Anda di halaman 1dari 18

Pengertian dan Fungsi Pancasila dalam Kehidupan Bermasyarakat dan Bernegara

 Pengertian Pancasila
Secara etimologis Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta Pantjasyila panjta yang
berarti lima dan syila berarti batu sendi/alas/dasar. Dalam pengertian lain syila berarti juga
peraturan tingkah laku yang penting/baik. Dengan demikian panjtasyila (Pancasila), pada waktu
itu berarti lima peraturan tingkah laku yang penting/baik. Di negara kita istilah Pancasila pertama
kali ditemukan dalam Buku Sutasoma Karya Mpu Tantular yang ditulis pada zaman Majapahit
(abad ke-14). Dalam buku itu istilah Pancasila diartikan sebagai lima perintah kesusilaan
(Pancasila Krama) yang berisi lima larangan, yakni :
1. Dilarang melakuakan kekerasan.
2. Dilarang mencuri.
3. Dilarang berjiwa dengki
4. Dilarang berbohong
5. Dilarang mabuk minuman keras
Pada tanggal 1 Juni 1945 dalm sidang Badan Penyelidikan Usaha-Usaha Persiapan
Kemedekaan Indonesia (BPUPKI), Ir.Soekarno mengusulkan agar dasar negara Indonesia di beri
nama Pancasila. Perkataan tersebut dibisiskan oleh temannya seorang ahli bahasa yang duduk di
samping Soekarno, yaitu Muhammad Yamin.
17 Agustus 1945 Indonesia merdeka dan keesokan harinya (18 Agustus 1945) disahkan
UUD RI yang di dalamnya memuat isi rumusan lima prinsip dasar negara yang diberi nama
Pancasila, Sejak saat itulah perkataan Pancasila menjadi bahasa Indonesia dan di jadikan istilah
yang sudah umum. Terdapat beberapa pandangan mengenai pengertian Pancasila, di anataranya
sebagai berikut :
1) Menurut Ir.Soekarno
Pancasila adalah isi jiwa bangsa Indonesia yang turun temurun sekian abad lamanya terpendam
bisu oleh kebudayaan Barat. Dengan demikian, Pancasila tidak saja falsafah negara, tetapi lebih
luas lagi, yakni falsafah bangsa Indonesia.
2) Menurut Panitia Lima
Pancasila adalah lima asas yang merupakan ideologi negara. Kelima sila itu merupakan kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Hubungan antara lima asas erat sekali, berangkaian,
dan tidak berdiri sendiri. Pancasila tidak saja pedoman politik dalam negeri, tetapi juga politik
luar negeri karena dalam Pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa tugas pemerintahan RI, yaitu,
melndungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesi, memajukan
kesajahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarakan kemerdakaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

3) Menurut Prof.Drs.Mr. Notonegoro


Pancasila merupakan dasar falsafah negara Indonesia.
4) Pada Lambang Negara Republik Indonesia “Garuda Pancasila”.
Pancasila adalag dasar falsafah dan ideologi negara yang diharapkan menjadi pandangan hidup
bangsa Indonesia sebagai dasar pemersatu, lambing persatuan, dan kesataun, serta sebagai
pertahanan bangsa dan negara Indonesia.
Usulan Rumusan Dasar Negara
1. Mr.Muh.Yamin, pada 25 Mei 1945 menyatakan usulan secara lisan, yaitu :
a. Peri Kebangsaan
b. Peri Kemanusiaan
c. Peri Ketuhananan
d. Peri Kerakayatan
e. Peri Kesejahteraan Rakyat
2. Mr.Soepomo dalam pidatonya tanggal 31 Mei 1945, menyampaikan :
a. Paham negara kesatuan
b. Warga negara hendaknya tunduk kepada Tuhan dan supaya ingat kepada Tuhan (Perhubungan
Negara dan Agama).
c. Sistem badan permusyawaratan
d. Ekonomi negara berserikat kekeluargaan.
e. Hubungan antar bangsa yang bersifat Asia Timur Raya.
3. Ir.Soekarno dalam pidatonya tanggal 1 Juni 1945, mengemukakan :
a. Kebangasaan Indonesia
b. Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan
c. Mufakat atau Demokrasi
d. Kesejahteraan social
e. Ketuhanan yang berkebudayaan
4. Rumusan Pancasila berdasarakan Inpres No.12 Tahun 1968 :
a. Ketuhanan Yang Maha Esa
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab
c. Persatuan Indonesia
d. Kerakayatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Keseluruhan ciri-ciri khas bangsa Indonesia adalah pencerminan dari garis pertumbuhan
dan perkembangan bangsa Indonesia sepanjang masa.
Garis pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia yang ditentukan oleh kehidupan budi
bangsa Indonesia dan dipengaruhi oleh tempat, lingkungan dan suasana waktu sepanjang masa.
Walaupun bangsa Indonesia sejak dahulu kala bergaul dengan berbagai peradaban kebudayaan
bangsa lain (Hindu, Tiongkok, Portugis, Spanyol, Belanda dan lain-lain) namun kepribadian
bangsa Indonesia tetap hidup dan berkembang. Mungkin di sana-sini, misalnya di daerah-daerah
tertentu atau masyarakat kota kepribadian itu dapat dipengaruhi oleh unsur-unsur asing, namun
pada dasarnya bangsa Indonesia tetap hidup dalam kepribadiannya sendiri. Bangsa Indonesia
secara jelas dapat dibedakan dari bangsa-bangsa lain. Apabila kita memperhatikan tiap sila dari
Pancasila, maka akan tampak dengan jelas bahwa tiap sila Pancasila itu adalah pencerminan dari
bangsa kita.
Maka Pancasila yang kita gali dari bumi Indonsia sendiri merupakan :
a). Dasar negara kita, Republik Indonesia, yang merupakan sumber dari segala sumber hukum
yang berlaku di negara kita.

b). Pandangan hidup bangsa Indonesia yang dapat mempersatukan kita serta memberi petunjuk
dalam masyarakat kita yang beraneka ragam sifatnya.

c). Jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia, karena Pancasila memberikan corak yang khas
kepada bangsa Indonesia dan tak dapat dipisahkan dari bangsa Indonesia, serta merupakan ciri
khas yang dapat membedakan bangsa Indonesia dari bangsa yang lain. Terdapat kemungkinan
bahwa tiap-tiap sila secara terlepas dari yang lain bersifat universal, yang juga dimiliki oleh
bangsa-bangsa lain di dunia ini, akan tetapi kelima sila yang merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan itulah yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.

d). Tujuan yang akan dicapai oleh bangsa Indonesia, yakni suatu masyarakat adil dan makmur
yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila di dalam wadah negara kesatuan
Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu dan berkedaulatan rakyat dalam suasana
perikehidupan bangsa yang aman, tenteram, tertib dan dinamis serta dalam lingkungan pergaulan
dunia yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.

e. Perjanjian luhur rakyat Indonesia yang disetujui oleh wakil-wakil rakyat Indonesia menjelang
dan sesudah Proklamasi Kemerdekaan yang kita junjung tinggi, bukan sekedar karena ia
ditemukan kembali dari kandungan kepribadian dan cita-cita bangsa Indonesia yang terpendam
sejak berabad-abad yang lalu, melainkan karena Pancasila itu telah mampu membuktikan
kebenarannya setelah diuji oleh sejarah perjuangan bangsa.

 Fungsi Pancasila :

a) Pancasila sebagai Jiwa Bangsa Indonesia


Pancasila dalam pengertian ini adalah seperti yang dijelaskan dalm teori Von Savigny bahwa
setiap volksgeist (jiwa rakyat/jiwa bangsa) Indonesia telah melaksanakan Pancasila. Dengan kata
lain, lahirnya Pancasila bersamaan dengan adanya bngas Indonesia.
b) Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia
Pancasila dalam pengertian ini adalah bahwa sikap, tingkah laku, dan perbuatan bangsa
Indonesia mempunyai cirri khas. Artinya, dapat dibedakan dengan bangsa lain. Cirri-ciri khas
inilah yang disebut kepribadian. Kepribadian bangsa Indonesia adalah Pancasila. Oleh karena itu,
Pancasila disebut juga sebagai kepribadian bangsa Indonesia.
c) Pancasila sebagai perjanjian Luhur Bangsa Indonesia
Artinya, Pancasila disahkan bersama-sama dengan disahkannya UUD 1945 oleh Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada 18 Agustus 1945. PPKI ini merupakan wakil-
wakil dari seluruh rakyat Indonesia yang mengesahkan perjanjian luhur tersebut.
d) Pancasila sebagai Cita-cita dan Tujuan Bangsa Indonesia. Artinya, cita-cita luhur bangsa
Indonesia tegas termuat dalam Pembukaan UUD 1945 karena Pembukaan UUD 1945 merupakan
perjuangan jiwa proklamasi, yaitu jiwa Pancasila. Dengan demikian, Pancasila merupakan cita-
cita dan tujuan bangsa Indonesia.
e) Pancasila sebagai Filasafat Hidup yang Mempersatukan Bangsa Indonesia. Artinya, Pancasila
merupakan salah satu alat atau sarana yang ampuh untuk mempersatukan bangsa Indonesia.
2.2. Nilai-nilai yang Terkandung dalam Pancasila
Nilai adalah sesuatu yang berharga, berguna, indah, memperkaya batin dan menyadarkan
manusia akan harkat, martabatnya. Nilai bersumber pada budi yang berfungsi mendorong dan
mengarahkan sikap dan perilaku manusia. Nilai sebagai suatu sistem (sistem nilai)
merupakansalah satu wujud kebudayaan, disamping sistem sosial dan karya.Cita-cita, gagasan,
konsep dan ide tentang sesuatu adalah wujud kebudayaan sebagai sistem nilai. Oleh karena itu,
nilai dapat dihayati atau dipersepsikan dalam konteks kebudayaan, atausebagai wujud
kebudayaan yang abstrak. Manusia dalam memilih nilai-nilai menempuh berbagaicara yang
dapat dibedakan menurut tujuannya, pertimbangannya, penalarannya, dan kenyataannya.Nilai
sosial berorientasi kepada hubungan antarmanusia dan menekankan pada segi-segikemanusiaan
yang luhur, sedangkan nilai politik berpusat pada kekuasaan serta pengaruh yangterdapat dalam
kehidupan masyarakat maupun politik. Disamping teori nilai diatas, Prof.Notonogoro membagi
nilai dalam tiga kategori, yaitu sebagai berikut:
1) Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur manusia.
2) Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk melakukan aktivitas.
3) Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.Nilai kerohanian dapat
dirinci sebagai berikut:
a. Nilai kebenaran, yaitu bersumber pada unsur rasio manusia, budi dan cipta.
b. Nilai keindahan, yaitu bersumber pada unsur rasa atau intuisi.
c. Nilai moral, yaitu bersumber pada unsur kehendak manusia atau kemauan (karsa,etika)
d. Nilai religi, yaitu bersumber pada nilai ketuhanan, merupakan nilai kerohanian yangtertinggi dan
mutlak. Nilai ini bersumber kepada keyakinan dan keimanan manusiakepada Tuhan

Nilai dan Norma yang terkandung dalam Pancasila

1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa.


1) Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaannya
masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
2) Hormat-menghormati dan bekerja sama anatara pemeluk agama dan penganut kepercayaan yang
berbeda-beda, sehingga terbina kerukunan hidup.
3) Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
4) Tidak memaksakan suatu agama an kepercayaan kepada orang lain.
2. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab.
1) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan persamaan kewajiban antar sesama manusia.
2) Saling mencintai sesama manusia.
3) Mengembangkan sikap tenggang rasa dan tepa selira.
4) Tidak semena-mena terhadap orang lain.
5) Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
6) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
7) Berani membela kebenaran dan keadilan.
8) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu
dikembangkan sikap menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.
3. Sila Persatuan Indonesia
1) Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara di atas
kepentingan pribadi atau golongan.
2) Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
3) Cinta tanah air dan bangsa.
4) Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia.
5) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tungga Ika.
4. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
1) Mengutamakan kepentingan bangsa dan negara
2) Tidak memaksakan kehendak orang lain.
3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
5) Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputuasan
musyawarah.
6) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
7) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang
Maha Esa, menjunjung tinggi harkat, derajat, dan martabat manusia serta nilai-nlai kebenaran
dan keadilan.
5. Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
1) Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan bergotongroyongan.
2) Bersikap adil
3) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4) Menghormati hak-hak orang lain.
5) Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
6) Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.
7) Tidak bersifat boros
8) Tidak bergaya hidup mewah
9) Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
10) Suka bekerja keras
11) Menghargai hasil karya orang lain
2.3. Pancasila sebagai Pandangan dan Moral Bangsa Indonesia
Moral berasal dari kata mos (mores) yang artinya kesusilaan, tabiat, kelakuan. Moral
adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang menyangkut tingkah laku dan perbuatan
manusia.Seorang yang taat kepada aturan-aturan, kaidah-kaidah dan norma yang berlaku dalam
masyarakatnya ,dianggap sesuai dan bertindak benar secara moral. Jika sebaliknya terjadi,
pribadi itu dianggap tidak bermoral.Moral dalam perwujudannya dapat berupa peraturan, prinsip-
prinsip yang benar, baik,terpuji, dan mulia. Moral dapat berupa kesetiaan, kepatuhan terhadap
nilai dan norma, moral pun dapat dibedakan seperti moral ketuhanan atau agama, moral, filsafat,
moral etika, moral hukum,moral ilmu, dan sebagainya. Nilai, norma dan moral secara bersama
mengatur kehidupan masyarakat dalam berbagai aspeknya. Secara etismologis Pancasila berarti
lima asas kewajiban moral. yang dimaksud dengan moral ialah keseluruhan norma dan
pengertian yang menentukan baik atau buruknya sikap dan perbuatan manusia. Dengan
memahami norma-norma, manusia akan tahu apa yang harus atau wajib dilakukan dan apa yang
harus dihidari.Norma moral tidak sama dengan norma sopan santun dan juga berbeda dengan
norma hukum. Norma sopan santun berlaku berdasarkan kebiasaan, norma hukum berlaku
berdasarkan undang-undang, sedangkan norma moral bersumber pada kodrat manusia
(humannature) dan oleh sebab itu selalu berlaku.
Pancasila dalam pengertian ini sering disebut sebagai pandangan hidup, pegangan hidup,
pedoman hidup, petunjuk hidup, dan jalan hidup (way of life). Dalam hal ini, Pancasila
dipergunakan sebagai petunjuk hidup atau prilaku dalam sehari-hari. Dengan kata lain, Pancasila
digunakan sebagai petunjuk arah semua kegiatan atau aktivitas hidup dan kehidupan di dalam
segala bidang. Semua tingkah laku dan perbuatan setiap manusia Indonesia harus dijiwai dan
merupakan pancaran dari semua sila Pancasila.
Pancasila merupakan dasar negara dan sekaligus ideologi bangsa, oleh sebab itu nilai-
nilai yang tersurat maupun yang tersirat harus dijadikan landasan dan tujuan mengelola
kehidupan bernegara, berbangsa maupun bermasyarakat. Dengan kata lain nilai-nilai Pancasila
wajib dijadikan norma moral dalam menyelenggarakan negara menuju cita-cita sebagaimana
dirumuskan dalam alinea IV Pembukaan Undang-undang Dasar 1945.Etika politik Pancasila
mengamanatkan bahwa Pancasila sebagai nilai-nilai dasar kehidupan bernegara, berbangsa dan
bermasyarakat harus dijabarkan dalam bentuk perundang-undangan, peraturan atau ketentuan
yang dibuat oleh penguasa. Dengan kata lain semua produk hukum yangberlaku di Indonesia
tidak boleh bertentangan dengan jiwa dan semangat Pancasila.
Sebagai Pandangan Hidup, Pancasila memilki banyak peranan, diantaranya :
a. Membuat bangsa kita berdiri kokoh, tahan terhadap segala ancaman, gangguan dan tantangan.
b. Menunjukan arah dan tujuan yang akan dicapai sesuai cita-cita bangsa.
c. Menjadi pegangan dan pedoman untuk memecahakan masalah/tantangan di bidang politik,
ekonomi, sosial dan budaya yang timbul dalam masyarakat yang makin maju.
d. Memberikan kemampuan untuk membangun diri sendiri.
e. Menunjukan kepada bangsa kita, gagasan-gagasan mengenai wujud kehidupan yang dianggap
baik dan cita-citakan.
f. Memberikan kemampuan untuk menyaring gagasan dan pengaruh kebudayaan asing.

Pengertian Pancasila dan Fungsi Pancasila


sebagai Dasar Negara
Abdee Pamungkas Senin, 25 Juni 2012 09:33 WIBSainsComments Off on Pengertian Pancasila
dan Fungsi Pancasila sebagai Dasar Negara

(Pengertian Pancasila dan Fungsi Pancasila sebagai Dasar Negara) – Pancasila dapat kita
artikan seabgai lima dasar yang dijadikan Dasar Negara serta Pandangan Hidup Bangsa. Suatu
bangsa tidak akan dapat berdiri dengan kokoh tanpa dasar negara yang kuat dan tidak dapat
mengetahui dengan jelas kemana arah tujuan yang akan dicapai tanpa Pandangan Hidup. Dengan
adanya Dasar Negara, suatu bangsa tidak akan terombang ambing dalam menghadapi
permasalahan baik yang dari dalam maupun dari luar.

Pancasila Sebagai Dasar Negara tentunya memiliki fungsi yang sangat penting. Fungsi
Pancasila Adalah sebagai berikut:

 Pandangan Hidup Bangsa Indonesia yaitu yang dijadikan pedoman hidup bangsa
Indonesia dalam mencapai kesejahteraan lahir dan batin dalam masyarakat yang
heterogen (beraneka ragam).
 Jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia, artinya Pancasila lahir bersama denganlahirnya
bangsa Indonesia dan merupakan ciri khas bangsa Indonesia dalam sikap mental maupun
tingkah lakunya sehingga dapat membedakan dengan bangsa lain.
 Perjanjian Luhur artinya Pancasila telah disepakati secara nasional sebagai dasar negara
tanggal 18 Agustus 1945 melalui sidang PPKI (Panitia Persiapan kemerdekaan
Indonesia).
 Sumber dari segala sumber tertib hukum artinya; bahwa segala peraturan perundang-
undangan yang berlaku di Indonesia harus bersumberkan Pancasila atau tidak
bertentangan dengan Pancasila.
 Cita- cita dan tujuan yang akan dicapai bangsa Indonesia, yaitu masyarakat adil dan
makmur yang merata materiil dan spiritual yang berdasarkan Pancasila.

Mengingat sangat pentingnya Pancasila sebagai dasar negara, maka kita harus meneruskan
perjuangan, serta memelihara dan melestarikan, menghayati, mengamalkan pancasila dalam
kehidupan sehari-hari agar tujuan dari pancasila dapat terpenuhi.

A. Rakyat
(Inggris : Peoples) adalah bagian dari suatu negara atau elemen penting dari suatu
pemerintahan. Rakyat terdiri dari beberapa orang yang mempunyai ideologi sama dan tinggal di
daerah/pemerintahan yang sama dan mempunyai hak dan kewajiban yang sama yaitu untuk
membela negaranya bila diperlukan.Elemen rakyat terdiri dari wanita , pria , anak-anak , kakek
dan nenek.Rakyat akan dikatakan rakyat jika telah disahkan oleh negara yang ditempatinya dan
telah memenuhi syarat-syarat sebagai rakyat/warga negara Rakyat diambil dari kata
Rahayat..artinya yang mengabdi,pengikut,pendukung.Konotasinya sangat merendahkan karena
dianggap sebagai "hamba,budak dan sejenisnya" Sehingga agak berbeda dengan maksud dari
kata people ( Inggris )..apalagi kalau dengan konotasi rakyat sebagai sebuah kekuatan atau
pemilik sebuah negara

B. Penduduk
adalah orang yang tinggal di suatu daerah. Penduduk adalah orang yang berhak tinggal daerah,
dengan syarat orang tersebut harus memiliki surat resmi untuk tinggal disitu
Dalam sosiologi, penduduk adalah kumpulan manusia yang menempati wilayah geografi dan
ruang tertentu.
Jadi penduduk adalah kumpulan manusia yang tinggal di suatu wilayah (Negara, kota
dan daerah) yaitu dengan memiliki surat resmi untuk tinggal di wilayah tersebut.
penduduk merupakan sekelompok orang atau individu yang tinggal di kota maupun yang di desa
dalam suatu negara. Dan dalam ilmu sosiologi, penduduk adalah kumpulan manusia yang
menempati wilayah geografis dan ruang tertentu.

C. Warga Negara adalah keanggotaan seseorang dalam satuan politik tertentu (dalam negara)
dan mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik. Dan ada dua cara seseorang
untuk memperoleh kewarganegaraan, yaitu :
1. Menurut asal kelahiran
* Ius solis (menurut tempat kelahiran) yaitu penentuan status kewarganegaraan seseorang
berdasarkan tempat dimana ia dilahirkan. Sebagai contoh : Seseorang yang dilahirkan di negara
Inggris maka ia kan menjadi warga negara Inggris, walaupun orang tuanya adalah warga negara
Jerman. Asas ini dianut oleh negara Inggris, Amerika, Mesir dll.
* Ius sanguinis (menurut keturunan) yaitu penentuan status kewarganegaraan seseorang
berdasarkan keturunan dari negara mana ia berasal. Sebagai contoh : Seseorang yang dilahirkan
di negara Indonesia, sedangkan orang tuanya berasal dari RRC, maka orang tersebut menjadi
warga negara RCC. Asas ini dianut oleh negara RRC.
2. Naturalisasi
Adalah suatu perbuatan hukum yang dapat menyebabkan seseorang memperoleh status
kewarganegaraan. Misal : seseorang memperoleh status kewarganegaraan akibat dari pernikahan,
mengajukab permohonan, memilih/menolak status kewarganegaraan. Sedangkan naturalisasi di
Indonesia dapat di bagi menjadi dua, yaitu :
Naturalisasi Biasa, Syarat-syaratnya adalah :
o Telah berusia 21 tahun
o Lahir di wilayah RI/bertempat tinggal yang paling minimal 5 tahun berturut atau 10 tahun
tidak berturut-turut
o Apabila ia seseorang laki-laki yang sudah kawin, ia perlu mendapat persetujuan istrinya
o Dapat bebahasa Indonesia
o Sehat jasmani & rohani
o Mempunyai mata pencarian tetap
o Tidak mempunyai kewarganegaraan lain
Naturalisasi Istimewa : status kewarganegaraan yang diberikan kepada warga asing yang telah
berjasa kepada negara RI dengan pernyataan sendiri (permohonan) untuk menjadi WNI.

D. Bangsa
adalah suatu komunitas etnik yang cirri-cirinya adalah: memiliki nama, wilayah tertentu,
mitos leluhur bersama, kenangan bersama, satu atau beberapa budaya yang sama dan solidaritas
tertentu. Bangsa juga merupakan doktrin etika dan filsafat, dan merupakan awal dari ideology
nasionalisme.
a. Ernest Renan (Perancis) = Bangsa adalah suatu nyawa, suatu akal yang terjadi dari 2 hal,
yaitu rakyat yang harus hidup bersama-sama menjalankan satu riwayat, dan rakyatyang
kemudian harus mempunyai kemauan atau keinginan hidup untuk menjadi satu.
b. Otto Bauer (Jerman) = Bangsa adalah kelompok manusia yag memiliki kesamaan karakter.
Karakteristik tumbuh karena adanya persamaan nasib.
c. Hans Kohn (Jerman) = bangsa adalah buah hasil tenaga hidup manusia dalam sejarah,
suatu bangsa merupakan golongan yang beraneka ragam dan tidak bisa dirumuskan secara eksak.
Sebagai ahli antropologi etnis, ia mengemukakan teori tentang bangsa bahwa bangsa dibentuk
karena persamaan bahasa, ras, agama, peradaban, wilayah, negara, dan kewarganegaraan.
d. F. Ratzel (Jerman) = Bangsa terbetuk karena adanya hasrat bersatu. Hasrat itu timbul
karena adanya rasa kesatuan antara manusia dan tempat tinggalnya (paham geopolitik).
Dapat disimpulkan Bangsa adalah suatu kelompok manusia yang memiliki karakteristik
dan ciri yang sama (nama, budaya, adat), yang bertempat tinggal di suatu wilayah yang telah
dikuasai nya atas sebuah persatuan yang timbul dari rasa nasionalisme serta rasa solidaritas dari
sekumpulan manusia tersebut serta mengakui negaranya sebagai tanah airnya.
Pengertian Demokrasi Pancasila, Ciri, Prinsip, Fungsi & Definisi Para Ahli| Secara Umum,
Pengertian Demokrasi Pancasila adalah suatu paham demokrasi yang bersumber dari pandanan
hidup atau falsafah hidup bangsa Indonesia ang digali berdasarkan kepribadian rakyat Indonesia
sendiri. Dari falsafah hidup bangsa Indonesia, kemdian akan timbul dasar falsafah negara yang
disebut dengan Pancasila yang terdapat, tercemin, terkandung dalam Pembukaan UUD 1945.

Demokrasi Pancasila merupakan demokrasi yang konstitusional berdasarkan mekanisme


kedaulatan rakyat di setipa penyelenggaraan negara dan penyelenggaraan pemerintahan menurut
konstitusi yaitu UUD 1945. Sebagai demokrasi Pancasila terikat dengan UUD 1945 dan
implementasinya (pelaksanaannya) wajib sesuai dengan apa yang terdapat dalam UUD 1945.

Pengertian Demokrasi Pancasila Menurut Para Ahli

Pengertian Demokrasi Pancasila Menurut Para Ahli - Selain pengertian secara umum
demokrasi Pancasila, terdapat pula pengertian menurut para ahli yang mengemukakan
pendapatnya untuk mendefinisikan pengertian demokrasi Pancasila. Macam-macam pengertian
demokrasi Pancasila adalah sebagai berikut..

 Profesor Dardji Darmo Diharjo: Menurut Prof. Dardji Darmo Diharjo, bahwa
pengertian demokrasi Pancasila adalah paham demokrasi yang bersumber dari
kepribadian dan falsafah hidup bangsa Indonesia, yang perwujudannya seperti dalam
ketentuan-ketentuan Pembukaan UUD 1945.
 GBHN Tahun 1978 dan Tahun 1983: Menurut Gari Besar Haluan Negara Tahun 1978
dan Tahun 1983 yang menetapkan bahwa pembangunan politik diarahkan untuk lebih
memantapkan perwujudan demokrasi Pancasila. Dalam rangka memantapkan stabiltias
politik dinamis serta pelaksanaan mekanisme Pancasila, maka diperlukan pemantapan
kehidupan kosntitusional kehidupan demokrasi dan tegaknya hukum.
 Kansil: Pengertian demokrasi Pancasila menurut Kansil adalah kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan, yang
merupakan sila keempat dari dasar Negara Pancasila seperti yang tercantum dalam alinea
ke 4 Pembukaan UUD 1945.
 Prof. Notonegoro: Menurutnya, pengertian demokrasi Pancasila adalah kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan yang ber-
Ketuhanan YME, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang mempersatukan
Indonesia, dan yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
 Ensiklopedia Indonesia: Pengertian demokrasi Pancasila bahwa Pancasila meliputi
bidang-bidang politik, sosial dan ekonomi, serta yang dalam penyelesaian masalah-
masalah nasional yang berusaha sejauh mungkin menempuh jalan permusyawaratan
untuk mencapai mufakat.

Ciri-Ciri Demokrasi Pancasila

Ciri-Ciri Demokrasi Pancasila - Prinsip yang terdapat dalam demokrasi Pancasila sediki
berbeda dengan prinsip demokrasi secara universal. Ciri-ciri demokrasi Pancasila adalah sebagai
berikut..
 Pemerintah berjalan sesuai dengan konstitusi
 Terdapat pemilu secara berkesinambungan
 Adanya penghargaan atas Hak Asasi Manusia dan perlindungan untuk hak minoritas
 Merupakan kompetisi dari berbagai ide dan cara dalam menyelesaikan masalah
 Ide yang terbaik akan diterima ketimbang dari suara terbanyak

Isi Pokok Demokrasi Pancasila

Isi Pokok Demokrasi Pancasila - Isi pokok demokrasi Pancasila adalah sebagai berikut...

 Pelaksanaan UUD 1945 dan penjabarannya dituangkan Batang Tubuh dan Penjelasan
UUD 1945
 Menghargai dan melindungi HAM (Hak Asasi Manusia)
 Pelaksanaan kehidupan ketatanegaraan beradsarkan dari kelembagaan
 Sebagai sendi dari hukum yang dijelaskan dalam UUD 1945, yaitu negara hukum yang
demokrastif

Fungsi Demokrasi Pancasila

Fungsi Demokrasi Pancasila - Demokrasi Pancasila memiliki banyak fungsi dalam


pelaksanannya terhadap negara Indonesia. macam-macam fungsi demokrasi Pancasila adalah
sebagai berikut...

 Menjamin keikutsertaan rakyat dalam kehidupan bernegara seperti ikut menyukseskan


pemiluh, pembangunan, duduk dalam badan perwakilan/permusyawaratan
 Menjamin berdirinya negara RI
 Menjamin tetap tegaknya NKRI berdasar sistem konstitusional
 Menjamin tetap tegaknya hukum yang berasal dari Pancasila
 Menjamin adanya hubungan yang sama, serasi dan simbang mengenai lembaga negara
 Menjamin pemerintahan yang bertanggung jawab

Prinsip Demokrasi Pancasila

Prinsip-Prinsip Demokrasi Pancasila - Demokrasi Pancasila merupakan budaya demokrasi


yang dengan karakteristik khas Indonesia yang mengandung prinsip-prinsip. Prinsip-prinsip
pokok demokrasi pancasila adalah sebagai berikut..
1. Perlindungan hak asasi manusia
2. Pengambilan keputusan berdasar musyawarah
3. Badan peradilan merdeka yang berarti tidak terpangaruhi akan kekuasaan pemerintah dan
kekuasaan lain. Misalnya Presiden, BPK, DPR atau yang lainnya.
4. Terdapat partai politik dan juga organisasi sosial politik yang berfungsi untuk menyalurkan
aspirasi rakyat.
5. Sebagai pelaksanan dalam pemilihan umum
6. Kedaulatan ada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD (Pasal 1 Ayat 2 UUD 1945)
7. Keseimbangan antara hak dan kewajiban
8. Pelaksanaan kebebasan yang bertanggun jawab secara moral kepada Tuhan YME diri sendiri,
masyarakat, dan negara ataupun orang lain.
9. Menjunjung tinggi tujuan dan juga cita-cita nasional
10. Pemerintah menurut hukum, dijelaskan dalam UUD 1945 yang berbunyi:

 Indonesia adalah negara berdasarkan hukum (rechtstaat dan tidak berdasarkan kekuasaan
belaka (machtstaat)
 Pemerintah berdasar dari sistem konstitusi (hukum dasar) tidak bersifat absolutisme
(kekuasaan tidak terbatas)
 Kekuasaan yang tertinggi ada ditangan rakyat.

Asas Demokrasi Pancasila

Asas Demokrasi Pancasila - Dalam sistem demokrasi Pancasila, terdapat dua asas antara lain
sebagai berikut...

 Asas Kerakyatan: Pengertian asas kerakyatan adalah asas kesadaran untuk cinta kepada
rakyat, manunggal dengan nasip dan cita-cita rakyat, serta memiliki jiwa kerakyatan atau
menghayati keasadaran senasib dan secita-cita dengan rakyat.
 Asas Musyawarah: Pengertian asas msyawarah adalah asas yang memperhatikan
aspirasi dan kehendak seluruh rakyat yang jumlahnya banyak dan melalui forum
permusyawaratan untuk menyatukan pendapat serta mencapai kesepatakan bersama atas
kasih sayang, pengobaranan untuk kebahagian bersama.
PENTINGNYA SILA-SILA PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSFAT
Perkembangan masyarakat semakin cepat baik secara langsung maupun tidak langsung.
Hal tersebut bisa mengakibatkan perubahan besar terhadap bangsa di dunia. Melalui globalisasi
kekuatan internasional telah mengancam bahkan menguasai eksistensi negara-negara
kebangsaan termasuk bangsa indonesia. Permasalahan kebangsaan dan kenegaraan di indonesia
semakin kompleks dan rumit di satu sisi terdapat ancaman internasional dan di sisi lain muncul
masalah internal, yaitu maraknya tuntutan rakyat yang secara objektif kehidupan sekarang masih
kurangnya kesejahteraan dan keadilan sosial. Konflik internal tersebut dapat mengancam jati diri
bangsa dan banyaknya nilai-nilai baru yang masuk serta terjadinya pergeseran nilai yang terjadi
di masyarakat yang pada akhirnya mengancam pinsip-prinsip hidup berbangsa.

Prinsip-prinsip dasat yang telah ditemukan ileh prletak dasar (the founding fathers)
negara Indonesia yang kemudian diabstaksikan menjadi suatu prinsip dasar filsafat bernegara
yang disebut Pancasila. Pancasila sebagai filsafat bangsa Indonesia telah mengalami ancaman
dari munculnya nilai-nilai daru dari luar dan pergeseran nilai yang terjadi. Secara ilmiah
masyarakat atau bangsa senantiasa memiliki pandangan hidup atau filsafat hidup yang berbeda
dengan bangsa lain hal ini disebut sebagai local genius (kecerdasan/kreativitas lokal) dan sebagai
local window (kearifan lokal) bangsa. Bangsa ndonesia tidak mungkin memiliki kesamaan
pandangan hiduo dan filsafah hidup dengan bangsa lain.
Jati diri bangsa akan selalu bertilak ukur kepada nilai-nilai Pancasila sebagai filsafat
negara. Kesatuan sila-sila Pancasila pada hakikatnya bukan hanya merupakan kesatuan yang
bersifat formal logis tetapi menyangkut aspek ontologis, aspek epistemologis, dan aspek
aksiologis dari sila-sila Pancasila.

HAKIKAT FILSAFAT PANCASILA


Filsfat berasal dari bahsa yunani yaitu philein, yang berarti cinta dan sophia, yang berarti
kebijaksanaan. Filsafat menurut asal katanya berarti cinta akan kebijakan atau mencintai
kebenar/pengetahuan. Cinta mempunyai arti seluas-luasnya, yang dapat dikemukakan sebagai
keinginan yang menggebu dan sungguh-sungguh terhadap sesuatu, sedangkan kebijaksanaan
diartikan sebagai kebenaran yang sejati.
Filsafat merupakan ilmu induk pengetahuan. Timbulnya ilmu pengetahuan tersebut dapat
dilihat dari sejarah, yang sebelumnya dibawah filsafat. Manusia dalam kehidupan pasti memiliki
pandangan hidup yang dianggap paling benar, baik dan membawa kesejahteraan dalam
kehidupannya dan pilihan itulah yang disebut filsafat. Seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan muncul dan berkembanglah ilmu filsafat yang berkaitan dengan bidang-bidang ilmu
tertentu misalnya filsafat politk, filsafat bahasa, filsafat ilmu pengetahuan, filsafat lingkungan
dan filsafat yang berkaitan dengan bidang ilmu yang lain (Kaelan, 2007).
2. Filsafat Pancasila
Menurut Ruslan Abdulgani, pancasila merupakan filsafat negara yang lahir sebagai
colective ideology (cita-cita bersama) seluruh bangsa indonesia. Pancasila dikatakan sebagai
filsafat karena hasil perenungan jiwa yang mendalan dan dilakukan oleh the faunding father,
kemudian dituangkan dalam suatu sistem yang tepat. Menurut Notonegoro, filsafat memberikan
pengetahuan dan pengertian ilmiah, yaitu tentang hakikat pancasila.

KARAKTERISTIK SISTEM FILSAFAT PANCASILA


Pancasila memiliki karakteristik sistem filsafat tersendiri yang berbeda dengan filsafat
yang lain yaitu:
1. Sila-sila pancasila merupakan satu kesatuan sistem yang bulat dan utuh (sebagai suatu totalitas).
Apabila tidak bulat dan utuh atau sila yang satu dengan sila lainnya terpisah-pisah itu bukan
pancasila.
2. Susunan pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan utuh dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Sila 1 meliputi, mendasari dan menjiwai sila 2, 3, 4, 5.
b. Sila 2 diliputi, didasari, dijiwai sila 1, dan mendasari serta menjiwai sila 3, 4, 5.
c. Sila 3 diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2 dan mendasari serta menjiwai sila 4, 5.
d. Sila 4 diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, 3 dan mendasari serta menjiwai sila 5.
e. Sila 5 diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, 3, 4.
3. Pancasila sebagai suatu substansi, artinya unsur asli/permanen/primer Pancasila sebagai suatu
yang mandiri, yang unsur-unsurnya berasal dari diri sendiri.
4. Pancasila sebagai suatu realita, artinya ada dalam diri manusia Indonesia dan masyarakat sebagai
suatu kenyataan hidup bangsa, yang tumbuh, hidup, dan berkembang dalam kehidupan sehari-
hari (Heri Herdiawanto, 2010).
PRINSIP-PRINSIP FILSAFAT PANCASILA
Ditinjau dari Aristoteles, Pancasila dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Kausa Materialis yaitu sebab yang berhubungan dengan materi/bahan. Dalam hal ini pancasila
digali dari nilai-nilai sosial budaya yang ada dalam bangsa Indonesia sendiri.
2. Kausa Formalis yaitu sebab yang berhubungan dengan bentuknya. Pancasila yang ada dalam
pembukaan UUD’ 45 memenuhi syarat formal (kebenaran formal).
3. Kausa Efisiensi yaitukegiatan BPUPKI dan PPKI dalam menyusun dan merumuskan pancasila
menjadi dasar negara merdeka.
4. Kausa Finalis yaitu berhubungan dengan tujuannya, yaitu tujuan diusulkannya Pancasila sebagai
dasar negara merdeka.

LANDASAN ONTOLOGIS PANCASILA


Kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksud sebagai upaya untukmengetahui hakikat dasar
sila-sila Pancasila. Menurut Notonagoro, hakikat dasar ontologis Pancasila adalah manusia,
karna Pancasila merupakan subyek hukum pokok sila-sila Pancasila. Dijelaskan bahwa
berketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berkesatuan Indonesia,
berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan,
berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia pada hakikatnya adalah manusia (Kaelan, 2005).
Hakikat dasar keberadaan sila-sila pancasila adalah manusia. Notonegoro
mengungkapkan bahwa manusia sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila secara ontologis
memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri dari susunan kodrat, raga dan jiwa, jasmani dan
rohani, sebagai makhluk individu dan sosial serta kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk
pribadi dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Menurut Kaelan, secara hierarkis sila pertama yaitu
Ketuhanan Yang Maha Esa, mendasari dan menjiwai keempat sila-sila Pancasila lainnya.
Pancasila sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia memiliki susunan lima sila
yang merupakan suatu persatuan dan kesatuan serta mempunyai sifat dasar kesatuan yang
mutlak, yaitu bersifat kodrat monodualis, sebagai makhluk individu dan sekaligus sebagai
makhluk sosial dan kedudukannya sebagai makhluk pribadi yang berdiri sendiri, juga sekaligus
sebagai makhluk Tuhan. Konsekuensinya adalah segala aspek dalam penyelenggaraan negara
diliputi oleh nilai-nilai Pancasila yang merupakan suatu kesatuan yang utuh yang memiliki sifat
dasar yang mutlak berupa sifat kodrat manusia yang monodualis tersebut.
Seluruh nilai Pancasila tersebut menjadi dasar rangka dan jiwa bagi bangsa Indonesia.
Hal ini berarti bahwa setiap aspek penyelenggaraan negara harus dijabarkan dan bersumber pada
nilai-nilai Pancasila, seperti bentuk negara, sifat negara, tujuan negara, tugas negara, kewajiban
negara dan warga negara, sistem hukum negara, moral negara, dan segala aspek penyelenggaraan
negara lainnya.

LANDASAN EPISTEMOLOGIS PANCASILA


Kajian epistemologi filsafat Pancasila dimaksudkan sebagai upaya untuk mencari hakikat
Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Epistemologis merupakan bidang filsafat yang
membahas hakikat ilmu pengetahuan (ilmu tentang ilmu). Kajian epistemologi Pancasila tidak
dapat dipisahkan dengan dasar ontologinya. Maka dasar epistemologis Pancasila sangat
berkaitan erat dengan konsep dasarnya yaitu tentang hakikat manusia.
Menurut Titus (1984: 20), terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam epistemologis,
yaitu tentang: sumber pengetahuan manusia, teori kebenaran pengetahuan manusia, dan watak
pengetahuan manusia. Epistemologis Pancasila sebagai suatu objek kejian pengetahuan pada
hakikatnya meliputi masalah sumber pengetahuan pancasila dan susunan pengetahuan pancasila.
Sumber pengetahuan pancasila yaitu nilai-nila yang ada pada bangsa Indonesia itu sendiri.
Kembali pada pemikiran filsafat Aristoteles, nilai-nilai tersebut merupakan kausa materialis
pancasila.
Mengenai susunan Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan, Pancasila memiliki
susunan yang bersifat formal logis, baik dalam arti susunan sila-sila Pancasila maupun isi arti
sila-sila Pancasila itu. Susunan sila-sila pancasila bersifat hierarkis dan berbentuk piramidal,
yang memiliki arti sebagai berikut.
1. Sila pertama Pancasila mendasari dan menjiwai keempat sila lainnya.
2. Sila kedua didasari sila pertama serta mendasari dan menjiwai sila ketiga, keempat, dan kelima.
3. Sila ketiga didasari dan dijiwai sila pertama, kedua serta mendasari dan menjiwai sila keempat
dan kelima.
4. Sila keempat didasari dan dijiwai sila pertama, kedua dan ketiga serta mendasari dan menjiwai
sila kelima.
5. Sila kelima didasari dan dijiwai sila pertama, kedua, ketiga dan keempat (Heri Herdiawanto,
2010).
Susunan pancasila memiliki sistem logis, baik secara kualitas maupun kuantitasnya.
Dasar-dasar rasional logis Pancasila juga menyangkut kualitas dan kuantitasnya serta
menyangkut isi arti sila-sila Pancasila tersebut. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa memberikan
landasan kebenaran pengetahuan manusia yang bersumber pada intuisi. Sesuai dengan sila
pertama Pancasila, epistemologis Pancasila mengakui kebenaran wahyu yang bersifat mutlak, hal
ini sebagai tingkat kebenaran yang tertinggi.
Kebenaran dan pengetahuan manusia merupakan suatu sintesis yang harmonis antara
potensi-potensi kejiwaan manusia, yaitu akal, rasa dan kehendak manusia untuk mendapatkan
kebenaran yang tertinggi. Selain itu, dalam sila ketigga, keempat dan kelima, epistemologi
Pancasila mengakui kebenaran konsensus terutama berkaitan dengan sifat kodrat manusia
sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai suatu paham epistemologis, Pancasila
mendasarkan pandangannya bahwa ilmu pengetahuan pada hakikatnya tidak bebas nilai karena
harus diletakkan pada kerangka moralitas kodrat manusia serta moralitas religius dalam upaya
untuk mendapatkan suatu tingkatan pengetahuan dalam hidup manusia. Itulah sebab pancasila
serta epistemologis harus menjadi dasar moralitas bangsa dalam membangun perkembangan
sains dan teknologi sekarang (Heri Herdiawanto, 2010).

LANDASAN AKSIOLOGIS PANCASILA


Kajian aksiologi filsafat Pancasila membahas tentang nilai praksisi atau manfaat suatu
pengetahuan tentang Pancasila. Sila-sila Pancasila sebagai sistem filsafat memiliki satu kesatuan
dasar aksiologis, nilai-nila yang terkandung dalam Pancasila juga merupakan suatu kesatuan.
Aksiologis Pancasila membahas tentang filsafat nilai Pancasila. Nilai dalam kajian filsafat
dipakai untuk merujuk pada ungkapan abstrak yang diartikan sebagai keberhargaan (worth) atau
kebaikan (goodnes), dan kata kerja yaitu suatu tindakan kejiwaan tertentu dalam menila atau
melakukan penilian.
Di dalam Dictionary of Sociology and Related Sciences dikemukakan nilai adalah suatu
kemampuan yang dicapai dan ada pada suatu benda untuk memuaskan manusia. Sifat tersebut
menarik minat seseorang atau kelompok. Nilai pada hakikatnya yaitu sifat atau kualitas yang
melekat pada suatu objek. Misalnya bunga itu indah diartikan perbuatan itu baik, indah dan baik
merupakan sifat atau kualitas yang melekat pada bunga dan perbuatan. Nilai merupakan suatu
kenyataan yang tersembunyi dibalik kenyataan-kenyataan lainnya.
Terdapat berbagai macam teori tentang nilai tergantung pada tolak dan sudut pandangnya
masing-masing dalam menentukan pengertian niali. Kalangan materialis memandang bahwa
hakikat niali yang tertinggi adalah nilai material, sementara kalangan hedonis memandang nilai
tertinggi adalah nilai kenikmatan. Dari berbagai macam pandangan tentang nilai, dapat
dikelompokkan pada dua macam sudut pandang, yaitu pertama, sesuatu yang bernilai berkaitan
dengan subjek pemberi nilai yakni manusia dan bersifat subjektif. Sudut pandang yang kedua,
yaitu pandangan yang menyatakan pada hakikatnya sesuatu yang melekat pada dirinya sendiri
memang bernilai dan bersifat objektivisme.
Notonagoro merinci tentang adanya nilai yang bersifat material dan nonmaterial.
Manusia memiliki orientasi nilai yang berbeda, tergantung pada pandangan hidup dan filsafat
masing-masing. Ada yang berorientasi pada nilai material dan ada yang berorientasi pada nilai
nonmaterial. Nilai material rellatif lebih mudah diukur menggunakan pancaindra ataupun alat
pengukur. Nilai yang bersifat rohaniah lebih sulit untuk diukur, namun dapat dilakukan dengan
hati nurani manusia sebagai alat ukur yang dibantu oleh cipta, rasa, dan karsa serta keyakinan
manusia (Kaelan, 2005).
Menurut notonagoro, nilai-nilai pancasila itu termasuk nilai kerohanian, tetapi nilai-nilai
kerohanian yang mengakui nilai material dan vital. Nilai-nilai Pancasila yang tergolong nilai
kerohanian juga mengandung nilai-nilai lain secara lengkap dan harmonis seperti nilai material,
vital, kebenaran, keindahan atau estetis, kebaikan atau moral, ataupun kesucian yang secara
keseluruhan bersifat sistematis-hierarkis dimana sila pertama, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa
menjadi basis semua sila Pancasila (Darmodihardjo, 1978).
Secara aksiologis bangsa Indonesia merupakan pendukung nilai-nilai pancasila
(subscriber of falues Pancasila). Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang berketuhanan,
berkemanusiaan, berkesatuan, berkerakyatan dan berkeadilan sosial. Sebagai pandukung nilai
bangsa Indonesia yang telah menghargai, mengakui, menerima Pancasila sebagai sesuatu yang
bernilai. Pengakuan, penghargaan dan penerimaan Pancasila sebagai suatu yang bernilai akan
tampak menggejala dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan manusia dan bangsa Indonesia
yang merupakan pengembannya dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan manusia (Heri
Herdiawanto, 2010).
WACANA AKHIR
Secara filosofis Pancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafat memiliki dasar ontologis,
dasar epistemologis, dan dasar aksiologis yang membedakan pancasila dengan sistem filsafat
lainnya. Dasar ontologis disebut juga sebagai dasar antropologis yaitu bidang filsafat yang
membahas tentang halikat keberadaan sesuatu dan mencari hakikat mengapa sesuatu itu ada.
Dasar epistimologis dalam arti pancasila sebagai suatu ideologi bersumber pada nilai-
nilai dasarnya yaitu filsafat pancasila. Epitemologis yaitu bidang filsafat yang membahas tentang
hakikat ilmu pengetahuan atau ilmu tentang ilmu.
Dasar aksiologis merupakan pandangan tentang nilai dan pandangan pancasila secara
hierarki yang merupakan suatu kesatuan. Aksiologis merupakan bidang filsafat yang membahas
tentang hakikat nilai atau filsafat yang membahas tentang nilai praksis sesuatu.

Anda mungkin juga menyukai