Anda di halaman 1dari 9

TUGAS 2

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
(MKWU4109.697)

DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD MAULANA SUPANDI
NIM : 048042854

PROGRAM STUDI S1 ILMU HUKUM


FAKULTAS FHISIP
UNIVERSITAS TERBUKA
2023
1. Makna Identitas Nasional:
Identitas nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang
secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa yang lain. Jadi, identitas nasional
adalah ciri, tanda atau jati diri yang melekat pada suatu negara sehingga membedakan dengan
Negara lain.
Identitas nasional disini lebih mengacu pada kebudayaan, adat istiadat, serta karakter bangsa itu
sendiri. Identitas nasional khususnya untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah agar
tetap eksis dalam menghadapi globalisasi maka harus tetap meletakkan jati diri dan identitas
nasional yang merupakan kepribadian bangsa Indonesia.
Berdasarkan hakikat pengertian identitas nasional, maka identitas nasional suatu bangsa tidak
dapat dipisahkan dengan jati diri suatu bangsa atau lebih populer disebut dengan kepribadian
suatu bangsa. Hakikat identitas nasional Indonesia adalah Pancasila yang diaktualisasikan
dalam berbagai kehidupan berbangsa. Aktualisasi ini untuk menegakkan Pancasila dan UUD
1945 sebagaimana dirumuskan dalam pembukaan UUD 1945 terutama alinea ke-4. Identitas
nasional bukan hanya penting karena menjadi pembeda bangsa Indonesia dengan bangsa-
bangsa lain, tetapi juga karena pertama, identitas nasional adalah hal yang mutlak dimiliki oleh
setiap bangsa agar bangsa Indonesia dikenal oleh bangsa lain agar dapat melanjutkan
perjuangan untuk mampu eksis sebagai bangsa sesuai dengan fitrahnya. Kedua, identitas
nasional bagi negara-negara Indonesia sangat penting bagi kelangsungan hidup negara-negara
Indonesia. Ketiga, identitas nasional penting bagi kewibawaan negara dan bangsa Indonesia. Di
antara beberapa identitas nasional yang penting bagi kehidupan di Indonesia, Pancasila adalah
identitas nasional yang paling penting. Pancasila adalah dasar filsafat negara Republik
Indonesia. Di samping itu, Proses pembentukan identitas nasional umumnya membutuhkan
waktu perjuangan panjang di antara warga bangsa-negara yang bersangkutan. Hal ini
disebabkan identitas nasional adalah hasil kesepakatan masyarakat bangsa itu. Setelah bangsa
Indonesia bernegara, mulai dibentuk dan disepakati apaapa yang dapat menjadi identitas
nasional Indonesia. Secara lebih rinci beberapa bentuk identitas nasional Indonesia, adalah
sebagai berikut:
a. Bahasa nasional atau bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia berawal dari rumpun bahasa Melayu yang dipergunakan sebagai bahasa
pergaulan yang kemudian diangkat sebagai bahasa persatuan pada tanggal 28 Oktober 1928.
Bangsa Indonesia sepakat bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional sekaligus
sebagai identitas nasional Indonesia. Ketentuan bahasa Indonesia telah diatur dalam UU
No.24 Tahun 2009 mulai pasal 25 sampai pasal 45.
b. Bendera negara yaitu Sang Merah Putih
Bendera adalah sebagai salah satu identitas nasional, karena bendera merupakan simbol suatu
negara agar berbeda dengan negara lain. Seperti yang sudah tertera dalam UUD 1945 pasal
35 yang menyebutkan bahwa < Bendera Negara Indonesia adalah Sang Merah Putih=. Warna
merah berarti berani dan putih berarti suci. Lambang merah putih sudah dikenal pada masa
kerajaan di Indonesia yang kemudian diangkat sebagai bendera negara. Bendera merah putih
dikibarkan pertama kali pada tanggal 17 Agustus 1945, namun telah ditunjukkan pada
peristiwa Sumpah Pemuda.
c. Lagu Kebangsaan yaitu Indonesia Raya
Lagu Indonesia Raya (diciptakan tahun 1924) pertama kali dimainkan pada kongres pemuda
(Sumpah pemuda) dalam Kongres Pemuda II. tanggal 28 Oktober 1928. Setelah proklamasi
Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, lagu yang dikarang oleh Wage
Rudolf Soepratman ini dijadikan lagu kebangsaan.
d. Lambang Negara yaitu Garuda Pancasila
Seperti yang dijelaskan pada Undang-Undang Dasar 1945 dalam pasal 36A bahwa lambang
negara Indonesia adalah Garuda Pancasila. Garuda Pancasila disini yang dimaksud adalah
burung garuda yang melambangkan kekuatan bangsa Indonesia. Burung garuda sebagai
lambang negara Indonesia memiliki warna emas yang melambangkan kejayaan Indonesia.
e. Semboyan Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika
Bhinneka Tunggal Ika berarti berbeda-beda tetapi satu jua. Menunjukkan kenyataan bahwa
bangsa kita heterogen, namun tetap berkeinginan untuk menjadi satu bangsa, yaitu bangsa
Indonesia.
f. Dasar Falsafah negara yaitu Pancasila
Pancasila sebagai dasar falsafat negara yang berisi lima dasar yang dijadikan sebagai dasar
filsafat dan ideologi negara Indonesia. Pancasila merupakan identitas nasional yang
berkedudukan sebagai dasar negara dan pandangan hidup (ideologi) bangsa.
g. Konstitusi (Hukum Dasar) Negara Yaitu UUD 1945
UUD 1945 merupakan hukum dasar tertulis yang menduduki tingkatan tertinggi dalam tata
urutan peraturan perundangan dan dijadikan sebagai pedoman penyelenggaraan bernegara.
h. Bentuk negara adalah Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
Bentuk negara adalah kesatuan, sedang bentuk pemerintahan adalah republik. Sistem politik
yang digunakan adalah sistem demokrasi (kedaulatan rakyat). Saat ini identitas negara
kesatuan disepakati untuk tidak dilakukan perubahan.

2. Causa Materialis Pancasila


Causa materialis (asal usul materi) Pancasila berasal dari bangsa Indonesia itu sendiri, terdapat
dalam adat istiadat, budaya dan agama Indonesia, sehingga unsur-unsur Pancasila adalah
Indonesia itu sendiri, nilai-nilai budaya tradisional. dan religiusitas dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila merupakan kristalisasi dari
nilai-nilai ideal, atau sikap jalan tengah, tidak buruk tetapi tidak terlalu baik. Misalnya dalam
kehidupan bermasyarakat, jika menurut Pancasila idealnya kita tidak terlalu tertutup, tetapi juga
tidak terlalu sosial, maka kita memilih jalan tengah. Pancasila sudah dijadikan sebagai dasar
negara Republik Indonesia. Dilihat dari konteks sejarah, perumusan sila-sila Pancasila melewati
proses yang panjang, dimulai dengan perjuangan bangsa tanpa mengenal lelah. Dengan
demikian, keberadaan Pancasila tidak begitu saja ada seperti hujan turun dari langit, Pancasila
memiliki asal mula. Untuk mengetahui bagaimana asal mula itu, dibutuhkan penelitian yang
mendalam serta bersifat ilmiah. Menurut teori kausalitas Aristoteles, adanya sesuatu memiliki
asal mula yang terdiri dari empat asal mula, yakni : asal mula bahan (causa materialis), asal
mula bentuk (causa formalis), asal mula tujuan (causa finalis) dan asal mula karya (causa
effisien). Penelitian ini semata-mata penelitian pustaka (kualitatif). Metode yang digunakan,
pertama deskriptif historis dengan objek pemikiran Notonagoro, kedua metode hermeneutika,
metode ini berusaha untuk mengungkapkan makna esensial yang disesuaikan dengan konteks
kajian, ketiga digunakan metode heuristik yang tujuannya untuk menemukan konstruksi baru
setelah diambil kesimpulan. Notonagoro berpendapat, asal mula bahan (causa materialis)
Pancasila berasal dari adat-istiadat, kebudayaan, dan agama-agama yang terdapat di
Indonesia. Oleh karena itu, tujuan utama penelitian ini berusaha membuktikan kebenaran
pendapat tersebut. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini, terbukti bahwa pemikiran
Notonagoro tersebut memiliki kebenaran yang nyata. Hal ini diperoleh lewat analisis setiap sila-
sila Pancasila memuat kandungan unsur adat istiadat, unsur kebudayaan dan unsur agamaagama
yang dianut oleh bangsa Indonesia. Dengan penemuan ini, unsur-unsur adat-istiadat, unsur
kebudayaan yang sekarang sering disebut sebagai kearifan lokal yang terdapat dalam sila-sila
Pancasila perlu dilestarikan, demi mempertahankan eksistensi Pancasila sebagai ideologi
negara.

Unsur-unsur Causa Materialis Pancasila :


Adat Istiadat.Pada dasarnya adat istiadat adalah hal-hal kelompok, tidak ada kebiasaan
individu. Seseorang mengikuti praktik dengan yang lain. Sopan santun juga merupakan
masalah masyarakat. Masyarakat ini terkadang memiliki batas-batas yang cukup tepat, seperti
suku atau masyarakat pedesaan, yang masih tertutup dalam masyarakat yang sangat agraris.
Kebudayaan, Kebudayaan merupakan hasil pengolahan pikiran manusia terhadap alam
ini.Dalam pengertian ini, semua produk akal manusia, seperti sains, teknologi, ekonomi, seni,
dll., disebut budaya. Kedua, konsep budaya dapat dilihat dari berbagai bidang tergantung pada
aspek budaya mana yang dipertimbangkan. Pemahaman seperti itu gagal memberi kita
gambaran lengkap tentang budaya lokal yang ditetapkan sebagai sila Pancasila. Untuk itu,
kita perlu melihat aspek-aspek lain dari kebudayaan, yaitu unsur-unsur kebudayaan.
Agama, Causa materialis ketiga Pancasila adalah berbagai agama yang ada di
Indonesia.Sudah sejak dahulu kala dikatakan bangsa Indonesia adalah bangsa yang beragama,
bangsa yang mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa.Pada waktu meyampaikan pidato
lahirnya Pancasila, Bung Karno mengusulkan prinsip Ketuhanan. Bangsa Indonesia dengan
memiliki prinsip tersebut, dikatakan. Prinsip Ketuhanan bukan saja bangsa Indonesia ber-
Tuhan, tetapi masing-masing orang Indonesia hendaknya bertuhan Tuhannya sendiri. Yang
Kristen menyembah menurut Tuhan petunjuk Isa al Masih, yang Islam bertuhan menurut
petunjuk Nabi Muhammad S.A.W., orang Budha menjalankan ibadatnya menurut kitab-kitab
yang ada padanya (Soekarno, tanpa tahun: 27).Bung Karno dalam pidato tersebut di atas,
menyebutkan prinsip Ketuhanan berkeadaban, yang diartikan setiap pemeluk agama lain.
Dalam konteks Indonesia, dengan menerima Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai salah satu
sila, kita mengungkapkan keyakinan, bahwa negara terbentuk berdasarkan kodrat sosial
manusia yang diciptakan Tuhan.
3. Internalisasi nilai-nilai Pancasila adalah proses memasukkan nilai-nilai yang terkandung di
dalam Pancasila agar dapat dipahami dan dipraktikkan sesuai dengan tujuan Pancasila, yang
tujuannya adalah untuk menjadikan negara yang kuat, harmonis. dan bangsa yang beradab yaitu
menjadikan negara menjadi negara yang beradab. Internalisasi nilai-nilai Pancasila dapat
membantu masyarakat Indonesia dalam menghadapi berbagai tantangan dan permasalahan
dalam kehidupan sehari-hari, seperti konflik sosial, kesenjangan sosial, dan berbagai
permasalahan lainnya. Dengan memiliki kesadaran akan nilai-nilai Pancasila, masyarakat
Indonesia diharapkan dapat bertindak secara bijak, adil, dan bertanggung jawab dalam
berinteraksi dengan sesama manusia dan lingkungan sekitarnya. Internalisasi nilai-nilai dari
sila-sila Pancasila dalam kehidupan sehari-hari dapat dilakukan melalui pendidikan dan
pembiasaan yang terus-menerus sejak usia dini. Pendidikan karakter yang berbasis Pancasila
dapat memberikan pemahaman dan pengenalan yang baik terhadap nilai-nilai Pancasila yang
harus dijadikan dasar dalam berperilaku. Selain itu, pembiasaan yang dilakukan oleh
lingkungan sekitar juga berpengaruh besar dalam internalisasi nilai-nilai Pancasila.

Lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat dapat memberikan contoh dan memberikan
pengaruh positif dalam menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Misalnya, nilai gotong royong yang terdapat dalam sila ke-3 dapat diinternalisasi dengan
membantu sesama tanpa mengharapkan imbalan atau apresiasi, misalnya dengan memberikan
bantuan pada tetangga yang sedang membutuhkan atau mengikuti kegiatan sosial di
lingkungan sekitar.

Contoh Internalisasi Nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari:

 Sila pertama, mengimani adanya tuhan yang maha esa serta mematuhi perintah dan
menjauhi larangan-Nya. Menerapan toleransi antar umat bergama. Tidak melakukan
pemaksaan dan menghormati kebebasan beragama. Dan tidak merendahkan atau
mencemooh agama maupun pemeluk agama lain.
 Sila kedua, mengakui persamaan hak, kewajiban dan kedudukan semua orang di mata
hukum, agama, sosial, dan lainnya. Saling mengedepankan sikap toleransi atau tenggang
rasa antar masyarakat. Menjalin pertemanan dengan siapa saja tanpa membeda-bedakan
ras, suku, agama dan lainnya. Dan berani menyuarakan kebenaran untuk mempertahankan
keadilan.
 Sila ketiga, bangga menggunakan bahasa ibu atau bahasa Indonesia sebagai bahasa
pergaulan sehari-hari. Melestarikan budaya Indonesia seperti baju adat, tarian, alat, bahasa,
alat musik, dan lain-lain dalam kehidupan sehari-hari. Membantu keluarga, teman dan
kerabat yang mengalami kesulitan. Dan saling bekerja sama menjaga keutuhan NKRI
dengan berpegang teguh pada nilai-nilai Pancasila, Serta begotong royong.
 Sila keempat, melakukan musyawarah untuk memperoleh keputusan bersama.
Mengedapankan toleransi dan keadilan dalam mengemukakan dan mendengar pendapat
dalam musyawarah dan keputusan akhir dalam musyawarah harus disetujui oleh semua
pihak karena atas keputusan bersama.
 Sila kelima, Mengedepankan sikap adil antar sesama manusia.
Melaksanakan kewajiban dan menghormati hak orang lain. Dan kesejahteraan seluruh
rakyat Indonesia dikedepankan dibandingkan kemakmuran pribadi atau golongan.

4. Pancasila adalah dasar negara Indonesia yang menjelaskan tentang kepribadian bangsa
Indonesia. Kedudukan Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari karena sebagai sebuah bangsa, kita harus memahami dan menerapkan
nilai-nilai Pancasila dalam segala aspek kehidupan, seperti dalam berinteraksi dengan sesama,
dalam bekerja, dalam bergaul, dan dalam membangun negara. Penerapan nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari dapat memperkuat kesatuan dan persatuan bangsa, serta
menciptakan keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan bersama.

Selain itu, nilai-nilai Pancasila juga dapat membantu memperkuat moral dan etika bangsa,
sehingga dapat mendorong terciptanya masyarakat yang lebih adil dan sejahtera. Sebagai
contoh, nilai sila ke-1 "Ketuhanan Yang Maha Esa" mengajarkan bahwa sebagai bangsa yang
beragama, kita harus senantiasa menghargai perbedaan agama dan saling menghormati satu
sama lain. Selain itu, nilai sila ke-2 "Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab" mengajarkan bahwa
sebagai manusia, kita harus saling menghargai dan bertindak adil terhadap sesama manusia.
Dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila juga menjadi dasar dalam pembentukan sikap dan
perilaku masyarakat Indonesia. Sikap dan perilaku yang tercermin dalam Pancasila diantaranya
adalah gotong-royong, musyawarah untuk mufakat, toleransi, keadilan, dan kebersamaan.
Gotong-royong adalah sikap saling membantu dalam kegiatan apapun, baik dalam kegiatan
sehari-hari maupun dalam kegiatan keagamaan.

Contoh kegiatan gotong-royong adalah kerja bakti membersihkan lingkungan, gotong-royong


membangun rumah ibadah, dan gotong-royong menyambut tamu-tamu penting. Musyawarah
untuk mufakat juga merupakan sikap yang tercermin dalam Pancasila. Dalam kehidupan sehari-
hari, musyawarah untuk mufakat dapat diterapkan dalam berbagai situasi, misalnya dalam
pengambilan keputusan di lingkungan keluarga atau dalam pengambilan keputusan di tempat
kerja. Toleransi merupakan sikap saling menghormati perbedaan dan menerima keberagaman
yang ada di masyarakat. Toleransi sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
terutama mengingat Indonesia adalah negara dengan keragaman suku, agama, dan budaya yang
tinggi. Keadilan juga merupakan nilai yang tercermin dalam Pancasila. Keadilan dapat
diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari pemerataan kesempatan pendidikan,
kesempatan kerja, hingga penegakan hukum yang adil bagi semua warga negara.

Dengan demikian, Pancasila bukan hanya menjadi sebuah konsep atau ideologi, tetapi juga
menjadi sebuah landasan moral dan etis dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara di Indonesia.

Terakhir, kebersamaan juga menjadi sikap yang tercermin dalam Pancasila. Kebiasaan
bersama-sama merayakan hari raya keagamaan, bergotong-royong dalam kegiatan sosial, dan
mengikuti kegiatan bersama merupakan wujud kebersamaan dalam kehidupan sehari-hari.
Sumber Referensi:

BMP MKDU 4111 Pendidikan Kewarganegaraan

Rukmana, D. (2018). Pancasila sebagai Ideologi Nasional dalam Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara. Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora, 7(2), 35-42.

Bung Hatta. 1967. Mengemukakan Pendapat-pendapat tentang Pancasila. Jakarta: Pustaka


Panjimas.

Adisusilo, S. (2018). Internalisasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Pendidikan Karakter di Indonesia.


Jurnal Pendidikan Karakter, 8(1), 43-53.

Kaelan, M. (2019). Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa: Kajian Terhadap Implementasi Nilai-
Nilai Pancasila di Indonesia. Jurnal Filsafat, 29(1), 97-110.

Anda mungkin juga menyukai