulkan Islam sebagai
dasar Negara. Akhirnya, dengan kesadaran yang dalam, terjadilah kompromi politik
antara Nasionalis Netral agama dengan Nasionalis Muslim untuk menyepakati
Piagam Jakarta ( 22 Juni 1945 ) yang berisi tujuh kata, yaitu :
“...dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”
diganti menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Jika dibandingkan dengan Buku Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan


Tinggi (2015). Rumusan tentang konsep dasar negara Pancasila yg disampaikan pada
sidang pertama membuktikan tokoh-tokoh diatas memiliki peran yang besar dalam
proses perumusan dasar negara Indonesia. Semua usul yang diusulkan masip berupa
usulan yang sifatnya pribadi. Maka, oleh karena itu Dr. Radjiman wediodiningrat
selaku ketua BPUPKI diminta agar usulan-usulan tersebut diajukan kembali secara
tertulis paling lambat 20 Juni 1945 diserahkan kepada BPUPKI dan dibentuklah
kepanitiaan yang diberi nama “panitia kecil” atau Panitia 8. Susunan anggota Panitia
Kecil ( panitia 8 ) adalah :
1. Ir. Soekarno, sebagai ketua
2. Drs. Moh. Hatta, sebagai anggota
3. M. Soetardjo Kartohadikoesoemo, anggota
4. K.H. Wahid Hasyim, anggota
5. Ki Bagoes Hadikoesoemo, anggota
6. Rd. Otto Iskandardinata, anggota
7. Mr. Mohammad Yamin, anggota
8. Mr. Alfred Andre Maramis, anggota

Panitia 8 melakukan pertemuan pada 22 Juni 1945 yang ketika saat itu dihadiri oleh
38 anggota. Pada saat itu Ir. Soekarno menegaskan bahwa pertemuan tersebut adalah
sebagai “Rapat pertemuan antara panitia kecil dengan anggota Dokuritsu Junbi
Choosakai dan menghasilkan 9 pokok permasalahan, yaitu :
1. Permintaan agar Indonesia merdeka dengan selekas-lekasnya
2. Tentang masalah dasar negara
3. Masalah unifikasi dan federasi
4. Bentuk pemerintahan dan kepala negara
5. Tentang warga negara
6. Masalah pemerintah di daerah
7. Masalah agama dan hubungannya dengan negara
8. Masalah perbedaan
9. Masalah keuangan

Disamping adanya rapat pertemuan antara panitia kecil dengan anggota Dokuritsu
Junbi Choosakai, berhasil lah dibentuk panitia kecil lainnya yang dikenal dengan
nama “Panitia 9” dengan 9 orang anggota yaitu :

1. Ir. Soekarno, ketua


2. Drs. Moh. Hatta, anggota
3. Mr. Mohammad Yamin, anggota
4. Mr. Achmad Soebardjo, anggota
5. Mr. Alfred Andre Maramis, anggota
6. Abdoel Kahar Moezakkir, anggota
7. K.H. Wahid Hasyim, anggota
8. Abikoesno Tjokrosoejoso, anggota
9. Agoes Salim, anggota

Panitia 9 berhasil memperoleh jalan yang berkaitan dengan Dasar Negarayang


dibentuk dalam suatu “Rancangan Pembukaan Hukum Dasar” kemudian disebut
dengan “Piagam Jakarta” oleh Mr. Moh Yamin, yang didalamnya berisi perumusan
Dasar Negara yang terdiri atas lima sila, yaitu :
1. Ke-Tuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat islam
bagi pemeluk-pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
Dalam permusyawaratan-perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Kemudian, Piagam Jakarta ini diserahkan kepada panitia 8 untuk dilaporkan dalam
sidang kedua BPUPKI yaitu sidang pleno pada tanggal 10 - 16 Juli 1945.

Lalu, jika dibandingkan dengan Modul Pendidikan Pancasila ( 2020 ). Pada


masa persidangan pertama dilaksanakan dalam 4 hari dimulai dari tanggal 29 Mei
1945 - 1 Juni 1945. sebelum Ir. Soekarno berpidato pada 1 Juni ada lebih dari 30
tokoh yang terlebih dahulu menyampaikan pandangannya. Pertama, Mr. Mohammad
yamin yang menyampaikan rumusan terdiri dari 5 dasar, yaitu :
1. Peri kebangsaan
2. Peri kemanusiaan
3. Peri ketuhanan
4. Peri kerakyatan
5. Peri kesejahteraan
Namun, rumusan tersebut mengalami perubahan saat beliau menyampaikan rumusan
secara tertulis menjadi :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kebangsaan persatuan Indonesia
3. Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Pada tanggal 30 Mei 1945 tepatnya pada hari kedua Ki Bagoes Hadikoesoemo dan
K.H. Wahid Hasyim mengusulkan agar ajaran Islam menjadi dasar negara Indonesia,
namun mereka tidak menyertakan rumusan sebagai tindak lanjutan-nya.
Pada hari ketiga ada tokoh yang menjadi pembicara utama yaitu Prof. Mr. Soepomo.
Beliau menyampaikan lima dasar negara, yaitu :
1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan lahir dan batin
4. Musyawarah
5. Keadilan rakyat

Dilanjutkan pada hari terakhir pada persidangan pertama adalah Ir. Soekarno dengan
usulan berisikan 5 sila, yaitu :
1. Kebangsaan - Nasionalisme
2. Peri kemanusiaan - Internasionalisme
3. Mufakat - Democratie
4. Keadilan sosial
5. Ketuhanan Yang Maha Esa

Menindak lanjuti hasil dari para tokoh maka dibentuklah Panitia 8 yang bertugas
untuk menampung seluruh usulan - usulan yang telah disampaikan. Panitia 8 dihadiri
oleh 38 anggota BPUPKI. Dan dari rapat gabungan tersebut, berhasil membentuk
panitia 9 yang diketuai oleh Ir. Soekarno dan beranggotakan 9 orang.
Panitia 9 berhasil menyususn suatu “Rancangan Pembukaan Hukum Dasar”
Yang kemudia disebut “Piagam Jakarta, ( Jakarta Charter )” oleh Mr. Moh. Yamin
dan disebut “Gentlemen Agreement” oleh Soekiman. Perumusan dasar negara terdiri
dari 5 sila, yaitu :
1. Ke Tuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat islam
bagi pemeluk-pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Sedangkan, jika di bandingkan dengan Buku Pendidikan Pancasila Dan
Kewarganegaraan ( 2015 ). Pada tanggal 29 Mei 1945 - 1 Juni 1945 sidang pertama
dilaksanakan selama empat hari berturut-turut. Pada sidang yang tersebut, tokoh yang
tampil berturut - turut untuk mengemukakan rumusan dasar negara ialah :

1. Mr. Muh. Yamin pada tanggal 29 Mei 1945


2. Prof. Soepomo pada tanggal 31 Mei 1945
3. Ir. Soekarno pada tanggal 1 juni 1945

Lalu pada tanggal 10 - 16 Juli 1945, sidang kedua BPUPKI dimulai. Akan tetapi,
sebelum dimulainya sidang kedua, pada Badan Penyelidik terjadi penambahan enam
anggota baru yaitu :
1. Abdul Fatah Hasan
2. Asikin Natanegara
3. Soerjo Hamidjojo
4. Muhammad Noor
5. Besari
6. Abdul Kaffar

Selain itu, Ir. Soekarno sebagai Ketua Panitia Kecil memberikan laporan tentang hasil
pertemuan yang dilakukan sejak 1 Juni. Dalam laporan tersebut, berisikan bahwa pada
22 Juni 1945, Ir. Soekarno mengadakan pertemuan antara Panitia Kecil dan anggotan
Badan Penyelidik. Anggota yang hadir di dalam pertemuan itu berjumlah 38, yaitu
para anggota yang bertempat tinggal di Jakarta dan anggota penyelidik yang
merangkap menjadi anggota Tituoo Sangi In dari luar Jakarta.

Menurut saya, proses perumusan Pancasila sebagai dasar Negara pada era pra
kemerdekaan adalah hal yang sangat tidak mudah untuk dilakukan. Pemikiran hebat
dari tokoh perjuangan yang sangat matang dan serius dalam menyusun Dasar negara
Indonesia membuat rakyat Indonesia memiliki pedoman hidup bermasyarakat hingga
saat ini. Sudah sebagaimana mestinya kita sebagai generasi muda penerus bangsa,
mampu menjaga nama baik Pancasila dan negara Indonesia serta mengamalkan nilai -
nilai pancasila dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara serta jangan
sampai terjerumus pada ideologi yang salah.
2.2 latar belakang penghapusan sila pertama Pancasila
dari Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi
pemeluk - pemeluknya menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa
Oleh : Asyifa Zahra Nur Anggraeni

Menurut buku Pendidikan Pancasila Dirjen Dikti tahun 2013, pada tanggal
16 Agustus 1945 golongan tua dan golongan muda melakukan perundingan untuk
merumuskan proklamasi kemerdekaan lalu pada tanggal 17 Agustus 1945
terbentuklah isi proklamasi kemerdekaan yang didalamnya termuat hal hal yang
disesuaikan dengan Piagam Jakarta tanggal 22 juni 1945 yang dicetuskan oleh
Mohammad Yamin. Piagam ini sendiri berisi mengenai dasar pembentukan Negara
Republik Indonesia. Namun sebelum disahkah oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus
1945 terjadi penghapusan sila pertama yang seharusnya di piagam Jakarta tertulis
ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk pemeluknya
diganti menjadi ketuhanan yang maha esa.

Jika dibandingkan dengan jurnal Penghapusan Tujuh Kalimat dalam


Piagam Jakarta tahun 2016, bahwa pada tanggal 10 juli 1945 Ir. Soekarno
melakukan sidang dengan beberapa pihak islam dan pihak kebangsaan dari Ir.
Soekarno sendiri dan meyakinkan mereka bahwa Piagam Jakarta adalah rumusan
terbaik. Namun pada kenyataaaan para wakil katolik dan Kristen menganggap bahwa
kalimat yang ada pada piagam Jakarta mengandung diskrimasi terhadap mereka
golongan minoritas dan jika sila pertama ini tetap tidak dirubah maka mereka
mengancam untuk hidup di luar Republik Indonesia dengan kata lain memisahkan diri
dari bangsa Indonesia. Akhirnya pada tanggal 18 Agustus1945 diputuskan untuk
menghapus sila pertama yang seharusnya di piagam Jakarta tertulis ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk pemeluknya diganti menjadi
ketuhanan yang maha esa.

Jika dibandingkan dengan video yang diunggah di youtube dengan judul


Dibalik hilangnya 7 kata yang mengandung syariat islam dalam Piagam Jakarta,
yakni Pada tanggal 22 Juni 1945 Panitia Sembilan yang dibentuk oleh BPUPKI
menghasilkan rumusan dasar negara yang dikenal dengan Piagam Jakarta (Jakarta
Charter). Piagam Jakarta inilah yang menjadi cikal bakal Pembukaan UUD 1945.
Namun Piagam Jakarta ini hanya bertahan dalam waktu 56 hari saja dan bertepatan
dengan sehari setelah hari kemerdekaan yakni pada tanggal 18 agustus 1945 7 kata
yang mengandung syariat islam diganti dengan ketuhanan yang maha esa dikarenakan
banyaknya pertimbangan seperti masih adanya kaum kaum yang menganut agama
lain yang seharusnya diakui juga bukan hanya agama islam yang hanya dijadikan
acuan dasar negara, para tokoh juga takut jika tujuh kata ini tetap dilanjutkan maka
akan terjadi konflik yang berkepanjangan antara kaum islam dan kaum penganut
agama lainnya.

Jika dibandingkan dengan artikel CNN tahun 2021 dengan judul Sejarah
Kemenag dan 7 kata yang dihapus dalam Piagam Jakarta bahwa pada saat itu
Johannes Latuharhary, Sam Ratulangi dan I.G. Ketoet Poedja sebagai perwakilan
anggota non muslim mengusulkan agar tujuh kata itu dihapus. Sebab, tujuh kata itu
dianggap kurang mengakui keberadaan pemeluk agama dan kepercayaan di luar
Islam. Namun, beberapa golongan muslim seperti Ki Bagoes Hadikoesoemo ingin
tujuh kata itu tetap ada. Akhirnya perdebatan terjadi dan Moh. Hatta berusaha
mencarikan solusi dengan cara mendekati anggota islam dan berupaya agar 7 kata
dalam piagam Jakarta bisa dihapus dan diganti, tidak hanya beliau saja tetapi Kasman
Singodimedjo juga turut serta dalam meyakinkan anggota islam agar mau merubah isi
piagam Jakarta karena menurutnya persatuan bangsa adalah prioritas utama yang
harus direalisasikan secara bersama.
Setelah ditinjau dari berbagai sumber maka dapat disimpulkan menurut saya latar
belakang yang menyebabkan peristiwa penghapusan sila pertama yang berbunyi
Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk pemeluknya
menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa yang ada pada Piagam Jakarta dikarenakan
berbagai pertimbangan yang sangat mendukung yaitu :

1. Adanya protes atau keluhan dari pihak golongan non muslim karena menurut
pandangan mereka sila pertama pada piagam Jakarta terkesan mendiskriminasi
golongan minoritas di Indonesia.
2. Adanya ancaman dari golongan non muslim untuk memisahkan diri dari bangsa
Indonesia.
3. Kekhawatiran dari para tokoh yang berkuasa pada masa itu dikarenakan masalah
perdebatan ini cukup sengit dan memicu sebuah konflik serta perpecahan bangsa.

Oleh karena itu penghapusan 7 kata dalam piagam Jakarta merupakan tindakan
yang sangat tepat apalagi Indonesia adalah Negara yang memiliki berbagai macam
agama, suku, bangsa yang seharusnya semuanya diakui dan tidak hanya dilihat dari
kaum mayoritas saja
2.3 Latar belakang Ir. Soekarno Menolak Dirinya Disebut Sebagai
Pencipta Pancasila
Oleh : Kayla Nurhaliza

Menurut buku Dirjen Dikti tahun 2006, Ir. Soekarno mengatakan bahwa
beliau bukanlah yang menciptakan pancasila. Namun, menurut buku, beliau
mengutipnya dari berbagai sumber yang sudah ada di masa-masa kerajaan Indonesia
pada masa lampau. Seperti contohnya, kerajaan kutai yang telah menerapkan nilai-
nilai sosial politik dan ketuhanan dalam bentuk kerajaan. Contoh lainnya juga diambil
dari perkembangan kerajaan sriwijaya yang memiliki nilai-nilai kemasyarakatan dan
ekonomi yang terjalin satu sama lain. Selain itu, Ir. Soekarno juga mengatakan bahwa
sebenar-benarnya, pancasila merupakan pemberian Tuhan yang Maha Esa.
Namun, apabila dibandingkan dengan buku Pancasila, Demokrasi &
pencegahan Korupsi tahun 2016, Ir. Soekarno menggali nilai-nilai yang ada di
dalam negeri tempat beliau lahir. Menurut pernyataan Ir. Soekarno sendiri, akan sulit
apabila menggali nilai yang bukan berasal dari negeri sendiri karena perbedaan
budaya dan dasar hukum yang ada.
Jika dibandingkan lagi dengan buku Spiritualisme Pancasila tahun 2019,
menyatakan bahwa, Nilai-nilai Pancasila berasal dari negara Indonesia sendiri. Nilai-
nilai ketuhanan (keimanan kepada Tuhan dikembangkan dan lahirlah toleransi) nilai-
nilai kemanusiaan yang adil dan beradab. Nilai-nilai pancasila dijadikan landasan
bangsa Indonesia oleh para pemimpin bangsa menjelang lahirnya Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Apabila dibandingkan lagi dengan buku Memahami Pancasila tahun 2019, Ir.
Soekarno memaparkan bahwa, pancasila merupakan suara hati rakyat Indonesia pada
masa itu. Menurutnya, penggalian nilai-nilai pancasila berdasarkan pada kenyataan
kehidupan masyarakat Indonesia sehingga dasar Negara yang
Dihasilkan merupakan sebuah identitas masyarakat Indonesia sendiri. Proses
penggalian itulah yang membuktikan bahwa pancasila bukanlah hal yang baru,
melainkan sebuah rekonstruksi dari nilai-nilai yang sudah ada dan telah dipraktikkan
sejak lama oleh rakyat Indonesia.
Menurut saya, setelah meninjau dari berbagai sumber, pancasila memang
sudah ada sejak masa kerajaan di Indonesia. pancasila sendiri adalah ternyata hasil
dari realita bangsa Indonesia dan suara-suara rakyat. Maka dari itu, sebagai bangsa
Indonesia, kita sudah seharusnya mengamalkan ke-lima pancasila, karena yang
sebenarnya menciptakan pancasila adalah kita sendiri.
2.4 Hubungan Antara Aenerapan Pancasila dan UUD1945 oleh
Dekrit Presiden Dengan Peristiwa Lengsernya Ir. Soekarno Pada
Masa Orde Lama
Oleh : Zunan Faruq Ardiansyah

Menurut Buku Dirjen Dikti tahun 2013, kembalinya Undang-Undang Dasar


1945 dilatar belakangi oleh kegagalan badan konstituante dalam merumuskan dasar
negara, terdapat dua arus pandangan besar yang memilih UUD1945 dengan versi
Piagam Jakarta ataukah UUD1945 seperti bagaimana yang telah dirumuskan PPKI.
Pada akhirnya badan konstituante yang bertugas dalam merancang dasar negara
tersebut dibubarkan dan diambil alih oleh presiden. Ir. Soekarno memilih Undang-
Undang Dasar 1945 dengan Pancasila yang telah ditetapkan PPKI melalui dekrit
presiden 5 Juli 1959. Pada saat itu Ir. Soekarno mengajak dan memberi tafsiran
melalui pidatonya yang berjudul “Penemuan Kembali Revolusi Kita” bahwa kita
perlu terus memupuk Pancasila dan UUD1945. Akan tetapi Pancasila juga menjadi
titik balik bagi pemerintahan orde lama, beberapa aliran politik yang menginginkan
lengsernya Ir. Soekarno menggunakan Pancasila sebagai senjata untuk meruntuhkan
kekuasaan beliau. Golongan politik yang berpaham antikomunis menyatakan dirinya
sebagai kekuatan Pancasila yang lebih murni dengan menolak atheisme komunis.
Perselisihan antara aliran antikomunis dengan komunis menjadi salah satu faktor
berakhirnya orde lama.

Sedangkan menurut jurnal PPKn dan Hukum Vol.13 yang berjudul


“PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA INDONESIA SERTA
PERKEMBANGAN IDEOLOGI PANCASILA PADA MASA ORDE LAMA,
ORDE BARU DAN ERA REFORMASI” Pada masa Orde Lama, yaitu pada masa
kekuasaan Presiden Soekarno, Pancasila mengalami ideologisasi. Artinya, Pancasila
berusaha untuk dibangun, dijadikan sebagai keyakinan dan kepribadian bangsa
Indonesia. Pada masa ini, Pancasila dipahami berdasarkan paradigma yang
berkembang pada situasi dunia yang ketika itu diliputi oleh kekacauan dan kondisi
sosial-budaya berada di dalam suasana transisi dari masyarakat terjajah menjadi
masyarakat merdeka. Persatuan rakyat Indonesia mulai mendapatkan tantangan
dengan munculnya upaya-upaya untuk mengganti Pancasila sebagai dasar negara
dengan paham komunis oleh PKI melalui pemberontakan di Madiun pada tahun 1948.
Selain itu, ada juga DI/TII yang ingin mendirikan negara berdasarkan ajaran Islam.
Pada periode 1956 sampai 1965 dikenal sebagai demokrasi pemimpin. Akan tetapi,
demokrasi justru tidak berada pada kekuasaan rakyat yang merupakan nilai-nilai
Pancasila, kepemimpinan berada pada kekuasaan pribadi Presiden Soekarno melalui
“Dekrit Presiden”. Oleh karena itu, terjadilah berbagai penyimpangan penafsiran
terhadap Pancasila dalam konstitusi. Akibatnya, Presiden Soekarno menjadi presiden
yang otoriter, mengangkat dirinya menjadi presiden dengan masa jabatan seumur
hidup. Selain itu, terjadinya politik konfrontasi karena digabungkannya nasionalis,
agama, dan komunis, yang ternyata tidak cocok dengan konsep Negara Indonesia.
Dalam mengimplementasikan Pancasila, Presiden Soekarno melaksanakan
pemahaman Pancasila dengan paradigma yang disebut dengan USDEK. Untuk
mengarahkan perjalanan bangsa, beliau menekankan pentingnya memegang teguh
UUD1945, sosialisme ala Indonesia, demokrasi terpimpin, ekonomi terpimpin, dan
kepribadian nasional. Akan tetapi, hasilnya adalah terjadinya rencana kudeta oleh PKI
dan lengsernya Presiden Soekarno dari jabatannya.

Sedangkan menurut Jurnal Kebijakan Pemerintahan Vol. 1, No 2. Yang


berjudul “KONSEP DAN IMPLEMENTASI IDEOLOGI PANCASILA DALAM
PERUMUSAN KEBIJAKAN PEMERINTAHAN”, hanya menjelaskan bahwa di
masa orde lama banyak ketidak cocokan penerapan nilai-nilai Pancasila. Meskipun
dalam dekrit presiden memutlakkan UUD1945 dengan Pancasila, akan tetapi
penerapannya tidak sesuai. Mulai dari pengangkatan Ir. Soekarno menjadi presiden
seumur hidup dan ketidak cocokan politik NASAKOM, karena paham komunis
dianggap atheis sehingga berlawanan dengan sila pertama yakni Ketuhanan Yang
Maha Esa.

Menurut saya, pada masa orde lama memanglah saat Ideologisasi Pancasila
dimana paham Pancasila mulai menyerap kepada rakyat, hasil itu tidak lepas dari Ir.
Soekarno yang berani menerapkan dan menggaung-gaungkan Pancasila sebagai dasar
negara. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu penerapan Pancasila itu sendiri menuai
banyak penyimpangan, ditambah banyaknya golongan yang kecewa karena Pancasila
dengan versi piagam Jakarta tidak disahkan oleh Presiden karena dalam Dekrit
Presiden yang disahkan adalah UUD1945 dengan Pancasila versi PPKI.
Penyimpangan Pancasila oleh para pemimpin bangsa semakin dijadikan bahan bakar
oleh segelintir orang yang ingin Ir. Soekarno lengser dari jabatannya, hingga
puncaknya pada peristiwa G30S PKI. Ditetapkanya Pancasila oleh dekrit presiden
sukses menjadi tujuan besar bangsa Indonesia dan masyarakat telah objektif menilai
itu, buktinya adalah lengsernya Ir. Soekarno karena otoriternya serta masyarakat
menilai beliau telah banyak menyimpang dari Pancasila.
BAB III
ANALISIS KASUS

3.1 Analisis Kasus Penolakan Gereja di Cilegon, Imparsial Minta


Kepala Daerah Tak Diskriminasi Kelompok Minoritas

Kasus “Kasus Penolakan Gereja di Cilegon” telah tayang di


https://nasional.kompas.com/read/2022/09/11/15143501/kasus-penolakan-gereja-di-
cilegon-imparsial-minta-kepala-daerah-tak
Indonesia merupakan Negara yang memiliki Dasar Negara yakni Pancasila. Kasus
Penolakan Gereja di Cilegon ini sangat bertentangan dengan Nilai Pancasila yang
pertama, yaitu Ke-Tuhanan Yang Maha Esa.
Sebagai Negara yang Ber-Ketuhanan dan membebaskan rakyatnya untuk memilih
kepercayaan, peristiwa di Cilegon tidak mencerminkan adanya Toleransi dalam
bermasyarakat. Sebagaimana disebutkan pada Artikel tersebut bahwa penolakan
gereja tersebut didasarkan oleh Perjanjian Bupati Serang Ronggo Waluyo dengan PT
Krakatau Steel pada 1975.
Isi dari perjanjian tersebut adalah tentang perizinan berdirinya PT Krakatau Steel
yang diikuti dengan tidak diperbolehkannya pendirian gereja di kawasan tersebut.

3.2 Tanggapan Kelompok Kami Mengenai Kasus

Menrut kami, Indonesia Sebagai Negara yang Ber-Ketuhanan dan


membebaskan rakyatnya untuk memilih kepercayaan seharusnya tidak ada
pengistimewaan terhadap suatu kelompok dan membedakan Hak kelompok minoritas.
Mereka berhak untuk membangun gereja yang jelas kegunaannya untuk beribadah.
Sebagai masyarakat yang hidup di Negara yang memiliki Dasar Negara Pancasila kita
harus menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari - hari contohnya
mengamalkan sila pertama dengan mecerminkan sikap Toleransi, Dengan tidak
mendiskriminasi kelompok-kelompok tertentu.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pada 29 Mei 1945 Dr. Radjiman wediodiningrat selaku Ketua Badan


Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia ( BPUPKI ) meminta kepada
sidang untuk mengemukakan dasar negara Indonesia. Setelah sekian lamanya bumi
pertiwi ini mengalami penjajahan, menyebabkan bangsa Indonesia kehilangan arah
untuk menentukan dasar negara. BPUPKI melaksanakan sidang pertama
pada 29 Mei - 1 Juni 1945. Mr. Muhammad Yamin berturut-turut tampil untuk
berpidato dengan mengusulkan calon rumusan dasar negara Indonesia sebagai berikut :

1 Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat

Selanjutnya, pada 30 Mei 1945 Prof. Dr. Soepomo mengemukakan teori-teori Negara,
yaitu :

1. Teori negara perseorangan ( individualis )


2. Paham negara kelas
3. Paham negara integralistik

Kemudian, pada tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno mengusulkan 5 dasar, yaitu :

1. Nasionalisme ( kebangsaan Indonesia )


2. Internasionalisme ( peri kemanusiaan )
3. Mufakat ( demokrasi )
4. Kesejahteraan sosial
5. Ketuhanan Yang Maha Esa

Pada tanggal yang sama, yakni 1 Juni 1945 Ir. Soekarno juga menawarkan
kemungkinan lain selain lima sila dari dasar negara apabila ada yang tidak menyukai
bilangan lima alternatif yang ditawarkan oleh Ir. Soekarno pada saat itu adalah :

Tri Sila : Socio-nationalisme, Socio democratie dan Ke-Tuhanan

Eka Sila : Gotong Royong

Akan tetapi, yang akhirnya terpilih dan lahir pada tanggal 1 Juni adalah Pancasila.
Setelah sidang pertama BPUPKI dilaksanakan, terjadi perbedaan pendapat oleh
anggota BPUPKI. Elit Nasionalis Muslim di BPUPKI mengusulkan Islam sebagai
dasar Negara. Akhirnya, dengan kesadaran yang dalam, terjadilah kompromi politik
antara Nasionalis Netral agama dengan Nasionalis Muslim untuk menyepakati
Piagam Jakarta ( 22 Juni 1945 ) yang berisi tujuh kata, yaitu :
“...dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”
diganti menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Pada tanggal 16 Agustus 1945 golongan tua dan golongan muda melakukan
perundingan untuk merumuskan proklamasi kemerdekaan lalu pada tanggal 17
Agustus 1945 terbentuklah isi proklamasi kemerdekaan yang didalamnya termuat hal
hal yang disesuaikan dengan Piagam Jakarta tanggal 22 juni 1945 yang dicetuskan
oleh Mohammad Yamin. Piagam ini sendiri berisi mengenai dasar pembentukan
Negara Republik Indonesia. Namun sebelum disahkah oleh PPKI pada tanggal 18
Agustus 1945 terjadi penghapusan sila pertama yang seharusnya di Piagam Jakarta
Ir. Soekarno mengatakan bahwa beliau bukanlah yang menciptakan pancasila.
Namun, menurut buku, beliau mengutipnya dari berbagai sumber yang sudah ada di
masa-masa kerajaan Indonesia pada masa lampau. Seperti contohnya, kerajaan kutai
yang telah menerapkan nilai-nilai sosial politik dan ketuhanan dalam bentuk kerajaan.
Contoh lainnya juga diambil dari perkembangan kerajaan sriwijaya yang memiliki
nilai-nilai kemasyarakatan dan ekonomi yang terjalin satu sama lain. Selain itu, Ir.
Soekarno juga mengatakan bahwa sebenar-benarnya, pancasila merupakan pemberian
Tuhan yang Maha Esa.
Undang-Undang Dasar 1945 dilatar belakangi oleh kegagalan badan
konstituante dalam merumuskan dasar negara, terdapat dua arus pandangan besar
yang memilih UUD1945 dengan versi Piagam Jakarta ataukah UUD1945 seperti
bagaimana yang telah dirumuskan PPKI. Pada akhirnya badan konstituante yang
bertugas dalam merancang dasar negara tersebut dibubarkan dan diambil alih oleh
presiden. Ir. Soekarno memilih Undang-Undang Dasar 1945 dengan Pancasila yang
telah ditetapkan PPKI melalui dekrit presiden 5 Juli 1959. Pada saat itu Ir. Soekarno
mengajak dan memberi tafsiran melalui pidatonya yang berjudul “Penemuan Kembali
Revolusi Kita” bahwa kita perlu terus memupuk Pancasila dan UUD1945. Akan tetapi
Pancasila juga menjadi titik balik bagi pemerintahan orde lama, beberapa aliran
politik yang menginginkan lengsernya Ir. Soekarno menggunakan Pancasila sebagai
senjata untuk meruntuhkan kekuasaan beliau. Golongan politik yang berpaham
antikomunis menyatakan dirinya sebagai kekuatan Pancasila yang lebih murni dengan
menolak atheisme komunis. Perselisihan antara aliran antikomunis dengan komunis
menjadi salah satu faktor berakhirnya orde lama.

4.2 Saran

Mempelajari peran pancasila dalam sejarah dan proses perumusan pancasila


sangat penting untuk dipahami banyak masyarakat. Kita sebagai generasi penerus
bangsa sudah sepatutnya untuk menjaga nama baik Pancasila sebagai Dasar dan
Identitas Negara. Dengan mengamalkan nilai - nilai Pancasila dalam kehidupan sehari
- hari. Semoga dengan dibuatnya makalah ini bisa menjadi sumber belajar yang
bermanfaat bagi masyarakat.
DARTAR RUJUKAN

Direktorat Pembelajaran Dan Kemahasiswaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi


Departemen Pendidikan Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia ( 2013 )
( di akses pada 6 September 2022 )

Buku Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi (2015)


oleh Drs. H. M.Alwi Kaderi M.Pd.I
( di akses pada 8 September 2022 )

Modul Pendidikan Pancasila ( 2020 )


Di Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
( di akses pada 8 September 2022 )

Buku Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ( 2015 )


Oleh Dr. Asep Sulaiman, M.Pd.
( di akses pada 10 September 2022 )

Jurnal Penghapusan Tujuh Kalimat dalam Piagam Jakarta tahun 2016


https://ejournal.inaifas.ac.id/index.php/Mabahits/article/download/764/434
( di akses pada 8 September 2022 )

Dibalik hilangnya 7 kata yang mengandung syariat islam dalam Piagam Jakarta
https://youtu.be/awuicJMhVZA
( di akses pada 8 September 2022 )

Artikel CNN tahun 2021


“Sejarah Kemenag dan 7 kata yang dihapus dalam Piagam Jakarta”
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20211025102232-20-711826/sejarah-
kemenag-dan-7-kata-yang-dihapus-di-piagam-jakarta
( di akses pada 8 September 2022 )

Pancasila, Demokrasi & pencegahan Korupsi, Achmad Ubaedillah, 2016


( di akses pada 9 September 2022 )

Spiritualisme Pancasila, Heri Herdiawanto, Fokky Fuad Wasitaatmadja, Jumanta


Hamdayama, 2019
( di akses pada 10 September 2022 )

Memahami Pancasila, Fais Yonas Bo'a, Retna Wardani, 2019


( di akses pada 10 September 2022 )

Jurnal Kebijakan Pemerintahan Vol. 1, No 2.


“KONSEP DAN IMPLEMENTASI IDEOLOGI PANCASILA DALAM
PERUMUSAN KEBIJAKAN PEMERINTAHAN”
( diakses pada 10 September 2022 )

Jurnal PPKn dan Hukum Vol.13


“PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA INDONESIA SERTA
PERKEMBANGAN IDEOLOGI PANCASILA PADA MASA ORDE LAMA,
ORDE BARU DAN ERA REFORMASI”
( di akses pada 10 September 2022 )

Artikel kompas.com yang berjudul


“ Penolakan Gereja di Cilegon, Imparsial Minta Kepala Daerah Tak Diskriminasi
Kelompok Minoritas”
https://nasional.kompas.com/read/2022/09/11/15143501/kasus-
penolakan-gereja-di-cilegon-imparsial-minta-kepala-daerah-tak

Anda mungkin juga menyukai