3. Perkembangan Ideologi
a) Perkembangan Ideologi Pancasila pada Masa Orde Lama
Pada masa Orde Lama, yaitu pada masa kekuasaan Presiden Soekarno,
Pancasila mengalami ideologisasi. Artinya, Pancasila berusaha untuk dibangun,
dijadikan sebagai keyakinan dan kepribadian bangsa Indonesia. Presiden Soekarno
menyampaikan bahwa ideologi Pancasila berangkat dari mitologi yang belum jelas
bahwa Pancasila itu dapat mengantarkan bangsa Indonesia ke arah kesejahteraan,
tetapi Soekarno tetap berani membawa konsep Pancasila ini untuk dijadikan ideologi
bangsa Indonesia. Pada masa ini, Pancasila dipahami berdasarkan paradigma yang
berkembang pada situasi dunia yang ketika itu diliputi oleh kekacauan dan kondisi
sosial-budaya berada di dalam suasana transisional dari masyarakat terjajah menjadi
masyarakat merdeka. Masa ini adalah masa pencarian bentuk implementasi Pancasila,
terutama dalam sistem kenegaraan. Maka dari itu, Pancasila diimplementasikan
dalam bentuk yang berbeda-beda.
b) Perkembangan Ideologi Pancasila pada Masa Orde Baru
Merosotnya kekuatan Soekarno dan PKI secara drastis setelah G 30 S/PKI
disebabkan oleh peran-peran yang dimainkan oleh keduanya sebelumnya. Seperti
diketahui, Soekarno bersikap sangat otoriter, sehingga banyak yang menunggu
momentum untuk melakukan penantangan secara terbuka tanpa risiko masuk
penjara. Sementara PKI sejak tahun 1963 (ketika UU Darurat dicabut oleh Soekarno)
tidak lagi memilih jalan damai dalam berpolitik. Akhirnya Soekarno mengeluarkan
Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) 1966 yang ditujukan kepada Soeharto.
Segera setelah format baru terbentuk, sistem liberal bergeser lagi ke sistem
otoriter. Pemerintahan Orde Baru berhasil mempertahankan Pancasila sebagai dasar
dan ideologi negara sekaligus berhasil memberantas paham komunis di Indonesia.
Akan tetapi, implementasi dan aplikasinya sangat mengecewakan. Beberapa tahun
kemudian, kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan ternyata tidak sesuai dengan jiwa
Pancasila. Pancasila ditafsirkan sesuai kepentingan kekuasaan pemerintah sehingga
tertutup bagi tafsiran lain. Pancasila justru dijadikan sebagai indoktrinasi. Presiden
Soeharto menggunakan Pancasila sebagai alat untuk melanggengkan kekuasaannya.
Penyelewengan lainnya yang sangat buruk dan menyimpang dari nilai-nilai luhur
Pancasila adalah bahwa Presiden Soeharto melanggengkan Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme (KKN) sehingga pada masa ini dikenal sebagai rezim terkorup di
Indonesia. Puncaknya adalah saat terjadinya krisis ekonomi dan moneter di tahun
1997 yang menyebabkan perekonomian Indonesia anjlok sehingga memicu gerakan
besar-besaran untuk menggulingkan rezim Orde Baru di bawah kepemimpinan
Presiden Soeharto.
1
Fadhilah dkk, Pendidikan Karakter, ed. by M. Ivan Ariful Fathoni, 1st edn (Bojonegoro: CV. Agrapana
Media, 2021).
2
Drs. H. MBM. Munir, MH, Umi Salamah, S.Pd., M.Pd.. Dr. Suratman, SK.
secara tertulis maupun tidak tertulis, baik oleh cabang eksekutif, legislatif, maupun
yudikatif oleh organisasi kekuatan politik, organisasi masyarakat, badan-badan
ekonomi, pimpinan masyarakat, hingga perseorangan.
3. Etika Politik
a) Pengertian Politik
Secara etimologi, kata politik berasal dari bahasa Yunani, yaitu polis yang
berarti kota-negara kota. Kata ini kemudian diturunkan menjadi kata lain seperti
“polites” (warga negara) dan “politikos” yaitu kata adjektif yang bermakna
kewarganegaraan (civic), dan “politike techne” untuk kemahiran politik, serta
“politike episteme” untuk ilmu politik.3
Politik sendiri dapat dimaknai sebagai bermacam-macam kegiatan dalam
suatu sistem politik atau negara yang menyangkut proses penentuan tujuan-tujuan
dari sistem negara itu dan diikuti dengan pelaksanaan tujuan-tujuan tersebut. Segala
sesuatu yang membahas tujuan dari sistem politik suatu negara itu terkait dengan
seleksi beberapa penyelesaian alternatif dan prioritas. Untuk menjalankan dan/atau
mencapai tujuan-tujuan politik, diperlukan kebijakan umum (public policies) yang
berisi tentang peraturan yang berasal dari sumber-sumber hukum yang telah
ditentukan terlebih dahulu.
b) Dimensi Politik Manusia
Dimensi politis manusia memiliki dua segi fundamental, yaitu pengertian dan
kehendak untuk bertindak, sehingga dua segi fundamental itu dapat diamati dalam
setiap aspek kehidupan manusia. Dua aspek ini yang senantiasa berhadapan dengan
tindakan moral manusia. Manusia mengerti dan memahami akan suatu kejadian atau
akibat yang ditimbulkan karena tindakannya, akan tetapi hal ini dapat dihindarkan
karena kesadaran moral akan tanggung jawabnya terhadap orang lain. Namun, hal ini
sering dijumpai karena keterbatasan pengertian atau bahkan kesadaran akan tanggung
jawab terhadap manusia lain dan masyarakat, maka tindakan pelanggaran moral akan
dilakukan sehingga berakibat kepada kerugian manusia lain. Aspek kemampuan
untuk melakukan atau tidak melakukan secara moral sangat tergantung kepada akal
budi manusia.4
c) Nilai-nilai Pancasila sebagai Sumber Etika Politik
Pancasila sebagai sistem etika di samping merupakan way of life bangsa
Indonesia, juga merupakan struktur pemikiran yang disusun untuk memberikan
3
R.N Gilchrist, Principle of Political Science (Orient Longmans).
4
Prof. Dr. H. Kaelan, p. 92.
tuntunan atau panduan kepada setiap warga negara Indonesia dalam bersikap dan
bertingkah laku. Pancasila sebagai sistem etika, dimaksudkan untuk mengembangkan
dimensi moralitas dalam diri setiap individu sehingga memiliki kemampuan
menampilkan sikap spiritualitas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Mahasiswa sebagai peserta didik termasuk anggota masyarakat ilmiah-
akademik yang memerlukan sistem etika yang orisinal dan komprehensif agar dapat
mewarnai setiap keputusan yang diambilnya dalam profesi ilmiah. Sebab keputusan
ilmiah yang diambil tanpa pertimbangan moralitas, dapat menjadi bumerang bagi
dunia ilmiah itu sendiri sehingga menjadikan dunia ilmiah itu hampa nilai.
G. Nilai-nilai Pancasila dan Hak dan Kewajiban Asasi Manusia
1. Pancasila sebagai suatu tatanan nilai
Pancasila sebagai tatanan nilai mengandung seperangkat nilai: ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, demokrasi, dan keadilan. Kelima nilai ini membentuk satu
kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan dari tujuan. Pancasila sebagai sistem nilai
terkandung dalam nilai-nilai moral (good values) dan merupakan nilai inti yang
abstrak.
Nilai-nilai Pancasila merupakan landasan, dasar dan motivasi bagi segala
perbuatan baik dalam kehidupan sehari-hari dan berbangsa bangsa Indonesia. Semua
produk hukum yang berlaku di Indonesia harus dijiwai dengan nilai-nilai Pancasila.
Dengan kata lain, semua hukum yang berlaku di Indonesia tidak boleh bertentangan
dengan nilai-nilai Pancasila. Ciri undang-undang ini, yang dijiwai oleh nilai-nilai
Pancasila, membedakannya dari undang-undang negara sekuler. Pancasila merupakan
falsafah hidup, namun negara sebagai institusi memiliki dua fungsi utama. Pertama,
ada kebutuhan untuk melindungi semua warga negara, satu lembaga negara sedang
dalam proses menegakkan aturan hukum, kedua, membuat atau menciptakan
kesejahteraan sosial tidak berhak memuat standar moral, sebagaimana dilakukan
oleh
Orde Baru.
2. Penerapan Nilai-Nilai Pancasila
Sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa” dalam praktek kehidupan sehari-
hari sebagai orang Indonesia adalah orang-orang yang menjunjung tinggi nilai-nilai
agamanya masing-masing, dan meyakini keimanannya kepada Tuhan Yang Maha
Esa, di dalam sila ini terkandung nilai agama, dan memenuhi segala perintah-Nya dan
menjauhi segala larangan-Nya. Dan dalam kehidupan sehari-hari, seperti menjaga
kebersihan sesuai dengan petunjuk Islam, rajin beribadah, tidak melakukan semua
larangan yang terkandung dalam ajaran agama yang diterima secara universal, dan
juga contoh toleransi, karena Indonesia adalah negara dengan satu agama, agama
berbeda-beda, dan semua agama mengajarkan toleransi agar bisa hidup berdampingan
walaupun ada perbedaan,
Sila kedua “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab” yang ditunjukkan dengan
perlakuan yang adil terhadap semua orang, diri sendiri dan lingkungan, bahwa adalah,
semua manusia harus dan berhak diperlakukan sama, tanpa diskriminasi atas dasar
asal-usul sosial atau ekonomi, hal ini didasarkan pada prinsip persamaan di depan
hukum, serta hak asasi manusia yang harus dilindungi oleh negara dan oleh setiap
orang. Warga negara Indonesia juga menghormati dan menghargai hak asasi manusia
yang dimiliki orang lain, karena batas hak asasi manusia adalah adanya hak asasi
manusia yang dimiliki orang lain.
Sila ketiga "Persatuan Indonesia" yang dalam kehidupan sehari-hari persatuan
bisa diimplementasikan dengan berbagai cara antara lain dengan berteman yang
tentunya saling membantu tanpa memandang perbedaan, mrnumbuhkan sikap bangga
dan cinta kepada tanah air, menjaga hubungan baik dengan seluruh elemen bangsa,
menumbuhkan sikap saling menghargai keragaman budaya dan mengembangkan
kesatuan dasar Bhinneka Tunggal Ika.
Sila keempat "Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijkasanaan Dalam
Permusyawaratan Perwakilan". Beberapa perwujudan perilaku dari sila keempat yaitu
selalu mengutamakan musyawarah untuk mencapai kesepakatan dalam
menyelesaikan permasalahan, menghargai hasil musyawarah, menjalankan hasil
musyawarah dengan sungguh-sungguh juga bertanggung jawab, tidak memaksakan
kehendak kepada orang lain, menghargai pendapat orang lain, berjiwa besar untuk
menerima keputusan yang dihasilkan melalui musyawarah, ikut serta dalam
PEMILU, memberikan kepercayaan pada wakil rakyat yang dipilih dan wakil rakyar
harus mampu membawa aspirasi rakyat.
Sila kelima “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”. Beberapa
perilaku yang menerapkan sila kelima antara lain melakukan yang terbaik untuk
membantu orang lain yang membutuhkan, meningkatkan kepekaan sosial dengan
melakukan kegiatan yang dapat membantu sesama (pengabdian masyarakat, donor
darah atau konser amal), berusaha bersikap adil dalam segala hal yang dilakukan,
memperlakukan siapapun secara adil, tidak mengganggu orang lai dengan perilaku
diri sendiri, menghargai karya orang lain dan memperjuangkan keadilan untuk diri
sendiri juga orang lain.
3. Hak dan Kewajiban Asasi Manusia
Hak asasi manusia ialah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara,
hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kerhormatan serta perlindungan harkat
dan martabat manusia. Salah satu anggota Komisi Hak Asasi Manusia dalam
Perserikatan Bangsa-Bangsa Jan Materson mengartikan Hak Asasi Manusia sebagai
hak yang melekat dalam diri manusia dan tanpa hak tersebut manusia tidak dapat
hidup sebagai manusia. Hak asasi manusia berasal dari sumber utama dari segala
sumber hukum yaitu kitab suci, bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan dengan hak
dan kewajiban.
Kewajiban dapat dipahami secara sederhana sebagai keharusan untuk
melakukan dengan penuh tanggung jawab. Sedangkan kewajiban manusia merupakan
kewajiban dasar manusia. Hak dan kewajiban manusia saling bergantung dan terkait
secara kausal. Seseorang akan memperoleh haknya jika ia telah menunaikan
kewajibannya. Hak yang diperoleh juga dapat dihasilkan dari kewajiban yang
dilakukan oleh orang lain.
4. Perkembangan Pemikiran HAM
Dari sudut pandang pemikir, isu HAM ini didokumentasikan dalam sejarah
Barat, misalnya oleh John Locke (1632-1704) dan Jean-Jacques Rousseau (1772-
1778). Di sekolah hukum alam, konsep dasar hak asasi manusia pada awalnya hanya
mencakup hak untuk hidup, hak atas kebebasan, dan hak atas properti. John Locke,
seorang anti-absolutis dan pendukung penilaian kembali kejayaan Inggris,
mendasarkan pemikirannya pada hipotesis bahwa manusia pada mulanya tidak berada
dalam masyarakat, tetapi dalam keadaan alamiah.
Dalam perkembangan selanjutnya, konsep hak asasi manusia berubah dan
berkembang seiring dengan perkembangan masyarakat. Di masa lalu, mengingat
keadaan dan tuntutan realitas sosial yang berubah secara dinamis, isi dan ruang
lingkup hak asasi manusia dipandang kurang layak untuk ditanggapi dan
diperjuangkan. bidang kehidupan dan bahkan hak atas perlindungan di bidang sosial
budaya. Khususnya, hak di bidang ekonomi, sosial dan budaya.
5. Pengakuan Hak dan Kewajiban Asasi dalam Konstitusi Negara RI
Sejak negara Indonesia diproklamasikan sebagai negara merdeka, para pendiri
Republik Indonesia sepakat bahwa dasar negara adalah hukum yang didefinisikan
sebagai konstitusi dan hukum tertulis yang mencerminkan penghormatan terhadap
hak asasi manusia. Konstitusi adalah piagam tertulis yang dibuat secara sadar dan
memuat segala sesuatu yang dianggap penciptanya sebagai asas-asas dasar negara.
UUD 1945 adalah UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia. UUD 1945
menegaskan bahwa sistem pemerintahan Indonesia didasarkan pada hukum
(rechstaat) dan bukan pada kekuasaan belaka (maachstaat).
6. Korupsi
Kata korupsi secara harfiah ialah kebusukan, keburukan, kebejatan,
ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian. Istilah
korupsi dalam bahasa Indonesia, adalah "kejahatan, kebusukan, dapat disuap, tidak
bermoral, kebejatan dan ketidakjujuran. Pengertian lainnya, "perbuatan yang buruk
seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan sebagainya" (Menurut WJS
Poerwadarminta: 1976).
Pada dasarnya kroupsi itu terjadi karena adanya faktor internal yaitu niat, dan
faktor kesternal yaitu kesempatan. Niat lebih terkait denngan individu yang mengikuti
perilaku dan nilai-nilai yang dianut, sedangkat kesempatan sendiri terkait dengan
sistem yang berlaku di lingkungan. Upaya pencegahan korupsi dapat dilakukan
dengan nilai-nilai anti korups pada semua individu. Dan terdapat (Sembilan) 9 nilai-
nilai anti korupsi yang penting ditanamnkan pada semua individu, yaitu kejujuran,
kepedulian, kemandirian, kedisiplinan, kerja kera, sederhana, tanggung-jawab,
keberanian dan keadilan.
7. Degradasi Moral
Degradasi moral adalah suatu kondisi dimana telah terjadi kemerosotan moral
di masyarakat, yang artinya bahwa individu maupun kelompok telah melanggar
aturan ataupun tata cara yang berlaku di masyarakat atau lingkungan. Contohnya
adanya budaya hedonisme atau suka jalan-jalan dengan perilaku konsumtif di
Indonesia. Misalnya saat ini kita bisa sering menjumpai anak-anak atau remaja-
remaja perempuan menggunakan pakaian yang sangat minim (tank top atau hotspant).
Seakan-akan budaya memakai pakaian mini (yang lebih menonjolkan bagian tubuh)
sudah dianggap lumrah oleh mereka,
8. Konsep dan Urgensi Pancasila
Pendidikan Pancasila mempunyai tujuan untuk memberikan pemahaman yang
benar akan Pancasila. Tanpa disadari, sering sekali Pancasila yang diajarkan akan
Pancasila itu tidak benar, dan merupakan bentuk yang tersamar dari ideologi lain
yang justru bertentangan dengan Pancasila. Oleh sebab itu, Pancasila yang diajarkan
dalam Pendidikan Pancasila ialah Pancasila yang dapat dipertanggungjawabkan
secara yuridis-konstitusional dan obyektif-ilmiah. Secara yuridiskonstitusional
Pancasila maksudnya adalah dasar Negara yang merupakan dasar dalam
penyelenggaraan pemerintahan Negara. Dan secara obyektif-ilmiah Pancasila
maksudnya adalah paham filsafat yang dapat diuraikan dan diterima secara rasional.
Mata kuliah atau mata pelajaran Pendidikan Pancasila juga diberikan karena
adanya kesadaran akan perlunya pendidikan yang berkesinambungan mulai dari
sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi. Dengan harapan, pemahaman yang
semakin mendalam akan nilai-nilai Pancasila, generasi muda dapat
mengimplementasikan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pendidikan
Pancasila juga diberikan karena adanya fakta kemerosotan penghayatan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, baik individual maupun kolektif sebagai
bangsa negara. Artinya, mata kuliah ini dihidupkan karena adanya kesenjangan antara
kata, pengetahuan dan perbuatan/tingkah laku.
H. Pancasila Dalam Konteks Ketatanegaraan Republik Indonesia
1. Pembukaan UUD 1945
Pembukaan UUD 1945 disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI
dibarengi dengan disahkannya pasal-pasalnya. Pembukaan UUD memang memiliki
kedudukan yang lebih tinggi di atas undang-undang. Sehingga keduanya memiliki
kedudukan hukum yang berlainan tapi keduanya terjalin dalam hubungan kesatuan
yang kausal.
Pembukaan UUD 1945 memiliki empat alinea yang mana alinea pertama
hingga ketiga tidak terlalu berhubungan dengan pasal-pasal undang-undang, lebih
menjelaskan hal-hal yang melatarbelakangi terbentuknya bangsa Indonesia. pada
alinea ke-empat memuat tujuan negara, ketentuan UUD negara, bentuk negara dan
dasar filsafat negara Pancasila. Sehingga bisa dikatakan alinea ke-empat ini memiliki
hubungan yang lebih erat dengan pasal-pasal UUD 1945.
2. Hubungan Antara Pembukaan UUD 1945 dengan Batang Tubuh UUD 1945
Menurut sistem hukum Indonesia, Pembukaan UUD 1945 ini meliputi
suasana kebatinan dari UUD Negara Indonesia dan mewujudkan hukum dasar tidak
tertulis yang kemudian dijelmakan dalam pasal UUD 1945. Yang mana di dalamnya
menunjukkan kedudukan dan fungsi pancasila.
Dikarenakan pembukaan UUD 1945 ini dijabarkan dalam pasal-pasal undang-
undang, sehingga keduanya memiliki hubungan langsung yang bersifat kausal
organis. Pembukaan UUD 1945 dan UUD 1945 memiliki rangkaian kesatuan nilai
dan norma yang terpadu meskipun keduanya bisa dipisahkan. Karena dalam
pembukaan UUD 1945 memuat penjelmaan dari dasar filsafat pancasila.
Urutan atau makna yang terkandung dalam setiap alinea Pembukaan UUD
1945 menggambarkan urutan peristiwa dan keadaan yang berkaitan dengan
berdirinya Negara Indonesia melalui Proklamasi Kemerdekaan Kebangsaan
Indonesia.
3. Hubungan Pancasila dengan UUD 1945
a) Hubungan secara formal
Dengan dicantumkannya Pancasila secara formal kedalam pembukaan UUD
1945, Pancasila mendapatkan kedudukan sebagai norma dasar hukum positif. Dengan
demikian tata kehidupan bernegara tidak hanya bertopang pada asas-asas sosial,
ekonomi, politik, akan tetapi dalam perpaduannya dengan keseluruhan asas yang
melekat padanya.
b) Hubungan Secara Material
Bilamana ditinjau kemabali proses perumusan Pancasila dan Pembukaan
UUD 1945, maka secara kronologis, materi yang dibahas oleh BPUPKI yang pertama
adalah dasar filsafat Pancasila baru kemudia Pembukaan UUD 1945. Setelah sidang
pertama Pembukaan UUD 1945 BPUPKI membicarakan dasar filsafat negara
Pancasila berikutnya tersusunlah piagam Jakarta yang disusun oleh Panitia Sembilan,
sebagai wujud bentuk pertama Pembukaan UUD 1945.
Jadi berdasarkan urutan tertib hukum Indonesia, Pembukaan UUD 1945
adalah sebagai tertib hukum yang tertinggi, adapun tertib hukum Indonesia
bersumberkan pada Pancasila, atau dengan kata lain Pancasila sebagai sumber tertib
hukum Indonesia. Hal ini berarti secara material tertib hukum Indonesia meliputi
sumber nilai, sumber materi, sumber bentuk dan sifat.
Selan itu dalam hubungannya dengan hakikat da kedudukan Pembukaan UUD
1945 sebagai pokok kaidah negara yang fundamental, maka sebenarnya secara
material yang merupakan, esensi atau intisari dari pokok kaidah negara fundamental
tersebut tidak lain adalah Pancasila.
I. Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu
1. Nilai Ketuhanan sebagai Dasar Pengembangan Ilmu
Sila ini melengkapi ilmu pengetahuan dengan menyeimbangkan antara
rasional dan irasional, antara rasa dan akal. Berdasarkan sila ini IPTEK tidak hanya
memikirkan apa yang ditemukan dibuktikan dan diciptakan tetapi juga
dipertimbangkan maksud dan akibatnya apakah merugikan manusia disekitarnya atau
tidak. Sila pertama menempatkan manusia di alam semesta bukan sebagai pusatnya
melainkan sebagai bagian yang sistematik dari alam yang diolahnya.
2. Nilai Kemanusiaan sebagai Dasar Pengembangan Ilmu
Sila kemanusiaan yang adil dan beradab memberi arah dan mengendalikan
ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dikembalikan pada fungsi semulanya, yaitu
untuk dasar asas kemanusiaan. Ilmu pengetahuan ditujukan bagi pengembangan
kemanusaiaan dan dituntun oleh nilai etis yang berdasarkan kemanusiaan.
3. Nilai Persatuan sebagai Dasar Pengembangan Ilmu
Persatuan Indonesia mengingatkan kita untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi secara merata untuk seluruh nusa dan bangsa, serta
kesadaran bahwa nasionalisme bangsa Indonesia didasarkan pada kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, dengan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai kesatuan
nasional. dan Integritas dapat terwujud, persaudaraan dan persahabatan terjalin antar
daerah.
Keuntungan lain dari penerapan nilai persatuan sebagai dasar pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) adalah dapat membuat masyarakat
Indonesia lebih tanggap. Misalnya, jika terjadi bencana alam seperti kabut di suatu
wilayah, informasi akan lebih tersebar luas. dengan cepat. Jadi, fungsi nilai persatuan
sebagai dasar pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) adalah untuk
memperlancar pemersatuan bangsa Indonesia dalam segala hal.
4. Nilai Kerakyatan sebagai Dasar Pengembangan Ilmu
Nilai kerakyatan sebagai ilmu pengetahuan bersifat demokratis, yang artinya
setiap ilmuan memiliki kebebasan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah teruji kebenarannya harus
dipersembahkan kepada rakyat agar rakyat juga dapat merasakan wawasan ilmu
pengetahuan dan teknologi tersebut, hingga mampu membawa Indonesia kepada
keadaan yang lebih baik.
5. Nilai Keadilan sebagai Dasar Pengembangan Ilmu
Sila ke-5 yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, yang melengkapi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, harus menyeimbangkan keadilan
dalam hubungannya dengan diri sendiri, manusia dengan Tuhannya, manusia dengan
sesama, manusia dengan bangsa dan negara, dan Kelestarian manusia dalam
hubungannya dengan dirinya serta lingkungan alam.
b) Demokrasi Parlementer
1) Dominannya politik aliran, artinya berbagai golongan dan partai politik sangat
mementingkan kelompok atau alirannya sendiri daripada mengutamakan kepentingan
bangsa.
(2) Dengan terbentuknya DPR-GR, peranan lembaga legislatif dalam sistem politik
di Indonesia menjadi sedemikian lemah.
(3) Basic human rights menjadi sangat lemah. Soekarno dengan mudah
menyingkirkan lawan-lawan politiknya yang tidak sesuai dengan kebijakannya.
(4) Masa demokrasi terpimpin adalah masa puncak dari semangat anti- kebebasan
pers. Sejumlah surat kabar dan majalah diberangus oleh Soekarno, seperti misalnya
Harian Abadi dari Masyumi dan Harian Pedoman dari PSI.
Pemerintahan Orde Baru ini memberi harapan baru pada rakyat Indonesia
akan adanya perubahan dan perbaikan politik akibat pengalaman traumatis masa
demokrasi liberal dan demokrasi terpimpin. Orde Baru juga berhasil
menyelenggarakan pemilu secara periodik, yaitu pada 1971, 1977, 1982, 1987, 1992,
dan 1997. Untuk berjalannya demokrasi, pemerintah Orde Baru menyusun
mekanisme kepemimpinan nasional lima tahun. Mekanisme ini merupakan
serangkaian garis besar kegiatan kenegaraan yang dirancang secara periodik setiap
masa lima tahun.
Pada masa Orde Baru kebebasan mengeluarkan pendapat dan berekspresi juga
dijaga secara ketat. Dalam teori demokrasi peran pers sangat begitu penting karena ia
akan mampu menjadi pengontrol dan penyeimbang dari kuatnya negara. Namun,
dengan adanya menteri penerangan pers yang ada tidak bisa untuk secara leluasa
mengeluarkan berita sesuai dengan fakta yang ada.
HAM dapat melindungi warga negara dari suatu perselisihan dengan cara
saling menghargai. Oleh karena itu, hal ini menjadi sangat penting karena dengan
menjunjung HAM, maka akan muncul sikap dan prilaku toleransi, sehingga kesatuan
dan persatuan bangsa Indonesia tetap terjaga dengan baik.
Aspek material meliputi substansi dan isi. Aspek ini menjelaskan tentang
pengakuan terhadap harkat dan martabat manusia. Demokrasi Pancasila harus
dijiwai dan diintegrasikan oleh sila-sila lainnya.
b) Aspek Formal
Aspek formal menjelaskan tentang proses dan cara rakyat menunjuk wakil
dalam lembaga perwakilan rakyat. Mengatur musyawarah wakil rakyat secara bebas,
terbuka, dan jujur.
c) Aspek Normatif
d) Aspek Optatif
e) Aspek Organisasi
f) Aspek Kejiwaan