Anda di halaman 1dari 13

1.

Mengapa mata kuliah pancasila wajib dipelajari pada perguruan tinggi,


jelaskan berdasarkan Program Studinya masing-masing :

Tujuan pendidikan Pancasila dipelajari oleh mahasiswa di seluruh


Indonesia. Pendidikan Pancasila merupakan salah satu mata kuliah wajib yang
selalu ada di universitas. Ketentuan ini berdasarkan Pasal 35 Ayat 5 Undang-
undang No.12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.

Pasal tersebut menyatakan bahwa kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat mata
kuliah pendidikan agama, pendidikan Pancasila, pendidikan kewarganegaraan, dan
bahasa Indonesia. Dengan kata lain, pendidikan Pancasila adalah pendidikan
ideologi di Indonesia.

Tujuan pendidikan Pancasila dapat membentuk warga negara yang baik dan paham
akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara serta memiliki rasa cinta
dan nasionalisme terhadap negara Indonesia.

Mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat amat


penting. Hal ini sesuai dengan cita-cita serta tujuan nasional yang tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945. Tujuan pendidikan Pancasila secara umum diantaranya:

1. Memiliki keimanan serta ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

2. Memiliki sikap kemanusiaan yang adil juga beradab kepada orang lain dengan
selalu memiliki sikap tenggang rasa di tengah kemajemukan bangsa.

3. Menciptakan persatuan bangsa dengan tidak bertindak anarkis yang dapat


menjadi penyebab lunturnya Bhinneka Tunggal Ika di tengah masyarakat yang
memiliki keberagaman kebudayaan.

4. Menciptakan sikap kerakyatan yang mendahulukan kepentingan umum dan


mengutamakan musyawarah untuk mencapai keadaan yang mufakat.

5. Memberikan dukungan sebagai cara menciptakan keadaan yang berkeadilan


sosial dalam masyarakat.
Tujuan pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi adalah untuk:

1. Memperkuat Pancasila sebagai dasar falsafah negara dan ideologi bangsa


melalui revitalisasi nilai-nilai dasar Pancasila sebagai norma dasar kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

2. Agar mahasiswa dapat mengembangkan karakter manusia Pancasilais dalam


pemikiran, sikap, dan tindakan.

3. Memberikan pemahaman dan penghayatan atas jiwa dan nilai-nilai dasar


Pancasila kepada mahasiswa sebagai warga negara Republik Indonesia, serta
membimbing untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.

4. Mempersiapkan mahasiswa agar mampu menganalisis dan mencari solusi


terhadap berbagai persoalan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
melalui sistem pemikiran yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan UUD RI
Tahun 1945.

5. Membentuk sikap mental mahasiswa yang mampu mengapresiasi nilai-nilai


ketuhanan, kemanusiaan, kecintaan pada tanah air dan kesatuan bangsa, serta
penguatan masyarakat madani yang demokratis, berkeadilan, dan bermartabat
berlandaskan Pancasila, untuk mampu berinteraksi dengan dinamika internal dan
eksternal masyarakat bangsa Indonesia.
1. Pengertian Mata Kuliah Pendidikan Pancasila
Mata kuliah pendidikan Pancasila merupakan usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar mahasiswa
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki pengetahuan,
kepribadian, dan keahlian, sesuai dengan program studinya masing-masing.
Selain itu, mahasiswa diharapkan mampu memberikan kontribusi yang
konstruktif dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, dengan
mengacu kepada nilai-nilai Pancasila. Jadi, mata kuliah Pancasila merupakan
46
proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan student centered
learning, untuk mengembangkan knowledge, attitude, dan skill mahasiswa
sebagai calon pemimpin bangsa dalam membangun jiwa profesionalitasnya
sesuai dengan program studinya masing-masing dengan menjadikan nilainilai
Pancasila sebagai kaidah penuntun (guiding principle) sehingga menjadi
warga negara yang baik (good citizenship).

2. Pentingnya Mata Kuliah Pendidikan Pancasila


Urgensi pendidikan Pancasila, yaitu dapat memperkokoh jiwa kebangsaan
mahasiswa sehingga menjadi dorongan pokok (leitmotive) dan bintang
penunjuk jalan (leitstar) bagi calon pemegang tongkat estafet kepemimpinan
bangsa di berbagai bidang dan tingkatan. Selain itu, agar calon pemegang
tongkat estafet kepemimpinan bangsa tidak mudah terpengaruh oleh pahampaham
asing yang dapat mendorong untuk tidak dijalankannya nilai-nilai
Pancasila. Pentingnya pendidikan Pancasila di perguruan tinggi adalah untuk
menjawab tantangan dunia dengan mempersiapkan warga negara yang
mempunyai pengetahuan, pemahaman, penghargaan, penghayatan,
komitmen, dan pola pengamalan Pancasila. Hal tersebut ditujukan untuk
melahirkan lulusan yang menjadi kekuatan inti pembangunan dan pemegang
estafet kepemimpinan bangsa dalam setiap tingkatan lembaga-lembaga
negara, badan-badan negara, lembaga daerah, lembaga infrastruktur politik,
lembaga-lembaga bisnis, dan profesi lainnya yang menjunjung tinggi nilai-nilai
Pancasila
2. Bagaimana sejarah perkembangan pancasiala dari awal
sampai dengan saat ini jelaskan
Sejarah Lahirnya Pancasila Sebagai Dasar Negara

Memahami dinamika perubahan susunan sila Pancasila termasuk ke dalam upaya


untuk memahami sejarah Pancasila. Bangsa Indonesia yang peduli terhadap pandangan
hidup serta dasar negara kita seharusnya mendalami materi sejarah Pancasila yang dulunya
berliku-liku hingga menciptakan Pancasila yang sangat ideal bagi Bangsa Indonesia ini
Adapun beberapa keputusan politik yang berpengaruh terhadap lahirnya Pancasila.
Anda tentunya sudah sering mendengar istilah kepanitiaan yang terbentuk pada saat itu,
seperti BPUPKI, PPKI, dan Panitia Sembilan.

1. Pembentukan BPUPKI (29 April 1946)


Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) bertujuan
untuk membahas hal-hal yang berhubungan dengan tata pemerintahan Indonesa,
termasuk dasar negara. Sidang BPUPKI inilah yang menjadi sejarah Pancasila sebagai
dasar negara. Sidang BPUPKI ini diketuai oleh Dr. Radjiman Widyodiningrat dengan
33 pembicara pada sidang pertama BPUPKI (29 Mei-1 Juni 1945).

• Mohammad Yamin (29 Mei 1945)


Mohammad Yamin yang merupakan salah satu tokoh penting kemerdekaan
Indonesia, mengusulkan dasar negara yang disampaikan dalam pidato tidak
tertulisnya pada sidang BPUPKI yang pertama, diantaranya peri kebangsaan, peri
kemanusiaan, peri ketuhanan, peri kerakyatan, dan kesejahteraan rakyat.
Setelah itu, beliau juga mengusulkan rumusan 5 dasar yang merupakan gagasan
tertulis naskah rancangan UUD Republik Indonesia, yaitu:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kebangsaan Persatuan Indonesia.
3. Rasa Kemanusian yang Adil dan Beradab.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan.
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
• Soepomo (31 Mei 1945)
Dasar negara yang diusulkan oleh Mr. Soepomo antara lain:
1. Paham Persatuan.
2. Perhubungan Negara dan Agama.
3. Sistem Badan Permusyawaratan.
4. Sosialisasi Negara.
5. Hubungan antar Bangsa yang Besifat Asia Timar Raya.
• Soekarno (1 Juni 1945)
Pada sidang BPUPKI yang pertama ini, Soekarno juga mengusulkan dasar negara
yang terdiri dari 5 poin. Dan kemudian dinamakan dengan Pancasila yang meliputi:
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau Perikemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang Berkebudayaan
Hasil usulan dari ketiga tokoh pada sidang BPUPKI tersebut ditampung dan kemudian
dibahas lagi pada lingkup kepanitiaan yang lebih kecil. Panitia yang merupakan
bentukan BPUPKI tersebut sering dikenal sebagai Panitia Sembilan.
2. Panitia Sembilan (22 Juni 1945)
Panitia yang beranggotakan sembilan orang ini berhasil merumuskan naskah
Rancangan Pembukaan UUD yang dikenal sebagai Piagam Jakarta (Jakarta Charter).
Adapun rumusan Pancasila yang termaktub dalam Piagam Jakarta:
• Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya
• Kemanusiaan yang adil dan beradab
• Persatuan Indonesia
• Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksan dalam
permusaywaratan/perwakilan
• Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

3. Sidang BPUPKI II(10-16 Juli 1945)


Untuk membahas hasil kerja panitia sembilan, BPUPKI mengadakan sidang yang
kedua dan menghasilkan beberapa keputusan, yang meliputi: pertama, kesepakatan
dasar negara Indonesia, yaitu Pancasila seperti yang tertuang dalam Piagam Jakarta.
Kedua, negara Indonesia berbentuk negara Republik, hsail ini merupakan kesepakatan
55 suara dari 64 orang yang hadir. Ketiga, kesepakatan mengengai wilayah Indonesia
yang meliputi wilayah Hindia Belanda, Timor Timur, sampai Malaka (Hasil
kesepakatan 39 suara). Dan yang terakhir, pembentukan tiga panitia kecil
sebagai: Panitia Perancang UUD, Panitia Ekonomi dan Keuangan, Panitia Pembela
Tanah Air.
Akhirnya, pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia secara resmi memproklamasikan
kemerdekaannya. Sehari setelah kemerdekaan, BPUPKI diganti oleh PPKI yang
bertujuan untuk menyempurnakan rumusan Pancasila yang tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945.
4. Sidang PPKI (18 Agustus 1945)
Dalam sejarah Pancasila, sidang PPKI yang dilakukan sehari setelah Indonesia merdeka
masih saja terjadi perubahan pada sila pertama yang diusulkan oleh Muhammad Hatta.
Sila pertama yang semula berbunyi ”Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”, kemudian diubah menjadi lebih ringkas,
yaitu”Ketuhanan Yang Maha Esa”. Sehingga Pancasila menjadi:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Penghapusan sembilan kata dari sila pertama tersebut sering menjadi isu yang
kontroversial pada saat itu, bahkan hingga kini. Namun yang harus kita tanamkan dan
catat untuk diri masing-masing dari materi sejarah Pancasila ini, sila pertama yaitu
Ketuhanan Yang Maha Esa berlaku untuk semua rakyat Indonesia. Seharusnya apabila
kita meresapi sejarah Pancasila sebagai dasar negara Indonesia, segala permasalahan
yang menyangkut dengan sila pertama tidak harus dan tidak patut untuk terjadi lagi.
Karena hal tersebut akan bertentangan dengan Pancasila.
5. Instruksi Presiden No. 12 Tahun 1968
Semakin berkembangnya zaman, Pancasila dinilai mengalami beberapa keragaman
baik dalam rumusan, pembacaan atau pun pengucapannya. Untuk mengantisipasi
terhindarnya keragaman tersebut, Presiden Suharto pada tahun 1968 mengeluarkan
Instruksi Presiden tentang rumusan Pancasila yang benar, yaitu sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Itulah sejarah singkat lahirnya pancasila yang kini menjadi pandangan hidup untuk
berbangsa dan bernegara. Sudah sepatutnya kita menghargai para tokoh pembela terdahulu
yang telah mencetuskan dan menyusun Pancasila ini.
Pancasila merupakan jati diri bangsa yang harus kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Karena Pancasila ini merupakan ideologi bangsa Indonesia yang paling ideal dan tidak
dapat digantikan lagi oleh ideologi lain.

3 Konsep implementasi Pancasila dalam perumusan kebijakan sudah


terimplementasikan pada berbagai bidang kehidupan negara. Sudah barang
tentu konsep-konsep yang diuraikan pada perkuliahan bukan merupakan
konsep yang mutlak, melainkan merupakan konsep dasar sebagai bahan
diskusi. Jelaskan dengan singkat tentang implementasi Pancasila dalam
perumusan kebijakan pada bidang politik, ekonomi, sosial budaya, dan
Hankam!
1) IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM BIDANG POLITIK.
Pembangunan dan pengembangan bidang politik harus mendasarkan pada dasar
ontologis manusia. Hal ini di dasarkan pada kenyataan objektif bahwa manusia adalah
sebagai subjek Negara, oleh karena itu kehidupan politik harus benar-benar merealisasikan
tujuan demi harkat dan martabat manusia.
Pengembangan politik Negara terutama dalam proses reformasi dewasa ini harus
mendasarkan pada moralitas sebagaimana tertuang dalam sila-sila pancasila dam esensinya,
sehingga praktek-praktek politik yang menghalalkan segala cara harus segera diakhiri.
Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang politik
dituangkan dalam pasal 26, 27 ayat (1), dan pasal 28[2]. Pasal-pasal tersebut adalah
penjabaran dari pokok-pokok pikiran kedaulatan rakyat dan kemanusiaan yang adil dan
beradap yang masing-masing merupakan pancaran dari sila ke-4 dan ke-2 pancasila[3]. Kedua
pokok pikiran ini adalah landasan bagi kehidupan nasional bidang politik di Negara Republik
Indonesia.

Berdasarkan penjabaran kedua pokok pikiran tersebut, maka pembuatan kebijakan


negara dalam bidang politik harus berdasar pada manusia yang merupakan subyek
pendukung pancasila, sebagai mana dikatakan oleh Noto Nagoro (1975:23) bahwa yang
berketuhanan, berkemanusiaan,berpersatuan, berkerakyatan, dan berkeadilan adalah manusia.
Manusia adalah subyek negara dan oleh karena itu politik negara harus berdasar dan
merealisasikan harkat dan martabat manusia di dalamnya. Hal ini dimaksudkan agar sistem
politik negara dapat menjamin hak-hak asasi manusia.Dengan kata lain, pembuatan kebijakan
negara dalam bidang politik di Indonesia harus memperhatikan rakyat yang merupakan
pemegang kekuasaan atau kedaulatan berada di tangan rakyat. Selain itu, sistem politik yang
dikembangkan adalah sistem yang memperhatikan pancasila sebagai dasar-dasar moral
politik.

2) IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM BIDANG EKONOMI.


Di dalam dunia ilmu ekonomi terdapat istilah yang kuat yang menang, sehingga
lazimnya pengembangan ekonomi mengarah pada persaingan bebas dan jarang
mementingkan moralitas kemanusiaan. Hal ini tidak sesuai dengan Pancasila yang lebih
tertuju kepada ekonomi kerakyatan, yaitu ekonomi yang humanistic yang mendasarkan pada
tujuan demi kesejahteraan rakyat secara luas[4]. Pengembangan ekonomi bukan hanya
mengejar pertumbuhan saja melainkan demi kemanusiaan, demi kesejahteraan seluruh
masyarakat. Maka sistem ekonomi Indonesia mendasarkan atas kekeluargaan seluruh bangsa.
Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang politik
dituangkan dalam pasal 27 ayat (2), pasal 33 dan pasal 34[5]. Pasal-pasal tersebut adalah
penjabaran dari pokok-pokok pikiran kedaulatan rakyat dan keadilan sosial yang masingmasing
merupakan pancaran dari sila ke 4 dan sila ke-5 pancasila. Kedua pokok pikiran ini
adalah landasan bagi pembangunan sistem ekonomi pancasila dan kehidupan ekonomi
nasional.

3) IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM BIDANG SOSIAL DAN BUDAYA


Dalam pembangunan dan pengembangan aspek sosial budaya hendaknya didasarkan atas
sistem nilai yang sesuai dengan nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh masyarakat tersebut.
Terutama dalam rangka bangsa Indonesia melakukan reformasi di segala bidang dewasa ini.
Sebagai anti-klimaks proses reformasi dewasa ini sering kita saksikan adanya stagnasi nilai
social budaya dalam masyarakat sehingga tidak mengherankan jikalau di berbagai wilayah
Indonesia saat ini terjadi berbagai gejolak yang sangat memprihatinkan antara lain amuk
massa yang cenderung anarkis, bentrok antara kelompok masyarakat satu dengan yang
lainnya yang muaranya adalah masalah politik.
Oleh karena itu dalam pengembangan sosial budaya pada masa reformasi ini kita harus
mengangkat nilai-nilai yang dimiliki bangsa Indonesia sebagai dasar nilai yaitu nilai-nilai
pancasila itu sendiri. Dalam prinsip etika pancasila pada hakikatnya bersifat humanistic,
artinya nilai-nilai pancasila mendasarkan pada nilai yang bersumber pada harkat dan martabat
manusia sebagai makhluk yang berbudaya.
Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang politik
dituangkan dalam pasal , 29, pasal 31, dan pasal 32[6]. Pasal-pasal tersebut adalah penjabaran
dari pokok-pokok pikiran Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradap,
dan persatuan yang massing-masing merupakan pancaran dari sila pertama, kedua, dan ketiga
pancasila. Ketiga pokok pikiran ini adalah landasan bagi pembangunan bidang kehidupan
keagamaan, pendidikan, dan kebudayaan nasional

Berdasarkan penjabaran pokok-pokok pikiran tersebut, maka implementasi pancasila


dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang sosial budaya mengandung pengertian
bahwa nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat indonesia harus
diwujudkan dalam ptoses pembangunan masyarakat dan kebudayaan di indonesia. Dengan
demikian, pancasila sebagai sumber nilai dapat menjadi arh bagi kebijakan negara dalam
mengembangkan kehidupan sosial budaya indonesia yang beradab, sesuai dengan sila ke-2,
kemanusiaan yang adil dan beradab.Pengembangan sosial budaya harus dilakukan dengan
mengangkat nilai-nilaiyang dimliki bangsa indonesia, yaitu nilai-nilai pancassila. Hal ini
tidak dapat dilepaskan dari fungsi pancasila sebagai sebuah sistem etika yang keseluruhan
nilainya bersumber dari harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang beradap.

4) IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM BIDANG PERTAHANAN DAN


KEAMANAN.
Negara pada hakikatnya adalah merupakan suatu masyarakat hukum. Demi tegaknya hakhak
warga negara maka diperlukan peraturan perundang-undangan negara, baik dalam rangka
mengatur ketertiban warga maupun dalam rangka melindungi hak-hak warganya.
Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang politik
dituangkan dalam pasal 27 ayat (3) dan pasal 30 [7]. Pasal-pasal tersebut merupakan
penjabaran dari pokok pikiran persatuan yang merupakan pancaran dari sila pertama
pancasila. Pokok pikiran ini adalah landasan bagi pembangunan bidang pertahanan dan
keamanan nasional.
Berdasarkan penjabaran diatas, maka implementasi pancasila dalam pembuatan
kebijakan negara pada bidang pertahanan dan keamanan harus diawali dengan kesadaran
bahwa indonesia adalah negara hukum. Pertahanan dan keamanan negara di atur dan
dikembangkan menurut dasar kemanusiaan, bukan kekuasaandengan kata lain, pertahanan
dan keamanan indonesia berbasis pada moralitas keamanan sehingga kebijakan yang terkait
dengannya harus terhindar dari pelanggaran hak-hak asasi manusia.

Secara sistematis, pertahanan keamanan negara harus berdasar pada tujuan tercapainya
kesejahteraan hidup manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa (sila pertama dan
kedua), berdasar pada tujuan untuk mewujudkan kepentingan seluruh warga sebagai warga
negara (sila ke tiga), harus mampu menjamin hak-hak dasar, persamaan derajat serta
kebebasan kemanusiaan (sila keempat), dan ditujukan untuk mewujudkan keadilan dalam
hidup masyarakat (sila kelima). Semua ini dimaksudkan agar pertahanan dan keamanan dapat
ditempatkan dalam konteks negara hukum, yang menghindari kesewenang-wenangan negara
dalam melindungi dan membela wilayah negara dengan bangsa, serta dalam mengayomi
masyarakat.

4 Ideologi merupakan seperangkat sistem yang diyakini setiap warga


negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Kita tentu mengetahui bahwa setiap sistem keyakinan itu terbentuk
melalui suatu proses yang panjang karena ideologi melibatkan berbagai
sumber seperti kebudayaan, agama, dan pemikiran para tokoh.
Jelaskan yang dimaksud ideologi yang bersumber dari kebudayaan,
agama, dan pemikiran para tokoh!
A. Ideologi yang bersumber dari kebudayaan, artinya berbagaikomponen budaya yang
meliputi: sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, system
pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian hidup, sistem teknologi dan peralatan,
sebagaimana diungkapkan Koentjaraningrat dalam buku Kebudayaan Mentalitas dan
Pembangunan memengaruhi dan berperan dalam membentuk ideologi suatu bangsa.
Perlu diketahui bahwa ketika suatu ideologi bertitik tolak dari komponen-komponen budaya
yang berasal dari sifat dasar bangsa itu sendiri, maka pelaku-pelaku ideologi, yakni warga
negara, lebih mudah melaksanakannya. Para pelaku ideologi merasa sudah akrab, tidak asing lagi
dengan nilai-nilai yang terdapat dalam ideologi yang diperkenalkan dan diajukan kepada mereka

B. Di saat ideologi bersumber dari agama, maka akan ditemukan suatu bentuk negara
teokrasi, yakni sistem pemerintahan negara yang berlandaskan pada nilai-nilai agama tertentu.
Apabila suatu negara bercorak teokrasi, maka pada umumnya segala bentuk peraturan hukum
yang berlaku di negara tersebut berasal dari doktrin agama tertentu. Demikian pula halnya,
dengan pemimpin negara teokrasi pada umumnya adalah pemimpin agama. Dalam
rumusan bahasa yang sederhana, dapat diberikan rumusan tentang negara teokrasi sebagai
berikut. NT = HA
+ PA (Negara Teokrasi = Hukum Agama + Pemimpin Agama). Pada zaman dahulu, banyak
negara yang bercorak teokrasi, seperti kerajaan-kerajaan di Cina, Jepang, bahkan Indonesia pada
zaman kerajaan. Dewasa ini, bentuk negara teokrasi masih menyisakan beberapa negara di
antaranya ialah negara Vatikan.

C. Marxisme termasuk salah satu di antara aliran ideologi (mainstream) yang berasal dari
pemikiran tokoh atau filsuf Karl Marx.
Pengaruh ideologi Marxisme masih terasa sampai sekarang di beberapa negara, walaupun hanya
menyisakan segelintir negara, seperti Korea Utara, Kuba, Vietnam. Bahkan Cina pernah berjaya
menggunakan ideologi Marxis di zaman Mao Ze Dong, meskipun sekarang bergeser menjadi
semiliberal, demikian pula halnya
dengan Rusia.

5 ) Pada saat ini digitalisasi sistem informasi sangat berkembang pesat dan
sumber-sumber
informasi dapat dengan mudah diakses oleh generasi muda, bagaimana
caranya
mempertahankandan menanamkan nilai-nilai pancasila pada generasi muda
agar tetap
terjaga dengan baik

Sebagai warga Indonesia, Pancasila merupakan dasar Negara Republik Indonesia yang harus
tertanam betul dalam hati. Memberikan pemahaman nilai-nilai Pancasila tidak berarti dimulai
saat di bangku sekolah dasar. Nilai-nilai luhur Pancasila menjadi pondasi dalam diri dan perlu
ditanam sejak dini agar ketika anak itu dewasa memiliki karakter kebangsaaan dan tertanam
dalam hati.

Anak-anak usia dini yang masih berada dalam usia emas akan sangat mudah menangkap dan
mempraktekkan suatu hal. Oleh karena itu, wajib bagi setiap orang tua mengenal nilai Pancasila
dalam keseharian anak. Namun, tentu saja bukan memperkenalkan secara teoritis. Anak-anak
bisa mulai mengenal Pancasila melalui aktivitas sehari-hari. Nah, berikut ini beberapa aktivitas
yang menjadi modal awal untuk mengenalkan nilai-nilai luhur Pancasila pada anak.

1.Rutin mengajak anak beribadah bersama

Sila pertama Pancasila mengandung nilai Ketuhanan yang didalamnya memberikan tugas kepada
orang tua untuk mengenalkan dan mengajarkan anak tentang agama. Untuk anak yang masih
berusia dini, salah satu cara termudah mengenalkan anak dengan agama dan Tuhan YME adalah
dengan mengajaknya beribadah bersama. Lebih baik jika rutin kita ajak beribadah di tempat
ibadah sesuai agama masing-masing.

Cara lain yang bisa orang tua ajarkan pada anak sebagai penanaman Pancasila sila pertama
adalah dengan membiasakan berdoa di setiap aktivitas anak. Misalnya sebelum makan, tidur atau
bermain. Jangan lupa orang tua selalu mengingatkan untuk berdoa terlebih dahulu. Mengenalkan
anak pada kitab suci juga menjadi salah satu pengamalan Pancasila untuk anak kita yang masih
berusia dini.

2.Berkunjung ke rumah saudara


Berkunjung ke rumah sanak saudara, teman atau tetangga merupakan salah satu cara
menumbuhkan nilai Pancasila pada anak usia dini. Sila kedua yang mengandung makna
kemanusiaan, berarti menugaskan kepada orang tua agar senantiasa menanamkan karakter
simpati dan empati dalam diri anak kita.

Cara yang dapat dilakukan orang tua adalah dengan meminta anak menghibur temannya yang
sedang menangis, menolong teman jika melihatnya terjatuh atau kesusahan, dan lain sebagainya.
Pembiasaan-pembiasaan ini lambat laun akan menjadikan anak tumbuh dengan jiwa
kemanusiaan yang tinggi.

3.Mengajak teman bermain bersama

Pada sila ketiga Pancasila terkandung makna persatuan. Dalam hal ini orang tua wajib
membiasakan anak untuk rukun. Baik rukun dengan teman bermain, dengan cara mengajak
teman bermain bersama tanpa membedakan status sosial. Jangan lupa untuk mengajarkan anak
tentang kebersamaan, Misalnya sesekali mengajak anak dan teman-temannya makan kue
bersama di teras rumah. Selain membuat anak-anak senang, hal ini juga membelajari anak kita
tentang makna penting dari kebersamaan.

4.Memberikan kesempatan pada anak untuk memilih sesuai keinginannya

Musyawarah untuk mufakat menjadi makna sila keempat pancasila. Tugas kita sebagai orang tua
adalah memberikan kebebasan atau kesempatan untuk anak dalam menentukan keinginannya.
Salah satu cara sederhana menanamkan nilai Pancasila sila keempat ini misalnya dengan
menanyakan kepada anak tentang menu makanannya. Anak tentu akan memberikan beberapa
argumen tentang makanan apa yang mereka inginkan. Atau bisa juga dengan memberikan
kesempatan pada anak untuk memilih pakaian yang ingin mereka pakai sendiri. Dari dua contoh
kebiasaan ini, menjadi dasar orang tua untuk membiasakan anak berpendapat dan mendengarkan
pendapat orang lain.

5.Berbagi dengan teman

Keadilan menjadi makna penting dalam sila kelima Pancasila. Orang tua dapat membiasakan
anak untuk berbagi dengan orang lain. Contoh sederhana misalnya berbagi mainan atau makanan
dengan teman. Mengingat anak untuk bersikap adil terhadap semua teman, tidak membedakan
teman, senantiasa untuk mau bermain dengan semua teman menjadi anak kita terbiasa untuk
hidup adil dalam segala hal.

Anda mungkin juga menyukai