Anda di halaman 1dari 165

PendidikanPancasila

Dr. Dra. Dyah Listyarini, SH, MH


Materi Perkuliahan

1. Pengantar Pendidikan Pancasila.


2. Pancasila sebagai sistem filsafat.
3. Pancasila sebagai etika politik.
4. Pancasila sebagai ideologi Nasional.
5. Pancasila dalam konteks sejarah perjuangan bangsa.
6. Pancasila sebagai identitas dan karakter bangsa.
7. Pancasila dalam sistem politik indonesia.
8. Pancasila sebagai paradigma pembangunan.
9. Aktualisasi pancasila sebagai peradigma kehidupan
bangsa Indonesia di lingkungan kampus.
BAB I
Pengantar Pendidikan Pancasila.
1. Latar Belakang Pendidikan Pancasila

1. Perjuangan rakyat Indonesia meraih kemerdekaan sangat


panjang dan penuh pengorbanan : harta maupun nyawa
2. Mewujudkan kesatuan dan persatuan bangsa dari Sabang
hingga Merauke
3. Dirumuskan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
dan dasar negara Republik Indonesia
4. Pandangan hidup Pancasila digunakan untuk membangun
masyarakat Indonesia
5. Menjadi masyarakat yang adil dan makmur
6. Harus dilandasi dng dasar yg kuat yaitu PANCASILA
Pendidikan Pancasila bagi mahasiswa, karena
mahasiswa adalah generasi penerus bangsa
utk kemajuan Indonesia.
Pemerintah melakukan perubahan perubahan
kurikulum agar mampu menjawab perubahan
perubahan nilai-nilai dimasyararakat karena
perubahan zaman atau globalisasi serta masa
reformasi.
• Reformasi di Indonesia telah berjalan, tetapi
kenyataannya hasilnya malah cenderung negatip
di bidang politik, ekonomi, dan hukum.
• Saat ini ekonomi di Indonesia sudah mengarah
pada sistem liberal, dng datangnya pasar
modern yg menggusur pasar tradisional.
• Penegakan hukum juga belum maksimal
terhadap keadilan.
• Kita menginginkan karakter bangsa yg sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila.
• Maka Pancasila perlu kita tegakkan
• Dan menjadi rujukan dlm pengambilan keputusan
dalam berbagai kebijakan : bidang ekonomi, sosial,
politik, dan hukum.
2. Pengertian Pancasila

Pengertian Pancasila meliputi pengertian :


• secara Etimologis
• pengertian Pancasila secara Historis dan
• pengertian Pancasila secara terminologis.
a. Pengertian Pancasila secara Etimologis.

• Menurut Muhamad Yamin istilah Pancasila berasal dari


bahasa Sansekerta dari India, yaitu "panca" artinya lima,
"syila" vokal "i" pendek artinya batu sendi atau dasar, "syila"
vokal "i" panjang artinya tingkah laku yang baik, yang penting
atau yang senonoh.
• Kata-kata tersebut dlm bhs jawa diartikan "susila" yg memiliki
hubungan dengan moralitas.
• Oleh karena itu secara etimologis "Pancasila" adalah istilah
"Panca Syila" dengan vokal "i" pendek memiliki makna
"berbatu sendi lima" atau secara harfiah memiliki arti: dasar
yang memiliki lima unsur.
Ajaran Pancasila menurut Budha adalah merupakan lima aturan
(larangan) yang harus ditaati oleh para penganutnya, adalah:
1. Panatipada veramani sikhapadam samadiyani, artinya
jangan mencabut nyawa mahluk hidup atau dilarang
membunuh.
2. Dina dana veramani sikhapadam samadiyani, artinya
jangan mengambil barang yang tidak diberikan atau jangan
mencuri.
3. Kameshu micchara veramani sikhapadam samadiyani,
artinya janganlah berzina.
4. Musawada veramani sikhapadam samadiyani, janganlah
berkata palsu atau berdusta.
5. Sura meraya masjja pamada tikana veramani, artinya
janganlah meminum minuman keras.
b. Pengertian secara Historis.

a) Perumusan Pancasila diawali pada sidang BPUPKI dipimpin


oleh dr. Radjiman Widyodiningrat.
b) Pada sidang tersebut membahas tentang perumusan dasar
negara Indonesia yang akan dibentuk.
c) Pada sidang tersebut tanggal 1 juni 1945, Ir. Soekarno
berpidato secara lisan megenai calon rumusan dasar negara
Indonesia.
d) Oleh Soekarno mengusulkan dasar negara Indonesia adalah
"Pancasila", yang artinya lima dasar.
e) Pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia memplokamirkan
kemerdekaan.
f) Tanggal 18 agustus 1945 disahkan UUD 1945 termasuk
Pembukaan UUD 1945 termuat nama Pancasila.
Secara historis rumusan Pancasila adalah sebagai berikut:
1) Mr. Muhamad Yamin (29 Mei 1945)
Sidang BPUPKI tanggal 29 Mei 1945, Mr. Muhamad Yamin
berpidato tentang perumusan dasar negara Indonesia
mengemukakan Pancasila yg rumusannya adalah sebagai
berikut:
1. Peri Kebangsaan.
2. Peri Kemanusiaan.
3. Peri Ketuhanan.
4. Peri Kerakyatan.
5. Kesejahteraan Rakyat.
Setelah berpidato Mr. Muhamad Yamin juga
menyampaikan usul tertulis mengenai rancangan UUD
Republik Indonesia. Dalam UUD tersebut tercantum lima
asas dasar negara yang rumusannya sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kebangsaan Persatuan Indonesia.
3. Rasa kemanusiaan yang adil dan beradap.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
2) Ir. Soekarno (1 juni 1945)
Padasidang BPUPKI Ir. Soekarno menyampaikan pidatonya
tentang Pancasila sebagai rumusan dasar negara adalah
sebagai berikut:
1. Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia.
2. Internasionalisme atau Perikemanusiaan.
3. Mufakat atau Demokrasi.
4. Kesejahteraan Sosial.
5. Ketuhanan yang berkebudayaan.
Pada tahun 1947 pidato Ir. Soekarno diterbitkan dan diberi
judul lahirnya Pancasila yaitu tanggal 1 juni.
3. Piagam Jakarta ( 22 juni 1945 )

• Pada tgl 22 Juni 1945 sembilan tokoh nasional dan juga tokoh
Dokuritu Zyumbi Tioosakay mengadakan pertemuan utk
membahas pidato serta usul-usul mengenai dasar negara yg
telah dikemukakan dalam sidang Badan Penyelidik.
• Sembilan tokoh tesebut dikenal dengan "Panitia Sembilan", yg
mengadakan sidang berhasil menyusun sebuah naskah piagam
yg dikenal "Piagam Jakarta" yg didalamnya memuat Pancasila,
sebagai buah hasil pertama kali disepakati oleh sidang.
Adapun rumusan Pancasila sebagaimana termuat dalam Piagam
Jakarta adalah sebagai berikut:
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari'at Islam
bagi pemeluk-pemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan berdab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
c. Pengertian Pancasila secara Terminologis.

• Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17


Agustus 1945 telah melahirkan negara Repulik
Indonesia.
• Pada tanggal 18 Agustus 1945, telah di sahkan UUD
1945.
• Adapun UUD 1945 terdiri atas dua bagian yaitu
Pembukaan UUD 1945 dan Pasal-pasal UUD 1945
yang berisi 37 pasal, 1 aturan Peralihanyang terdiri
atas 4 pasal, dan 1 aturan tambahan terdiri atas 2
ayat.
Pembukaan UUD 1945 tercantum rumusan Pancasila
sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradap.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Rumusan Pancasila yang tercantum dalam pembukaan
UUD 1945 secara konstitusional adalah sah dan benar
sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang di
sahkan oleh PPKI yang mewakili seluruh rakyat
Indonesia.
3. Maksud dan Tujuan Pendidikan Pancasila.

Pendidikan adalah: upaya sadar dari suatu masyarakat


dan pemerintah suatu negara untuk menjamin
kelangsungan hidup dan kehidupan generasi
penerusnya, selaku warga masyarakat bangsa dan
negara, secara berguna, bermakna serta mampu
mengantisipasi hari depan mereka yang selalu
berubah yang selalu terkait dengan konteks budaya,
bangsa dan negara serta hubungan internasional.
Pendidikan Pancasila mengarahkan perhatian pada
moral, sikap dan perilaku yang diwujudkan dalam
kehidupan sehari-hari yaitu,
• perilaku yang memancarkan iman, dan takwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat
Indonesia yang terdiri atas berbagai golongan
agama,
• perilaku yang bersifat kemanusiaan yang adil dan
beradab,
• perilaku beragam kebudayaan serta
mengutamakan kepentingan bersama diatas
kepentingan pribadi atau perorangan.
Tujuan Pendidikan Nasional berdasarkan UU NO: 2 Tahun
1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 4,
yaitu Pendidikan Nasional bertujuan untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya,
yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta
bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Pasal 31 ayat 3 UUD 1945, menyatakan bahwa
pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan
satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan
keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur
dengan Undang-Undang.
• Misi atau tanggung jawab Pendidikan Pancasila
adalah: pada mahasiswa ditumbuhkan kesadaran,
sikap dan perilaku yang bersendikan nilai-nilai
Pancasila yang menguasai Iptek dan seni.
• Pancasila sebagai dasar negara dan pegangan hidup
dari bangsa Indonesia akan menjadikan Indonesia
tertib aman dan sejahtera.
• Pendidika Pancasila sebagai salah satu komponen
mata kuliah dasar umum (MKU), memegang peranan
penting dalammembentuk kepribadian mahasiswa di
Perguruan Tinggi.
Mahasiswa setelah lulus dari menyelesaikan studi di
Perguruan Tinggi, diharapkan tidak sekedar
berkembang daya intektualitasnya, namun juga sikap
dan perilakunya. Sikap dan perilaku tersebut
diharapkan menjadi dasar keilmuan yang dimiliki agar
bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga dan
masyartakat.
Menurut Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, tujuan
Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi adalah:
1. Dapat memahami, menghayati dan melaksanakan
Pancasila dan UUD 1945 dalam kehidupan sebagai warga
negara Republik Indonesia yang berjiwa Pancasila.
2. Menguasai pengetahuan dan pemahaman tentang
beragam masalah dasar kehidupan bermasyarakat,
berbanmgsa dan bernegara yang hendak diatasi dengan
penerapan pemikiran yang berlandaskan Pancasila dan
UUD 1945.
3. Memupuk sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-
nilai dan norma Pancasila (Dirjen Dikti, 1995: 3).
Menurut Lembaga Pancasila IKIP Malang (990:5), bahwa tujuan
mempelajari Pancasila adalah :
1. Meningkatkan penghayatan dan pengamalan nilai
Pancasila yang benar dan sah, yang dapat dipertanggung
jawabkan secara: hukum dasar (yuridis-konstitusional),
teoritis ilmiah, filosofis ideologis (Pancasila adalah ajaran
Filsafat dan ideologi bangsa Indonesia), etis moral
(pancasila adalah pandangan hidup dan moral bangsa),
teistis-relegius (karena Pancasila khususnya sila pertama
Ketuhanan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing masing berdasarkan kemanusiaan
yang adil dan beradap).
2. Meningkatkan kesadaran dan kebangaan, bahwa nilai
Pancasila bersumber pada sosio budaya bangsa, sebagai
perwujudan jiwa dan kepribadian bangsa.
3. Meningkatkan kesetiaan dan kebanggaan sebagai warga
negara (Pancasila dan UUD 1945) sebagai suatu nilai
yang utuh, karena bangsa Indonesia bertekad
mengembangkan, mewariskan dan melestarikan
Pancasila dan UUD 1945.
Pancasila sudah merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia
yang sudah berakar dalam kepribadian bangsa kita, maka
Pancasila dapat diterima sebagai dasar negara Indonesia yang
mengatur ketatanegaraan Indonesia.
Pancasila juga tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945.
Didalam kita ber Pancasila ada istilah "Tri -prakara", yaitu:
1. Pancasila Negara.
2. Pancasila adat kebudayaan.
3. Pancasila religius. (A.T.Sugito,2002:14).
Pendidikan Pancasila yang berhasil akan membuahkan sikap
mental yang bersifat cerdas, penuh tanggung jawab dari
peserta didik yang:
1. Beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2. Berperikemanusiaan yang adil dan beradap.
3. Mendukung persatuan bangsa.
4. Mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan
bersama diatas kepentingan perorangan dan
5. Mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial
(Syahrial Syarbaini,2011:9).
4. Landasan Pendidikan Pancasila.

a. Landasan Historis.

• Secara historis Pancasila dirumuskan dengan tujuan untuk


dipakai sebagai dasar Indonesia Merdeka.
• Bukti atau fenomena historis menjadi landasan bahwa
Pancasila akan dijadikan dasar negara, dapat disimak pada
peristiwa-peristiwa diantaranya pada saat Ir. Sukarno, dalam
pidato tanggal 1 juni 1945 dalam sidang Badan Penyelidik
Persiapan Kemerdekaan Indonesia mengemukakan dasar
negara Indonesia merdeka yaitu: Philosofische Grondslag dari
Indonesia merdeka.
• Selanjutnya Ir. Sukarno memberi nama Philosofische
grondslag atau dasar falsafah negara Indonesia Merdeka
tersebut : Pancasila.
• Keyakinan bangsa Indonesia telah begitu tinggi terhadap
kebenaran nilai-nilai Pancasila dalam sejarah kenegaraan
negara Indonesia.
• Sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal
18 agustus 1945 oleh PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia) menetapkan Dasar Negara bagi negara Republik
Indonesia, dengan menetapkan UUD 1945.
• Maka Pancasila terdapat dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 secara resmi menjadi Dasar Negara Republik
Indonesia.
• Pancasila dalam perjalanan historisnya mendapat tempat
yang berbeda-beda dalam pandangan rezim pemerintahan
yang berkuasa.

• Pada masa Orde baru, Pancasila harus dihayati dan diamalkan


dengan berpedoman pada butir-butir yang telah ditetapkan
oleh MPR melalui Tap. MPR No. II/MPR/1978 tentang P-4.
• Namun, penafsiran rezim Orde baru membuat kenyataan
dalam masyarakat dan bangsa berbeda dengan nilai-nilai
Pancasila yang sesungguhnya.
• Oleh karena itu timbullah tuntutan reformasi dalam segala
bidang. Dalam kenyataan ini, MPR melalui TAP. MPR No.
XVIII/MPR/1998 tentang Pancasila sebagai Dasar Negara,
yang mengandung makna ideologi nasional sebagai cita-cita
dan tujuan negara.
b. Landasan Yuridis.

• Rumusan Pancasila dalam Pembukaan UUD 1945, mengandung


konsekwensi bahwa Pancasila secara yuridis konstitusional telah secara
formal menjadi Dasar Negara Republik Indonesia.
• Sebagai Dasar Negara, Pancasila mempunyai kekuatan mengikat secara
yuridis.
• Hal itu berarti bahwa Pancasila telah menjadi sumber tertib hukum, serta
jiwa seluruh kegiatan negara, dengan demikian Pancasila sebagai dasar
negara harus menjadi landasan bagi peraturan-peraturan dalam tertib
hukum di Indonesia, yaitu menjadi sumber penyusunan perundang-
undangan.
• Aturan - aturan hukum yang dimaksudkan adalah seperti : UUD, Ketetapan
MPR, Undang-Undang, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
dan Peraturan Daerah (Ketetapan NO: 3/MPR/2000).
Kongkrittisasi landasan yuridis Pendidikan Pancasila dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1) Pembukaan UUD 1945. Pancasila sebagai dasar negara terdapat dalam
alenia ke-4 Pembukaan UUD 1945.
Konsekuensinya maka Pancasila merupakan pokok kaidah yang
fundamental; peraturan hukum yang tertinggi; merupakan rangka,
suasana, dasar dan tujuan pendidikan.
2) Undang-Undang Dasar 1945. Pasal 31 UUD 1945 menyebutkan bahwa ,
a) Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran,
b) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pengajaran nasional yang diatur dengan Undang-Undang.
3) Ketentuan tersebut merupakan realisasi dari salah satu tujuan negara
yang terdpat pada Pembukaan UUD 1945.
Penyelenggaraan pendidikan pancasila merupakan usaha dari
Pemerintah Indonesia, agar setiap warga negara dapat
mengembangkan kecerdasan yang tinggi disertai budi pekerti
yang luhur supaya mampu dan siap menjadi manusia
pembangunan yang berjiwa pancasila.

1. Ketetapan MPR (Tap MPR No. IV/MPR/1999). Ketetapan


MPR adalah peraturan setelah UUD 1945,dalam
ketetapan itu disebutkan tentang visi bangsa Indonesia
kedepan. Visi bangsa Indonesia kedepan adalah:
pengamalan Pancasila secara konsisten dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2. Undang-Undang NO: 2 tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Undang-Undang (UU )adalah peraturan perundangan setelah ketetapan
MPR. Dalam UU NO:2 tahun 1989, ditegaskan bahwa: Pendidikan adalah
usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui bimbingan,
pengajaran, dan atau pelatihan untuk kehidupan dimasa datang, dengan
tetap berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945.
3. Peraturan Pemerintah NO: 60 tahun 1999 tentang Sistem Pendidikan
Tinggi. Pada Peraturan Pemerintah NO: 60 tahun 1999 tentang Sistem
Pendidikan Tinggi, pasal 2 ayat 2 : disebutkan bahwa penyelenggaraan
kegiatan yang dimaksud adalah berpedoman pada pendidikan nasional,
kaidah, moral dan etika ilmu pengetahuan.
Dengan demikian bahwa penyelenggaraan Pendidikan Pancasila di
Perguruan Tinggi telah memenuhi dasar alasan yuridis yang kuat.
c. Landasan Kultural.
• Bangsa Indonesia memiliki pandangan hidup sendiri yang berbeda dengan
bangsa lain. Pandangan hidup bagi suatu bangsa adalah suatu hal yang
tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan bangsa itu sendiri, baik dari nilai
nilai kepribadian maupun pada jati diri.
• Pancasila merupakan cerminan kepribadian dan jati diri bangsa Indonesia
yang telah lama tumbuh pada kehidupan bangsa Indonesia, hal itu
merupakan pemikiran dan konsetual dari tokoh-tokoh bangsa Indonesia
seperti: Ir. Soekarno, Drs. Muhamad Hatta, Mr. Muhamad Yamin, Prof. Mr.
Dr. Supomo dan tokoh-tokoh lainnya.
• Dengan demikian generasi penerus bangsa, termasuk para mahasiswa
harus dapat memahami dan melaksanakan nilai-nilai Pancasila sesuai
dengan perkembangan zaman.
• Oleh karena itu Pancasila harus diwariskan kepada generasi
muda bangsa Indonesia melalui pendidikan. Tanpa usaha
mewariskan Pancasila pada generasi muda melalui pendidikan,
negara dan bangsa akan kehilangan hasil budaya atau kultural
yang sangat penting dalam sejarah Indonesia.
• Contoh misalkan: bangunan masjid, gereja, candi borobudur,
candi prambanan, dsb adalah tempat peribadatan agama dan
pemeluknya saling rukun berdampingan.
• Juga ada Balai desa (jawa), Balai Agung (Bali), Balai Nagari
(Minang kabau) adalah tempat untuk mengadakan
musyawarah mufakat dalam memecahkan permasalahan. dsb.
d. Landasan Filosofis.
• Pancasila sebagai dasar filsafat negaraharus menjadi sumber bagi
segala tindakan penyelenggara negara, sebab secara intrinsik bahwa
nilai-nilai Pancasila berwujud dan bersifat filosofis dan secara praktis
nilai tersebut berupa pandangan hidup atau filsafat hidup bangsa
Indonesia.
• Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara pandangan hidup atau
tatanan hidup yang baik sangatlah diperlukan. karena dalam tatanan
kehidupan yang baik akan tercipta suatu kedamaian dan
ketentraman.
• Pendidikan Pancasila secara filosofis sangatlah strategis secara
pemikiran untuk mengembangkan serta melaksanakan Pancasila
secara murni dan konsekwen dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara pada saat kondisi apapun termasuk pada kondisi saat ini
memasuki era globalisasi.
RANGKUMAN
• Latar belakang pentingnya Pendidikan Pancasila bagi generasi penerus
bangsa, khususnya bagi mahasiswa adalah sebagai generasi penerus
bangsa yang cerdas dan berwawasan luas dalam menghadapi tantangan
zaman yang semakin maju serta memiliki kepribadian dan jati diri sesuai
dengan nilai-nilai kaidah dalam Pancasila.
• Pancasila lahir tanggal 1 juni sebagai dasar negara Indonesia merupakan
alat pemersatu bangsa dari Sabang sampe Merauke yang beraneka ragam
adat budaya bersatu padu untuk kesatuan dan persatuan Indonesia.
• Lima sila yang ada dalam Pancasila merupakan dasar negara yang kokoh
dan kuat untuk membawa masyarakat Indonesia adil makmur dan
sejahtera.
• Dengan memahami, menghayati dan melaksanakan Pancasila dalam
kehidupan sehari hari hidup akan menjadi lebih tentram dan damai tidak
ada pertikaian tidak ada permusuhan, kita satu bangsa satu negara dan
satu bahasa yaitu bahasa Indonesia.
BAB II
Pancasila Sebagai Sistem Filsafat.
1. Pengertian sistem Filsafat.

• Secara etimologi, kata filsafat berasal dar bahasa yunani, yaitu


"Philosophia", philo / philos / philein yang artinya cinta / pecinta /
mencintai dan "Sophia", yang berarti kebijakan / wisdom / kearifan /
hikmah / hakikat kebenaran.

• Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian "Filsafat", adalah cinta akan


kebijakan atau hakikat kebenaran.

• Berfilsafat berati berpikir sedalam-dalamnya (merenung) terhadap


sesuatu secara metodik, sistematis, menyeluruh, dan universal, untuk
mencari sesuatu.

• Menurut D. Runes dikatakan pula bahwa, bahwa filsafat berarti ilmu yang
paling umum, serta mengandung usaha mencari kebijakan atau cinta
akan kebijakan (syahrial syarbaini, 2011:18).
• Filsafat merupakan kegiatan pemikiran yang tinggi dan
murni (tidak terikat langsung dengan objek), yang
mendalam dan daya pikir subjek manusia dalam memahami
segala sesuatu dalam mencari kebenaran.

• Membahas Pancasila sebagai sitem filsafat, kita pahami


terlebih dahulu tentang pengertian "Sistem". Sistem adalah
diartikan sebagai suatu keseluruhan yang terdiri dari aneka
bagian yang bersama-sama membentuk satu kesatuan yang
utuh (A.T.Soegito,2002:154).
Suatu sistem harus memenuhi lima persyaratan seperti
berikut ini:
1. Merupakan satu kesatuan yang utuh.
2. Bersifat konsisten dan tidak kontradiktif.
3. Ada hubungan antara yang satu dengan bagian yang
lain.
4. Ada keseimbangan dalam kerja sama.
5. Semua mengabdi pada tujuan bersama (Soerjanto
Poespowardojo,1998:94).
Pancasila yang telah disahkan secara formal didalam
Pembukaan UUD 1945 itu telah memenuhi syarat sebagai
sistem filsafat, sebagai sistem filsafat, Pancasila yang terdiri
dari lima sila merupakan satu kesatuan yang utuh pada sila-
silanya.
2. Aliran Filsafat.
Menurut Laboratorium Pancasila IKIP Malang : bahwa aliran-aliran utama
yang ada sejak dahulu sampai sekarang, meliputi sebagai berikut.
1. Aliran Materialisme.
Aliran Materialisme mengajarkan bahwa hakikat realitas kesemestaan,
termasuk mahlu hidup dan manusia adalah materi. Semua realitas itu
ditentukan oleh materi (misalnya benda-benda - ekonomi) yang
bersifat obyektif.
2. Aliran Idealisme/Spiritualisme.
Aliran Idealisme atau Spiritualisme mengajarkan bahwa ide atau spirit
manusia yang menentukan kehidupan sangat menyadari serta sadar
akan realitas dirinya dan kesemestaan alam yang seimbang, karena
pada diri manusia ada akal dan budi untuk mencapai realitas.
3. Aliran Realisme.
Aliran Realisme menggambarkan suatu kenyataan yang realitis pada
manusia, ada keseimbangan antara jasmani dan rohaniah serta materi
dan non materi.
3. Pengertian Pancasila Secara Filsafat.

Pancasila yang memiliki kesatuan yang utuh dalam sila-silanya


ini, dalam sistem filsafat ada tiga aspek yaitu, aspek ontologi,
aspek epistemologi, dan aspek aksiologi.
a. Aspek Ontologi.
Dalam aspek Ontologi menurut Runes ialah teori tentang
keberadaan atau eksistensi, menurut Aristoteles Ontologi
adalah ilmu yang menyelidiki hakekat sesuatu dan
disamakan artinya dengan metafisika, artinya bahwa
pemikiran manusia mengerti hakikat sesuatu yang ada di
sekitarnya, yaitu alam dan kehidupannya.
Bidang Ontologi ini meliputi penyelidikan tentang makna
keberadaan (ada, eksistensi, keberadaan) manusia, ada
alam semesta, juga ada mutlak yang tidak terbatas sebagai
maha sumber ada semesta: artinya, Ontologi menjangkau
adanya Tuhan dan alam ghoib, seperti rohani dan
kehidupan sesudah kematian (aqlam dibalik dunia, alam
metafisika).
Jadi Ontologi, adalah bidang yang menyelidiki makna yang
ada (eksistensi dan keberadaan), termasuk ada alam,
manusia, metafisika dan kesemestaan.
b. Aspek Epistemologi.

Menurut Runes, Epistemologi adalah bidang atau cabang


Fisafat yang menyelidiki asal, syarat, susunan, metode, dan
validitas ilmu pengetahuan.
Epistemologi, meneliti sumber pengetahuan, proses dan
syarat terjadinya pengetahuan, batas dan validitas ilmu
pengetahuan.
Jadi Epitemologi bisa disebut "ilmu tentang Ilmu" atau
teori terjadinya ilmu atau science of science.
Contohnya : matematika, logika, gramatika dan semantika.
c. Aspek Aksiologi.

Aksiologi menurut Runes berasal dari istilah yunani "Axios",


yang berarti nilai, manfaat, pikiran atau ilmu / teori. Dalam
pengertian moden, aksiologi disamakan dengan teori nilai.
Menurut Prof. Brameld, aksiologi dapat disimpulkan suatu
cabang filsafat yang menyelidiki:
• Tingkah laku moral yang berwujud etika.
• Ekspresi etika yang berwujud estetika atau seni
keindahan, serta
• Sosio-politik yang berwujud ideologi.
Bidang Aksiologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki
makna nilai, sumber jenis, jenis dan tingkatan nilai, serta
hakikat nilai.
Sebagaimana kita pahami bahwa kehidupan manusia selalu
dipengaruhi oleh nilai nilai dalam hidup, bahkan nilai-nilai
ketuhanan dan agama, karena nilai merupakan fungsi
jasmani maupun rohani, karena martabat manusia juga
ditentukan oleh nilai kepribadiannya serta kebajikannya
dalam prilaku maupun tindakan.
RANGKUMAN.

• Dalam kehidupan bangsa Indonesia, bahwa Pancasila memiliki nilai


nilai yang diyakini akan kebenarannya baik dalam kehidupan dan
penghidupan serta memberikan watak kepribadian yang khas dari
bangsa Indonesia.
• Filsafat Pancasila yang memiliki arti cinta akan kebijakan / kebenaran
yang mengandung nilai serta arah untuk tingkah laku serta perbuatan
yang baik dalam kehidupan sehari hari.
• Filsafat, merupakan suatu ajaran atau sistem nilai yang baik berwujud
pandangan hidup (filsafat hidup) yang dianut suatu masyarakat,
bangsa dan negara.
• Aliran- aliran dalam dalam filsafat meliputi : aliran materialisme,
idealisme dan realisme.
• Dalam filsafat Pancasila juga memiliki tiga aspek yaitu : Aspek Ontologi,
Aspek Epistemologi, Aspek Aksiologi.
BAB III
Pancasila Sebagai Etika Politik.
1. Pengertian Etika Politik.

Etika Politik termasuk dalam lingkungan filsafat.


Pada bidang ilmu pengetahuan filsafat dibagi menjadi beberapa
cabang menurut lingkungan bahasan masing masing. Cabang-
cabang itu dibagi menjadi dua kelompok bahasan pokok yaitu
filsafat teoritis dan filsafat praktis.
Filsafat teoritis membahas segala sesuatu yang ada, misal
tentang hakekat manusia, alam serta realitas ilmu pengetahuan.
Filsafat Praktis adalah membahas tentang bagaimana manusia
bersikap dalam menggerakkan kehidupannya.
Etika termasuk kelompok etika praktis dan dibagi menjadi dua,
yaitu etika umum dan etika khusus.
Etika merupakan pemikiran kritis dan mendasar tentang
ajaran-ajaran dan pandangan moral.

Menurut Louis O. Kattsoff dalam bukunya Sujono Sumargono,


Etika adalah sesuatu dasar-dasar filosofis dalam hubungan
dengan tingkah laku manusia. Dalam hal ini termasuk etika
politik yang berkenaan dengan dimensi politis kehidupan
manusia.
Etika berkaitan dengan norma moral, yaitu norma untuk
mengukur betul salahnya tindakan manusia sebagai manusia.
Dengan demikian etika politik mempertanyakan tanggung
jawab dan kewajiban manusia sebagai manusia dan bukan
hanya sebagai warga negara terhadap negara, hukum yang
berlaku dan lain sebagainya.
Fungsi etika politik dalam masyarakat terbatas pada
penyediaan alat-alat teoritis untuk mempertanyakan serta
menjelaskan legitimasi politik secara bertanggung jawab.
Jadi tidak berdasarkan emosi, prasangka dan apriori,
melainkan secara rasional, objektif dan argumentatif.
2. Pengertian Nilai, Moral dan Norma.

Nilai, moral dan norma merupakan konsep yang saling


berkaitan. Ketiga konsep ini saling terkait dalam memahami
Pancasila sebagai etika politik.

A. Nilai.
Nilai atau "Value" (bhs. Ingris) termasuk bidang kajian filsafat.
Persoalan tentang nilai dibahas dan dipelajari salah satu
cabang filsafat yaitu Filsafat Nilai (Axiology, Theory of Value).
Filsafat sering juga di artikan sebagai ilmu tentang nilai-nilai.
Max Sceler mengemukakan bahwa nilai-nilai yang ada tidak
sama. Nilai dapat dikelompokkan dalam empat tingkatan,
yaitu:
a. Nilai kenikmatan, dalam tingkatan ini terdapat deretan
nilai yang menggenakan dan tidak mengenakan, contoh:
menggenakkan yaitu memberikan orang kebahagiaan,
memberikan sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh
seseorang, dsb.
Contoh tidak menggenakkan yaitu merugikan orang lain,
menyakiti perasaan orang, dsb.
b. Nilai kehidupan. Dalam tingkatan penilaian ini
menyangkut penilaian tingkat kesejahteraan hidup dan
tingkat kesehatan seseorang.
Contoh:
• nilai tingkat kesejahteraan hidup seseorang misalkan yang
berpenghasilan tinggi nilai hidupnya sejahtera atau
sebaliknya.
• nilai tingkat kesehatan misalkan seorang yang rajin olah raga
dan merawat kesehatan dengan baik nilai kesehatannya akan
lebih baik/tinggi dibanding kan dengan orang yang tidak
pernah merawat kesehatannya.
c. Nilai Kejiwaan. Penilaian yang dihasilkan oleh karya orang
besar dengan kebesaran pengabdian dan jiwanya,
misalnya Ibu Teressa dengan hasil perjuangan
kemanusiaannya yang luar biasa misionaris cinta kasih,
Mahatma Gandhi membentuk gerakan non kekerasan di
India (Ahimsa dan jalan menuju kebenaran), Nelson
Mandela dengan perjuangan jiwanya memperjuangkan
anti perbedaan warna kulit / rasisme.
d. Nilai kerohanian. Dalam penilaian ini terdapat nilai suci
dan tidak suci (untuk penilaian secara pribadi).
Disamping teori nilai diatas, Prof. Notonegoro membagi nilai
dalam tiga ketegory, yaitu sebagi berikut.
a) Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi
unsur manusia.
b) Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi
manusia untuk melakukan aktivitas.
c) Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi
rohani manusia.
Nilai kerohanian dapat dirinci menjadi empat macam, yaitu
sebagai berikut.
a) Nilai kebenaran, yaitu bersumber kepada unsur rasio
manusia, budi, dan cipta.
b) Nilai keindahan, yaitu bersumber pada unsur rasa atau
intuisi.
c) Nilai moral, yaitu bersumber pada unsur kehendak
manusia atau kemauan (karsa, etika)
d) Nilai religi, yaitu bersumber pada nilai ketuhanan,
merupakan nilai kerohanian yang tertinggi dan mutlak.
Nilai ini bersumber kepada keyakinan dan keimanan
manusia kepada Tuhan.
Nilai religi itu berhubungan dengan nilai
penghayatan yang bersifat transedental, dalam
usaha manusia untuk memahami arti dan makna
kehadirannya di dunia.
Nilai ini berfungsi sebagi sumber moral yang
dipercayai sebagai rahmat dan rida Tuhan.
Dalam pelaksanaannya, nilai-nilai dijabarkan dalam wujud
norma, ukuran, dan kriteria sehingga merupakan suatu
keharusan anjuran atau larangan, tidak dikehendaki, atau
tercela.
Oleh karena itu, nilai berperan sebagi dasar pedoman yang
menentukan kehidupan setiap manusia.
Nilai berada dalam hati nurani, kata hati, dan pikiran sebagi
suatu keyakinan, dan kepercayaan yang bersumber dari
berbagai sistem nilai.
B. Moral.

Moral berasal dari kata "mos" (mores), yang artinya kesusilaan,


tabiat, kelakuan.
Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang
menyangkut tingkah laku dan perbuatan seseorang.
Derajat kepribadian seseorang ditentukan oleh moralitas yang
dimilikinya.
Makna moral yang terkandung dalam kepribadian seseorang itu
tercermin dari sikap dan tingkah lakunya.

Moral dalam perwujudannya dapat berupa: peraturan, prinsip-


prinsip yang baik, terpuji dan mulia.
C. Norma.

Nilai dan norma senantiasa berkaitan dengan moral dan etika.


Agar nilai tersebut menjadi lebih berguna dalam menuntun
sikap dan tingkah laku manusia, maka perlu dikonkritkan lagi
menjadi lebih obyektif dalam tingkah laku secara konkrit.
Wujud yang lebih konkrit dari nilai adalah merupakan suatu
norma.
Norma adalah petunjuk tingkah laku manusia yang harus
dijalankan dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan motivasi
tertentu, sesungguhnya merupakan perwujudan martabat
manusia sebagai mahluk budaya, sosial, moral dan religi.
Norma merupakan suatu kesadaran yang dikehendaki oleh
tata nilai untuk dipatuhi.
Norma memiliki kekuatan untuk dapat dipatuhi yang dikenal
dengan sanksi, misalnya:
a. Norma Agama : dengan sanksinya dari Tuhan.
b. Norma kesusilan : sanksinya rasa malu dan menyesal
terhadap diri sendiri.
c. Norma kesopanan : sanksinya dikucilkan dalam
masyarakat.
d. d.Norma hukum : sanksinya berupa denda atau kurungan
penjara.
RANGKUMAN.

Nilai adalah sesuatu yang penting dan mengandung kualitas


yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, baik lahir maupun
bathin.
Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara bagi
bangsa Indonesia mengan dung nilai-nilai serta norma dan
moral yang baik serta mengandung etika dalam kehidupan
sehari hari.
Etika, norma dan moral adalah saling keterkaitan satu
sama lain dalam kehidupan manusia, termasuk disini
etika politik yang membahas tentang tanggung jawab
dan kewajiban manusia sebagai warga negara yang
baik, yairtu warga negara yang berpedoman pada
Pancasila dan UUD 1945.
BAB IV
Pancasila Sebagai ideologi Nasional.
1. Pengertian Ideologi

Istilah ideologi berasal dari kata "idea" yang berarti, gagasan,


konsep, pengertian dadar, cita-cita dan "logos" yang berarti
ilmu. Kata "idea" bersal dari kata bahasa yunani "eidos" yang
artinya bentuk.
Disamping itu ada kata "idein" yang artinya melihat. Maka
secara harfiah, Ideologi berarti : ilmu pengertian-pengertian
dasar.
Dengan demikian Ideologi mencakup pengertian tentang
idea-idea, pengertian dasar, gagasan dan cita-cita.
Ideologi juga diartikan dalam arti luas dan arti sempit.
• Ideologi dalam arti luas ialah, istilah ideologi dipergunakan
untuk segala kelompok cita-cita, nilai dasar dan keyakinan
keyakinan yang mau menjunjung tinggi sebagai pedoman
normatif. Ideologi ini diartikan sebagai Ideologi terbuka.
• Dalam pengertian sempit, Ideologi adalah gagasan atau
teori yang menyeluruh tentang makna hidup dan nilai-nilai
yang menentukan dengan mutlak bagaimana manusia
harus hidup dan bertindak. Ini disebut Ideologi tertutup.
Ideologi juga diartikan sebagai ajaran, doktrin, teori, atau ilmu
yang dinyatakan kebenarannya, yang disusun secara sistematis
dan diberi petunjuk pelaksanaan dalam menanggapi dan
menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara (Bahan Penataran BP-7 Pusat, 1993).
Keterikatan Ideologi dengan pandangan hidup suatu bangsa
akan membedakan ideologi suatu bangsa dengan bangsa lain.
Menurut Gunawan Setiardja, 1993, Ideologi adalah sebagai
seperangkat ide asasi tentang manusia dan seluruh realitas
yang dijadikan pedoman dan cita-cita hidup.
Dalam Ideologi sudah ada komitmen, sudah terkandung
wawasan masa depan yang dikehendaki dan hendak
diwujudkan dalam kenyataan.
Dalam perkembangan Ideologi mempunyai arti yang berbeda-beda,
yaitu:
• Pertama: Ideologi diartikan sebagai "Weltanschuung", yaitu
pengetahuan yang mengandung pemikiran-pemikiran besar, cita
cita besar, mengenai sejarah, manusia, masyarakat, negara
(science of ideas). Pengertian ini, ideologi disamakan artinya
dengan ajaran filsafat.
• Kedua: Ideologi diartikan sebagai pemikiran yang tidak
memperhatikan kebenaran internal dan kenyataan impiris,
ditujukan dan tumbuh berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
tertentu dan karena itu menjadi bersifat tertutup.
• Ketiga: Ideologi diartikan sebagai suatu "believe system", dan
karena itu berbeda dengan ilmu filsafat ataupun teologi yang
secara formal merupakan suatu "knowledge system" (bersifat
refleksif, sistematis dan kritis).
Ideologi adalah istilah yang sejak lama dipakai dan
menunjukkan beberapa arti.
Menurut Destutt de Tracy pada tahun 1798, semua arti itu
memakai istilah ideologi dengan pengertian "science of ideas",
yaitu suatu program yang diharapkan dapat membawa
perubahan institusional dalam masyarakat Prancis.
Namun, Napoleon mencemoohkan sebagai khayalan belaka
yang tidak punya arti praktis. Ideologi semacam itu adalah
impian semata yang tidak akan menemui kenyataan rii
Terdapat empat tipe ideologi (BP-7 Pusat, 1991: 384), yaitu
sebagai berikut.
a. Ideologi konserfatif, yaitu ideologi yang memelihara
keadaan yang ada (status quo), setidak-tidaknya secara
umum, walaupun membuka kemungkinan perbaikan
dalam hal-hal teknis.
b. Kontra ideologi, yaitu melegitimasikan penyimpangan yang
ada dalam masyarakat sebagai yang sesuai dan malah
dianggap baik.
c. Ideologi reformis, yaitu kehendak untuk mengubah
keadaan.
d. Ideologi revolusioner, yaitu ideologi yang bertujuan
mengubah seluruh sistem nilai masyarakat.
Kita mengenal berbagai istilah ideologi, seperti ideologi
negara, ideologi bangsa dan ideologi nasional.
Ideologi negara khusus yang dikaitkan dengan pengaturan
penyelenggaraan pemerintahan negara.
Sedangkan ideologi nasional mencakup ideologi negara dan
ideologi yang berhubungan dengan pandangan hidup bangsa.
Bagi bangsa Indonesia ideologi nasional tercermin dan
terkandung dalam Pembukaan UUD 1945.
2. Makna Ideologi Bagi Negara

Pancasila bersifat integralistik, yaitu paham tentang hakekat negara


yang dilandasi dengan konsep kehidupan bernegara.
Pancasila yang melandasi kehidupan bernegara menurut Supomo
adalah dalam rangka kerangka negara integralistik, untuk
membedakan paham-paham yang digunakan oleh pemikir kenegaraan
lain.
Untuk memahami konsep Pancasila besifat integralistik, maka terlebih
dahulu kita harus memahami beberapa teori mengenai dasar negara,
yaitu : Teori perseorangan (individualistik), Teori golongan (class
theory), Teori kebersamaan (integralistik) dan Ideologi sosialisme.
1). Teori Perseorangan (individualistik)

Sarjana-sarjana yang membahas teori individualistik adalah


Herbert Spencer (1820-1903) dan Horald J. Laski (1893-1950).
Pada intinya menurut teori ini negara adalah masyarakat hukum
(legal society) yang disusun atas kontrak antara seluruh orang
dalam masyarakat itu (social contract).
Artinya negara dipandang sebagai organisasi kesatuan pergaulan
hidup manusia yang tertingi.
Dengan semangat renaissance, manusia telah menemukan
kembali kepribadiannya.
2). Teori Golongan (class theory)
Teori ini diajarkan oleh Karl Marx, negara merupakan
penjelmaan dari pertentangan-pertentangan kekuatan
ekonomi.
Negara dipergunakan sebagai alat oleh mereka yang kuat untuk
menindas golongan ekonomi yang lemah.
Yang dimaksud dengan golongan ekonomi yang kuat adalah
mereka yang memiliki alat-alat produksi.
Negara akan lenyap dengan sendirinya kalau masyarakat tidak
ada lagi perbedaan kelas dan pertentangan ekonomi (Soehino,
1986: 133).
Menurut Marx, negara terjadi dalam sejarah perkembangan
masyarakat yang meliputi tiga fase, yaitu fase borjuis, fase
kapitalis, dan fase sosialis-komunis.
3). Teori Kebersamaan (integralistik)
Teori Integralistik semula diajarkan oleh Spinoza, Adam Muhler,
dan lain-lain yang mengemukakan bahwa negara adalah suatu
susunan masyarakat yang integral diantara semua golongan dan
semua bagian dari seluruh anggota masyarakat.

Dari segi integritas antara pemerintah dan rakyat, negara


memikirkan penghidupan dan kesejahteraan bangsa seluruhnya,
negara menyatu dengan rakyat dan tidak memihak pada salah
satu golongan dan tidak pula menganggap kepentingan pribadi
yang lebih diutamakan, melainkan kepentingan dan keselamatan
bangsa serta negara serta sebagai satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan.
Soepomo menganggap teori integralistik paling sesuai dengan
bangsa Indonesia yang masyarakatnya beraneka ragam.
Juga secara kenyataan, teori ini telah dilaksanakan oleh bangsa
Indonesia semenjak dahulu di desa-desa, seperti kebiasaan
pemimpin yang selalu bermusyawarah dengan rakyatnya.
Hal ini lebih tegas dinyatakan dalam Penjelasan UUD 1945,
bahwa negara mengatasi segala paham golongan dan segala
paham perseorangan serta menerima paham negara kesatuan.
Alenia ketiga menyatakan, bahwa negara adalah suatu keadaan
berkelompoknya bangsa Indonesia yang atas berkat rahmat
Allah Yang Maha Kuasa dan didorongkan oleh keinginan yang
luhur bangsa Indonesia untuk berkehidupan berbangsa yang
bebas.
Negara dalam cara pandang integralistik Indonesia,
• tidak akan memiliki kepentingan sendiri (kepentingan
pemerintah) terlepas atau bertentangan dengan
kepentingan orang-orang (rakyat),
• di dalam negara semua pihak mempunyai fungsi masing-
masing dalam suatu kesatuan yang utuh yang oleh Prof.
Supomo disebutkan sebagai suatu totalitas.
Kesatuan atau integritas yang dicita-citakan dalam UUD 1945
dijabarkan lebih lanjut dalam Ketetapan MPR tentang GBHN.
Pancasila bersifat integralistik karena:
a. mengandung semangat kekeluargaan dalam
kebersamaan,
b. adanya semangat kerja sama,
c. memelihara persatuan dan kesatuan, dan
d. mengutamakan musyawarah untuk mufakat.
Liberalisme akan membawa suatu sistem, yaitu kapitalisme.
Liberalisme melihat manusia sebagai makhluk bebas.
Kebebasan manusia merupakan milik yang sangat tinggi
dengan membawa unsur-unsur yang esensial, yaitu
rasionalisme, materialisme, dan empirisme, serta
individualisme.
Ajaran liberalisme bertitik tolak dari hak asasi yang melekat
pada manusia sejak lahir dan tidak dapat diganggu gugat oleh
siapapun termasuk penguasa, kecuali dengan persetujuannya.
4). Ideologi sosialisme

Tokoh utama yang megajarkan komunisme adalah


Karl Marx (1818-1883), tokoh sosialisme yang
revolusioner yang banyak menulis naskah di bidang
sosial dan ekonomi.
Ajaran Marx kemudian ditambah dengan
pandangan Engels dan Lenin, sehingga ajaran
komunis melandaskan pada teori Marxisme -
Leninisme.
• Ajaran komunis dilandaskan atas kebendaan.
• Oleh karena itu komunisme tidak percaya
kepada Tuhan.
• Bahkan agama dikatakannya sebagai racun
bagi masyarakat.
• Ajaran tersebut jelas bertolak belakang
dengan ajaran Pancasila.
Masyarakat komunis tidak bercorak nasional, masyarakat
yang dicita-citakan komunis adalah masyarakat komunis
dunia yang tidak dibatasi oleh kesadaran nasional.
Hal ini tercermin dari seruan Marx yang terkenal:
"Kaum buruh di seluruh dunia bersatulah".
Komunis juga menghendaki tanpa nasionalisme.
3. Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi Lain

Pancasila berbeda dengan ideologi-ideologi lainnya, seperti


kapitalisme dan komunisme.
Kedua ideologi ini telah terlebih dahulu lahir sebagai pemikiran
filosofis, kemudian dituangkan dalam rumusan ideologi dan
setelahnya baru diwujudkan dalam konsep-konsep politik.
4. Pancasila sebagai Ideologi Terbuka

1). Arti ideologi terbuka

Ciri khas ideologi terbuka ialah nilai-nilai dan cita-citanya tidak


dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari kekayaan
rohani, moral dan budaya masyrakatnya sendiri.
Dasarnya dari konsensus masyarakat, tidak diciptakan oleh
negara, melainkan ditemukan dalam masyarakat sendiri.
Ideologi terbuka bukan hanya dapat dibenarkan melainkan
dibutuhkan.
Ideologi terbuka adalah ideologi yang dapat
berinteraksi dengan perkembangan zaman dan
adanya dinamika secara internal.

Berbeda halnya dengan ideologi yang diimpor, yang akan


bersafat tidak wajar (artifisial) dan sedikit banyak memerlukan
pemaksaan oleh sekelompok kecil manusia (yang mengimpor
ideologi tersebut).
Dengan demikian ideologi tersebut bersifat tertutup.
2). Faktor pendorong keterbukaan ideologi Pancasila
Faktor pendorong pemikiran mengenai keterbukaan ideologi
Pancasila adalah sebagai berikut.
a. Kenyataan dalam proses pembangunan nasional dan
dinamika masyarakat yang berkembang secara cepat.
b. Kenyataan menunjukan, bahwa bangkrutnya ideologi
tertutup dan beku, cenderung meredupkan perkembangan
dirinya.
c. Pengalaman sejarah politik kita dimasa lampau.
d. Tekad untuk memperkokoh kesadaran akan nilai-nilai dasar
Pancasila yang bersifat abadi dan hasrat mengembangkan
secara kreatif dan dinamis dalam rangka mencapai tujuan
nasional.
Keterbukaan ideologi Pancasila terutama ditujukan
pada penerapannya yang berbentuk pola pikir
dinamis dan konseptual dalam dunia modern.
Kita mengenal ada tiga tingkat nilai,
• yaitu nilai dasar yang tidak berubah,
• nilai instrumental sebagai sarana mewujudkan
nilai dasar yang dapat berubah sesuai dengan
keadaan,
• dan nilai praktis berupa pelaksanaan secara
nyata yang sesungguhnya.
3). Sifat ideologi

Kebenaran pola pikir seperti terurai diatas adalah sesuai


dengan sifat ideologi yang memiki tiga dimensi penting (BP-
7 Pusat, 1993), yaitu:
a) Dimensi Realistis,
b) Dimensi Idealisme dan
c) Dimensi Fleksibilitas.
(1). Dimensi realistis
Menurut pandangan Alfian (BP-7 Pusat, 1991: 192), Pancasila
mengandung dimensi realita ini di dalam dirinya.
Nilai-nilai yang terkandung di dalam dirinya, bersumber dari
nilai-nilai riil yang hidup dalam masyarakat, sehingga tertanam
dan berakar dalam masyarakat, terutama pada waktu ideologi
itu lahir, sehingga mereka betul-betul merasakan dan
menghayati, bahwa nilai-nilai dasar itu adalah milik mereka
bersama.
Dengan begitu, nilai-nilai dasar ideologi itu tertanam dan berakar
di dalam masyarakat.
(2). Dimensi idealisme
Mengandung cita-cita yang ingin dicapai dalam berbagai
bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Karena itu, dalam suatu ideologi yang tangguh biasanya terjalin


berkaitan yang saling mengisi dan saling memperkuat antara
dimensi realita dan dimensi idealisme yang terkandung di
dalamnya.
Logikanya, Pancasila bukan saja memenuhi dimensi kedua dari
suatu ideologi, tetapi sekaligus juga memenuhi sifat
keterkaitan yang saling mengisi dan saling memperkuat antara
dimensi pertama (dimensi realita) dengan dimensi kedua
(dimensi idealisme).
(3). Dimensi fleksibilitas
Melalui pemikiran baru tentang dirinya, ideologi itu mempersegar
dirinya, memelihara dan memperkuat relevansinya ari waktu ke
waktu.

Sejalan dengan itu, kita yakin bahwa Pancasila memiliki dimensi


ketiga, yaitu dimensi flesibelitas atau dimensi pengembangan, yang
juga diperlukan oleh suatu ideologi guna memelihara dan
memperkuat relevansinya dari masa ke masa (Alfian, 1991: 195).
4). Batas-batas keterbukaan ideologi Pancasila

Keterbukaan ideologi Pancasila ada batas-batasnya yang tidak


boleh dilanggar, yaitu sebagai berikut.
a. Stabilitas nasional yang dinamis.
b. Larangan terhadap ideologi marxisme, leninisme, dan
komunisme.
c. Mencegah berkembangnya paham liberal.
d. Larangan terhadap pandangan extrim yang
menggelisahkan kehidupan masyarakat.
e. Penciptaan norma yang baru harus melalui konsensus.
BAB V
Pancasila Dalam Konteks
Sejarah Perjuangan Bangsa.
A. Nilai-Nilai Pancasila Pada Masa Kejayaan Nasional.

Terdapat dua kerajaan besar yang berdiri di Indonesia yaitu


Kerajaan Sriwijaya pada abad VII-XII, di Sumatra Selatan dan
Kerajaan Majapahit pada abad XIII-XVI, di Jawa Timur.
Kedua zaman itu dijadikan tonggak sejarah bangsa Indonesia
karena kedua kerajaan tersebut memenuhi persyaratan sebagai
suatu bangsa yang mempunyai negara, yaitu merupakan negara-
negara yang berdaulat, bersatu, serta mempunyai wilayah yang
mencakup seluruh nusantara ini
1. Masa kerajaan Sriwijaya
• Pada abad ke VII, kerajaan Sriwijaya berdiri di bawah kekuasaan
wangsa Syailendra di Sumatra.
• Berbahasa Melayu Kuno, menggunakan huruf pallawa dan dikenal
sebagai negara maritim.

• Dalam sistem pemerintahannya sudah terdapat pegawai pengurus


pajak, harta benda kerajaan, rohaniawan yang menjadi pengawas
teknis pembangunan gedung-gedung dan patung-patung suci
sehingga kerajaan dapat menjalankan sistem negaranya dengan
nilai-nilai ketuhanan.
Candi Sriwijaya
Nilai budaya bangsa semasa kerajaan Sriwijaya yang telah menunjukan nilai-
nilai Pancasila, yaitu sebagai berikut.
a. Nilai sila pertama, terwujud dengan adanya umat agama Budha dan Hindu
hidup berdampingan secara damai. Pada kerajaan Sriwijaya terdapat pusat
kegiatan pembinaan dan pengembangan agama Budha.
b. Nilai sila kedua, terjalinnya hubungan antara Sriwijaya dan India (Dinasti
Harsha). Pengiriman para pemuda untuk belajar ke India. Telah tumbuh
nilai-nilai politik luar negri yang bebas dan aktif.
c. Nilai sila ketiga, sebagai neraga maritim, Sriwijaya telah menerapkan
konsep negara kepulauan sesuai konsepsi wawasan nusantara.
d. Nilai sila keempat, Sriwijaya telah memiliki kedaulatan yang sangat luas,
meliputi Indonesia sekarang, Siam, dan Semenanjung Melayu.
e. Nilai sila kelima, Sriwijaya menjadi pusat pelayanan dan perdagangan,
sehingga kehidupan rakyatnya sangat makmur.
2. Masa kerajaan Majapahit
• Sebelum kerajaan Majapahit berdiri telah muncul kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah
dan Jawa Timur, yaitu Kerajaan Kalingga (abad ke-VII) dan Sanjaya (abad ke-VIII),
sebagai refleksi puncak budaya dari kerajaan tersebut adalah dibangunnya candi
Borobudur (candi agama Budha pada abad ke-IX) dan candi Prambanan (candi
agama Hindu pada abad ke-X).
• Di Jawa Timur muncul pula kerajaan-kerajaan, yaitu Isana (abad ke-IX),
Dharmawangsa (abad ke-X), dan Airlangga (abad ke-XI).
• Agama yang diakui kerajaan adalah agama Budha, agama Wisnu, dan agama Syiwa
yang telah hidup berdampingan secara damai.
• Nilai-nilai kemanusiaan telah tercermin dalam kerajaan ini, terbukti menurut
prasasti Kelangen bahwa Raja Airlangga telah mengadakan hubungan dagang dan
bekerja sama dengan Benggala, Chola, dan Champa.
• Nilai-nilai sila keempat telah terwujud, yaitu dengan diangkatnya Airlangga sebagai
raja melalui musyawarah antara pengikut Airlangga dengan rakyat dan kaum
Brahmana.
• Sedang nilai-nilai keadilan sosial terwujud pada saat Raja Airlangga memerintahkan
untuk membuat tanggul dan waduk demi kesejahteraan pertanian rakyat.
Pusat kerajaan Majapahit

Wilayah kerajaan Majapahit


Patung
Airlangga
Naik Garuda
Wisnu Kencana
Perwujudan
persatuan
agama
Budha, Wisnu
dan Syiwa
Candi Borobudur

Candi Prambanan Candi Plaosan (pintu gerbang Majapahit)


• Pada abad ke-XIII, berdiri kerajaan Singasari di Kediri, Jawa
Timur, dan kemudian berdiri kerajaan Majapahit (1293).
• Zaman keemasan Majapahit terjadi pada pemerintahan Raja
Hayam Wuruk dengan Mahapatih Gajah Mada.
• Wilayah kekuasaan Majapahit semasa jayanya membentang
dari Semenanjung Melayu sampai Irian Jaya.
• Hindu dan Budha hidup berdampingan secara damai.
• Empu Prapanca menulis Negarakertagama (1365) yang di
dalamnya terdapat istilah Pancasila.
• Empu Tantular mengarang buku Sutasoma di mana dalam buku
tersebut terdapat seloka persatuan nasional yang berbunyi
"Bhinneka Tunggal Ika Hana Dharma Mangrua", artinya
walaupun berbeda-beda, namun satu jua dan tidak ada agama
yang memiliki tujuan berbeda.
B. Perjuangan Bangsa Indonesia
Melawan Sistem Penjajahan.
• Kesuburan Indonesia dng hasil buminya yang melimpah, terutama rempah-rempah
yang sangat dibutuhkan oleh negara-negara di luar Indonesia, menyebabkan bangsa
asing (Portugis, Spanyol, Ingris, dan Belanda) masuk ke Indonesia.
• Masuknya bangsa Eropa seiring dengan keruntuhan Majapahit sebagai akibat
perselisihan dan perang saudara, yang berarti nilai-nilai nasionalisme sudah
ditinggalkan, walaupun abad ke-XVI agama Islam berkembang dengan pesat dengan
berdirinya kerajaan-kerajaan Islam, seperti Samudra Pasai dan Demak, tampaknya
tidak mampu membendung tekanan bangsa Eropa memasuki Indonesia.
• Sejak itu mulailah lembaran hitam sejarah Indonesia dengan penjajahan Eropa,
khususnya Belanda.
1. Perjuangan sebelum abad ke-XX

Nama-nama pahlawan bangsa yang berjuang dengan gigih


melawan penjajah, antara lain:
• Pada abad keXVII dan XVIII perlawanan terhadap penjajah
digerakkan oleh Sultan Agung (Mataram 1645), Sultan Ageng
Tirtayasa dan Ki Tapa di Banten (1650), Hasanuddin di Makasar
(1660), Iskandar Muda di Aceh (1635), Untung Surapati dan
Trunojoyo di Jawa Timur (1670), Ibnu Iskandar di Minangkabau
(1680), dan lain-lain.
Belanda menghadapi perlawanan bangsa Indonesia yang
dipimpin antara lain oleh :
• Patimura (1817),
• Imam Bonjol di Minangkabau (1822-1837),
• Diponegoro di Mataram (1825-1830),
• Badaruddin di Palembang (1817),
• Pangeran Antasari di Kalimantan (1860),
• Jelantik di Bali (1850),
• Anang Agung Made di Lombok (1895),
• Teuku Umar, Teuku Cik Di Tiro dan Cut Nya' Din di Aceh
(1873-1904),
• Si Singamangaraja di Batak (1900).
• Hakekatnya perlawanan terhadap Belanda terjadi
hampir di setiap daerah di Indonesia. Tetapi
perlawanan tersebut hanya bersifat kedaerahan
• Hal ini membuktikan pentingnya rasa persatuan
(nasionalisme) dalam menghadapi penjajah.
2. Kebangkitan Nasional 1908

• Pada permulaan abad ke-XX bangsa Indonesia mengubah cara


melakukan perlawanan terhadap penjajahan Belanda.
• Pengalaman kegagalan perlawanan sebelumnya akibat tidak
adanya koordinasi pada masa lalu mendorong para pemimpin
Indonesia abad ke-XX itu mengubah bentuk perlawanan, yaitu
dengan membangkitkan kesadaran bangsa Indonesia akan
pentingnya bernegara.
• Usaha-usaha yang dilakukan adalah mendirikan berbagai macam
organisasi politik di samping organisasi yang bergerak dalam
bidang pendidikan dan sosial.
• Organisasi sebagai pelopor pertama adalah Budi Utomo pada
tanggal 20 Mei 1908. Tokohnya yang terkenal adalah dr. Wahidin
Sudirohusodo.
• Kemudian muncul organisasi pergerakan lain yaitu Serikat
Dagang Islam (1909), yang kemudian berubah menjadi
pergerakan politik dengan mengganti nama menjadi Sarikat Islam
(1911) di bawah pimpinan H.O.S. Tjokroaminoto.
• Berikutnya muncul Indische Parti (1913) dengan pimpinan
Douwes Dekker, Cintomangunkusumo, dan Ki Hajar Dewantara.
Namun karena terlalu radikal, pemimpinnya dibuang ke luar
negeri (1913).
• Kemudian berdiri Partai Nasional Indonesia (1927) yang
dipelopori oleh Sukarno dan kawan-kawan.
3. Sumpah Pemuda 1928
• Pada tanggal 28 Oktober 1928 terjadi peristiwa penting dalam
perjuangan bangsa Indonesia mencapai cita-citanya.
• Dipelopori oleh Muh. Yamin, Kuncoro Purbopranoto, dan lain-
lain mengumandangkan sumpah pemuda yang berisi
pengakuan akan adanya bangsa, tanah air, dan bahasa satu,
yaitu Indonesia.
• Melalui sumpah pemuda ini, makin tegaslah apa yang
diinginkan oleh bangsa Indonesia, yaitu kemerdekaan tanah air
dan bangsa.
• Oleh karena itu diperlukan adanya persatuan sebagai suatu
bangsa yang merupakan syarat mutlak. Sebagai tali pengikat
persatuan adalah bahasa Indonesia.
4. Perjuangan bangsa Indonesia pada masa
penjajahan Jepang
• Tanggal 7 Desember 1941 meletus perang Pasifik, dengan dibomnya Perl
Harbour oleh Jepang. Dalam waktu singkat, Jepang dapat menduduki daerah-
daerah jajahan Sekutu di daerah Pasifik.
• Tanggal 8 Maret 1942, Jepang masuk ke Indonesia menghalau penjajah
Belanda.
• Jepang mengetahui keinginan bangsa Indonesia, yaitu kemerdekaan bangsa
dan tanah air Indonesia. Jepang mempropagandakan kehadirannya di
Indonesia untuk membebaskan Indonesia dari cengkeraman Belanda. Karena
itu, Jepang memperbolehkan pengibaran bendera merah putih serta
menyanyikan lagu Indonesia Raya.
• Kekecewaan rakyat Indonesia akibat perlakuan Jepang itu
menimbulkan perlawanan-perlawanan terhadap Jepang, baik
secara ilegal maupun legal, seperti pemberontakan Peta di
Blitar.
• Sejarah berjalan terus, di mana Perang Pasifik menunjukan
tanda-tanda akan berakhirnya dengan kekalahan Jepang di
mana-mana.
• Untuk mendapatkan bantuan dari rakyat Indonesia, Jepang
berusaha membujuk hati bangsa Indonesia dengan
mengumumkan janji kemerdekaan kelak di kemudian hari
apabila perang telah selesai.
• Kemudian janji yang kedua kemerdekaan diumumkan lagi oleh
Jepang berupa kemerdekaan tanpa syarat yang disampaikan
seminggu sebelum Jepang menyerah.
C. Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
Pembahasan pada sub bagian ini meliputi proses perumusan
Pancasila dan UUD 1945, proklamasi kemerdekaan dan
maknanya, dan proses pengesahan Pancasila dasar negara dan
UUD 1945.

1. Proses perumusan Pancasila dan UUD 1945

• Sebagai tindak lanjut dari janji Jepang, tanggal 1 Maret 1945,


Jepang mengumumkan akan dibentuk Badan Penyelidik Usaha-
usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia.
• Oleh karena itu, peristiwa ini dapat dijadikan sebagai tonggak
sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam mencapai cita-
citanya.
Pada tanggal 29 Mei 1945, Badan penyelidik mengadakan
sidangnya yang pertama. Beberapa tokoh berbicara dalam sidang
tersebut.

a. Mr. Muhamad Yamin (29 Mei 1945)

Pada tanggal 29 Mei 1945, Mr. Muh. Yamin mendapat


kesempatan pertama mengemukakan pidatonya. Pidatonya
berisikan lima asas dasar untuk negara Indonesia merdeka yang
diidam-idamkan, yaitu sebagai berikut.
1) Perikebangsaan.
2) Perikemanusiaan.
3) Periketuhanan.
4) Perikerakyatan.
5) Kesejahteraan rakyat.
Setelah berpidato beliau menyampaikan usul tertulis mengenai
Rancangan UUD Republik Indonesia. Di dalam pembukaan dari
rancangan itu tercantum perumusan lima asas dasar negara yang
berbunyi sebagai berikut.
1) Ketuhanan Yang Maha Esa.
2) Kebangsaan persatuan Indonesia.
3) Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab.
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan.
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Perlu dicatat, bahwa usul lima asas dasar negara yang


dikemukakan oleh Mr. Muh. Yamin secara lisan dan yang
dikemukakan secara tertulis terdapat berbedaan, hal itu sebagai
bukti sejarah.
b. Ir. Soekarno (1 Juni 1945)
Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Sukarno menyampaikan pidatonya
dihadapan sidang hari ketiga Badan Penyelidik.
Dalam pidatonya diusulkan lima hal untuk menjadi dasar-dasar
negara merdeka, dengan rumusan sebagai berikut.

1) Kebangsaan Indonesia
2) Internasionalisme (Perikemanusiaan)
3) Mufakat (demokrasi)
4) Kesejahteraan sosial.
5) Ketuhanan yang berkebudayaan.
Untuk lima dasar negara itu, beliau usulkan pula agar diberi
nama Pancasila, yang menurut beliau diusulkan oleh kawan
beliau seorang ahli bahasa.
Lima prinsip sebagai dasar negara itu selanjutnya dapat diperas
menjadi Tri Sila yaitu,

(1) sosio nasionalisme (kebangsaan),


(2) sosio demokrasi (mufakat), dan
(3) ketuhanan.

Kemudian Tri Sila dapat diperas lagi menjadi Eka Sila yang
berinti gotong-royong.
Piagam Jakarta (22 Juni 1945)
Pada tanggal 22 Juni 1945, sembilan tokoh nasional Badan Penyelidik
mengadakan pertemuan untuk membahas pidato-pidato dan usul-usul
mengenai dasar negara yang telah dikemukakan dalam sidang Badan
Penyelidik.
Kemudian disusunlah sebuah Piagam yang kemudian dikenal Piagam Jakarta,
dengan rumusan Pancasila sebagi berikut.
1) Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya.
2) Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3) Persatuan Indonesia.
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan.
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Piagam Jakarta yang di dalamnya terdapat perumusan dan sistematika


Pancasila sebagaimana diuraikan di atas, kemudian diterima oleh Badan
Penyelidik dalam sidang keduanya 14-16 Juli 1945.
2. Proklamasi kemerdekaan dan maknanya

Pada tanggal 9 Agustus 1945, terbentuklah Panitia Persiapan


Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang dalam bahasa Jepang
"dokuritu Zyunbi Iinkai". Dengan ketua Ir. Sukarno dan wakilnya
Drs. Moh. Hatta.
Badan ini semula bertugas memeriksa hasil-hasil Badan
Penyelidik, tetapi kemudian mempunyai kedudukan dan fungsi
yang penting, yaitu sebagai berikut.

a. Mewakili seluruh bangsa Indonesia.


b. Sebagai pembentuk negara.
c. Menurut teori hukum, badan ini mempunyai wewenang
meletakkan dasar negara (pokok kaidah negara fundamental).
• Pada tanggal 14 Agustus 1945, Jepang menyerah kalah
kepada Sekutu. Pada saat itu terjadilah kekosongan
kekuasaan di Indonesia.
• Inggris diserahi oleh Sekutu untuk memelihara keamanan di
Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
• Sementara sambil menunggu kedatangan Inggris, tugas
penjagaan keamanan di Indonesia oleh Sekutu diserahkan
kepada Jepang yang telah kalah perang.
• Situasi kekosongan kekuasaan itu tidak disia-siakan oleh
bangsa Indonesia.
• Pemimpin-pemimpin bangsa, terutama para pemudanya
segera menanggapi situasi ini dengan mempersiapkan
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diselenggarakan
oleh PPKI sebagai wakil bangsa Indonesia.
• Naskah Proklamasi ditanda tangani oleh Ir. Soekarno dan Drs.
Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia, bertanggal 17
Agustus 1945.
• Berdasarkan kenyataan sejarah tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa kemerdekaan Indonesia bukanlah hadiah
dari Jepang, melainkan sebagai suatu perjuangan dari
kekuatan sendiri.
• Proklamasi Kemerdekaan merupakan titik kulminasi dari
perjuangan bangsa Indonesia dalam membebaskan dirinya
dari cengkraman penjajah selama berabad-abad.
3. Proses pengesahan UUD 1945
Sehari setelah Proklamasi pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengadakan
sidangnya yang pertama dengan menyempurnakan dan mengesahkan UUD
1945.
UUD 1945 terdiri atas dua bagian, yaitu bagian pembukaan dan bagian Batang
Tubuh UUD.
Hasil sidang pertama menghasilkan sebagai berikut.
a. Mengesahkan Undang-Undang Dasar 1945 yang meliputi sebagi berikut.
1) Melakukan beberapa perubahan pada Piagam Jakarta yang kemudian
berfungsi sebagai pembukaan UUD 1945.
2) Menetapkan rancangan hukum dasar yang telah diterima Badan
Penyelidik pada tanggal 17 Juli 1945, setelah mengalami berbagai
perubahan karena berkaitan dengan perubahan Piagam Jakarta,
kemudian berfungsi sebagai Undang-Undang Dasar 1945.
b. Memilih Presiden dan Wakil Presiden Pertama.
c. Menetapkan berdirinya Komite Nasional Indonesia Pusat sebagai Badan
Musyawarah Darurat.
Rumusan dasar negara Pancasila yang tercantum
dalam Pembukaan UUD 1945 adalah sah dan benar,
karena disamping mempunyai kedudukan
konstitusional, juga disahkan oleh suatu badan yang
mewakili seluruh bangsa Indonesia,
yaitu (Panitia Persiapan Kemerdekaan) yang berarti
telah disepakati oleh seluruh bangsa Indonesia.
D. Perjuangan Mempertahankan dan Mengisi
Kemerdekaan Indonesia
Perjuangan Mempertahankan dan Mengisi Kemerdekaan Indonesia
meliputi periode (masa) revolusi fisik, demokrasi liberal, orde lama,
orde baru, dan era global.
1. Masa revolusi fisik

Undang-Undang Dasar 1945 dibentuk dalam waktu singkat dan secara


keseluruhan oleh Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan dan
Panitia Persiapan Kemerdekaan indonesia.
Pembentuk UUD 1945 menyadari bahwa untuk membentuk lembaga-
lembaga negara tingkat pusat, serta peraturan perundang-undangan
sebagaimana dikehendaki oleh UUD 1945 adalah membutuhkan waktu
lama.
Oleh karenanya segala sesuatunya (masalah perpindahan
pemerintahan kepada pemerintah Indonesia, badan negara, peraturan
yang berlaku, dan pemilihan Presiden dan Wakil Presuden, MPR, DPR,
DPA) diatur dalam Aturan Peralihan UUD 1945.
Salah satu bentuk penerapan Aturan Peralihan UUD 1945 adalah,
Maklumat Wakil Presiden No.X (eks) tanggal 16 Oktober 1945 tentang
Pemberian Kekuasaan Legislatif kepada Komite Nasional Indonesia
Pusat.
Berdasarkan Maklumat Wakil Presiden tersebut, kedudukan Komite
Nasional Indonesia Pusat dianggap sebagai Dewan Perwakilan Rakyat
dan bahkan sebagai Majelis Permusyawaratan Rakyat.
2. Masa demokrasi liberal
• Belanda masuk kembali ke Indonesia dengan cara membonceng tentara
Sekutu yang bertugas melucuti tentara Jepang di Indonesia, setelah
Jepang menyatakan kekalahannya dalam Perang Dunia II.
• Beberapa daerah di mana Belanda mendudukinya diusahakan
terbentuknya negara-negara kecil yang bersifat kedaerahan beserta
dengan pemerintahannya.
• Sejak itu wilayah negara Republik Indonesia berkembang menjadi dua
pemerintahan, yaitu sebagai berikut.
 Pemerintahan Republik Indonesia yang mempertahankan
kemerdekaannya serta kedaulatannya baik terhadap pihak Belanda
maupun terhadap pihak dunia luar berdasarkan Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
 Pemerintah negara-negara kecil yang didirikan oleh atau paling tidak
atas bantuan Belanda.
• Sikap dan usaha Belanda tersebut di mana-mana mendapat
tantangan dan perlawanan sengit dari bangsa Indonesia.
Belanda menyadari bahwa sangat sulit untuk mendirikan
pemerintahan seperti zaman Hindia Belanda dahulu.
• Maka diusahakan cara lain untuk menghadapi pemerintahan
Republik Indonesia, yaitu dengan membentuk negara
Republik Indonesia Serikat, dimana Republik Indonesia hanya
akan berstatus sebagai negara bagian saja, sehingga akan
dapat melemahkan pemerintahan Republik Indonesia, bahkan
apabila memungkinkan akan dihancurkan sama sekali.
• Belanda juga melancarkan tekanan secara diplomatis, antara lain melalui
persetujuan Linggar Jati (25 Maret 1947) dan Persetujuan Renville (17
Januari 1948), dimana persetujuan tersebut pada hakekatnya bersifat
mempersempit wilayah serta kekuasaan pemerintah Republik Indonesia.
• Agresi pertama terjadi tanggal 21 Juli 1947, dan agresi kedua terjadi pada
tanggal 19 Desember 1948. Istilah agresi dipergunakan oleh mereka yang
pro-Indonesia. Tetapi pihak Belanda sendiri menggunakan istilah tindakan
"polisionil", yaitu bahwa Belanda hanya mengerahkan aparat
kepolisiannya untuk menenteramkan keadaan. Meskipun kenyataannya
bukan polisi, tetapi tentara.
• Kedua agresi tersebut malah mempertinggi semangat perjuangan bangsa
Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah
diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, sehingga keadaan
semakin memuncak dan situasi semakin menjadi gawat.
Akhirnya PBB ikut campur tangan untuk menyelesaikan
pertikaian tersebut dengan melakukan konferensi yang diadakan
di Den Haag pada tanggal 23 Agustus - 2 November 1949 yang
dikenal dengan nama Konferensi Meja Bundar (KMB), hasilnya
adalah sebagai berikut.
a. Didirikan negara Republik Indonesia Serikat.
b. Pengakuan kedaulatan oleh pemerintah kerajaan Belanda
kepada pemerintahan negara Republik Indonesia Serikat.
c. Didirikannya Uni antara negara Republik Indonesia Serikat
dan kerajaan Belanda.
a. Pembentukan negara kesatuan kembali

• Perjuangan bangsa untuk kembali kepada negara kesatuan semakin kuat.


Terbukti dengan penggabungan beberapa negara bagian kepada negara
bagian Republik Indonesia (Proklamasi Yogyakarta). Akhirnya negara RIS
hanya terdiri atas tiga negara bagian saja, yaitu negara Republik Indonesia,
negara Indonesia Timur, dan negara Sumatra Timur.
• Kemudian Pemerintah RIS dengan RI untuk mengadakan musyawarah dan
tercapai kesepakatan melalui Piagam Persetujuan tanggal 19 Mei 1950
yang berisi bahwa dalam waktu sesingkat-singkatnya bersama-sama
melaksanakan negara kesatuan sebagai penjelmaan daripada Republik
Indonesia berdasarkan Proklamasi 17 Agustus 1945.
• Perubahan UUD terjadi, dari Konstitusi RIS menjadi UUD Sementara 1950
dengan mengubah bagian-bagian dari konstitusi RIS yang tidak sesuai
dengan jiwa negara kesatuan. Namun kenyataannya masih berorientasi
kepada pemerintahan yang berasaskan demokrasi liberal sehingga isi
maupun jiwanya merupakan penyimpangan terhadap Pancasila.
• Periode demokrasi liberal setelah tahun 1949, ditandai dengan kuatnya
kedudukan parlemen dalam pemerintahan.
• Pada saat kabinet tidak menguasai mayoritas di dalamnya, kabinet sering
jatuh. Kekuatan terkuat ada pada partai-partai dan angkatan bersenjata.
Kedudukan Presiden relatif lemah.
• Pada awal tahun 1950, kabinet dipimpin oleh Hatta dan sejumlah
pemimpin moderat di sekitarnya.
• Kepemimpinannya bersifat luas dan pro-Barat yang cenderung
menganggap revolusi telah selesai. Mereka memusatkan perhatiannya
pada rehabilitasi dan pembangunan ekonomi, yang tidak saja memerlukan
normasisasi administrasi, tetapi juga kebijakan yang melindungi modal
Belanda dan modal asing lainnya.
b. Pembangunan ekonomi

• Selama periode 1950-an struktur ekonomi Indonesia masih


dalam peninggalan zaman kolonialisasi. Sektor formal /
modern, seperti pertambangan, distribusi, transportasi, bank,
dan pertanian komersial yang memiliki kontribusi terhadap
pendapatan nasional didominasi oleh perusahaan-
perusahaan asing yang kebanyakan berorientasi pada ekspor.
• Pemerintah memberikan prioritas pertama terhadap
stabilisasi dan pertumbuhan ekonomi.
• Akan tetapi keterbatasan faktor produksi di atas dan
kekacauan politik nasional menyebabkan
pembangunan ekonomi Indonesia setelah perang
revolusi tidak pernah terlaksana dengan baik.
3. Masa orde lama
Pemilu tahun 1955, dalam kenyataannya tidak dapat memenuhi harapan
masyarakat, bahkan kestabilan dalam bidang politik dan ekonomi, sosial,
maupun hankam. Keadaan ini disebabkan oleh hal-hal sebagi berikut.
a. Makin berkuasanya modal-modal raksasa terhadap perekonomian
Indonesia.
b. Akibat silih berhantinya kabinet, maka pemerintah tidak mampu
menyalurkan dinamika masyarakat ke arah pembangunan, terutama
bidang ekonomi.
c. Sistem liberal berdasarkan UUDS 1950 mengakibatkan kabinet jatuh
bangaun sehingga pemerintahan tidak stabil.
d. Pemilu 1955 ternyata dalam DPR tidak mencerminkan perimbangan
kekuasaan politik yang sebenarnya hidup di masyarakat, karena banyak
golongan-golongan di daerah belum terwakili di DPR.
e. Konstituante yang bertugas membentuk UUD yang baru ternyata gagal.
Atas dasar tersebut Presiden menyatakan, bahwa negara dalam
keadaan ketatanegaraan yang membahayakan persatuan dan
kesatuan bangsa serta keselamatan negara. Untuk itu, Presiden
mengeluarkan dekrit pada tanggal 5 Juli 1959.
Isi dekrit tersebut adalah sebagai berikut.
a. Membubarkan Konstituante.
b. Menetapkan berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlaku
lagi UUDS 1950.
c. Dibentuknya MPRS dan DPAS dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya.
• Ideologi Pancasila pada saat itu dirancang oleh PKI untuk
diganti dengan ideologi Manipol Usdek serta konsep
Nasakom.
• PKI berusaha untuk menancapkan kekuasaannya dengan
membangun komunis internasional dengan RRC.
• Terbukti dengan dibukanya poros Jakarta-Peking.
• Sebagai puncak peristiwanya adalah meletusnya Gerakan 30
September 1965 (G-30-S/PKI), sebagai usaha untuk
mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi Marxis.
4. Masa orde baru
Dengan berakhirnya pemerintahan Soekarno dalam orde lama,
dimulailah pemerintahan baru yang dikenal dengan orde baru, yaitu
suatu tatanan kehidupan masyarakat dan pemerintahan yang menuntut
dilaksanakannya Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Munculnya orde baru diawali dengan tuntutan aksi-aksi dari seluruh
masyarakat, seperti Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI),
Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI), dan lain-lain. Tuntutan
mereka dikenal dengan nama Tritura.

Isi tuntutan tersebut sebagai berikut.


a. Pembubaran PKI dan ormas-ormasnya.
b. Pembersihan kabinet dari unsur-unsur G-30-S/PKI.
c. Penurunan harga.
Orde baru mengambil alis tugas utamanya, yaitu penciptaan
ketertiban politik dan kemantapan ekonomi.
Agar terjadi kestabilan politik, Orde baru segera mengambil
jarak dengan kelompok-kelompok yang kuat orientasi
ideologisnya.
Pemimpin orde baru segera menyusun birokrasi yang
mendukung kebijakannya, antara lain:
• Diciptakan ABRI yang loyal di bawah komandonya.
• Semua lembaga negara baik supra maupun infrastruktur
ditentukan kepemimpinan atas dasar loyalitas kepadanya.
a. Asas tunggal Pancasila
Dalam pidato kenegaraan di depan DPR-RI tanggal 16 Agustus
1982, Presiden Soeharto mengemukakan gagasannya mengenai
penerapan asas tunggal Pancasila atas partai-partai politik.
DPR menetapkan penggantian UU No. 3/1975 dan UU No.
3/1985
Perbedaan partai hanya dalam bentuk program saja.
Asas tunggal Pancasila, berarti mengingkari kebhinnekaan
masyarakat yang memang berkembang menurut keyakinan
masing-masing. Keyakinan ini biasanya bersumber dari agama
atau pihak lain.
Bahkan asas tunggal Pancasila cenderung ke arah sistem partai
tunggal, meskipun secara formal ada tiga partai, tetapi secara
terselubung sebenarnya hanya ada satu partai.
b. Pembangunan ekonomi
Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan rakyat, lewat
pembangunan ekonomi dan sosial, pemerintah orde
baru menjalin kembali hubungan baik dengan pihak
barat dan menjauhi pengaruh ideologi komunis, yang
berarti kembali menjadi anggota PBB dan lembaga
internasional lainnya, seperti Bank Dunia dan Dana
Moneter Internasional .
Pembangunan orde baru dilakukan secara bertahap,
khususnya di bidang ekonomi, pembangunan jangka
panjang (25/30 tahun), jangka menengah 5 tahun
dengan program rencana pembangunan lima tahun
(Repelita).
Pada masa era global, telah tiga kali pergantian
Prediden, yaitu :
• Presiden B.J. Habibie dengan Kabinet Reformasi
Pembangunan,
• Presiden Abdurrahman Wahid dengan Kabinet
Persatuan Nasional, dan
• Presiden Megawati dengan Kabinet Gotong
Royong.
BAB VI
Pancasila Sebagai Identitas Dan Karakter Bangsa.
A. Identitas Nasional
• Identitas Nasional pada hakekatnya
merupakanmanifestasi nilai-nilai budaya yang
tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan
suatu bangsa denan ciri khas yang berbeda dengan
bangsa lain.
• Misal:
– Bendera Indonesia merah putih.
– Bahasa Indonesia
– Lagu kebangsaan Indonesia raya, lambang negara
burung garuda.
Unsur – Unsur Identitas Nasional, dirumuskan menjadi
3 bagian :
1. Identitas Fundamental:
Yaitu Pancasila merupakan yang merupakan falsafah
bangsa , dasar negara, dan ideologi negara.
2. Identitas Instrumental:
Yaitu berisi UUD 1945 dan tata perundangan ,
bahasa Indonesia , lambang negara, bendera
negara, lagu kebangsaan.
3. Identitas Alamiah:
Yaitu meliputi negara kepulauan dan
pluralisme dalam suku , bahasa , budaya dan
agama serta kepercayaan.
B. Pengaruh Globalisasi terhadap Identitas
Nasional.
Luntur nya tata nilai Identitas Nasional
dipengaruhi dua faktor:
1. Semakin menonjolnya sikap individualis , yaitu
mengutamakan kepentingan pribadi dari pada
kepentingan umum, hal ini bertentangan
dengan skap gotong-royong.
2. Semakin menonjolnya sikap materialists yang
berarti harkat dan martabat diukur dari
keberhasilan seseorang daam memperleh
kekayaan.
C. Nilai Pembentukan Karakter Bangsa
1. Keimanan dan ketaqwaan, manuia yang
bertaqwa kepada Tuhan YME serta menjauhi
larangannya.
2. Kejujuran, menunjukkan sikap dan perilaku yang
mengedepankan ketaatan pada nilai dan norma
yang berlaku dalam kata dn perbuatan.
3. Kedisiplinan, merupakan kepatuhan seseorang
pada norma dan peraturan yang berlaku .
4. Keikhlasan , menumbuhkan sikap dan tindakan
yang setia berbuat sesuai dengan hati nuraini
tanpa pamrih.
5. Tanggung jawab, setiap tugas dan kewajiban
selalu di ikuti oleh adanya tanggung jawab baik
secara moral maupun kepada Tuhan YME.
6. Persatuan, menempatkan kesatua dan
persatuan bangsa diatas kepentingan pribadi
atau golongan.
7. Saling menghormati, sikap saling
menghormati sudah mengakar dan
membudaya dalam masyarakat Indonesia
sebagai perekat budaya.
8. Toleransi , terpeliharanya hidup rukun dan
damai saling toleransi dalam pergaulan hidup
bermasyarakat.
• Pembangunan Karater Bangsa, dibangun
melalui:
• Kepedulian sosial, melindungi dan menjaga
hubungan baik, mengembangkan sifat berbagi
mengedepankan sifat jujur, mengedepankan
moral dan etika, mampu mengontrol emosi
dan intropeksi, pribadi yang suka menolong,
mampu menyelesaikan masalah dan konflik
sosial.
BAB VII
Pancasila Dalam Sistem Politik Indonesia.
PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA
• 1. Pemilihan Umum 1 ( 1955 )
• Pemilu pertama dilaksanakan pada tahun
1955. ada 28 Partai Politik yang ikut pemilu,
ada 4 partai politik yang mendapat suara
terbanyak yaitu : Masyumi, PNI,NU, dan PKI
• Asas Pemilihan Umum : langsung, umum,
bebas, rahasia, adil dan jujur.
BAB VIII
Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan.
BAB IX
Aktualisasi Pancasila Sebagai
Paradigma Kehidupan Bangsa Indonesia
Di Lingkungan Kampus.
Tri Dharma Perguruan Tinggi
Tri Dharma Perguruan .kegiatan yang terdiri dari:
1. Pendidikan, merupakan kegiatan dalam upaya
menghasilkan manusia didik yang memiliki
kemampuan akademik atau profesional.
2. Penelitian, kegiatan yang menghasilkan
pengetahuan empirik ,teori, konsep , metodologi
yang memperkaya Iptek.
3. Pengabdian pada masyarakat, pengetahuan dan
pelaksanaan pembangunan di masyarakat.
Kebebasan Akademik, adalah: bercirikan
aktivitas wahana pengembangan ilmu
pengetahuan yang dapat diikuti oleh civitas
academica (dosen- mahasiswa), dalam
kebebasan akademik akan menempuh jalur
norma norma akademik.

Anda mungkin juga menyukai