Anda di halaman 1dari 100

Pendidikan

Review Materi
Pancasila
Dosen : Dr. Bagus Wahyudino, SH., MH
Nama : Sri Yulia
NPM : 21001064

Start to Presentation
BUKU 1
MODUL PANCASILA POLTEKES KEMENKES 2020

Start to Presentation
Pancasila Dan
Lambangnya
Ketuhanan yang maha esa

Kemanusiaan yg adil & beradab

Persatuan Indonesia

Kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat


kebijaksaan dalam permusyawaratan
perwakilan

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia


Fenomena Permasalahan Bangsa

Indonesia adalah bangsa yang majemuk dengan berbagai


perbedaan.
Nilai-nilai Pancasila yang causa materialisnya adalah bangsa
Indonesia sendiri yang memang majemuk dalam adat kebiasaan,
kebudayaan dan dalam agamanya ternyata mulai tergerus dalam
perkembangan zaman yang bergerak begitu cepat.
Pancasila yang sudah dihimpun oleh para pendiri bangsa sebagai
dasar ideologi dan kepribadian bangsa, secara operasional, realitas di
masyarakat mulai memudar.
Persoalan Bangsa Yang Merusak Pancasila

1. Korupsi. 2. Kesenjangan sosial. 3. Degradasi moral.


adalah penyelewengan atau sekelompok orang yang adalah kemerosotan atau
penyalahgunaan uang membentuk sebuah sistem lunturnya nilai dan moral
negara semi tertutup dan semi
terbuka

4. Perilaku merusak
lingkungan. 5. Masalah penegakan
adalah tindakan orang yang hukum yang
menimbulkan perubahan berkeadilan
langsung atau tidak
langsung
Tujuan Pendidikan Pancasila

1. Agar memiliki kemampuan untuk mengambil sikap bertanggung jawab sesuai hati
nuraninya
2. Agar memiliki kemampuan untuk mengenali masalah hidup dan kesejahteraan serta
cara-cara pemecahannya
3. Agar mampu mengenali perubahan-perubahan dan perkembangan ilmu
pengetahuan teknologi dan seni
4. Agar mampu memaknai peristiwa sejarah dan nilai-nilai budaya bangsa untuk
menggalang persatuan indonesia
Sejarah Perjalanan
Pancasila di Era Pra
Kemerdekaan dan Era
Kemerdekaan
Kapan istilah “Indonnesia”
digunakan?
Sejarah mengenai asal mula Negara ini memakai nama Indonesia tercantum
dalam judul artikel
“Tentang Nama Indonesia” di buku “Mohammad Hatta: Politik, Kebangsaan,
Ekonomi (1927-1977).
Perjalanan Pemakaian Nama
Indonesia
Nama Indonesia Penggunaan secara
dipopulerkan Nasional

1850 1884 1924 1928 1945

Nama Indonesia pertama Pemakaian nama Nama Indonesia resmi


kali muncul Indonesia dimulai digunakan
Sejarah Pancasila Sebagai Dasar Filsafat Negara
1. Bangsa Indonesia sebagai asal mula bahan (causa materialis), terdapat dalam adat kebiasaan,
kebudayaan dan dalam agama-agamanya.

2. Seorang anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI),


yaitu Bung Karno yang kemudian bersama-sama Bung Hatta menjadi Pembentuk

3. Sejumlah sembilan orang, di antaranya kedua beliau tersebut, semuanya anggota BPUPKI, yang
terdiri atas golongan-golongan kebangsaan dan agama, dengan menyusun rencana Pembukaan
Undang-undang dasar 1945

4. (PPKI) sebagai asal mula karya (causa effisien), yaitu yang menjadikan Pancasila sebagai dasar
filsafat Negara, sebelum ditetapkan oleh PPKI baru ada Pancasila sebagai calon dasar filsafat
Negara.
ai-nilai Pancasila di Zaman Kerajaan-kerajaan

Nilai-nilai keagamaan, agama Hindu dan Budha, hidup berdampingan secara damai. Salah satu
wilayah kekuasaannya, Pasai telah memeluk agama Islam. Hal tersebut menggambarkan adanya
sikap toleransi dalam beragama. Dari segi persatuan, dapat dikaji dari “Sumpah Palapa” yang
diucapkan oleh Patih Gajah Mada. Dalam hubungan dengan negara lain Raja Hayam Wuruk
senantiasa mengadakan hubungan dengan baik, misalnya dengan kerajaan Tiongkok, Ayodya,
Champa dan Kamboja. Dari segi nilai-nilai politik dan nilai musyawarah raja Hayam Wuruk telah
memiliki penasehat di bidang pemerintahan (Kaderi, 2015)
Zaman Penjajahan Belanda

Portugis dan Spanyol, kemudian diikuti Belanda dan Inggris mencari jalur pelayaran ke Timur
sebagai upaya menemukan pusat rempah-rempah. Pada saat itu, Eropa didominasi oleh para
pedagang Islam, diawali dengan jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki Usmani. Tujuan
penjelajahan Bangsa Barat bukan hanya mencari keuntungan melalui perdagangan rempah-rempah
tetapi ada tujuan lain yang dikenal 3G (Gold, Glory, Gospel).
Kebangkitan Nasional sebagai Titik Tolak
Kebangkitan Bangsa

Kumpulan Pelajar Indonesia di Belanda mendirikan Indische Vereeniging (IV) tahun 1908
merupakan pembuka jalan bagi kebangkitan nasional (Latif, 2012). IV kemudian berubah menjadi
Perhimpunan Indonesia (PI) pada 1924, salah satu tokohnya yaitu Moh. Hatta. Tanggal 20 Mei 1908
lahir suatu Gerakan Kebangkitan Nasional di tanah air yang dipelopori oleh dr. Wahidin Sudirohusodo
dengan organisasi Budi Utomo.
Gema Sumpah Pemuda

Moh. Yamin menyatakan dengan tegas bahwa bangsa Indonesia dilahirkan


pada
a 28 Oktober 1928 (Ali, 2012).
Puncak Gerakan kebangkinan nasional adalah ketika para pemuda dari
berbagai kelompok dan daerah memunculkan Sumpah Pemuda pada tanggal 28
Oktober 1928, yang isinya yakni ikrar bertanah air satu, berbangsa satu, berbahasa
satu: Indonesia.
Sumpah Pemuda tercetus dalam Kongres Pemuda II tanggal 28 Oktober 1928.
Namun dua tahun sebelumnya telah dilakukan Kongres Pemuda I mulai tanggal 30
April hingga 2 Mei 1926 (Sudibyo, 1989).
Naskah Sumpah Pemuda

a
Zaman Penjajahan Jepang

Penjajahan Jepang lebih kejam dan menyengsarakan rakyat Indonesia, tetapi


program-program kemiliterannya memberi ruang penempaan nasionalisme Indonesia
a
(Latif, 2012). Untuk memperoleh simpati dan dukungan dari bangsa Indonesia, maka
pada tanggal 29 April 1945 dibentuklah suatu Badan Penyelidik Usaha-Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritsu Junbi Choosakai. Badan
tersebut kemudian dilantik pada tanggal 28 Mei 1945 dengan tugas pokoknya adalah
melakukan penyelidikan terhadap usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia.
Sidang BPUPKI

Sidang I Sidang II
Dilaksanakan mulai tanggal 29 mei 1945 -
Berlangsung mulai tanggal 10 juli 1945 - 16
1 juni 1945, (4 hari). Tokoh pertama yang
juli 1945 (7 hari). Dengan inti pembahasan
tampil untuk menyampaikan konsep
UUD negara indonesia. Sidang memutuskan
dasar negara adalah mr. Mohammad
hal-hal berikut; 1. Pernyataan Indonesia
yamin. Dalam pidatonya beliau telah
merdeka. 2.Pembukaan undang-undang
menyampaikan rumusan yang terdiri ata
dasar (disepakati dari piagam jakarta), dan
lima dasar, yaitu:Peri kebangsaan, Peri
3. Undang-undang dasar (batang tubuhnya).
kemanusiaan, Peri ketuhanan, Peri
kerakyatan dan Peri kesejahteraan
PPKI dan Proklamasi Kemerdekaan
Puncak perjuangan bangsa Indonesia adalah dideklarasikannya Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, hari Jumat jam 10.00 WIB bertepatan dengan bulan
Ramadhan, bertempat di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta.
Sidang PPKI
Dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus 1945. Putusan-putusan penting yang dihasilkan:

1. Mengesahkan Undang-Undang Dasar Negara (UUD 1945) yang terdiri atas


Pembukaan dan
Batang Tubuh. Naskah Pembukaan berasal dari Piagam Jakarta dengan sejumlah
perubahan. Batang Tubuh juga berasal dari rancangan BPUPKI dengan sejumlah
perubahan pula.

2. Memilih Presiden dan Wakil Presiden yang pertama (Soekarno dan Hatta).

3. Membentuk Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang anggota intinya adalah
mantan anggota PPKI ditambah tokoh-tokoh masyarakat dari banyak golongan.
Komite ini dilantik 29 Agustus 1945 dengan ketua Mr. Kasman Singodimedjo.
(Nurwardani, dkk, 2016).
Sejarah Perjalanan Pancasila
di Era Orde Lama, Era Orde
Baru dan Era Reformasi
Sejarah Perjalanan
Pancasila
ERA ORDE ERA ORDE ERA
LAMA BARU REFORMASI

Merupakan Era orde baru Pemilu


periode berada di bawah terselenggara
pemerintahan pimpinan jenderal pasca reformasi
presiden soekarno soeharto yang adalah Pemilu
pada tahun 1945 diberi kekuasaan 1999, 2004, 2009,
Sampai tahun lewat supersemar. 2014 dan 2019.
1968.
Pancasila di Era Reformasi

Setelah diasumsikan berhasil meraih demokrasi pasca runtuhnya pemerintahan


orde baru (1998) ternyata tidak diikuti oleh penguatan konsolidasi demokrasi.
Implementasi demokrasi di era reformasi di indonesia mengalami berbagai sumbatan,
heryanto, dkk (2019), menyebutkan diantaranya :
1. Politik uang
2. Korupsi
3. Mahar politik
“Pancasila Dalam Konteks
Ketatanegaraan”
Indonesia Sebagai Negara Hukum

A. Ketentuan Indonesia sebagai negara hukum

Indonesia adalah negara yang berdasar atas negara hukum (rechstaat)


bukan merupakan negara kekuasaan (maachstaat).. Ini adalah bunyi pada
pasal 1 ayat (3) uud 1945 sebelum diamandemen. Adapun setelah dilakukan

amandemen, dalam amandemen ketiga yang disahkan tanggal 10 november

2001 dalam pasal 1 ayat (2) berbunyi “negara indonesia adalah negara hukum
Indonesia Sebagai Negara Hukum
B. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Hukum
Terdapat unsur unsur yang yang harus diterapkan dalam negara hukum yaitu :
1. Terdapat sistem pemerintahan negara yang didasarkan pada kedaulatan
rakyat.
2. Dalam menjalan Pemerintahan harus berdasarkan hukum atau peraturan
perundang undangan yang telah ditetapkan.
3. Adanya badan yang melakukan pengawasan terhadap Lembaga peradilan
yang bebas dan mandiri, dimana Lembaga tersebut benar benar tidak
memihak siapapun.
Indonesia Sebagai Negara Hukum
C. Peran Masyarakat Dalam Penegakkan Hukum/Penyelenggaraan Negara
Dalam pasal 9 ayat (1) yang berbunyi peran serta masyarakat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 diwujudkan dalam bentuk :
a. hak mencari memperoleh. dan memberikan informasi tentang penyelenggaraan
negara;
b. hak untuk memperoleh pelayanan yang sama dan adil dari penyelenggara negara;
c. hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab terhadap
kebijakan Penyelenggara Negara; dan hak memperoleh perlindungan hukum.
Pancasila Sebagai
Grundnorm
(Hukum Dasar)
1. PENGERTIAN 2. LANDASAN 3. KEDUDUKAN UUD

Pancasila merupakan Pancasila mengandung 1. Dasar Negara

falsafah dasar, konsekuensi bahwa secara (Pancasila)

pandangan hidup dan formil Pancasila sebagai 2. Fungsi Dan Tujuan

ideologi kenegaraan norma hukum dasar Bangsa Indonesia

Indonesia positif, objektif dan 3. Bentuk Negara


subjektif adalah mutlak Indonesia (Republik)
Fungsi Pancasila

Fungsi Pokok Fungsi Tambahan


1. Pancasila sebagai kepribadian bangsa
1. Pancasila sebagai dasar negara
2. Pancasila sebagai sumber dari segala
2. Pancasila sebagai pandangan hidup
hukum
bangsa
3. Pancasila sebagai alat pemersatu bangsa
4. Pancasila sebagai perjanjian luhur
5. Pancasila sebagai paradigm
pembangunan
Penjabaran & Implementasi Pancasila

Sila Ke 1 Sila Ke 2
1. Bangsa Indonesia menyatakan
1. Mengakui dan memperlakukan manusia
kepercayaannya dan ketaqwaannya
sesuai dengan harkat dan martabatnya
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2. Manusia Indonesia percaya dan taqwa
2. Mengakui persamaan derajat, persamaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai
hak dan kewajiban asasi setiap manusia,
dengan agama dan kepercayaannya
tanpa membeda-bedakan suku, keturunan,
masing-masing menurut dasar
agama, kepercayaan, dan sebagainya.
kemanusiaan yang adil dan beradab. dll
Penjabaran & Implementasi Pancasila

Sila Ke 3 Sila Ke 4
1. Mampu menempatkan persatuan, 1. Sebagai warga negara dan warga
kesatuan, serta kepentingan dan masyarakat, setiap manusia Indonesia
keselamatan bangsa dan negara sebagai mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban
kepentingan bersama di atas kepentingan yang sama.
pribadi dan golongan. 2. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada
2. Sanggup dan rela berkorban untuk orang lain.
kepentingan negara dan bangsa apabila 3. Mengutamakan musyawarah dalam
diperlukan. dll mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama. dll
Penjabaran & Implementasi Pancasila

Sila Ke 5
1. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang
mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan kegotongroyongan.
2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan
kewajiban.
4. Menghormati hak orang lain.
5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain
agar dapat berdiri sendiri.
Pancasila Sebagai Ideologi

Ideologi berakar dari dua kata majemuk idea dan logos, berasal dari Bahasa Yunani eidos
dan logos. Yang berarti suatu gagasan berdasarkan pemikiran sedalam-dalamnya dan
merupakan pemikiran filsafat
Terdapat empat tipe ideology:
1. Ideologi konservatif
2. Kontra ideology
3. Ideologi reformis
4. Ideologi revolusioner
(Syarbaini, 2009 mengutip BP7 Pusat, 1991)
Pancasila Sebagai Ideologi

Pancasila sebagai dasar negara kesatuan Republik Indonesia, berfungsi sebagai dasar
Filosofis untuk menata dan mengatur penyelenggaraan negara, yang dapat dijabarkan dalam
pengertian:
1. Pancasila dijadikan dasar dalam penyelenggaraan negara
2. Pancasila dijadikan dasar dalam pengaturan dan sistem pemerintahan negara
3. Pancasila merupakan sumber hukum dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pancasila Sebagai Ideologi
Fungsi Pancasila sebagai Ideologi dalam negara dapat meliputi
1. Struktur kognitif, maksudnya keseluruhan pengetahuan yang dapat dijadikan landasan,
untuk memahami dan menafsirkan dunia dan kejadian-kejadian di alam sekitar
2. Orientasi dasar dengan membuka wawasan, yang memberikan makna serta
menunjukkan tujuan dalam kehidupan manusia.
3. Norma-norma yang menjadi pedoman bagi seseorang, untuk melangkah atau bertindak.
4. Bekal dan jalan bagi seseorang, untuk menemukan identitasnya, sebagai kekuatan yang
mampu menyemangati dan mendorong seseorang, untuk menjalankan kegiatan dan
mencapai tujuan
5. Pendidikan bagi seseorang atau masyarakat, untuk memahami, menghayati, serta
memolakan tingkah lakunya, sesuai dengan orientasi dan norma-norma yang terkandung
di dalamnya.
Pancasila Sebagai Ideologi
Terbuka
Sebagai ideologi terbuka, perlu diciptakan struktur proses berupa dinamisasi,
demokratisasi, fungsionalisasi, dan institusionalisasi melalui setidaknya ada tiga
dimensi yang mesti diperhatikan (Budiyono, 2009):
1. Dimensi Teleologis, yaitu menunjukkan bahwa pembangunan mempunyai tujuan
untuk mewujudkan cita-cita Proklamasi 1945
2. Dimensi Etis, yang menunjukkan bahwa dalam Pancasila, manusia dan martabat
manusia mempunyai kedudukan yang sentral
3. Dimensi Integral-Integratif, yaitu menempatkan manusia tidak secara
individualisme melainkan dalam konteks strukturalny
Pancasila Sebagai Ideologi Tengah
Tanpa Oposisi
Pancasila Sebagai Ideologi Tengah
Tanpa Oposisi
Pancasila Sebagai Working
Ideology
Menurut Latif (2020). Setidaknya terdapat lima jalur yang mesti ditempuh jika Pancasila
dikehendaki menjadi Working Ideology:
1. Jalur penguatan pemahaman Pancasila menuju Indonesia cerdas kewargaan
2. Jalur kerukunan kebangsaan menuju Indonesia bersatu
3. Jalur pendekatan keadilan sosial menuju Indonesia berbagi kemakmuran
4. Jalur pelembagaan Pancasila dalam pranata kenegaraan-kemasyarakatan menuju
Indonesia tertata-lembaga
5. Jalur penyuburan keteladanan menuju Indonesia terpuji. Inilah jalan kebahagiaan-
kemajuan hidup bersama
Tantangan Dan Kritik Ideologi
Pancasila
A. Tantangan keteladanan Pancasila dapat dicermati terutama dalam realitas kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dewasa ini, seperti:
1. Semakin maraknya sikap dan perilaku destruktif yang lebih mengedepankan hal-hal
negative di ruang publik
2. Kurangnya apresiasi dan insentif terhadap prestasi dan praktik-praktik baik
3. Kurangnya pengarusutamaan keteladanan Pancasila di ruang Publik
4. Masih kurangnya keteladanan dari tokoh-tokoh pemerintahan dan masyarakat
5. Tendensi mengedepankan kepentingan pribadi dan golongan dengan mengabaikan
prinsipprinsip kebajikan kehidupan publik
Tantangan Dan Kritik Ideologi
Pancasila
B. Kritik ideologi Pancasila telah dipetakan oleh Latif (2020) sebagaimana berikut ini:

1. Kritik Sila Pertama: ekslusi sosial terjadi karena berkembangnnya kecenderungan


pemahaman, penghayatan dan pengamalan keagamaan yang tidak lagi mencerminkan
“ketuhanan yang berkeadaban”; “yang lapang dan toleran”.
2. Kritik Sila Kedua: meningkatnya kecenderungan eksklusi sosial secara eksternal
mencerminkan dekadensi nilai-nilai keadilan dan keadaban dalam relasi kemanusiaan
universal era globalisasi; dan secara internal mencerminkan lemahnya pemahaman,
penghayatan, dan pengamalan masalah “hak-hak asasi manusia”.
Tantangan Dan Kritik Ideologi
Pancasila
3. Kritik Sila Ketiga: kebangsaan Indonesia merefleksikan suatu kesatuan dalam keragaman
serta kebaruan dalam kesilaman, telah berakar pada tanah air beserta elemen-elemen
sosial-budaya.
4. Kritik Sila Keempat: Secara sadar kita tetapkan kehidupan Demokrasi Pancasila, namun
dalam prakteknya model-model demokrasi luar diterapkan tanpa mempertimbangkan
kesesuaian dengan nilai-nilai Pancasila.
5. Kritik Sila Kelima: Prinsip keadilan adalah inti dari moral ketuhanan, landasan pokok
kemanusiaan, simpul persatuan, mantra kedaulatan rakyat.
Pancasila Sebagai Sistem
Filsafat
1) Pengertian Filsafat: Filsafat adalah upaya manusia untuk mencari kebijaksanaan
hidup yang bermanfaat bagi peradaban manusia.
2) Pengertian Pancasila: Pancasila adalah lima sila dengan satu kesatuan yang
berasal dari nilai-nilai luhur dan bersumber dari nilai-nilai budaya masyarakat
Indonesia yang majemuk dan beragam dalam artian Bhinneka Tunggal Ika.
3) Filsafat Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa dan Negara:
Filsafat Pancasila adalah semua aturan kehidupan hukum kegiatan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara berpedoman pada Pancasila.
Pancasila Sebagai Sistem
Filsafat
4). Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafat dapat dilakukan dengan cara deduktif dan induktif.
a. Deduktif yaitu dengan mencari hakikat Pancasila serta menganalisis dan
menyusun secara sistematis menjadi keutuhan pandangan yang komprehensif.
b. Induktif yaitu dengan mengamati gejala-gejala sosial budaya masyarakat,
merefleksikan dan menarik arti dan makna yang hakiki dari gejala-gejala itu.
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan sistem filsafat.
Pancasila Sebagai Sistem Etika

A. Pengertian Nilai, Moral dan Norma

1. Pengertian nilai: Nilai menunjukkan sifat atau kualitas kepada sesuatu (objek) yang
mempunyai nilai apabila ada sifat atau kualitas yang melekat
2. Pengertian Moral: Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang
menyangkut tingkah laku dan perbuatan manusia.
3. Pengertian Norma: Norma adalah perwujudan martabat manusia sebagai makhluk
berbudaya, dan religi.
Pancasila Sebagai Sistem Etika

A. Pancasila Sebagai Sistem Etika


1. Pengertian Etika: Etika adalah ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa
kita mengikuti suatu ajaran tertentu atau bagaimana kita bersikap dan bertanggung
jawab dengan berbagai ajaran moral. Kedua kelompok etika itu adalah sebagai berikut :
a) Etika Umum, mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan
manusia.
b) Etika Khusus, membahas prinsip-prinsip tersebut di atas dalam hubungannya dengan
berbagai aspek kehidupan manusia,
Pancasila Sebagai Sistem Etika

A. Pancasila Sebagai Sistem Etika


2. Pancasila sebagai sistem etika di samping merupakan way of life bangsa Indonesia,
juga merupakan struktur pemikiran yang disusun untuk memberikan tuntunan atau
panduan kepada setiap warga negara Indonesia dalam bersikap dan bertingkah laku
Pancasila sebagai sistem etika, dimaksudkan untuk mengembangkan dimensi moralitas
dalam diri setiap individu sehingga memiliki kemampuan menampilkan sikap spiritualitas
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
casila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu
A. PENGERTIAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI PENGEMBANGAN ILMU.

Pemahaman tentang pengertian Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu pengetahuan:
1. Bahwa pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan di Indonesia tidak
boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
2. Setiap Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Indonesia dalam pengembangannya harus
menyertakan nilai-nilai Pancasila yang merupakan faktor internal dalam pengembangan Ilmu
dan Teknologi itu sendiri.
3. Bahwa peranan nilai nilai Pancasila dalam pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
adalah sebagai rambu rambu normative, sehingga mampu mengendalikan agar tidak keluar
dari cara berpikir dan cara bertindak bangsa Indonesia.
4. Bahwa budaya dan ideologi bangsa Indonesia atau dengan istilah IPTEK pada hakekatnya tidak
bebas nilai, tapi harus berlandaskan nilai.
casila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu
B. PANCASILA SEBAGAI KARAKTER KEILMUAN
Menurut Jenie (2006) menyatakan bahwa pada saat ini di era modern ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam penerapannya banyak mengakibatkan masalah etika kemanusiaan, lingkungan dan
banyak masalah yang lain.
Tujuan dari etika keilmuan sesungguhnya untuk menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, ilmu
pengetahuan dan teknologi sehingga bangsa kita dapat menjaga harkat maupun martabatnya, dalam
rangka menuju kemaslahatan dan kemajuan yang sejalan dengan agama maupun budaya bangsa.
(Taniredja, dkk, 2014)
casila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu

C. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PENGEMBANGAN IPTEKS


Bangsa Indonesia yang memiliki Pancasila sebagai dasar filosofis, tentunya dalam mengembangkan
Ipteks wajib menjadikan Pancasila sebagai rambu rambu atau batasan nilai moral maupun spiritual,
sehingga hasil pengembangan ipteks akan membawa kebahagiaan lahir dan batin bagi bangsa
Indonesia sendiri.
Menurut Soegito, dkk (2003), mengejar kemajuan material bukan sebuah tujuan
yang final, namun harus memperhatikan aspek aspek spiritual, sehingga Pengembangan ipteks harus
mengarah untuk mencapai kebahagiaan lahir batin.
casila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu
D. NILAI MORAL DALAM SILA SILA PANCASILA SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN IPTEK
Menurut Jacob (1986, dikutip Soegito, dkk, 2003) terdapat nilai nilai moral yang terkandung dalam
sila sila Pancasila yaitu :
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa adalah mengkomplementasikan Iptek dalam perimbangan antara
rasional dan irasional, antara akal, rasa dan kehendak
2. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah memberikan dasar moralitas bahwa
pengembangan Iptek harus memperhatikan nilai nilai kemanusiaan yang adil dan beradab Maka
dari itu hakikat pengembangan Iptek harus didasarkan atas tujuan menciptakan kesejahteraan
bagi umat manusia.
casila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu

D. NILAI MORAL DALAM SILA SILA PANCASILA SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN IPTEK
3. Sila Persatuan Indonesia adalah mengkomplementasikan sifat universalitas dan
internasionalisme (kemanusiaan) yang berkaitan dengan sila-sila yang lainnya.
4. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan,
menjadikan landasan pengembangan Iptek harus dilakukan secara demokratis.
5. Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, merupakan landasan bahwa pengembangan
Iptek harus menciptakan keadilan bagi umat manusia.
BUKU 2
PENDIDIKAN PANCASILA UGM

Start to Presentation
A. Konsep & Urgensi Pendidikan Pancasila

Dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia, sesungguhnya nilai-nilai


Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa sudah terwujud dalam kehidupan
bermasyarakat sejak sebelum Pancasila sebagai dasar negara dirumuskan
dalam satu sistem nilai. Sejak zaman dahulu, wilayah-wilayah di nusantara ini
mempunyai beberapa nilai yang dipegang teguh oleh masyarakatnya, sebagai
contoh:
1. Percaya kepada Tuhan dan toleran,
2. Gotong royong,
3. Musyawarah,
4. Solidaritas atau kesetiakawanan sosial, dan sebagainya.
B. Sumber Historis, Sosiologis, Politik Pendidikan Pancasila

1. Sumber Historis. 2. Sumber sosiologis 3. Sumber Yuridis


Pendidikan
Presiden Soekarno pernah Sosiologi dipahami sebagai
mengatakan, ”Jangan sekali- ilmu tentang kehidupan Negara Republik Indonesia
kali meninggalkan antarmanusia. Di adalah negara hukum
sejarah.” Pernyataan dalamnya mengkaji, antara (rechtsstaat) dan salah satu
tersebut dapat dimaknai lain latar belakang, susunan cirinya atau istilah yang
bahwa dan pola kehidupan bernuansa bersinonim,
sejarah mempunyai sosial dari berbagai golongan yaitu pemerintahan
fungsi penting dalam dan kelompok masyarakat, berdasarkan hukum (rule of
membangun kehidupan law).
bangsa dengan lebih
bijaksana
di masa depan.
C. Dinamika & Tantagan Pancasila

1. Dinamika Pendidikan Pancasila


Pendidikan Pancasila mengalami pasang surut dalam pengimplementasiannya. Pasal 2
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2012, tentang Pendidikan Tinggi, yang
menetapkan ketentuan bahwa mata kuliah pendidikan Pancasila wajib dimuat dalam
kurikulum perguruan tinggi, yaitu sebagai berikut:

1. Pasal 2, menyebutkan bahwa pendidikan tinggi berdasarkan Pancasila,


Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, Negara
Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika.
36
2. Pasal 35 Ayat (3) menentukan bahwa kurikulum pendidikan tinggi wajib
memuat mata kuliah: agama, Pancasila, Kewarganegaraan, dan Bahasa
Indonesia.
C. Dinamika & Tantagan Pancasila

2. Tantagan Pancasila
Tantangan ini dapat berasal dari internal perguruan tinggi, misalnya faktor ketersediaan
sumber daya, dan spesialisasi program studi yang makin tajam (yang menyebabkan
kekurangtertarikan sebagian mahasiswa terhadap pendidikan Pancasila).
Adapun tantangan yang bersifat eksternal, antara lain adalah krisis keteladanan dari
para elite politik dan maraknya gaya hidup hedonistik di dalam masyarakat.
D. Konsep dan Urgensi
Pancasila Dalam Arus Sejarah

Ada 3 poin

1. Periode pengusulan pancasila


2. Periode perumusah Pancasila
3. Periode pengesahan pancasila
TEKS PROKLAMASI
Kami Bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia. Halhal
yang mengenai pemindahan kekuasaan dll. diselenggarakan dengan cara
saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Jakarta, 17 Agustus 2605


Atas Nama Bangsa Indonesia
Soekarno-Hatta
RUMUSAN PANCASILA
DALAM UUD
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
K
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
1. Pancasila Sebagai Identitas Bangsa Indonesia

As’ad Ali dalam buku Negara Pancasila:

“ Jalan Kemashlahatan Berbangsa mengatakan bahwa Pancasila


sebagai identitas kultural dapat ditelusuri dari kehidupan agama yang berlaku
dalam masyarakat Indonesia. Karena tradisi dan kultur bangsa Indonesia
dapat diitelusuri melalui peran agama-agama besar, seperti: peradaban
Hindu, Buddha, Islam, dan Kristen.”
Pancasila Sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia
(Bakry, 1994: 157):
Pancasila disebut juga sebagai kepribadian bangsa Indonesia, artinya nilai-nilai
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan diwujudkan
dalam sikap mental dan tingkah laku serta amal perbuatan. Sikap mental,
tingkah laku dan perbuatan bangsa Indonesia mempunyai ciri khas, artinya
dapat dibedakan dengan bangsa lain. Kepribadian itu mengacu pada sesuatu
yang unik dan khas karena tidak ada pribadi yang benar-benar sama. Setiap
pribadi mencerminkan keadaan atau halnya sendiri, demikian pula halnya
dengan ideologi bangsa
Pancasila Sebagai Pandangan Bangsa Indonesia
(Bakry, 1994: 157):
Pancasila dikatakan sebagai pandangan hidup bangsa, artinya nilai-nilai
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan diyakini
kebenarannya, kebaikannya, keindahannya, dan kegunaannya oleh bangsa
Indonesia yang dijadikan sebagai pedoman kehidupan bermasyarakat dan
berbangsa dan menimbulkan tekad yang kuat untuk mengamalkannya dalam
kehidupan nyata
4. Pancasila Sebagai Jiwa Bangsa Indonesia
(Bakry, 1994: 157):
Sebagaimana dikatakan von Savigny bahwa setiap bangsa mempunyai
jiwanya masing-masing, yang dinamakan volkgeist (jiwa rakyat atau jiwa
bangsa). Pancasila sebagai jiwa bangsa lahir bersamaan dengan lahirnya
bangsa Indonesia. Pancasila telah ada sejak dahulu kala bersamaan dengan
adanya bangsa Indonesia
5. Pancasila Sebagai Perjanjian Luhur

Perjanjian luhur, artinya nilai-nilai Pancasila sebagai jiwa bangsa dan


kepribadian bangsa disepakati oleh para pendiri negara (political consensus)
sebagai dasar negara Indonesia (Bakry, 1994: 161). Kesepakatan para pendiri
negara tentang Pancasila sebagai dasar negara merupakan bukti bahwa
pilihan yang diambil pada waktu itu merupakan sesuatu yang tepat.
Konsep, Tujuan, dan Urgensi Dasar
NEGARA
1. Konsep Negara
2. Tujuan Negara
1. Konsep Urgensi Negara
Sumber Yuridis, Historis, Sosiologis,
dan Politis tentang Pancasila sebagai
Dasar Negara
1. SUMBER YURIDIS 2. SUMBER HISTORIS
Secara yuridis ketatanegaraan, dalam pidato 1 Juni 1945,
Pancasila merupakan dasar negara Soekarno menyebut dasar negara
Republik dengan menggunakan bahasa
Indonesia sebagaimana terdapat Belanda,
pada Pembukaan Undang-Undang Philosophische grondslag bagi
Dasar Indonesia merdeka. Philosophische
Negara Republik Indonesia tahun grondslag
1945, yang kelahirannya ditempa itulah fundamen, filsafat, pikiran
dalam yang sedalam-dalamnya, jiwa,
proses kebangsaan Indonesia. hasrat yang
sedalam-dalamnya untuk di atasnya
didirikan gedung Indonesia merdeka
Sumber Yuridis, Historis, Sosiologis,
dan Politis tentang Pancasila sebagai
Dasar Negara
3. SUMBER SOSIOLOGIS
Pertama, nilai-nilai ketuhanan (religiusitas) sebagai sumber etika dan spiritualitas (yang bersifat
vertical transcendental) dianggap penting sebagai fundamental etika kehidupan bernegara.
Kedua, nilai-nilai kemanusiaan universal yang bersumber dari hukum Tuhan, hukum alam, dan
sifat-sifat sosial (bersifat horizontal) dianggap penting
Ketiga, nilai-nilai etis kemanusiaan harus mengakar kuat dalam lingkungan pergaulan kebangsaan
yang lebih dekat sebelum menjangkau pergaulan dunia yang lebih jauh.
Keempat, nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, dan nilai serta cita-cita kebangsaan itu dalam
aktualisasinya harus menjunjung tinggi kedaulatan rakyat yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan.
Kelima, nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai dan cita kebangsaan serta demokrasi
permusyawaratan itu memperoleh artinya sejauh dalam mewujudkan keadilan sosial.
Sumber Yuridis, Historis, Sosiologis,
dan Politis tentang Pancasila sebagai
Dasar Negara
4. SUMBER POLITIS
Pasal 1 ayat (2) UUD 1945, terkandung makna bahwa Pancasila
menjelma menjadi asas dalam sistem demokrasi konstitusional.
Konsekuensinya, Pancasila menjadi landasan etik dalam kehidupan politik
bangsa Indonesia.
1. Esensi dan Urgensi
Pancasila
Sebagai
A. Esensi
Dasar Negara
B. Urgensi
Pancasila adalah substansi esensial yang
mendapatkan kedudukan formal Untuk memahami urgensi Pancasila sebagai
yuridis dalam Pembukaan Undang- dasar negara, dapat
Undang Dasar Negara Republik Indonesia menggunakan 2 (dua) pendekatan, yaitu
Tahun 1945. Oleh karena itu, rumusan institusional (kelembagaan) dan
Pancasila sebagai dasar negara adalah human resourses (personal/sumber daya
sebagaimana terdapat dalam Pembukaan manusia).
Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Hubungan Pancasila dengan
Proklamasi Kemerdekaan RI
Pada hakikatnya, Proklamasi 17 Agustus 1945 bukanlah merupakan tujuan semata-mata,
melainkan merupakan suatu sarana, isi, dan arti yang pada pokoknya memuat dua hal,
sebagai berikut:
a. Pernyataan kemerdekaan bangsa Indonesia, baik pada dirinya sendiri maupun
terhadap dunia luar;
b. Tindakan-tindakan yang segera harus diselenggarakan berhubung dengan pernyataan
kemerdekaan itu (Kaelan, 1993: 62).
Setelah proklamasi dibacakan pada 17 Agustus 1945, kemudian keesokan harinya, yaitu
18 Agustus 1945, disusun suatu naskah Undang-Undang Dasar 98 yang didalamnya
memuat Pembukaan.
3. Hubungan Pancasila dengan
Pembukaan UUD 1945

Notonagoro (1982:24-26) menegaskan bahwa Undang-Undang Dasar tidak


merupakan peraturan hukum yang tertinggi. Di atasnya, masih ada dasardasar pokok
bagi Undang-Undang Dasar, yang dinamakan pokok kaidah
negara yang fundamental (staatsfundamentalnorm).
4. Penjabaran Pancasila dalam
Pasal-Pasal UUD NRI 1945

Penjabaran Pancasila dalam pasal-pasal UUD 1945:


Pokok-pokok pikiran tersebut meliputi suasana kebatinan dari Undang-Undang
Dasar Negara Indonesia. Pokok-pokok pikiran ini mewujudkan cita-cita hukum
(rechtsidee) yang menguasai hukum dasar negara, baik hukum yang tertulis
(UndangUndang Dasar) maupun hukum yang tidak tertulis. Undang-Undang Dasar
menciptakan pokok-pokok pikiran ini dalam pasal-pasalnya.
5. implementasi Pancasila dalam
Perumusan Kebijakan

A. Bidang Politik
Contoh: Sekumpulan orang atau beberapa orang yang berkumpul dan membicarakan
masalah yang dihadapi daerahnya dengan musyawarah.
1). Sektor Suprastruktur Politik
Adapun yang dimaksud suprastruktur politik adalah semua lembaga-lembaga
pemerintahan, seperti legislatif, eksekutif, yudikatif, dan lembaga pemerintah
lainnya
2). Sektor masyarakat
Nilai-nilai Pancasila akan menuntun masyarakat ke pusat inti kesadaran akan
pentingnya harmoni dalam kontinum antara sadar terhadap hak asasinya
5. implementasi Pancasila dalam
Perumusan Kebijakan

B. Bidang Ekonomi
Mubyarto dalam Oesman dan Alfian (1993: 240--241) mengenai 5 prinsip
pembangunan ekonomi yang mengacu kepada nilai Pancasila, yaitu sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa, roda perekonomian digerakkan oleh
rangsanganrangsangan ekonomi, sosial, dan moral;
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, ada kehendak kuat dari seluruh masyarakat
untuk mewujudkan pemerataan sosial (egalitarian), sesuai asas-asas kemanusiaan;
5. implementasi Pancasila dalam
Perumusan Kebijakan

3. Persatuan Indonesia, prioritas kebijaksanaan ekonomi adalah penciptaan


perekonomian nasional yang tangguh. Hal ini berarti nasionalisme menjiwai setiap
kebijaksanaan ekonomi;
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, koperasi merupakan sokoguru perekonomian dan
merupakan bentuk saling konkrit dari usaha bersama;
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, adanya imbangan yang jelas dan
tegas antara perencanaan di tingkat nasional dan desentralisasi dalam pelaksanaan
kebijaksanaan ekonomi untuk mencapai keadilan ekonomi dan keadilan sosial.
5. implementasi Pancasila dalam
Perumusan Kebijakan

C. Bidang Sosial Budaya


Strategi yang harus dilaksanakan pemerintah dalam memperkokoh kesatuan dan
persatuan melalui pembangunan sosial-budaya, ditentukan dalam Pasal 31 ayat (5) dan
Pasal 32 ayat (1) dan ayat (2) UUD 1945.

D. Bidang Hankam
Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 27 ayat (3) UUD 1945, “Setiap warga negara berhak
dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”.
Pentingnya Pancasila Sebagai Dasar Negara

Urgensi Pancasila sebagai dasar negara, yaitu: 1) agar para pejabat publik
dalam menyelenggarakan negara tidak kehilangan arah, dan 2) agar
partisipasi aktif seluruh warga negara dalam proses pembangunan dalam
berbagai bidang kehidupan bangsa dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila. Dengan
demikian, pada gilirannya nanti cita-cita dan tujuan negara dapat diwujudkan
sehingga secara bertahap dapat diwujudkan masyarakat yang makmur dalam
.keadilan dan masyarakat yang adil dalam kemakmuran
Konsep dan Urgensi Pancasila sebagai Ideologi
Negara
1. Konsep Pancasila Sebagai Ideologi Negara
Beberapa tokoh atau pemikir Indonesia yang mendefinisikan ideologi sebagai berikut:
a. Sastrapratedja (2001: 43): ”Ideologi adalah seperangkat gagasan/ pemikiran yang berorientasi
pada tindakan dan diorganisir menjadi suatu sistem yang teratur”.
b. Soerjanto (1991: 47): “Ideologi adalah hasil refleksi manusia berkat kemampuannya menjaga jarak
dengan dunia kehidupannya”.
c. Mubyarto (1991: 239): ”Ideologi adalah sejumlah doktrin, kepercayaan, dan simbol-simbol
sekelompok masyarakat atau suatu bangsa yang menjadi pegangan dan pedoman kerja
(atau perjuangan) untuk mencapai tujuan masyarakat atau bangsa itu”.
Konsep dan Urgensi Pancasila sebagai Ideologi
Negara
2. Urgensi Pancasila Sebagai Ideologi Negara
Sastrapratedja menengarai beberapa karakteristik kebudayaan global sebagai berikut:
a. Berbagai bangsa dan kebudayaan menjadi lebih terbuka terhadap pengaruh timbal balik.
b. Pengakuan akan identitas dan keanekaragaman masyarakat dalam berbagai kelompok dengan
pluralisme etnis dan religius.
c. Masyarakat yang memiliki ideologi dan sistem nilai yang berbeda bekerjasama dan bersaing
sehingga tidak ada satu pun ideologi yang dominan.
Unsur – Usur Yang Mempengaruhi
Ideologi Pancasila

a. Unsur ateisme yang terdapat dalam ideologi Marxisme atau komunisme bertentangan
dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa.
b. Unsur individualisme dalam liberalisme tidak sesuai dengan prinsip nilai gotong royong
dalam sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
c. Kapitalisme yang memberikan kebebasan individu untuk menguasai sistem
perekonomian negara tidak sesuai dengan prinsip ekonomi kerakyatan.
Unsur Ancaman Yang Ditimbulkan Oleh Aksi
Terorisme

a. Rasa takut dan cemas yang ditimbulkan oleh bom bunuh diri mengancam keamanan
negara dan masyarakat pada umumnya.
b. Aksi terorisme dengan ideologinya menebarkan ancaman terhadap kesatuan bangsa
sehingga mengancam disintegrasi bangsa.
c. Aksi terorisme menyebabkan investor asing tidak berani menanamkan
modal di Indonesia dan wisatawan asing enggan berkunjung ke Indonesia
sehingga mengganggu pertumbuhan perekonomian negara.
Sumber Historis, Sosiologis, Politis
tentang Pancasila
sebagai Ideologi Negara
1). Sumber Historis

a) Pancasila sebagai ideologi negara dalam masa pemerintahan Presiden Soekarno


b)Pancasila sebagai ideologi dalam masa pemerintahan Presiden Soeharto
c)Pancasila sebagai ideologi dalam masa pemerintahan Presiden Habibie
d)Pancasila sebagai Ideologi dalam masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid
e)Pancasila sebagai ideologi dalam masa pemerintahan Presiden Megawati
f)Pancasila sebagai ideologi dalam masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
(SBY)
Sumber Historis, Sosiologis, Politis
tentang Pancasila
sebagai2. Ideologi Negara
Sumber Sosiologis

Unsur-unsur sosiologis yang membentuk Pancasila sebagai ideologi negara :


a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dapat ditemukan dalam kehidupan beragama masyarakat
Indonesia dalam berbagai bentuk kepercayaan dan keyakinan terhadap adanya kekuatan gaib.
b. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab dapat ditemukan dalam hal saling menghargai dan
menghormati hak-hak orang lain, tidak bersikap sewenang-wenang.
c. Sila Persatuan Indonesia dapat ditemukan dalam bentuk solidaritas, rasa setia kawan, rasa
cinta tanah air yang berwujud pada mencintai produk dalam negeri.
d. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan
dapat ditemukan dalam bentuk menghargai pendapat orang lain, semangat musyawarah dalam
mengambil keputusan.
e. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia tercermin dalam sikap suka menolong,
menjalankan gaya hidup sederhana, tidak menyolok atau berlebihan.
Sumber Historis, Sosiologis, Politis
tentang Pancasila
sebagai 3.Ideologi Negara
Sumber Politis

Unsur-unsur politis yang membentuk Pancasila sebagai ideologi negara:


a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa diwujudkan dalam bentuk semangat toleransi antarumat
beragama.
b. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab diwujudkan penghargaan terhadap pelaksanaan Hak
Asasi Manusia (HAM) di Indonesia.
c. Sila Persatuan Indonesia diwujudkan dalam mendahulukan kepentingan bangsa dan negara
daripada kepentingan kelompok atau golongan, termasuk partai.
d. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan
diwujudkan dalam mendahulukan pengambilan keputusan berdasarkan musyawarah daripada
voting.
e. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia diwujudkan dalam bentuk tidak
menyalahgunakan kekuasaan
Esensi dan Urgensi Pancasila
sebagai Ideologi Negara
1. Urgensi Pancasila sebagai Ideologi Negara
Beberapa peran konkret Pancasila sebagai ideology

a. Ideologi negara sebagai penuntun warga negara, artinya setiap perilaku


warga negara harus didasarkan pada preskripsi moral. Contohnya, kasus
narkoba yang merebak di kalangan generasi muda

b. Ideologi negara sebagai penolakan terhadap nilai-nilai yang tidak sesuai dengan
sila-sila Pancasila. Contohnya, kasus terorisme yang terjadi dalam
bentuk pemaksaan kehendak melalui kekerasan
Deskripsi Esensi dan Urgensi Pancasila
Sebagai Sistem Filsafat dan 2 contoh silanya

A. Esensi (hakikat) Pancasila sebagai sistem filsafat


Hakikat (esensi) Pancasila sebagai sistem filsafat terletak pada hal-hal sebagai berikut: Contoh 2 sila:
1. Pertama; hakikat sila ketuhanan terletak pada keyakinan bangsa Indonesia bahwa Tuhan sebagai
prinsip utama dalam kehidupan semua makhluk.
2. Kedua; hakikat sila kemanusiaan adalah manusia monopluralis, yang terdiri atas 3 monodualis, yaitu
susunan kodrat (jiwa, raga), sifat kodrat (makhluk individu, sosial), kedudukan kodrat (makhluk pribadi
yang otonom dan makhluk Tuhan) (Notonagoro)
Deskripsi Esensi dan Urgensi Pancasila
Sebagai Sistem Filsafat dan 2 contoh silanya
B. Urgensi Pancasila sebagai sistem filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafat meliputi hal-hal sebagai berikut. Contoh 2 sila:
1). Ketiga, Pancasila sebagai sistem filsafat dapat menjadi dasar pijakan untuk menghadapi tantangan
globalisasi yang dapat melunturkan semangat kebangsaan dan melemahkan sendi-sendi perekonomian
yang berorientasi pada kesejahteraan rakyat banyak.
2). Keempat, Pancasila sebagai sistem filsafat dapat menjadi way of life sekaligus way of thinking bangsa
Indonesia untuk menjaga keseimbangan dan konsistensi antara tindakan dan pemikiran. Bahaya yang
ditimbulkan kehidupan modern dewasa ini adalah ketidakseimbangan antara cara bertindak dan cara
berpikir sehingga menimbulkan kerusakan lingkungan dan mental dari suatu bangsa
Sumber Historis, Sosiologis, Politis
Tentang Pancasila Sebagai Sistem
Filsafat
1. Sumber Historis

Pada 12 Agustus 1928, Soekarno pernah menulis di Suluh Indonesia yang


menyebutkan bahwa nasionalisme adalah nasionalisme yang membuat
manusia menjadi perkakasnya Tuhan dan membuat manusia hidup dalam roh
(Yudi Latif, 2011: 68).
Sumber Historis, Sosiologis, Politis
Tentang Pancasila Sebagai Sistem
Filsafat
2. Sumber Sosiologis

Sumber sosiologis Pancasila sebagai sistem filsafat dapat diklasifikasikan ke


dalam 2 kelompok. Kelompok pertama, masyarakat awam yang memahami
Pancasila sebagai sistem filsafat yang sudah dikenal masyarakat Indonesia
dalam bentuk pandangan hidup, Way of life yang terdapat dalam agama, adat
istiadat, dan budaya berbagai suku bangsa di Indonesia. Kelompok kedua,
masyarakat ilmiah-akademis yang memahami Pancasila sebagai sistem
filsafat dengan teori-teori yang bersifat akademis.
Sumber Historis, Sosiologis, Politis
Tentang Pancasila Sebagai Sistem
Filsafat
3. Sumber Politis

Sumber politis Pancasila sebagai sistem filsafat dapat diklasifikasikan ke dalam dua
kelompok. Kelompok pertama, 162 meliputi wacana politis tentang Pancasila sebagai
sistem filsafat pada siding BPUPKI, sidang PPKI, dan kuliah umum Soekarno antara tahun
1958 dan 1959, tentang pembahasan sila-sila Pancasila secara filosofis. Kelompok
kedua, mencakup berbagai argumen politis tentang Pancasila sebagai sistem
filsafat yang disuarakan kembali di era reformasi dalam pidato politik Habibie
1 Juni 2011.
Esensi Dan Urgensi Pancasila Sebagai
Sistem
A. Esensi Etika
Pancasila Sebagai Sistem Etika
Pertama, hakikat sila ketuhanan terletak pada keyakinan bangsa Indonesia bahwa Tuhan sebagai
penjamin prinsip-prinsip moral

Kedua, hakikat sila kemanusiaan terletak pada actus humanus, yaitu tindakan manusia yang
mengandung implikasi dan konsekuensi moral yang dibedakan dengan actus homini, yaitu tindakan
manusia yang biasa.

Ketiga, hakikat sila persatuan terletak pada kesediaan untuk hidup bersama sebagai warga bangsa
yang mementingkan masalah bangsa di atas kepentingan individu atau kelompok.
Esensi Dan Urgensi Pancasila Sebagai
Sistem Etika
Keempat, hakikat sila kerakyatan terletak pada prinsip musyawarah untuk mufakat.
Artinya, menghargai diri sendiri sama halnya dengan menghargai orang lain.

Kelima, hakikat sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan perwujudan dari sistem
etika yang tidak menekankan pada kewajiban semata (deontologis) atau menekankan pada tujuan
belaka (teleologis), tetapi lebih menonjolkan keutamaan (virtue ethics) yang terkandung
dalam nilai keadilan itu sendiri.
Esensi Dan Urgensi Pancasila Sebagai
Sistem Etika
B. Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Etika
Pertama, meletakkan sila-sila Pancasila sebagai sistem etika berarti menempatkan Pancasila sebagai
sumber moral dan inspirasi bagi penentu sikap, tindakan, dan keputusan yang diambil setiap warga negara.

Kedua, Pancasila sebagai sistem etika memberi guidance bagi setiap warga negara sehingga memiliki
orientasi yang jelas dalam tata pergaulan baik lokal, nasional, regional, maupun internasional

Ketiga, Pancasila sebagai sistem etika dapat menjadi dasar analisis bagi berbagai kebijakan yang
dibuat oleh penyelenggara negara sehingga tidak keluar dari semangat negara kebangsaan yang
berjiwa Pancasilais.
Esensi Dan Urgensi Pancasila Sebagai
Sistem Etika
Keempat,
Pancasila sebagai sistem etika dapat menjadi filter untuk menyaring pluralitas
194 nilai yang berkembang dalam kehidupan masyarakat sebagai dampak
globalisasi yang memengaruhi pemikiran warga negara.
Pancasila sebagai Dasar Nilai
Pengembangan Ilmu Pengetahuan di
Indonesia
Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu, artinya kelima sila Pancasila
merupakan pegangan dan pedoman dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Beberapa terminologi yang dikemukakan para pakar untuk menggambarkan peran
Pancasila sebagai rujukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, antara lain
Pancasila sebagai intellectual bastion (Sofian Effendi); Pancasila sebagai common
denominator values (Muladi); Pancasila sebagai paradigma ilmu.
Pancasila sebagai Dasar Nilai
Pengembangan Ilmu Pengetahuan di
Indonesia
CONTOHNYA:
Penolakan masyarakat atas rencana pembangunan pusat pembangkit listriktenaga
nuklir di semenanjung Muria beberapa tahun yang lalu. Penolakan masyarakat terhadap
PLTN di semenanjung Muria didasarkan pada kekhawatiran atas kemungkinan kebocoran
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Chernobyl Rusia beberapa tahun yang lalu. Trauma
nuklir berkaitan dengan keselamatan reaktor nuklir dan keluaran limbah radioaktif yang
termasuk ke dalam kategori limbah beracun.
1

. . . Thank you . . .

Anda mungkin juga menyukai