Disusun Oleh :
Kelompok 1
Angelina Pinto Tontoiyo 220722603090
Asyifa Zahra Nur Anggraeni 220722600966
Kayla Nurhaliza 220722603565
Zunan Faruq Ardiansyah 220722600892
Offering G13
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat
Selanjutnya, pada 30 Mei 1945 Prof. Dr. Soepomo mengemukakan teori-teori Negara,
yaitu :
Kemudian, pada tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno mengusulkan 5 dasar, yaitu :
Pada tanggal yang sama, yakni 1 Juni 1945 Ir. Soekarno juga menawarkan
kemungkinan lain selain lima sila dari dasar negara apabila ada yang tidak menyukai
bilangan lima alternatif yang ditawarkan oleh Ir. Soekarno pada saat itu adalah :
Akan tetapi, yang akhirnya terpilih dan lahir pada tanggal 1 Juni adalah Pancasila.
Setelah sidang pertama BPUPKI dilaksanakan, terjadi perbedaan pendapat oleh
anggota BPUPKI. Elit Nasionalis Muslim di BPUPKI mengusulkan Islam sebagai
dasar Negara. Akhirnya, dengan kesadaran yang dalam, terjadilah kompromi politik
antara Nasionalis Netral agama dengan Nasionalis Muslim untuk menyepakati
Piagam Jakarta ( 22 Juni 1945 ) yang berisi tujuh kata, yaitu :
“...dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”
diganti menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Panitia 8 melakukan pertemuan pada 22 Juni 1945 yang ketika saat itu dihadiri oleh
38 anggota. Pada saat itu Ir. Soekarno menegaskan bahwa pertemuan tersebut adalah
sebagai “Rapat pertemuan antara panitia kecil dengan anggota Dokuritsu Junbi
Choosakai dan menghasilkan 9 pokok permasalahan, yaitu :
1. Permintaan agar Indonesia merdeka dengan selekas-lekasnya
2. Tentang masalah dasar negara
3. Masalah unifikasi dan federasi
4. Bentuk pemerintahan dan kepala negara
5. Tentang warga negara
6. Masalah pemerintah di daerah
7. Masalah agama dan hubungannya dengan negara
8. Masalah perbedaan
9. Masalah keuangan
Disamping adanya rapat pertemuan antara panitia kecil dengan anggota Dokuritsu
Junbi Choosakai, berhasil lah dibentuk panitia kecil lainnya yang dikenal dengan
nama “Panitia 9” dengan 9 orang anggota yaitu :
Kemudian, Piagam Jakarta ini diserahkan kepada panitia 8 untuk dilaporkan dalam
sidang kedua BPUPKI yaitu sidang pleno pada tanggal 10 - 16 Juli 1945.
Dilanjutkan pada hari terakhir pada persidangan pertama adalah Ir. Soekarno dengan
usulan berisikan 5 sila, yaitu :
1. Kebangsaan - Nasionalisme
2. Peri kemanusiaan - Internasionalisme
3. Mufakat - Democratie
4. Keadilan sosial
5. Ketuhanan Yang Maha Esa
Menindak lanjuti hasil dari para tokoh maka dibentuklah Panitia 8 yang bertugas
untuk menampung seluruh usulan - usulan yang telah disampaikan. Panitia 8 dihadiri
oleh 38 anggota BPUPKI. Dan dari rapat gabungan tersebut, berhasil membentuk
panitia 9 yang diketuai oleh Ir. Soekarno dan beranggotakan 9 orang.
Panitia 9 berhasil menyususn suatu “Rancangan Pembukaan Hukum Dasar”
Yang kemudia disebut “Piagam Jakarta, ( Jakarta Charter )” oleh Mr. Moh. Yamin
dan disebut “Gentlemen Agreement” oleh Soekiman. Perumusan dasar negara terdiri
dari 5 sila, yaitu :
1. Ke Tuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat islam
bagi pemeluk-pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Sedangkan, jika di bandingkan dengan Buku Pendidikan Pancasila Dan
Kewarganegaraan ( 2015 ). Pada tanggal 29 Mei 1945 - 1 Juni 1945 sidang pertama
dilaksanakan selama empat hari berturut-turut. Pada sidang yang tersebut, tokoh yang
tampil berturut - turut untuk mengemukakan rumusan dasar negara ialah :
Lalu pada tanggal 10 - 16 Juli 1945, sidang kedua BPUPKI dimulai. Akan tetapi,
sebelum dimulainya sidang kedua, pada Badan Penyelidik terjadi penambahan enam
anggota baru yaitu :
1. Abdul Fatah Hasan
2. Asikin Natanegara
3. Soerjo Hamidjojo
4. Muhammad Noor
5. Besari
6. Abdul Kaffar
Selain itu, Ir. Soekarno sebagai Ketua Panitia Kecil memberikan laporan tentang hasil
pertemuan yang dilakukan sejak 1 Juni. Dalam laporan tersebut, berisikan bahwa pada
22 Juni 1945, Ir. Soekarno mengadakan pertemuan antara Panitia Kecil dan anggotan
Badan Penyelidik. Anggota yang hadir di dalam pertemuan itu berjumlah 38, yaitu
para anggota yang bertempat tinggal di Jakarta dan anggota penyelidik yang
merangkap menjadi anggota Tituoo Sangi In dari luar Jakarta.
Menurut saya, proses perumusan Pancasila sebagai dasar Negara pada era pra
kemerdekaan adalah hal yang sangat tidak mudah untuk dilakukan. Pemikiran hebat
dari tokoh perjuangan yang sangat matang dan serius dalam menyusun Dasar negara
Indonesia membuat rakyat Indonesia memiliki pedoman hidup bermasyarakat hingga
saat ini. Sudah sebagaimana mestinya kita sebagai generasi muda penerus bangsa,
mampu menjaga nama baik Pancasila dan negara Indonesia serta mengamalkan nilai -
nilai pancasila dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara serta jangan
sampai terjerumus pada ideologi yang salah.
2.2 latar belakang penghapusan sila pertama Pancasila
dari Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi
pemeluk - pemeluknya menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa
Oleh : Asyifa Zahra Nur Anggraeni
Menurut buku Pendidikan Pancasila Dirjen Dikti tahun 2013, pada tanggal
16 Agustus 1945 golongan tua dan golongan muda melakukan perundingan untuk
merumuskan proklamasi kemerdekaan lalu pada tanggal 17 Agustus 1945
terbentuklah isi proklamasi kemerdekaan yang didalamnya termuat hal hal yang
disesuaikan dengan Piagam Jakarta tanggal 22 juni 1945 yang dicetuskan oleh
Mohammad Yamin. Piagam ini sendiri berisi mengenai dasar pembentukan Negara
Republik Indonesia. Namun sebelum disahkah oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus
1945 terjadi penghapusan sila pertama yang seharusnya di piagam Jakarta tertulis
ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk pemeluknya
diganti menjadi ketuhanan yang maha esa.
Jika dibandingkan dengan artikel CNN tahun 2021 dengan judul Sejarah
Kemenag dan 7 kata yang dihapus dalam Piagam Jakarta bahwa pada saat itu
Johannes Latuharhary, Sam Ratulangi dan I.G. Ketoet Poedja sebagai perwakilan
anggota non muslim mengusulkan agar tujuh kata itu dihapus. Sebab, tujuh kata itu
dianggap kurang mengakui keberadaan pemeluk agama dan kepercayaan di luar
Islam. Namun, beberapa golongan muslim seperti Ki Bagoes Hadikoesoemo ingin
tujuh kata itu tetap ada. Akhirnya perdebatan terjadi dan Moh. Hatta berusaha
mencarikan solusi dengan cara mendekati anggota islam dan berupaya agar 7 kata
dalam piagam Jakarta bisa dihapus dan diganti, tidak hanya beliau saja tetapi Kasman
Singodimedjo juga turut serta dalam meyakinkan anggota islam agar mau merubah isi
piagam Jakarta karena menurutnya persatuan bangsa adalah prioritas utama yang
harus direalisasikan secara bersama.
Setelah ditinjau dari berbagai sumber maka dapat disimpulkan menurut saya latar
belakang yang menyebabkan peristiwa penghapusan sila pertama yang berbunyi
Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk pemeluknya
menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa yang ada pada Piagam Jakarta dikarenakan
berbagai pertimbangan yang sangat mendukung yaitu :
1. Adanya protes atau keluhan dari pihak golongan non muslim karena menurut
pandangan mereka sila pertama pada piagam Jakarta terkesan mendiskriminasi
golongan minoritas di Indonesia.
2. Adanya ancaman dari golongan non muslim untuk memisahkan diri dari bangsa
Indonesia.
3. Kekhawatiran dari para tokoh yang berkuasa pada masa itu dikarenakan masalah
perdebatan ini cukup sengit dan memicu sebuah konflik serta perpecahan bangsa.
Oleh karena itu penghapusan 7 kata dalam piagam Jakarta merupakan tindakan
yang sangat tepat apalagi Indonesia adalah Negara yang memiliki berbagai macam
agama, suku, bangsa yang seharusnya semuanya diakui dan tidak hanya dilihat dari
kaum mayoritas saja
2.3 Latar belakang Ir. Soekarno Menolak Dirinya Disebut Sebagai
Pencipta Pancasila
Oleh : Kayla Nurhaliza
Menurut buku Dirjen Dikti tahun 2006, Ir. Soekarno mengatakan bahwa
beliau bukanlah yang menciptakan pancasila. Namun, menurut buku, beliau
mengutipnya dari berbagai sumber yang sudah ada di masa-masa kerajaan Indonesia
pada masa lampau. Seperti contohnya, kerajaan kutai yang telah menerapkan nilai-
nilai sosial politik dan ketuhanan dalam bentuk kerajaan. Contoh lainnya juga diambil
dari perkembangan kerajaan sriwijaya yang memiliki nilai-nilai kemasyarakatan dan
ekonomi yang terjalin satu sama lain. Selain itu, Ir. Soekarno juga mengatakan bahwa
sebenar-benarnya, pancasila merupakan pemberian Tuhan yang Maha Esa.
Namun, apabila dibandingkan dengan buku Pancasila, Demokrasi &
pencegahan Korupsi tahun 2016, Ir. Soekarno menggali nilai-nilai yang ada di
dalam negeri tempat beliau lahir. Menurut pernyataan Ir. Soekarno sendiri, akan sulit
apabila menggali nilai yang bukan berasal dari negeri sendiri karena perbedaan
budaya dan dasar hukum yang ada.
Jika dibandingkan lagi dengan buku Spiritualisme Pancasila tahun 2019,
menyatakan bahwa, Nilai-nilai Pancasila berasal dari negara Indonesia sendiri. Nilai-
nilai ketuhanan (keimanan kepada Tuhan dikembangkan dan lahirlah toleransi) nilai-
nilai kemanusiaan yang adil dan beradab. Nilai-nilai pancasila dijadikan landasan
bangsa Indonesia oleh para pemimpin bangsa menjelang lahirnya Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Apabila dibandingkan lagi dengan buku Memahami Pancasila tahun 2019, Ir.
Soekarno memaparkan bahwa, pancasila merupakan suara hati rakyat Indonesia pada
masa itu. Menurutnya, penggalian nilai-nilai pancasila berdasarkan pada kenyataan
kehidupan masyarakat Indonesia sehingga dasar Negara yang
Dihasilkan merupakan sebuah identitas masyarakat Indonesia sendiri. Proses
penggalian itulah yang membuktikan bahwa pancasila bukanlah hal yang baru,
melainkan sebuah rekonstruksi dari nilai-nilai yang sudah ada dan telah dipraktikkan
sejak lama oleh rakyat Indonesia.
Menurut saya, setelah meninjau dari berbagai sumber, pancasila memang
sudah ada sejak masa kerajaan di Indonesia. pancasila sendiri adalah ternyata hasil
dari realita bangsa Indonesia dan suara-suara rakyat. Maka dari itu, sebagai bangsa
Indonesia, kita sudah seharusnya mengamalkan ke-lima pancasila, karena yang
sebenarnya menciptakan pancasila adalah kita sendiri.
2.4 Hubungan Antara Aenerapan Pancasila dan UUD1945 oleh
Dekrit Presiden Dengan Peristiwa Lengsernya Ir. Soekarno Pada
Masa Orde Lama
Oleh : Zunan Faruq Ardiansyah
Menurut saya, pada masa orde lama memanglah saat Ideologisasi Pancasila
dimana paham Pancasila mulai menyerap kepada rakyat, hasil itu tidak lepas dari Ir.
Soekarno yang berani menerapkan dan menggaung-gaungkan Pancasila sebagai dasar
negara. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu penerapan Pancasila itu sendiri menuai
banyak penyimpangan, ditambah banyaknya golongan yang kecewa karena Pancasila
dengan versi piagam Jakarta tidak disahkan oleh Presiden karena dalam Dekrit
Presiden yang disahkan adalah UUD1945 dengan Pancasila versi PPKI.
Penyimpangan Pancasila oleh para pemimpin bangsa semakin dijadikan bahan bakar
oleh segelintir orang yang ingin Ir. Soekarno lengser dari jabatannya, hingga
puncaknya pada peristiwa G30S PKI. Ditetapkanya Pancasila oleh dekrit presiden
sukses menjadi tujuan besar bangsa Indonesia dan masyarakat telah objektif menilai
itu, buktinya adalah lengsernya Ir. Soekarno karena otoriternya serta masyarakat
menilai beliau telah banyak menyimpang dari Pancasila.
BAB III
ANALISIS KASUS
4.1 Kesimpulan
1 Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat
Selanjutnya, pada 30 Mei 1945 Prof. Dr. Soepomo mengemukakan teori-teori Negara,
yaitu :
Kemudian, pada tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno mengusulkan 5 dasar, yaitu :
Pada tanggal yang sama, yakni 1 Juni 1945 Ir. Soekarno juga menawarkan
kemungkinan lain selain lima sila dari dasar negara apabila ada yang tidak menyukai
bilangan lima alternatif yang ditawarkan oleh Ir. Soekarno pada saat itu adalah :
Akan tetapi, yang akhirnya terpilih dan lahir pada tanggal 1 Juni adalah Pancasila.
Setelah sidang pertama BPUPKI dilaksanakan, terjadi perbedaan pendapat oleh
anggota BPUPKI. Elit Nasionalis Muslim di BPUPKI mengusulkan Islam sebagai
dasar Negara. Akhirnya, dengan kesadaran yang dalam, terjadilah kompromi politik
antara Nasionalis Netral agama dengan Nasionalis Muslim untuk menyepakati
Piagam Jakarta ( 22 Juni 1945 ) yang berisi tujuh kata, yaitu :
“...dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”
diganti menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Pada tanggal 16 Agustus 1945 golongan tua dan golongan muda melakukan
perundingan untuk merumuskan proklamasi kemerdekaan lalu pada tanggal 17
Agustus 1945 terbentuklah isi proklamasi kemerdekaan yang didalamnya termuat hal
hal yang disesuaikan dengan Piagam Jakarta tanggal 22 juni 1945 yang dicetuskan
oleh Mohammad Yamin. Piagam ini sendiri berisi mengenai dasar pembentukan
Negara Republik Indonesia. Namun sebelum disahkah oleh PPKI pada tanggal 18
Agustus 1945 terjadi penghapusan sila pertama yang seharusnya di Piagam Jakarta
Ir. Soekarno mengatakan bahwa beliau bukanlah yang menciptakan pancasila.
Namun, menurut buku, beliau mengutipnya dari berbagai sumber yang sudah ada di
masa-masa kerajaan Indonesia pada masa lampau. Seperti contohnya, kerajaan kutai
yang telah menerapkan nilai-nilai sosial politik dan ketuhanan dalam bentuk kerajaan.
Contoh lainnya juga diambil dari perkembangan kerajaan sriwijaya yang memiliki
nilai-nilai kemasyarakatan dan ekonomi yang terjalin satu sama lain. Selain itu, Ir.
Soekarno juga mengatakan bahwa sebenar-benarnya, pancasila merupakan pemberian
Tuhan yang Maha Esa.
Undang-Undang Dasar 1945 dilatar belakangi oleh kegagalan badan
konstituante dalam merumuskan dasar negara, terdapat dua arus pandangan besar
yang memilih UUD1945 dengan versi Piagam Jakarta ataukah UUD1945 seperti
bagaimana yang telah dirumuskan PPKI. Pada akhirnya badan konstituante yang
bertugas dalam merancang dasar negara tersebut dibubarkan dan diambil alih oleh
presiden. Ir. Soekarno memilih Undang-Undang Dasar 1945 dengan Pancasila yang
telah ditetapkan PPKI melalui dekrit presiden 5 Juli 1959. Pada saat itu Ir. Soekarno
mengajak dan memberi tafsiran melalui pidatonya yang berjudul “Penemuan Kembali
Revolusi Kita” bahwa kita perlu terus memupuk Pancasila dan UUD1945. Akan tetapi
Pancasila juga menjadi titik balik bagi pemerintahan orde lama, beberapa aliran
politik yang menginginkan lengsernya Ir. Soekarno menggunakan Pancasila sebagai
senjata untuk meruntuhkan kekuasaan beliau. Golongan politik yang berpaham
antikomunis menyatakan dirinya sebagai kekuatan Pancasila yang lebih murni dengan
menolak atheisme komunis. Perselisihan antara aliran antikomunis dengan komunis
menjadi salah satu faktor berakhirnya orde lama.
4.2 Saran
Dibalik hilangnya 7 kata yang mengandung syariat islam dalam Piagam Jakarta
https://youtu.be/awuicJMhVZA
( di akses pada 8 September 2022 )